Analisis Distribusi Suhu Aksial Teras Dan Penentuan k eff PLTN Pebble Bed Modular Reactor (PMBR) 10 MWE Menggunakan Metode MCNP 5

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DISTRIBUSI SUHU AKSIAL TERAS DAN PENENTUAN Keff PLTN PEBBLE BED MODULAR REACTOR (PBMR) MENGGUNAKAN METODE MCNP 5

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI

OPTIMASI DIMENSI BAHAN BAKAR UNTUK REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR DAN PENDINGIN AIR RINGAN (H 2 O)

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN.

PENGARUH JENIS MATERIAL REFLEKTOR TERHADAP FAKTOR KELIPATAN EFEKTIF REAKTOR TEMPERATUR TINGGI PROTEUS

OPTIMASI GEOMETRI TERAS REAKTOR DAN KOMPOSISI BAHAN BAKAR BERBENTUK BOLA PADA DESAIN HIGH TEMPERATURE FAST REACTOR (HTFR).

DESAIN TERAS DAN BAHAN BAKAR PLTN JENIS HTR-PBMR PADA DAYA 50 MWe DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SRAC2006

PERHITUNGAN REAKTIVITAS UMPAN BALIK AKIBAT KOMPAKSI BAHAN BAKAR DAN KEBOCORAN YANG DISEBABKAN OLEH GEMPA PADA HTR-10 DENGAN CODE MVP


Studi Sensitivitas Ketinggian Teras Reaktor dalam Desain Htr Pebble Bed

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

STUDI SENSITIVITAS KETINGGIAN TERAS REAKTOR DALAM DESAIN HTR PEBBLE BED ABSTRAK

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O

Studi Efek Geometri Terhadap Performa Bahan Bakar Pebble Bed Reactor

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

diajukan oleh : IRMA PERMATA SARI J2D005176

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP

Pengaruh Ketinggian Larutan Bahan Bakar pada Kekritisan Aqueous Homogeneous Reactor

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

diajukan oleh : VERY RICHARDINA J2D005202

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

ANALISIS KORELASI RESONANCE INTEGRAL DAN TEMPERATUR KELUARAN PAKET PROGRAM V.S.O.P PADA REAKTOR HTGR PEBBLE BED

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K ABSTRAK ABSTRACT

Sigma Epsilon, ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

EFEK FRAKSI PEBBLE DALAM PERHITUNGAN KOEFISIEN REAKTIVITAS DOPPLER RGTT200K

STUDI OPTIMASI MODERASI NEUTRON DALAM TERAS HTR PEBBLE BED

STUDI KOMBINASI KISI KERNEL DAN KISI PEBBLE DALAM DESAIN RGTT200K

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

Disusun oleh: SUSANTI M SKRIPSI

EFEK MODEL KISI HEKSAGONAL DALAM PERHITUNGAN FAKTOR MULTIPLIKASI BAHAN BAKAR RGTT

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PEMODELAN TERAS UNTUK ANALISIS PERHITUNGAN KONSTANTA MULTIPLIKASI REAKTOR HTR-PROTEUS

ANALISIS NILAI KOEFISIEN REAKTIVITAS SUHU BAHAN BAKAR DAN MODERATOR PADA HTR-10

Definisi PLTN. Komponen PLTN

DESAIN TERAS DAN BAHAN BAKAR PLTN JENIS PEBBLE BED MODULAR REACTOR (PBMR) DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SRAC.

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN

ANALISIS PERHITUNGAN KOEFISIEN REAKTIVITAS DOPPLER PARTIKEL TRISO REAKTOR TEMPERATUR TINGGI

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI

STUDI PEMODELAN DAN PERHITUNGAN TRANSPORT MONTE CARLO DALAM TERAS HTR PEBBLE BED. Zuhair Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN.

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

ANALISIS KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR MODERATOR PWR DENGAN WIMS-ANL

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

ANALISIS KEKRITISAN TERAS REAKTOR NUKLIR CEPAT DAN TERMAL TERKOPEL BERDASARKAN PADA LETAK SUMBER NEUTRONNYA

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP DEGRADASI GRAFIT OLEH AIR INGRESS PADA TERAS RGTT200K.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

5. KIMIA INTI. Kekosongan elektron diisi elektron pada kulit luar dengan memancarkan sinar-x.

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

J. Sains Dasar (2012) 1(1) 7-17 STUDI PERHITUNGAN HTR PEBBLE-BED DENGAN BERBAGAI MODEL KISI KERNEL DAN KISI PEBBLE

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

REAKSI INTI. HAMDANI, S.Pd

Investigasi Kritikalitas HTR (High Temperature Reactor) Pebble Bed Sebagai Fungsi Radius dan Pengkayaan Bahan Bakar Kernel

SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

PENGEMBANGAN ANTARMUKA KONVERSI FILE DATA NUKLIR TEREVALUASI PADA RENTANG SUHU TERTENTU UNTUK APLIKASI MCNP. D. Andiwijayakusuma *

Desain Reaktor Air Superkritis (Super Critical Water Reactor) dengan Bahan Bakar Thorium. Design of Supercritical Water Reactor with Thorium Fuel Cell

PENGOLAHAN DATA NUKLIR TEMPERATUR TINGGI UNTUK PUSTAKA ENERGI NEUTRON KONTINU PROGRAM MCNP/MCNPX

ANALISIS PERHITUNGAN KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR BAHAN BAKAR DAN MODERATOR TERAS RGTT200K

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. KATA PENGANTAR...

ANALISIS NEUTRONIK PADA REAKTOR CEPAT DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR (UN-PuN, UC-PuC DAN MOX)

III.3. Material Fisil dan Fertil III.4. Persamaan Diferensial Bateman III.5. Efek Umpan Balik Reaktivitas Suhu dan Void III.6.

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

EFEK IMPURITAS BORON PADA KERNEL BAHAN BAKAR HTGR PEBBLE BED. Hery Adrial Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir - BATAN

Nomor 36, Tahun VII, April 2001

Studi Kritikalitas VHTR Prismatik Sebagai Fungsi Radius Bahan Bakar Kompak dan Kernel (Fajar Arianto, Suwoto, Zuhair)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

STUDI PERFORMA TERAS INISIAL HTR PEBBLE BED DENGAN BAHAN BAKAR PLUTONIUM OKSIDA

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI

DESAIN TERAS SUPERCRITICAL WATER COOLED FAST BREEDER REACTOR

PEMODELAN DOSIS NEUTRON DAN GAMMA DI REAKTOR TRIGA 2000 DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

PENGARUH VARIASI BAHAN PENDINGIN JENIS LOGAM CAIR TERHADAP KINERJA TERMALHIDROLIK PADA REAKTOR CEPAT

ANALISIS PERHITUNGAN DISTRIBUSI TEMPERATUR TERAS DAN REFLEKTOR REAKTOR DAYA EKSPERIMENTAL

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

PENENTUAN DECAY GAMMA REAKTOR HTGR 10 MWth PADA BERBAGAI TINGKAT DAYA

PEMODELAN NEUTRONIK BAHAN BAKAR HTR. Topan Setiadipura *

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

POTENSI PRODUKSI MOLYBDENUM-99 ( PADA REAKTOR SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MO-99 PRODUCTION (SAMOP)

Transkripsi:

Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 12, No. 3, Juli 2010, hal 85-90 Analisis Distribusi Suhu Aksial Teras Dan Penentuan k eff PLTN Pebble Bed Modular Reactor (PMBR) 10 MWE Menggunakan Metode MCNP 5 Agung Setiyo dan Mohamad Munir Laboratorium Fisika Medik FMIPA UNDIP Abstract The axial temperature distribution and effective multiplication factor (Keff) for PBMR 10 MWe which used uranium dioxside (UO 2 ) as fuel, graphite as moderator, and helium (He) gas as cooler with heterogenous reactor design which used geometry of reactor core finite cylinder has been investigated. The axial temperature distribution of reactor core analysized by splitting core reactor become 57 layers axially and every layer has height 14,9 cm. K eff of reactor calculated by MCNP 5 with fuel enrichment variation from 7 to 10% and variation range 0,5%. The result shows that reactor in critical condition with fuel enrichment 8,6% and average temperature of reactor core is 893,635 K. Keywords: PBMR, MCNP, Temperature distribution, K eff Abstrak Telah dianalisis distribusi suhu aksial teras dan faktor penggandaan efektif (k eff ) untuk reaktor tipe PBMR yang memiliki daya 10 MWe, menggunakan bahan bakar uranium dioksida (UO 2 ), moderator grafit dan berpendingin gas helium (He), serta menggunakan desain reaktor heterogen dengan geometri teras reaktor silinder berhingga. Analisis distribusi suhu aksial teras reaktor dilakukan dengan membagi teras reaktor menjadi 57 layer secara aksial, dan setiap layer memiliki ketinggian 14,9 cm. Pengitungan k eff reaktor dilakukan menggunakan metode MCNP 5 dengan variasi pengayaan bahan bakar 7 sampai 10% dan range vaiasi 0,5%. Didapatkan hasil bahwa reaktor berada pada kondisi kritis dengan pengayaan bahan bakar sebesar 8,6%, dan suhu rata-rata teras reaktor adalah sebesar 893,635 K. Kata-Kata Kunci: PBMR, MCNP, distribusi temperatur, k eff PENDAHULUAN Energi listrik bagi umat manusia merupakan kebutuhan utama, karena hampir dalam menjalankan semua aspek kegiatan hidupnya manusia membutuhkan energi listrik [1]. Penggunaan bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik akan meningkatkan emisi dari partikel SO x, NO x, dan CO x, sehingga dapat berdampak negatif terhadap manusia dan lingkungan hidup [2]. Salah satu dari sumber energi alternatif tersebut adalah energi nuklir. Energi nuklir dibangkitkan oleh reaksi pembelahan/fisi yang terjadi di dalam teras reaktor suatu Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Pada dasarnya, PLTN sama seperti PLK, yaitu merubah energi panas menjadi energi listrik. Perbedaanya terdapat pada penghasil panas yang digunakan. Energi nuklir telah terbukti secara signifikan mereduksi kandungan CO 2 karena energi nuklir tidak mengemisikan CO 2 maupun gas pencemar lainnya seperti NO x dan SO x. Salah satu jenis PLTN yang sedang dikembangkan saat ini adalah reaktor Pebble Bed Modular Reactor (PBMR). Reaktor ini termasuk ke dalam jenis High Temperature Gas-cooled Reactor (HTGR) dan menggunakan bahan bakar Uranium Dioksida (UO 2 ) yang berbentuk bola dengan lapisan TRISO (tri structural isotropic). PLTN PBMR adalah reaktor berdaya menengah, sehingga sangat cocok untuk daerah-daerah terpencil yang membutuhkan listrik dalam daya kecil. Metode Monte Carlo N- Particle (MCNP) adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyimulasikan proses di dalam teras reaktor. Metode Monte Carlo melakukan simulasi secara acak (random) dengan pengulangan yang banyak sehingga dapat menggambarkan proses secara realistik. Keunggulan dari metode ini adalah dapat digunakan untuk simulasi pada geometri yang rumit. 85

Agung Setiyo, Dkk Analisis Distribuís Suhu Aksial DASAR TEORI Reaksi Fisi Nuklir Reaksi fisi nuklir adalah reaksi pembelahan inti atom akibat tubrukan inti atom lainnya, dan menghasilkan energi dan atom baru yang bermassa lebih kecil, serta radiasi elektromagnetik. Fisi nuklir terjadi pada pembelahan inti atom berat akibat ditumbuk oleh neutron, pembelahan ini menghasilkan energi, inti atom yang lebih ringan, neutron tambahan dan photon dalam bentuk sinar gamma. Reaksi fisi dapat dituliskan sebagai [3]. Reaksi Pembelahan Uranium Inti atom isotop uranium-235 ditembak dengan netron sehingga terjadi reaksi fisi. Hasil belah fisi menjadi dua grup, yaitu inti ringan dengan nomor massa 80-100 dan inti berat dengan nomor massa 125-155. Dalam reaksi fisi neutron ditangkap oleh inti atom dan menghasilkan suatu inti atom yang bersifat sangat labil. Kemudian, inti tersebut akan membelah menjadi dua belahan inti untuk suatu atom yang membelah [4]. reaksi pembelahan uranium yang sering terjadi adalah sebagai berikut : Reaksi fisi terjadi antara partikel neutronik dengan inti sehingga inti tersebut membelah diri menjadi fragmen inti-inti atom disertai pembebasan energi yang sangat besar. Energi pembelahan dari satu inti atom U 235 adalah sekitar 200 MeV. Reaksi Fisi Berantai Reaksi nuklir yang pertama kali ditemukan oleh Hann dan Strasmann hanya terjadi apabila dilakukan penembakan U 235 dengan neutron termik. Karena reaksi ini berlangsung terusmenerus sampai semua atom U 235 melakukan pembelahan, maka reaksi semacam ini disebut reaksi nuklir berantai [5]. Proses reaksi fisi berantai pada U 235 terjadi seperti gambar 1, Gambar 1. Reaksi Fisi Berantai (Cullen, 1986) Neutron Neutron adalah partikel tidak bermuatan, oleh karena itu, interaksinya dengan materi sangat berbeda dengan interaksi partikel bermuatan. Neutron bebas dari pengaruh medan listrik Coulomb. Akibatnya neutron bebas mendekati bahkan masuk ke inti atom atau pun menembusnya. Berdasarkan energinya, neutron diklasifikasikan ke dalam 3 golongan, yaitu [6], yaitu neutron termik, epitermik, dan neutron cepat. Faktor Pelipatan Neutron Faktor pengali k merupakan perbandingan antara neutron yang diproduksi oleh pembelahan pada satu generasi dengan jumlah neutron yang hilang melalui penyerapan pada generasi sebelumnya. Kondisi kritis reaktor dicapai saat nilai k eff sama dengan satu. Faktor pelipatan tak hingga (k ) merupakan perbandingan antara neutron yang diproduksi oleh pembelahan di dalam satu generasi dengan jumlah neutron yang hilang melalui penyerapan generasi sebelumnya. Faktor pelipatan yang memperhitungkan kebocoran adalah faktor pelipatan efektif (k eff ) yang didefinisikan sebagai perbandingan jumlah neutron yang dihasilkan oleh fisi pada satu generasi dengan jumlah neutron yang hilang melalui penyerapan dan kebocoran pada generasi berikutnya. Dituliskan dengan persamaan, (1) dengan : faktor fisi cepat p : probabilitas tangkapan resonansi f : faktor pemanfaatan termal : faktor reproduksi B : kelengkungan teras reaktor (cm) L : panjang difusi (cm) : umur Fermi (cm 2 ) 86

Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 12, No. 3, Juli 2010, hal 85-90 Koefisien Reaktifitas dan Aspek Keselamatan Neutronik Koefisien reaktivitas temperatur bahan bakar adalah perubahan nilai k eff teras akibat adanya perubahan temperatur bahan bakar. Dituliskan sebagai, dengan : ρ: reaktifitas α: koefisien reaktivitas k pert eff (2) : faktor perlipatan efektif pada kondisi perubahan temperatur k : faktor perlipatan efektif pada kondisi nom eff temperatur normal pert T : temperatur yang berubah T nom : temperatur normal Pebble Bed Modular Reactor (PBMR) PBMR merupakan reaktor nuklir temperatur tinggi (HTR) jenis baru dengan pendingin gas helium. Bahan bakar dalam bola grafit akan bersirkulasi melalui inti reaktor karena itu disebut sistem pebble-bed. Gambar 2. Bentuk bahan bakar PBMR Bentuk TRISO (tri structural isotropic) seperti terdapat pada Gambar 2.6 mempunyai susunan sebagai berikut : 1. Lapisan karbon (C) densitas rendah 2. Lapisan karbon pirolitik dalam densitas tinggi (Inner Pyrolitic Carbida, IPyC) 3. Lapisan silikon karbida (SiC) 4. Lapisan karbon pirolitik densitas tinggi (Outer Pyrolitik Carbida, OPyC) Kunci sistem keamanan reaktor PBMR terdapat pada bentuk bahan bakar yang berupa pebble, kemampuan partikel bahan bakar menyimpan radionuklida, kelebihan reaktifitas operasional yang kecil, mempunyai koefisien temperatur negatif, dan bentuk reaktor mempunyai kemampuan membuang kelebihan panas secara pasif. Monte Carlo N-Particle (MCNP) Monte Carlo merupakan metode yang digunakan untuk menyimulasikan suatu proses random. Metode Monte Carlo dapat digunakan untuk menduplikasi proses statistik (seperti interaksi partikel dengan bahan nuklir) secara teoritis dan berbagai masalah komplek yang tidak dapat dikerjakan dengan metode deterministik [7]. MCNP tidak secara langsung menghitung nilai faktor pelipatan k eff, melainkan pada setiap akhir satu generasi akan dihasilkan 3 nilai k eff yang berbeda yang disebut estimator. Ketiga estimator tersebut yaitu [7]: 1. Estimator tumbukan yang dihitung setiap kali terjadi peristiwa tumbukan partikel yang memungkinkan terjadinya peristiwa fisi selama satu generasi neutron. 2. Estimator serapan yang dihitung setiap terjadi interaksi antara neutron dengan bahan dapat belah selama satu generasi neutron. 3. Estimator panjang jejak yang dihitung setiap kali neutron berpindah tempat di dalam bahan dapat belah pada suatu jarak tertentu dari posisi semula. Termohidrolika Reaktor Pada reaktor High Temperature Reactor (HTR) menggunakan pendingin reaktor berupa gas helium. Pendingin berada diantara kelongsong bahan bakar dan mengambil panas dari hasil reaksi fisi bahan bakar. Gambar 3.Laju pendingin di dalam teras (Lebenhaft, 2001) Neraca energi pada saluran pendingin dapat dinyatakan dengan persamaaan [8], (3) dengan : : Laju aliran massa pendingin (Kg/s) C p : Kapasitas panas pendingin (J/Kg.K) T : Suhu pendingin (K) z : layer (m) q : Neraca energi (J/s) 87

Agung Setiyo, Dkk Analisis Distribuís Suhu Aksial Laju aliran pendingin pada saluran pendingin dapat dihitung berdasarkan rasio terhadap laju alir total sebagai berikut, (4) dengan : R 0 : jari jari pebble (m) R core : jari-jari teras reaktor (m) Sedangkan distribusi suhu pendingin teras secara aksial dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut, dengan, T f : Suhu fluida pendingin (K) T in : Suhu pendingin masukan (K) H : Tinggi teras (m) He : Tinggi teras tereksplorasi (m) (5) METODE PENELITIAN Analisis Distribusi Suhu Aksial Teras Reaktor Analisis teras reaktor dilakukan dengan cara membagi teras menjadi 57 layer (bagian) secara aksial. Setiap layer diasumsikan berisi material dengan jumlah dan posisi yang sama. Distribusi suhu dihitung tiap 14,9 cm dengan dimulai dari bagian terbawah teras sampai bagian teratas teras. Setelah didapatkan suhu teras pada masing-masing layer, kemudian dicari suhu rata-rata teras yang akan digunakan pada input MCNP pada penentuan nilai k eff. Penentuan faktor pelipatan efektif (k eff ) Untuk menentukan besarnya k eff pada reaktor PBMR digunakan program MCNP 5. Metode Monte Carlo mensimulasikan proses di dalam teras secara berulang-ulang hingga didapatkan nilai k eff. Penentuan nilai k eff neutron dilakukan dengan melakukan variasi terhadap pengkayaan bahan bakar reaktor. Penentuan koefisien reaktifitas reaktor Penentuan nilai koefisien reaktifitas reaktor dilakukan dengan melakukan penghitungan nilai keff pada dua kondisi reaktor, yaitu pada kondisi fresh cold (suhu kamar) dan pada fresh hot (suhu saat reaktor beroperasi). PEMBAHASAN Pemodelan Program MCNP 5 Program ini adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk mensimulasikan perjalanan neutron di dalam teras secara random (acak). Input program berisi representasi material bahan bakar, moderator dan pendingin yang terdapat di dalam teras, sedangkan output program berupa hasil penghitungan k eff neutron. Program MCNP 5 melakukan simulasi dengan menembakkan sebanyak 5000 neutron awal ke dalam fuel kernel. Penghitungan terhadap nilai k eff dilakukan pengulangan sebanyak 200 kali dengan melewatkan 5 kali putaran. Pengulangan diperlukan agar hasil penghitungan terhadap nilai k eff didapatkan hasil yang lebih tepat. Penentuan Disitribusi Suhu Aksial Teras Reaktor Teras reaktor berbentuk silinder berlubang bagian tengah, dengan tinggi 852 cm dan memiliki diameter 350 cm. Analisis distribusi suhu aksial teras dilakukan dengan membagi teras menjadi 57 layer. Penghitungan terhadap distribusi suhu aksial teras digunakan persamaan (5). Grafik hubungan antara layer dengan suhu aksial teras dapat dilihat pada gambar 4 sebagai berikut : Gambar 4. Hubungan antara layer teras dengan suhu aksial teras Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semakin ke atas, maka suhu teras akan semakin naik. Grafik di atas menunjukkan bahwa suhu minimum berada pada bagian terbawah, sedangkan suhu maksimum berada pada bagian teratas dari teras reaktor. Hal tersebut disebabkan karena pendingin primer masuk ke dalam teras reaktor melalui bagian bawah teras dan keluar melalui bagian atas teras. Jadi, pendingin yang berada pada bagian bawah teras adalah pendingin yang berasal dari bagian luar teras dan telah mengalami proses transfer panas, sedangkan 88

Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 12, No. 3, Juli 2010, hal 85-90 pendingin pada bagian atas adalah pendingin yang akan keluar dari teras reaktor. Penentuan Nilai k eff Penghitungan nilai k eff reaktor dilakukan dengan menggunakan program MCNP 5, dengan variasi pengayaan U-235 dari 7% sampai tingkat pengayaan 10% dengan range variasi sebesar 0,5%. Perubahan variasi pengayaan terhadap bahan bakar akan berpengaruh terhadap besarnya densitas penyusun bahan bakar. Densitas nuklida penyusun bahan bakar akan dimasukkan ke dalam input MCNP. Setelah dilakukan penghitungan menggunakan MCNP 5, didapatkan nilai k eff seperti pada gambar 5. Gambar 5. Hubungan antara Pengayaan U-235 dengan k eff Gambar 5 di atas merupakan grafik hubungan antara pengayaan bahan bakar dengan nilai k eff yang merupakan perbandingan antara PLTN PBMR 10 MWe, 150 MWe [9], dan 268 MWe [10]. Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa semakin kecil daya keluaran suatu PLTN PBMR, maka untuk mencapai kondisi kritis memerlukan pengayaan bahan bakar yang semakin kecil pula. Kondisi kritis reaktor ditandai dengan nilai k eff sebesar 1 yang menunjukkan bahwa jumlah neutron selalu tetap dari satu generasi ke generasi berikutnya. Berdasarkan Gambar 5 di atas, reaktor dengan daya 10 MWe kondisi kritis terjadi pada pengayaan bahan bakar sebesar 8,6%, sedangkan pada reaktor yang berdaya 150 dan 268 MWe kondisi kritis terjadi pada pegkayaan bahan bakar 9,01% dan 9,4%. Hal tersebut disebabkan karena semakin besar daya listrik yang dikeluarkan, maka semakin besar pula energi panas yang dibutuhkan. Agar energi panas yang dihasilkan semakin besar, maka dibutuhkan lebih banyak reaksi fisi yang terjadi di dalam teras reaktor. Penentuan Koefisien Reaktifitas Reaktor Penentuan nilai koefisien reaktifitas reaktor dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan reaktor akibat dari perubahan suhu teras reaktor pada saat reaktor tersebut beroperasi. Penentuan koefisien reaktifitas dilakukan dengan melakukan penghitungan nilai k eff pada dua suhu. Reaktor diasumsikan berada pada kondisi fresh cold (300 K) dan fresh hot (saat beroperasi). Tabel 1. Nilai k eff pada fresh cold dan fresh hot Variasi k eff NO Pengayaan U 235 (%) Fresh cold Fresh hot 1 7,0 1.08341 0.97574 2 7,5 1.09067 0.98343 3 8,0 1.09813 0.98912 4 8,5 1.10808 1.00114 5 9,0 1.11235 1.00617 6 9,5 1.12098 1.01127 7 10,0 1.12224 1.01836 Nilai koefisien reaktifitas dihitung menggunakan persamaan (2), sehingga akan didapatkan nilai koefisien reaktifitas teras pada masing-masing pengayaan seperti pada tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2. Nilai koefisien reaktifitas reaktor No Variasi Pengayaan U 235 (%) Koefisien Reaktifitas ( x10-4 ) /K 1 7,0-2,03703 2 7,5-1,99963 3 8,0-2,00721 4 8,5-1,92799 5 9,0-1,88575 6 9,5-1,93558 7 10,0-1,81792 Berdasarkan hasil penghitungan koefisien reaktifitas reaktor pada tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa nilainya selalu negatif pada setiap variasi pengayaan bahan bakar. Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila terjadi peningkatan suhu teras reaktor, maka nilai k eff akan turun. Apabila nilai k eff turun, maka jumlah neutron yang dihasilkan dari reaksi fisi berantai di dalam teras juga akan semakin berkurang. 89

Agung Setiyo, Dkk Analisis Distribuís Suhu Aksial KESIMPULAN Setelah melakukan penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa Suhu rata-rata pendingin dalam teras reaktor adalah sebesar 893,635 K, Kondisi kritis reaktor PLTN PBMR 10 MWe didapatkan pada pengayaan bahan bakar sebesar 8,6% dan Reaktor memiliki nilai koefisien reaktifitas negatif pada semua pengayaan bahan bakar, sehingga memenuhi standar keamanan reaktor. DAFTAR PUSTAKA [1] Supriatna, Piping. 2008. Konsep Rancangan Sistem Pemurnian Gas Pendingin Primer Pada High Temperature Reactor (HTR). Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir. Yogyakarta. [2] Sugiyono, Agus. 2008. Prospek Penggunaan Teknologi Bersih untuk Pembangkit Listrik dengan Bahan Bakar Batubara di Indonesia. Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol.1. No.1 (90-95). [3] Lamarsh, J.R. 1965. Introduction To Nuclear Reactor Theory. New York: Addison-Wesley Publishing Company. [4] Sekitomo, Hiroshi. 2007. Nuclear Reactor Theory. Tokyo Institute of Technology. [5] Akhadi, Muhlis. 1997. Pengantar Teknologi Nuklir. PT Rineka Cipta : Jakarta. [6] Ridwan, M. dkk. 1986. Pengantar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir. Jakarta: Badan Tenaga Atom Nasional. [7] Briesmeister, J.F. 2003. MCNP-A General Monte Carlo N-Partcle Transport Code Version 5 Volume I. Los Alomos : LA- 13709-M. Los Alomos National Laboratory. [8] Melese, G. dan Katz, R. 1984. Flow Design of Helium-Cooled Reactors. American Nuclear Society, LA Grange Park, Illinois. [9] Wirawan, Ayi. 2010. Desain Bahan Bakar PLTN Tipe PBMR (Pebble Bed Modular Reactor) 150 MW Menggunakan Program MCNP 5 (Monte Carlo N-Particle). Skripsi. Yogyakarta: Teknik Fisika Universitas Gajah Mada. [10] Lebenhaft, J. R. 2001. MCNP4B Modeling of Pebble Bed Reactors. Nuclear Engineer and Master of Science in Nuclear Engineering. MIT. 90