BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aa Juhanda, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN ASESMEN PORTOFOLIO ELEKTRONIK (APE) DALAM MENILAI SIKAP ILMIAH DAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ismi Rakhmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pesatnya perkembangan teknologi menuntut pemerintah mengubah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Aa Juhanda 1, Ana Ratna Wulan 2, Any Fitriani 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. curriculum) ke kurikulum berbasis kompetensi (competency based. menuntut siswa untuk menerapkan langsung konsep yang di dapat dalam

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN. tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. membosankan dapat membuat siswa terdorong untuk belajar dan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu krisis terhadap masalah, sehingga peserta didik (mahasiswa) mampu merasakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogi Musthapa Kamil, 2014

ANALISIS KUALITASDESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL)MATERI PENCEMARAN LINGKUNGANJENJANG SMP DAN SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Praktikum biologi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riskan Qadar, 2015

I. PENDAHULUAN. seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan. (Kusaeri dan Suprananto, 2012). Dalam Permendiknas Nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memang memiliki peranan penting dalam kehidupan umat manusia.

2015 PROFIL SCIENCE-RELATED ATTITUDES SISWA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI BERBASIS PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di SD adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa

BAB II. PENGUASAAN KONSEP FISIKA BAGI MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. pada penalaran verbal dan pemikiran logis, pada tugas-tugas yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi dan teknologi informasi. Pendidikan merupakan sarana penting untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Kartikawati,2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kurikulum KTSP (2006) saat ini siswa dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peny Husna Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi memberikan

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebanyakan siswa tidak diajarkan bagaimana untuk belajar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Sofiatun,2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian atau asesmen dalam pembelajaran memiliki kedudukan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arini, 2013

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

Hasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery

BAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Hal ini menjadi tuntutan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

BAB I PENDAHULUAN. kesenjangan. Diperlukan penataan kembali sistem pendidikan secara menyeluruh

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat belajar IPA adalah sebagai produk dan sebagai proses, maka

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar di kelas masih memiliki kendala dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah serius yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah sistem pendidikan yang terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati, dan rasa). Mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter pun (seperti budi pekerti dan agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan atau hanya sekedar tahu ). Padahal pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek knowledge, feeling, loving, and acting (Rustaman, 2011). Selain itu, sistem pendidikan yang terlalu berorientasi pada aspek kognitif juga terlalu abstrak (tidak konkrit), dengan proses pembelajaran yang pasif dan kaku, sehingga proses belajar menjadi sangat tidak menyenangkan dan penuh beban. Semua ini telah membunuh karakter siswa menjadi tidak kreatif, tidak percaya diri, tertekan, stress serta tidak mencintai belajar, sehingga sulit membangun manusia yang life long learner dan berkarakter. Pada pembelajaran sains khususnya biologi, guru perlu menanamkan karakter yang bersifat ilmiah pada siswa agar mereka memiliki sikap ilmiah. Karhami (2000) mengemukakan bahwa sikap ilmiah penting dalam pembentukkan karakter siswa (Rustaman, 2010). Pendapat tersebut dipertegas oleh Suroso (2011) yang menyatakan bahwa biologi sebagai sains yang dihasilkan melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah. Oleh karena itu dalam proses pembelajarannya mesti menanamkan pengetahuan ilmiah, metode ilmiah, dan sikap ilmiah. Sikap ilmiah merupakan salah satu bagian dari aspek afektif siswa. Menurut Allen (Azwar, 2009) sikap ilmiah adalah An Attitude as degree of positive or negative affect associated with some psychological object. Sikap yang dimaksud berkaitan dengan objek yang disertai dengan perasaan positif (favourable) atau perasaan negative (unfavourable). Sikap ilmiah dapat

2 mempengaruhi penguasaan konsep siswa terhadap suatu kejadian, gejala objek serta prinsip-prinsip dalam sains. Guru hendaknya menilai sikap ilmiah yang dimiliki siswa. Guru diharapkan dapat membimbing dan mengembangkan sikap ilmiah siswa dengan memilih pembelajaran yang lebih baik, sehingga siswa dapat lebih berusaha mengembangkan sikap ilmiah yang dimiliki. Pada pembelajaran biologi, guru dapat mengembangkan sikap ilmiah yang dimiliki oleh siswa melalui hasil karya ilmiah. Harlen (1992) mengemukakan bahwa untuk menumbuhkembangkan sikap ilmiah siswa yaitu dengan memberikan kesempatan pada siswa dalam mengembangkan sikap ilmiah melalui karya ilmiah. Karya ilmiah dalam penelitian ini dapat berupa pembuatan makalah, jurnal praktikum, dan laporan praktikum siswa. Guru perlu melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan karya ilmiah siswa guna mengungkap sikap ilmiah, salah satunya melalui praktikum. Praktikum merupakan bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapatkan kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang diperoleh dari teori. Rustaman (2003) mengungkapkan bahwa kegiatan praktikum merupakan latihan aktivitas ilmiah baik berupa eksperimen, observasi maupun demonstrasi yang menunjukkan adanya keterkaitan antara teori dengan fenomena yang dilaksanakan baik di laboratorum ataupun di luar laboratorium. Adanya kegiatan praktikum tersebut, maka siswa dapat membuat karya ilmiah yang dapat dinilai oleh guru dalam mengkaji sikap ilmiah. Menurut Rustaman (2003) penilaian atau pengukuran hasil belajar dapat dilakukan secara tertulis, lisan, ataupun melalui observasi. Laporan praktikum merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kegiatan praktikum. Selama ini laporan praktikum hanya dimanfaatkan untuk menilai aspek kognitif saja, misalnya dengan melihat ketepatan ataupun kedalaman pembahasan yang ditulis siswa. Padahal melalui laporan praktikum, sikap ilmiah siswa pun dapat dinilai, misalnya aspek kejujuran, disiplin, kecermatan juga kerja keras. Lebih lanjut Rustaman (2010) mengemukakan bahwa pentingnya pengukuran sikap ilmiah membuktikan bahwa siswa sudah dapat menguasai biologi bukan hanya sekedar penguasaan materi subjek (konten, pengetahuan,

3 konsep), melainkan pengetahuan atau materi subyek hanyalah wahana untuk mengembangkan proses berpikir dan hal-hal lain yang terkait di dalamnya. Pada pengumpulan hasil karya ilmiah siswa, diperlukan adanya suatu alat evaluasi untuk menilainya. Salah satu alat yang dapat menilai kumpulan hasil karya ilmiah siswa dapat berupa asesmen portofolio. Asesmen portofolio merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam penilaian praktikum siswa (Ramlawati, 2012). Menurut Birgin & Baki (2007) asesmen portofolio termasuk ke dalam kelompok penilaian kinerja (Ramlawati, 2012). Dibandingkan bentuk penilaian kinerja lainnya, asesmen portofolio memiliki keistimewaan karena menyediakan kumpulan dokumen sebagai bukti proses dan hasil belajar siswa, sehingga dalam menganalisis hasil karya siswa, guru dapat mengetahui potensi, sikap ilmiah siswa, kelebihan, dan kekurangan mereka. Hasil penelitian Wulan (2009) mengungkapkan bahwa penilaian portofolio melibatkan banyak komponen sebagai alat penilaian. Hal ini berarti penilaian tersebut menuntut perhatian lebih dari guru apabila dibandingkan dengan penilaian jenis lainnya. Lebih lanjut dikemukakan, dalam hal ini guru harus tekun dan sabar mengumpulkan pekerjaan siswa, mengurutkan secara kronologis serta menafsirkannya. Hal ini akan sangat menyulitkan bagi guru yang kurang tekun dan memiliki sedikit waktu. Banyaknya tugas-tugas yang harus dinilai dan diamati dalam hasil praktikum mengakibatkan asesmen portofolio tradisional memiliki beberapa kelemahan. Kelemahannya antara lain adalah membutuhkan tempat yang banyak untuk penyimpanan dokumen, banyak waktu untuk memberi feedback, tidak dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat dan segera, menuntut perhatian guru yang lebih, seperti guru harus tekun dan sabar mengumpulkan pekerjaan siswa, mengurut secara kronologis serta membuat penafsiran dirinya (Wulan, 2009). Menurut Kimbal (Kwok, 2011) tugas-tugas yang banyak dapat mudah diatasi dengan menggunakan asesmen portofolio elektronik (Ramlawati, 2012). Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin derasnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan (Ramlawati, 2012). Salah satu dampak yang terlihat adalah munculnya

4 beberapa inovasi dalam pendidikan seperti halnya penilaian siswa. King (1997) berpendapat bahwa penggunaan inovatif berbasis web teknologi, terutama dalam penilaian dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran saat penilaian berbasis web dirancang secara baik, tepat dan sesuai dengan waktu yang digunakan (Ngunyen, 2006). Selain itu, adanya fasilitas web di internet menjadikan asesmen portofolio dapat dibuat dalam bentuk online yang dikenal dengan istilah portofolio elektronik. Dengan demikian, melalui portofolio elektronik kesulitan-kesulitan penggunaan asesmen portofolio tradisional dapat diatasi. Menurut Barker (2005) portofolio elektronik dapat menjadikan asesmen portofolio lebih efektif dan efisien (Ramlawati, 2012). Portofolio elektronik adalah koleksi digital artifak-artifak yang merepresentasikan individual, kelompok, komunitas, organisasi, atau institusi (Lorenzo & Ittelson, 2005). Lebih lanjut ditegaskan oleh Dimarco (2006) bahwa idealnya semua pekerjaan dalam portofolio elektronik tidak hanya dalam bentuk digital tetapi juga tersedia di internet. Penerapan asesmen portofolio tidak lepas dari proses pembelajaran, oleh karena itu diperlukan wadah untuk mengimplementasikannya. Menurut Wulan (2009) asesmen portofolio dapat diterapkan hanya pada materi biologi tertentu seperti materi lingkungan yang memungkinkan untuk banyak memberi penugasan pada siswa. Oleh karena itu, atas dasar asumsi tersebut maka pada penelitian ini penerapan asesmen portofolio dilakukan pada konsep pencemaran lingkungan. Konsep pencemaran lingkungan ini termasuk konsep terakhir untuk kelas X semester dua. Pencemaran lingkungan merupakan konsep yang kontekstual dengan kehidupan siswa sehari-hari dimana banyak menyajikan masalah-masalah nyata yang menarik untuk dipraktikumkan. Dengan demikian pemahaman siswa akan bertambah akibat adanya ptaktikum dan sikap ilmiah siswa pada konsep ini dapat terungkap. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengembangan Asesmen Portofolio Elektronik (APE) untuk Menilai Sikap Ilmiah dan Penguasaan Konsep Siswa SMA Pada Laporan Praktikum Pencemaran Lingkungan.

5 B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitan ini adalah Bagaimana pengembangan Asesmen Portofolio Elektronik (APE) untuk menilai sikap ilmiah dan penguasaan konsep siswa SMA pada laporan praktikum pencemaran lingkungan? Agar pelaksanaan penelitian lebih terarah, secara terperinci permasalahan penelitian dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik APE yang dihasilkan serta fitur-fitur yang dikembangkan untuk menilai sikap ilmiah dan penguasaan konsep siswa pada laporan praktikum pencemaran lingkungan? 2. Bagaimana APE dalam mengungkap sikap ilmiah siswa pada konsep pencemaran lingkungan? 3. Bagaimana APE dalam mengungkap penguasaan konsep siswa pada konsep pencemaran lingkungan? 4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pengembangan APE untuk menilai sikap ilmiah dan penguasaan konsep siswa pada laporan praktikum pencemaran lingkungan? 5. Bagaimana tanggapan guru terhadap pengembangan APE untuk menilai sikap ilmiah dan penguasaan konsep siswa pada laporan praktikum pencemaran lingkungan? 6. Kelebihan, kelemahan, keunggulan dan keterbatasan apa yang ditemukan dari pengembangan APE untuk menilai sikap ilmiah dan penguasaan konsep siswa pada laporan praktikum pencemaran lingkungan? C. Batasan Masalah Pada penelitian ini, untuk memfokuskan arah dan jalannya penelitian maka permasalahan yang diteliti dibatasi sebagai berikut: 1. Asesmen Portofolio Elektronik (APE) merupakan asesmen for learning dengan memanfaatkan web yang disertai fasilitas moodle dalam menilai sikap ilmiah siswa melalui portofolio laporan praktikum pencemaran lingkungan.

6 2. Praktikum pencemaran lingkungan meliputi kegiatan praktikum pencemaran air, tanah dan udara. 3. Sikap ilmiah siswa meliputi rasa ingin tahu, jujur, disiplin, kerja keras, dan mengutamakan bukti. Sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada kurikulum mata pelajaran biologi SMA yang disusun oleh pusat kurikulum (PUSKUR)-Balitbang Diknas (Ramly, 2010) dan Carin (1997). 4. Penguasaan konsep yang diukur meliputi kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan pilihan ganda berdasarkan ranah kognitif taksonomi Bloom revisi (Anderson & Krathwohl, 2001) dari jenjang C1- C4 secara online pada web APE yang berhubungan dengan konsep pencemaran lingkungan. D. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai pengembangan APE dalam menilai sikap ilmiah dan penguasaan konsep siswa pada laporan praktikum pencemaran lingkungan. Adapun tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan karakteristik APE yang dihasilkan serta fitur-fitur yang dikembangkan untuk menilai sikap ilmiah dan penguasaan konsep siswa. 2. Mendeskripsikan APE dalam mengungkap sikap ilmiah pada laporan praktikum pencemaran lingkungan. 3. Memaparkan peranan APE dalam mengungkap penguasaan konsep siswa pada konsep pencemaran lingkungan. 4. Mengetahui tanggapan siswa terhadap pengembangan APE untuk menilai sikap ilmiah dan penguasaan konsep siswa siswa pada laporan praktikum pencemaran lingkungan. 5. Mengetahui tanggapan guru terhadap pengembangan APE untuk menilai sikap ilmiah dan penguasaan konsep siswa pada laporan praktikum pencemaran lingkungan. 6. Mengungkap kelebihan, kelemahan, keunggulan dan keterbatasan yang ditemukan dari pengembangan APE untuk menilai sikap ilmiah dan penguasaan konsep siswa pada laporan praktikum pencemaran lingkungan.

7 E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Guru a. Memahami alternatif alat penilaian for learning untuk menilai sikap ilmiah siswa melalui APE. b. Memahami cara penggunaan APE untuk menilai sikap ilmiah siswa yang selanjutnya perlu pengembangan lebih lanjut. 2. Bagi Siswa a. Membekali siswa dalam mengembangkan kemampuan menggunakan fasilitas internet sebagai media dalam pembelajaran. b. Melatih siswa untuk mengembangkan sikap ilmiah yang mereka miliki dalam bentuk portofolio laporan praktikum siswa. 3. Bagi Peneliti Lain a. Memberikan informasi bagaimana melaksanakan APE yang digunakan untuk menilai sikap ilmiah dan penguasaan konsep pada laporan praktikum pencemaran lingkungan beserta kelemahan, kelebihan, keunggulan dan keterbatasannya sehingga tidak salah dalam menggunakan APE serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan ketika akan melakukan penelitian yang relevan.