HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KASIH IBU MANADO TAHUN

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSU RA KARTINI JEPARA. Gunawan, Anik Sholikah, Aunur Rofiq INTISARI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) IBU DAN PENINGKATAN BERAT BADAN SELAMA KEHAMILAN DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI DI KABUPATEN KARANGANYAR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

JURNAL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KABUPATEN KLATEN TAHUN 2009

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah gizi menjadi penyebab

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD DR WAHIDIN SUDIROHUSODO KOTA MOJOKERTO

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : AINUN JARIAH

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

HUBUNGAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2010 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU ABSTRAK

HUBUNGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH PUSKESMAS WULUHAN TAHUN 2016

30 Media Bina Ilmiah ISSN No

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. S DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR ) DI BANGSAL KBRT RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN FREKUENSI ANTENATAL CARE DENGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN

KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan suatu bentuk dari kebutuhan dasar manusia.

HUBUNGAN USIA IBU DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN

PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN Sri Handayani, Umi Rozigoh

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

PENILAIAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN PENGUKURAN LILA DI PUSKESMAS KALAMPANGAN, KOTA PALANGKA RAYA

HUBUNGAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA KEHAMILAN DENGAN BERAT BAYI LAHIR DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PREEKLAMPSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS BATURADEN I BANYUMAS

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

Hubungan antara Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2008

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT SOEDARSO PONTIANAK ABSTRAK

HUBUNGAN USIA IBU SAAT MELAHIRKAN DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR RENDAH DI RSUD TIDAR MAGELANG NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

HUBUNGAN UMUR, PARITAS, DAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE EKLAMPSIA PADA IBU BERSALIN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

Analisis Determinan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Tani dan Nelayan

PENELITIAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) PADA KEJADIAN BBLR DI RSUD PRINGSEWU LAMPUNG. Yusari Asih*

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI BARU LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

FAKTOR MATERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN BBLR

Jurnal Harapan Bangsa Vol.1 No.2 Desember 2013

HUBUNGAN UMUR IBU DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIANGKRIK KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi

ANALISIS FAKTOR RESIKO KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH KOTA MAKASSAR

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Kartika Dewi Ayusti

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

HUBUNGAN ANEMIA KEHAMILAN TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI PUSKESMAS PURWANEGARA I BANJARNEGARA TAHUN

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB). sehingga akan berpengaruh kepada derajat kesehatan. (1-5)

FAKTOR RISIKO USIA, PEKERJAAN DAN PAPARAN ASAP ROKOK PADA IBU DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan masyarakat merupakan salah satu tujuan Rencana. Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJN-N) tahun yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

PENELITIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

MATERNAL FACTOR THAT RELATED WITH LOW BIRTH WEIGHT BABIES AT THE REGIONAL GENERAL HOSPITAL PRINGSEWU YEAR Siti Indarti* ABSTRACT

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian BBLR


HUBUNGAN KETERATURAN ANTENATAL CARE

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. status kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

MODEL KELAS IBU HAMIL UNTUK PEMETAAN RISIKO KEHAMILAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI PERSALINAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN DI PUSKESMAS SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI WILAYAH PUSKESMAS MINGGIR KABUPATEN SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir (Hasan & Alatas, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR IBU HAMIL YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR SOEDIRMAN KEBUMEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

HUBUNGAN USIA DAN JARAK KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN

Transkripsi:

HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI DISUSUN OLEH: NUR LAELI ROKHMAH 201210104315 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2013

HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012 Nur Laeli Rokhmah, Ery Khusnal, Dewi Rokhanawati Nurlaelirokhmah89@gmail.com Abstract: The purpose of this study was to determine the relationship of maternal age with the incidence of Low birth weight in PKU Muhammadiyah Hospital Yogyakarta in 2012. Results of data analysis using Chi-Square test revealed that the value of p=0.982, indicating that there was no correlation with maternal age on the incidence of Low birth weight PKU Muhammadiyah Hospital Yogyakarta in 2012. Suggestions for midwives to improve the services of konseling, information and education (KIE) effectively, especially information promotive and preventive incidence of Low birth weight. Key words : mother age, Low birth weight Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia ibu dengan dengan kejadian BBLR di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada Tahun 2012. Hasil analisis data menggunakan uji statistik Chi-Square yaitu nilai p = 0,982, menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan usia ibu dengan kejadian BBLR di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2012. Saran bagi bidan agar dapat meningkatkan pelayanan KIE secara efektif khususnya informasi upaya promotif dan preventif kejadian BBLR. Kata Kunci : usia ibu, BBLR

PENDAHULUAN Tingginya Angka Kematian Bayi erat kaitannya dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Karena penyebab utama kematian bayi adalah BBLR, lebih dari 20 juta bayi (15,5% dari seluruh kelahiran bayi di dunia) setiap tahun merupakan bayi BBLR dan 95,6 % diantaranya lahir di negara berkembang. Kejadian BBLR di negara berkembang adalah 16,5 % atau 2 kali lebih besar dibandingkan dengan di negara maju (7%) (WHO&UNICEF, 2004). Insidensi BBLR di Indonesia pada tahun 2007 yaitu sebesar 29% dan angka kejadian BBLR di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2011 tercatat 118 kasus dan kejadian BBLR di Kota Yogyakarta yaitu 13 kasus (Dinkes DIY, 2012). Kehamilan yang terjadi pada usia di bawah 20 atau diatas 35 tahun memiliki kecenderungan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang adekuat untuk pertumbuhan janin yang akan berdampak terhadap bayi berat lahir rendah. Usia ibu kurang dari 20 tahun pada saat hamil berisiko terjadinya BBLR 1,5-2 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil yang berusia 20-35 tahun. Usia ibu pada saat hamil mempengaruhi kondisi kehamilan ibu karena selain berhubungan dengan kematangan organ reproduksi juga berhubungan dengan kondisi psikologis terutama kesiapan dalam menerima kehamilan (Trihardiani, 2011). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada tanggal 18 Februari 2013 dengan mengambil hasil data sekunder di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Kematian bayi yang disebabkan oleh kelahiran Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2012 terdapat 13 bayi atau sekitar 41,93 % dari 31 kematian bayi. Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2012 terdapat 121 kasus (11,99%) dari 1009 persalinan. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2012. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dan pendekatan retrospektif (Sulistyaningsih, 2010). Sampel dalam penelitian ini menggunakan Total Sampling sebanyak 32 ibu yang melahirkan BBLR. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis bivariat yaitu menggunakan uji chi-square (χ2).

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Usia ibu bersalin Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Ibu di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2012 Usia Ibu Frekuensi Persentase (F) (%) Berisiko (<20 tahun atau >35 tahun) 15 46,9 Tidak berisiko (20-35 tahun) 17 53,1 Jumlah 32 100 (Sumber : Data Sekunder Rekam Medik RS PKUMuhammadiyah Yogyakarta Tahun 2012) 2. Kejadian BBLR Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian BBLR di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2012 Kejadian BBLR Frekuensi Persentase (F) (%) BBLER BBLSR 0 15 0 46,9 BBLR 17 53,1 Jumlah 32 100 (Sumber : Data Sekunder Rekam Medik RS PKUMuhammadiyah Yogyakarta Tahun 2012) 3. Hubungan Usia ibu dengan kejadian BBLR di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2012 Tabel 6. Distribusi Silang Hubungan Usia ibu dengan kejadian BBLR di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2012 Usia Ibu Kejadian BBLR Total BBLER BBLSR BBLR (χ 2 ) P F % F % F % F % 95% CI Berisiko (<20 tahun atau >35 tahun) Tidak berisiko (20-35 tahun) 0 0 7 21,9 8 25,0 15 46,9 0 0 8 25,0 9 28,1 17 53,1 0,000 0,982 0,004 Jumlah 0 0 15 46,9 17 53,1 32 100 (Sumber : Data Sekunder Rekam Medik RS PKUMuhammadiyah Yogyakarta Tahun 2012)

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 21 Maret - 10 April 2013 pada 32 ibu bersalin yang melahirkan BBLR di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2012, maka dapat dikemukakan bahasan sebagai berikut : 1. Usia ibu bersalin Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu bersalin dengan usia tidak berisiko (20-35 tahun) yaitu sebanyak 17 ibu bersalin (53,1%) dan 15 ibu bersalin (46,9%) adalah usia berisiko (<20 tahun atau >35 tahun). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bersalin mempunyai usia yang tidak berisiko (20-35 tahun). Besarnya kejadian BBLR pada kelompok usia tersebut yang tergolong aman untuk melahirkan terkait dengan adanya pergeseran usia menikah dikalangan masyarakat yang dulu pernah memiliki budaya menikah di usia dini, seperti setelah menstruasi pertama datang, menjadi setelah tamat SLTA, atau usia seperti di atas 20 tahun. Hal ini dapat dijelaskan karena sebagian masyarakat telah banyak mengetahui akibat buruk dari perkawinan muda (Siantury, 2007). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Wiknjosastro (2007) yang menyatakan usia reproduksi sehat adalah usia 20-35 tahun. Pada masa ini adalah kurun waktu yang optimal bagi seorang wanita untuk hamil karena organ reproduksi wanita pada saat ini sudah siap dan matang, demikian juga dengan psikologis ibu. Kesiapan itulah pertumbuhan dan perkembangan bayi di dalam rahim ibu bisa tumbuh secara optimal. Sedangkan untuk ibu yang berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun berisiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Akan tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Trihardiani (2011) di Puskesmas Singkawang. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kelahiran bayi dengan BBLR terbanyak pada ibu yang mempunyai usia tidak berisiko (20-35 tahun) yaitu 26 ibu bersalin (78,8%), sedangkan yang terendah pada ibu yang mempunyai usia berisiko (<20 tahun) yaitu 7 ibu bersalin (21,2%). 2. Kejadian BBLR Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui dari persalinan aterm yang melahirkan bayi dengan BBLR sebanyak 17 ibu bersalin (53,1%) dan sebanyak 15 ibu bersalin (46,9%) melahirkan bayi dengan BBLSR. Dari hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Cendekia (2012), bahwa kejadian BBLR sebanyak 64 ibu bersalin lebih tinggi kejadiannya dibandingkan dengan kejadian BBLSR yaitu 11 ibu bersalin. Tingginya jumlah bayi BBLR, dengan berat lahir 1500-2500 gram, disebabkan oleh ukuran berat bayi lahir yang sudah mendekati normal dan rentang ukuran yang lebih panjang dibanding dengan penggolongan berat badan bayi lahir yang lain. Sedangkan rendahnya jumlah bayi berat lahir <1500 gram disebabkan oleh kejadiannya yang hanya terjadi pada kondisi ekstrim atau tidak biasa pada ibu dengan status gizi buruk, anemia, malaria, dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau hamil (Siantury, 2007).

Kejadian BBLR juga bisa disebabkan oleh wanita hamil dengan malnutrisi kronik yang mempunyai risiko untuk melahirkan bayi dengan berat rendah jenis kecil untuk masa kehamilan (KMK). Status gizi dalam penelitian ini tidak dikendalikan karena data tidak tercatat lengkap dalam rekam medis. Status gizi didasarkan pada ukuran antropometri Lingkar Lengan Atas (LILA) yaitu ukuran LILA lebih dari 23,5 cm. Akan tetapi ukuran lingkar lengan atas (LILA) ibu tidak dapat dipastikan diukur saat ibu datang akan melahirkan atau hanya dilihat pada buku KIA ibu karena peneliti hanya mengambil data sekunder. Jika dilihat dari buku KIA, tentu ukuran LILA ibu tidak bisa menggambarkan status gizi ibu saat bersalin karena pengukuran LILA dilakukan saat ibu pertama kali periksa hamil. Oleh karena itu, data lingkar lengan atas ibu kurang bisa menggambarkan status gizi ibu saat melahirkan. 3. Hubungan usia ibu dengan kejadian BBLR Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR sebanyak 17 ibu bersalin (53,1%) dan BBLSR sebanyak 15 ibu bersalin (46,9%). Kejadian BBLR lebih banyak terjadi pada ibu yang berusia tidak berisiko (20-35 tahun) yaitu sebanyak 9 ibu bersalin (28,1%) dan BBLSR sebanyak 8 ibu bersalin (25,0%). Sedangkan kejadian BBLR pada usia berisiko (<20 tahun atau >35 tahun) sebanyak 8 ibu bersalin (25,0%) dan BBLSR sebanyak 7 ibu bersalin (21,9%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji chi-square menunjukkan correlation coefficien adalah 0,004 dan nilai p = 0,982. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p > 0,05 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak berarti tidak ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang berusia tidak berisiko (20-35 tahun) cenderung mengalami kejadian BBLR. Meskipun usia 20-35 tahun direkomendasikan sebagai usia reproduksi sehat yaitu usia aman untuk kehamilan dan melahirkan. Pada usia ini organ reproduksi sudah siap dan matang, demikian juga dengan psikologis ibu. Dengan kesiapan itulah pertumbuhan dan perkembangan bayi di dalam rahim ibu bisa tumbuh secara optimal (Wiknjosastro, 2007). Akan tetapi ibu yang berusia tidak berisiko (20-35 tahun) yang melahirkan BBLR kejadiannya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang memiliki usia berisiko (<20 tahun atau >35 tahun). Akan tetapi hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara usia ibu dengan kejadian BBLR (p=0,982). Hal ini dikarenakan sebagian besar ibu yang melahirkan BBLR pada usia tidak berisiko (20-35 tahun) yaitu sebanyak 17 ibu bersalin (53,1%). Sama halnya dengan penelitian adamson (2007) di RS Muhimbili menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna kejadian BBLR dengan usia ibu kurang dari 20 tahun. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak (2009) di BPRSU Rantaurapat menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan usia ibu dengan kejadian BBLR. Hasil uji statistik dengan chisquare menunjukkan bahwa probabilitas lebih besar dari nilai α (0,578>0,05) berarti Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian BBLR. Pada penelitian lain dilakukan oleh Rana

(2011) tentang Effect of Maternal Age on Fetal Weight di Shree Birendra Hospital, hasil uji statistik dengan chi-square menunjukkan bahwa probabilitas lebih besar dari nilai α (0,51>0,05) berarti Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian BBLR. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Proverawati dan Sulistyorini (2010), bahwa kehamilan yang terjadi pada usia dibawah 20 atau diatas 35 tahun memiliki kecenderungan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang adekuat untuk pertumbuhan janin yang akan berdampak terhadap bayi berat lahir rendah. Menurut Lubis (2003), bayi dengan berat bayi lahir rendah dapat terjadi karena selama kehamilan ibu tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup sehingga kebutuhan janin akan gizi juga berkurang. Kurangnya asupan gizi dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin terganggu sehingga ketika dilahirkan mempunyai berat badan lahir rendah. Usia ibu kurang dari 20 tahun pada saat hamil berisiko terjadinya BBLR 1,5-2 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil yang berusia 20-35 tahun. Usia ibu pada saat hamil mempengaruhi kondisi kehamilan ibu karena selain berhubungan dengan kematangan organ reproduksi juga berhubungan dengan kondisi psikologis terutama kesiapan dalam menerima kehamilan. Adanya perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumya dimungkinkan karena adanya perbedaan jumlah sampel yang diambil yaitu pada penelitian ini jumlah sampel yang diambil sedikit sehingga kurang representatif dan perbedaan lokasi penelitian sehingga berpengaruh terhadap jumlah faktor karakteristik ibu bersalin khususnya dalam pembagian berdasarkan kelompoknya yang akan mengakibatkan perbedaan dalam hasil uji statistik. Oleh karena itu, meskipun ada perbedaan antara hasil penelitian ini dengan beberapa penelitian sebelumnya, upaya untuk mengatasi hal tersebut di atas harus tetap dapat dilaksanakan yaitu bisa melalui penyuluhan yang intensif untuk memberitahu bahwa kehamilan kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mempunyai risiko untuk terjadinya BBLR dan perlu juga didukung oleh status gizi yang baik serta dilakukan pemeriksaan kehamilan dengan teratur agar perkembangan janin dapat dipantau. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Ibu bersalin yang memiliki usia tidak berisiko (20-35 tahun) sebagian besar melahirkan bayi dengan BBLR di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2012 sebanyak 17 ibu bersalin (53,1%). 2. Kejadian BBLR di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2012 kategori BBLR sebanyak 17 ibu bersalin (53,1%) dan sebanyak 15 ibu bersalin (46,9%) melahirkan bayi dengan BBLSR. 3. Tidak terdapat hubungan usia ibu dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2012 (χ 2 = 0,982; p = > 0,05).

Saran 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR) tidak hanya dipengaruhi oleh faktor usia saja melainkan ada faktor lain yang mendukung seperti faktor dari janin itu sendiri yaitu adanya cacat bawaan, infeksi dalam rahim, hamil dengan hidraamnion, kehamilan ganda, dan ketuban pecah dini yang dapat mempengaruhi kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR). 2. Bagi Pengguna a. Bagi Bidan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Bidan diharapkan dapat meningkatkan pelayanan ANC yang menyeluruh dan memberikan KIE (Konseling Informasi Edukasi) secara efektif yaitu memberikan informasi upaya promotif dan preventif kejadian BBLR, khususnya dapat menekankan agar ibu hamil di usia reproduksi aman yaitu usia 20-35 tahun serta melakukan pencegahan secara dini jika ditemukan ibu hamil yang sudah terlanjur hamil pada usia <20 tahun dan >35 tahun. Sehingga diharapkan mampu menurunkan AKI dan AKB. b. Bagi Ibu Hamil Ibu hamil dapat melakukan upaya pencegahan terhadap kejadian bayi berat lahir rendah yaitu dengan melakukan ANC secara rutin dan menjaga kesehatannya. c. Bagi mahasiswa STIKES Aisyiyah Yogyakarta Mahasiswa sebaiknya lebih aktif dalam mencari referensi dan dapat memanfaatkan serta mengaplikasikan sebaik mungkin dari ilmu pengetahuan yang sudah didapat. DAFTAR RUJUKAN Dinkes. 2012. Profil Kesehatan Prov D.I.Yogyakarta Tahun 2012. Tersedia dalam: http://dinkes.jogjaprov.go.id/files/profil_kes_prov_diy_2012_new.pdf [diakses 7 Maret 2013] Djitowiyono, S., Kristiyanasari, W. 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika Edmond, K., Bahl, R. 2006. Optimal Feeding of Low Birth Weight Infants Technical Review WHO. Available from: http://www.who.int/childadolescent-health [Accessed 05 February 2013] Listiani, D. 2012. Hubungan Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian BBLR di RSUD Banjarbaru Tahun 2011. Tersedia dalam: www.poltekkes-mks.ac.id [diakses 03 November 2012] Malekpour, M. 2004. LBW Infants and The Importance of Early Intervention: Enhancing Mother-Infant Interactions a Literature Review. The British Journal of Developmental Disabilities, Vol. 50, Part 2, No. 99, pp. 88-78. Available from: http://www.bjdd.org/new/pdf99/99,79-88.pdf. [Accessed 7 February 2013] Negi, K.S., Kandpal, S.D. & Kukreti, M. 2006. Epidemiological factor low birth weight. J Med Educ, 8(1), Jan-Mar, pp 31-4. Available from:

www.jkscience.org//archive/volume/81/epidempdf.pdf [Accessed 4 February 2013] Pantiawati. 2010. Bayi dengan BBLR. Yogyakarta: Nuha Medika Prianita, A.W. 2011. Pengaruh Faktor Usia Terhadap Keluaran Maternal dan Perinatal pada Persalinan Primigravida di RS DR. Kariadi Semarang Periode Tahun 2011. Tersedia dalam: www.eprints.undip.ac.id [diakses 13 Februari 2013] Proverawati dan Sulistyorini. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika Rana, S.S. 2011. Effect of Maternal Age on Fetal Weight. Medical Journal of Shree Birendra Hospital. July-December, 10 (5) pp 17-15. Available from: www.nepjol.info.index.php/mjsbh/article.pdf. [Accessed 5 February 2013] Saifuddin, A.B. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka SDKI. 2012. Laporan Pendahuluan SDKI 2012. Tersedia dalam: http://sdki.go.id/files/lap pend sdki 2012.pdf [diakses 1 Maret 2013] Septarini, D. 2003. Hubungan Umur, Paritas, Riwayat Kehamilann, Praktik tentang Antenatal Care (ANC), Status Gizi dan Beban Kerja dengan Kejadian Berat Lahir Bayi Rendah (Studi pada Ibu Buruh Tani di Wilayah Kerja Puskesmas Cepiring Kabupaten Kendal Tahun 2002). Tersedia dalam: www.fkm.undip.ac.id [diakses 01 November 2012] Siantury, I. 2007. Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Pada Tahun 2003-2006. Tersedia dalam: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14683/1/08e00943.pdf [diakses 06 Februari 2013] Simanjuntak, N. 2009. Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR di BPRSU Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008. Tersedia dalam: http://repository.usu.ac.id/bitstream/1/09e01606.pdf [diakses 10 Februari 2013] Sukandini, D. 2012. Analisis Faktor Ibu yang Berhubungan dengan Kejadian BBLR di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2012. Skripsi tidak dipublikasikan. Politeknik Kesehatan Surakarta Sulistyaningsih. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: STIKES Aisyiyah. Yogyakarta Trihardiani, I. 2011. Faktor Risiko Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Singkawang Timur dan Utara Kota Singkawang. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Diponegoro Semarang UNICEF and WHO. 2004. Low Birthweight:Country, Regional and Global Estimates. New York: UNICEF. Available from: www.childinfo.org/files/low-birthweight-from-ey.pdf [Accessed 3 February 2013] Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC. Wiknjosastro. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo