PENGARUH KEBERSIHAN MODUL SURYA TERHADAP UNJUK KERJA PLTS

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI TERHADAP UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 1,9 KW DI UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: STUDI PENGARUH PENGGUNAAN BATERAI PADA KARAKTERISTIK PEMBANGKITAN DAYA SOLAR CELL 50 WP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PERBANDINGAN OUTPUT DAYA LISTRIK PANEL SURYA SISTEM TRACKING DENGAN SOLAR REFLECTOR

Muhamad Fahri Iskandar Teknik Mesin Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN

Prof.Dr. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng. Vita Lystianingrum B.P, ST., M.Sc.

PENGARUH SERAPAN SINAR MATAHARI OLEH KACA FILM TERHADAP DAYA KELUARAN PLAT SEL SURYA

Uji Karakteristik Sel Surya pada Sistem 24 Volt DC sebagai Catudaya pada Sistem Pembangkit Tenaga Hybrid

PENINGKATAN EFISIENSI MODUL SURYA 50 WP DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SEBAGAI CATU DAYA PADA BTS MAKROSEL TELKOMSEL

II. Tinjauan Pustaka. A. State of the Art Review

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Perancangan Sistem Pembangkit Listrik Sepeda Hybrid Berbasis Tenaga Pedal dan Tenaga Surya

Analisis Performa Modul Solar Cell Dengan Penambahan Reflector Cermin Datar

PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN PANEL SURYA

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: X Yogyakarta, 15 November2014

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kebutuhan akan energi listrik yang terus meningkat dan semakin

ANALISIS KARAKTERISTIK ELECTRICAL MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SKALA LABORATORIUM

INTENSITAS CAHAYA MATAHARI TERHADAP DAYA KELUARAN PANEL SEL SURYA

Available online at Website

BAB II SEL SURYA. Simulator algoritma..., Wibeng Diputra, FT UI., 2008.

PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN PHOTOVOLTAIC ( PV)

UNJUK KERJA PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK TENAGA MATAHARI PADA JARINGAN LISTRIK MIKRO ARUS SEARAH Itmi Hidayat Kurniawan 1*, Latiful Hayat 2 1,2

HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE

PERBEDAAN EFISIENSI DAYA SEL SURYA ANTARA FILTER WARNA MERAH, KUNING DAN BIRU DENGAN TANPA FILTER

NASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN SEL SURYA UNTUK KONSUMEN RUMAH TANGGA DENGAN BEBAN DC SECARA PARALEL TERHADAP LISTRIK PLN

PENGUJIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN POSISI PELAT PHOTOVOLTAIC HORIZONTAL

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang

KOMPARASI ENERGI SURYA DENGAN LAMPU HALOGEN TERHADAP EFISIENSI MODUL PHOTOVOLTAIC TIPE MULTICRYSTALLINE

Muchammad, Eflita Yohana, Budi Heriyanto. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Phone: , FAX: ,

BAB IV ANALISIS DAN HASIL DESAIN ALAT. Analisis desain Tas Elektronik membahas mengenai pengujian Tas

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari teknologi yang terus berkembang [1]. seperti halnya teknologi mobil

PENGUJIAN SUDUT KEMIRINGAN OPTIMAL PHOTOVOLTAIC DI WILAYAH PURWOKERTO HALAMAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Masalah

PENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS

Utomo et al., Optimalisasi Daya dan Eneri Listrik pada Panel Surya Polikristal... 45

PERENCANAAN PERKAMPUNGAN SURYA (SOLAR RURAL) 20 kwp SISTEM SENTRALISASI DI KABUPATEN BENGKALIS

PENGARUH PENAMBAHAN ALAT PENCARI ARAH SINAR MATAHARI DAN LENSA CEMBUNG TERHADAP DAYA OUTPUT SOLAR CELL

pusat tata surya pusat peredaran sumber energi untuk kehidupan berkelanjutan menghangatkan bumi dan membentuk iklim

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Hari Agus Sujono a), Riny Sulistyowati a), Agus Budi Rianto a)

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI PENGGUNAAN SEL SURYA DAN INTENSITAS CAHAYA MATAHARI PADA AREA GEDUNG K.H. MAS MANSYUR SURAKARTA

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH KETEBALAN LAPISAN AIR PENDINGIN TERHADAP DAYA KELUARAN MODUL PHOTOVOLTAIC MONOCRYSTALLINE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ENERGI TERBARUKAN DENGAN MEMANFAATKAN SINAR MATAHARI UNTUK PENYIRAMAN KEBUN SALAK. Subandi 1, Slamet Hani 2

Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia

STUDI ORIENTASI PEMASANGAN PANEL SURYA POLY CRYSTALLINE SILICON DI AREA UNIVERSITAS RIAU DENGAN RANGKAIAN SERI-PARALEL

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN SUHU MODUL DAN DAYA KELUARAN PANEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN REFLEKTOR

PENGARUH PENAMBAHAN REFLEKTOR (CERMIN DATAR) TERHADAP KELUARAN DAYA POLYCRYSTALLINE

UNIVERSITAS DIPONEGORO UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN MODUL SURYA 50 WATT PEAK DENGAN POSISI MEGIKUTI PERGERAKAN ARAH MATAHARI

PEMODELAN DAN SIMULASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER

BAB III DESKRIPSI DAN PERENCANAAN RANCANG BANGUN SOLAR TRACKER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI PERFORMANSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN CERMIN TERPUSAT PADA BERBAGAI VARIASI SUDUT KEMIRINGAN PANEL SURYA

PERANCANGAN ALAT PENYEMPROT HAMA TANAMAN TIPE KNAPSACK BERBASIS SOLAR PANEL 20 WP

Perbandingan Efisiensi Energi Pengontrol T2FSMC dan Pid pada Prototype Panel Surya

PENJADWALAN KEMIRINGAN PANEL SURYA MENGGUNAKAN SMART RELAY (PLC) ZELIO UNTUK MENDAPATKAN TEGANGAN KELUARAN OPTIMAL

Sistem PLTS Off Grid Komunal

Perancangan Simulator Panel Surya Menggunakan LabView

Kata Kunci : Solar Cell, Modul Surya, Baterai Charger, Controller, Lampu LED, Lampu Penerangan Jalan Umum. 1. Pendahuluan. 2.

PERBANDINGAN KELUARAN PANEL SURYA DENGAN DAN TANPA SISTEM PENJEJAK

Perancangan dan Realisasi Kebutuhan Kapasitas Baterai untuk Beban Pompa Air 125 Watt Menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

KAJIAN KELAYAKAN SISTEM PHOTOVOLTAIK SEBAGAI PEMBANGKIT DAYA LISTRIK SKALA RUMAH TANGGA (STUDI KASUS DI GEDUNG VEDC MALANG)

LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI PERTANIAN PENGUKURAN TEGANGAN DAN ARUS DC PADA SOLAR CELL

Ribuan tahun yang silam radiasi surya dapat menghasilkan bahan bakar fosil yang dikenal dengan sekarang sebagai minyak bumi dan sangat bermanfaat bagi

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN MODUL SURYA 50 WATT PEAK DENGAN POSISI MEGIKUTI PERGERAKAN ARAH MATAHARI

Penyusun: Tim Laboratorium Energi

BAB 3 PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI TERBARUKAN DAN MODEL JARINGAN LISTRIK MIKRO ARUS SEARAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBERDAYAAN ENERGI MATAHARI SEBAGAI ENERGI LISTRIK LAMPU PENGATUR LALU LINTAS

NASKAH PUBLIKASI PENGGUNAAN PANEL SURYA (SOLAR CELL) SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ALTERNATIF UNTUK POMPA AKUARIUM DAN PEMBERI MAKAN OTOMATIS

PENGARUH PARAMETER LINGKUNGAN DAN PENEMPATAN POSISI MODUL TERHADAP LUARAN ENERGI PLTS MENGGUNAKAN SOLAR CELL 50 WP, 12 VOLT

DASAR TEORI. Kata kunci: grid connection, hybrid, sistem photovoltaic, gardu induk. I. PENDAHULUAN

Kajian Fisis Energi Terbarukan Panel Surya Melalui Eksperimen Sederhana untuk Siswa SMA

Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro OLEH :

PERANCANGAN SISTEM MONITORING DAN OPTIMASI BERBASIS LABVIEW PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DAN ANGIN. Irwan Fachrurrozi

PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN PHOTOVOLTAIK DI DUSUN GUNUNG BATU DESA TANGKIL KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

PENGARUH PERUBAHAN INTENSITAS MATAHARI TERHADAP DAYA KELUARAN PANEL SURYA

Studi Prakiraan Beban dan Potensi Pemanfaatan PV untuk Mengurangi Beban Puncak di Penyulang Unsyiah Menggunakan ANN

Lampu Lalu Lintas Tenaga Surya dengan Solar Tracking System Kota Pekanbaru

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN OUTPUT DAYA LISTRIK PANEL SURYA SISTEM TRACKING DENGAN SOLAR REFLECTOR IDA BAGUS KADE SURYA NEGARA

PENINGKATAN EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN REFLEKTOR PARABOLA

Sistem Panel Surya Terhubung Grid melalui Single Stage Inverter

Makalah Seminar Kerja Praktek PROSES PENYIMPANAN ENERGI PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. Tujuan pengujian ini adalah untuk membuktikan apakah sistem yang

Sistem PLTS OffGrid. TMLEnergy. TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat. TMLEnergy. We can make a better world together CREATED

Simulasi Maximum Power Point Tracking pada Panel Surya Menggunakan Simulink MATLAB

Pemodelan Kurva I(V) Normal Light dan Dark Current Modul PV Untuk Menentukan Unjuk Kerja Solar Sel

DAYA KELUARAN PANEL SURYA SILIKON POLI KRISTALIN PADA CUACA NORMAL DAN CUACA BERASAP DENGAN SUSUNAN ARRAY PARALEL

Rancang Bangun Sistem Pengangkatan Air Menggunakan Motor AC dengan Sumber Listrik Tenaga Surya

Kata kunci : Arsitektur Bali, Panel surya, rangkaian seri, rangkaian paralel.

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga

PENGUJIAN OPEN CIRCUIT VOLTAGE (VOC) DAN SHORT CIRCUIT CURRENT (ISC) LISTRIK PADA RANGKAIAN SERI PARALEL SOLAR CELLS PANEL DI POLITEKNIK NEGERI BALI

Sistem Pembangkit Listrik Alternative Menggunakan Panel Surya Untuk Penyiraman Kebun Salak Di Musim Kemarau

Transkripsi:

E-Journal SPEKTRUM Vol. 2, E-JournalSPEKTRUM PENGARUH KEBERSIHAN MODUL SURYA TERHADAP UNJUK KERJA PLTS P.A. Sujana 1, I.N.S. Kumara 2, I.A.D Giriantari 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Email : ariestasujana@gmail.com 1, ins_kumara@yahoo.com 2, dayu.giriantari@yahoo.com 3 Abstrak PLTS adalah suatu teknologi pembangkit yang mengkonversikan foton dari matahari menjadi energi listrik. Faktor penting yang mempengaruhi besarnya foton yang diterima oleh sel adalah kebersihan modul. Studi pengaruh kebersihan modul terhadap unjuk kerja PLTS dilakukan di Denpasar pada bulan Januari sampai Maret, menggunakan dua modul yang indentik 14,1 Wp. Modul pertama secara berkala sedangkan modul kedua tidak. Dari studi ini, modul menghasilkan daya tertinggi 13,63 Watt. Sedangkan modul tidak menghasilkan daya tertinggi sebesar 13,45 Watt, terjadi penurunan sebesar 5,48%. Dari studi ini didapat hasil output dari modul yang lebih besar dibandingkan modul tidak. Penurunan yang relatif kecil disebabkan oleh pembersihan permukaan modul oleh hujan yang sering terjadi, sehingga secara tidak langsung air hujan membersihkan permukaan modul dari kotoran. Kata kunci : PV, kebersihan modul, Output PV 1. PENDAHULUAN Berdasarkan peta energi matahari, Bali memiliki radiasi harian matahari rata-rata 5,2 kwh/m 2. Maka provinsi Bali memiliki potensi yang baik untuk pengembangan pembangkit listrik dari energi [1]. Bali memiliki dua musim, yaitu kemarau dan hujan. Ditinjau dari perkembangan daerah, Bali merupakan daerah yang sedang berkembang sehingga menyebabkan polusi udara. Panas, hujan, banyak pepohonan, unggas, dan polusi udara merupakan sumber - sumber yang dapat menyebabkan kotor pada permukaan modul, berakibat pengurangan daya dari modul. 1.1 State of the art review Md. Mizanur Rahman dalam tulisannya dengan judul Effects of Natural Dust on the Performance of PV Panels in Bangladesh. Melakukan percobaan dengan menggunakan dua modul 1 Wp di Banglades. Percobaan tersebut dilakukan dengan cara membandingkan dua modul. Modul pertama dibiarkan terkena debu alami dan modul kedua secara berkala. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan penurunan ISC pada modul kotor sebesar 35%.[2]. Dari latar belakang tersebut penulis melakukan studi terhadap pengaruh kebersihan modul terhadap energi outputnya, yang dipasang pada suatu lokasi di Denpasar. Didalam penelitian ini dilakukan monitoring dan pengukuran terhadap arustegangan dari modul yang tetap dijaga agar tetap bersih dan modul yang dibiarkan terkena dampak kotoran dari kondisi sekitar. Sehingga dari penelitian ini akan memperoleh informasi bagaimana pengaruh kebersihan terhadap energi keluaran modul jika terpasang di daerah Denpasar. 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Arus dan Tegangan Seperti yang disebutkan pada buku ABBQT dengan judul Photovoltaic plants bahwa karakteristik arus dan tegangan pada modul diperlihatkan pada gambar 1 saat kondisi hubungan tertutup (short-circuit) arus dalam kondisi nilai tertinggi (Isc), sebaliknya pada kondisi hubung terbuka (open-circuit) tegangan dalam kondisi nilai tertinggi (Voc). Berdasarkan dua kondisi yang disebutkan, daya yang dibangkitkan modul adalah nol, dimana pada semua kondisi lainnya, ketiga tegangan meningkat maka produksi daya meningkat juga. Pada mulanya akan mencapai maximum power point (Pm) dan kemudian turun seketika hingga mendekati nilai tegangan tanpa beban [3]. Gambar 1 merupakan kurva I- V pada modul. 149

nnnnnn nnnnn E-JournalSPEKTRUM E-Journal SPEKTRUM Vol. 2, Gambar 2 memperlihatkan intensitas radiasi berpengaruh terhadap perubahan tegangan open circuit (Voc). Tegangan open circuit semakin berkurang ketika intensitas radiasi dikurangi tetapi perubahannya tidak signifikan. 2.3 Temperatur Modul Surya Gambar 1. Kurva I-V pada modul [3] Oleh karena itu, data karakteristik dari PV module dapat dijabarkan sebagai berikut: Isc = arus hubung singkat PV module (A) Voc = tegangan tanpa beban (V) Pm = produksi daya maksimum pada kondisi standar (W) Im = produksi arus pada maximum power point (A) Vm = produksi tegangan pada maximum power point (V) Berdasarkan datasheet dari modul CI-26P. Modul akan bekerja secara optimum pada temperatur konstan yaitu 25 C dengan iradiasi matahari 1000 W/m². Jika temperatur disekitar modul meningkat melebihi 25 C, maka akan mempengaruhi daya keluaran modul, sehingga tegangan akan berkurang seperti Gambar 3. Selain itu, efisiensi modul juga akan menurun. Sedangkan sebaliknya, arus yang dihasilkan akan meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur pada modul [5]. 2.2 Radiasi Matahari Menurut Diputra dalam tulisan Simulator Algoritma Pendeteksi Kerusakan Modul Surya Pada Rangkaian Modul Surya menyebutkan, radiasi matahari yang diterima bumi terdistribusi pada beberapa range panjang gelombang, mulai dari 300 nm sampai dengan 4 mikron. Sebagian radiasi mengalami refleksi di atmosfer (diffuse radiation) dan sisanya dapat sampai ke permukaan bumi (direct radiation). Kedua radiasi ini yang dipakai untuk mengukur besaran radiasi yang diterima sel. Intensitas radiasi sangat mempengaruhi besar kecilnya arus yang dihasilkan. Arus short circuit (Isc) mengalami penurunan ketika intensitas radiasi yang diterima oleh sel berkurang. Intensitas radiasi yang berkurang menyebabkan elektron-elektron yang terlepas semakin sedikit sehingga arus listrik menurun [4]. Gambar 3. Kurva arus dan tegangan terhadap perubahan temperatur PV module [5] 2.4 Orientasi Modul Surya Seperti yang disebutkan pada buku ABBQT dengan judul Photovoltaic plants bahwa Efisiensi maksimum modul akan meningkat jika sudutnya saat terjadi sinar matahari selalu berada pada 90. Faktanya poros rotasi bumi adalah dengan kemiringan 23,45 terhadap bidang dari orbit bumi oleh matahari, pada garis lintang tertentu tinggi dari matahari pada langit bervariasi setiap harinya. Untuk mengetahui ketinggian maksimum (dalam derajat) ketika matahari mencapai langit (α), secara mudah dengan menggunakan rumus berikut [3] : α = 90 - lat + δ (N hemisphere); 90 + lat δ (Shemisphere) Sedangkan sudut yang harus dibentuk oleh modul terhadap permukaan bumi (β), dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut: Gambar 2. Kurva arus dan tegangan sel terhadap intensitas radiasi [4] β=90 α n 250

nnnnnn nnnnn E-JournalSPEKTRUM E-Journal SPEKTRUM Vol. 2, Dengan: lat adalah garis lintang (latitude) lokasi intalasi panel terpasang (dalam satuan derajat) δ adalah sudut dari deklinasi matahari [23,34 ][3]. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Lokasi Penelitian Studi pengaruh kebersihan modul terhadap unjuk kerja PLTS ini dilakukan di Jl. Pulau Enggano No.9 Denpasar, dengan koordinat -8 68 73 56 LS 115 20 00 44 BT yang didapatkan dari software Polaris Navigation. Dengan menggunakan aplikasi google earth, lokasi penelitian ditunjukan pada gambar 4: Sedangkan sudut yang harus dibentuk oleh modul terhadap permukaan bumi (β), dapat diperoleh dengan persamaan 2.7 sebagai berikut [6]: β = 90 α = 90 75.23 = 14,77 15 Dengan sudut kemiringan tersebut dapat dibuatkan penyangga modul yang dirancang menggunakan tiang penyangga tetap. Konfigurasi modul dapat dilihat pada gambar 5 dibawah. Gambar 5. Foto konfigurasi modul Gambar 4. Lokasi penelitian 3.2 Konfigurasi Modul Surya Pada studi ini digunakan dua buah modul polycristaline, dengan kondisi satu buah modul tidak dan satu buah modul secara berkala. Modul yang digunakan adalah CI-26P dengan spesifikasi dapat dilihat dalam tabel 1. Tabel 1. Data Spesifikasi modul CI-26P Model Name Maximum Power Short Circuit Current (Isc) Current at Pmax (IL) Open Circuit Voltage (Voc) Voltage at Pmax (VL) Maximum System Voltage Power Tolerance Nominal Operating Cell Temp (NOCT) Solar Cell Efficiency Cell Technology CI-26P 14,1 Wp 0,98 A 0,81 A 21,1 W 17,5 W DC 100 V ±3% 48 C 14,50% Poly-Si Untuk sudut kemiringan modul (β) ditentukan dengan mencari terlebih dahulu nilai ketinggian maksimum matahari dalam derajat (α) dengan menggunakan persamaan 2.6 yaitu: α = 90 + lat δ = 90 + 8.68 23.45 = 75.23 Gambar 6. Modul 1 dan 2 Penelitian ini menggunakan 2 buah modul polycristaline, dengan kondisi satu buah modul tidak dan 1 buah modul pada saat pengukuran. Lokasi penelitian berada pada koordinat -8 68 73 56 LS 115 20 00 44 BT, maka orientasi modul mengarah ke utara. Modul terpasang dengan tiang penyangga tetap dan memiliki sudut kemiringan modul 15. 2 buah modul diletakan secara berdekatan. Modul 1 dalam kondisi dibiarkan menerima kotoran dari lingkungan sekitar dan modul 2 dalam kondisi secara berkala. 3.3 Pengukuran Output Modul Surya Pengukuran arus dan tegangan modul dilakukan dari tanggal 4 Februari 2015 sampai 15 Maret 2015. Pengukuran dilakukan selama 11 jam/hari. Pengukuran tegangan, arus, temperatur modul, intensitas cahaya matahari dan pengamatan pada kondisi modul dimulai dari jam 07.00 Wita s/d n 351

18.00 Wita. Pengukuran dilakukan setiap 15 menit sekali. Dari 7 kali pengukuran terdapat 3 kali cuaca cerah yaitu pada tanggal 6 Ferbruari, 9 Maret dan 10 Maret 2015. Cuaca mendung sebanyak 2 kali, yaitu pada tanggal 5 Maret dan 8 Maret. Dan cuaca hujan yaitu pada tanggal 6 Maret dan 7 Maret. Arus dan Tegangan diukur menggunakan alat ukur multimeter, temperatur diukur menggunakan thermocouple, intensitas cahaya matahari diukur dengan alat ukur yaitu luxmeter. 3.4 Tegangan dan Arus beban Tegangan (VL) adalah tegangan yang diukur pada kedua terminal modul didapat dengan menambahkan beban tahanan pada modul yang menerima sinar matahari secara langsung. Arus beban (IL) adalah arus yang mengalir pada rangkaian beban dengan menambahkan beban tahanan pada modul yang menerima sinar matahari secara langsung. Pengujian tegangan berbeban (VL) dan arus beban (IL) ditunjukan pada skematik pengukuran pada gambar 7. Gambar 7. Skematik pengukuran tegangan dan arus beban yang berbeban tahanan 3.5 Perhitungan daya modul Daya listrik didapat dari hasil perkalian tegangan berbeban dan arus berbeban. Hasil pengukuran dan perhitungan dari keluaran modul dengan beban 21.6 Ohm pada kondisi cuaca cerah dapat dilihat pada tabel 2 dan 3 berikut : Tabel 2. Hasil perhitungan daya modul E-Journal SPEKTRUM Vol. 2, E-JournalSPEKTRUM Tabel 3. Hasil perhitungan daya modul tidak Waktu Tegangan (VL) Modul tidak Arus (IL) Daya (Watt) Intensitas Cahaya Matahari (Lux) Kondisi Cuaca 7:00 0,87 0,05 0,04 2210 Cerah 8:00 4,66 0,21 0,98 12370 Cerah 9:00 5,23 0,27 1,41 20110 Cerah 10:00 9,01 0,39 3,51 27100 Cerah 11:00 13,86 0,64 8,87 79600 Cerah 12:00 15,65 0,71 11,11 96700 Cerah 13:00 17,00 0,76 12,92 82300 Berawan 14:00 16,62 0,76 12,47 79100 Berawan 15:00 7,49 0,34 2,55 83400 Berawan 16:00 4,69 0,21 0,98 22800 Berawan 17:00 2,65 0,11 0,29 13950 Cerah 18:00 1,05 0,05 0,05 4990 Berawan Hasil perhitungan daya keluaran dari modul dengan tegangan berbeban dan arus berbeban kondisi cuaca cerah diatas dapat dilihat VL sebesar 17.00 Volt pada pukul 13.00 Wita dengan arus beba (IL) yaitu sebesar 0.76 Ampere. Dan daya yang dihasilkan sebesar 13.43 Watt. Sedangkan VL terendah sebesar 1.27 Volt pada pukul 07.00 Wita dengan IL sebesar 0.05 Ampere. Dan daya yang dihasilkan sebesar 0.06 Watt. Sedangkan pada tabel 3 hasil perhitungan daya keluaran dari modul tidak dengan tegangan dan arus beban kondisi cuaca cerah diatas dapat dilihat VL sebesar 17.00 Volt pada pukul 13.00 Wita dengan IL sebesar 0.76 Ampere. Dan daya yang dihasilkan sebesar 12.92 Watt. Sedangkan VL terendah sebesar 0.87 Volt pada pukul 07.00 Wita dengan IL sebesar 0.05 Ampere. Dan daya yang dihasilkan sebesar 0.04 Watt. Berdasarkan hasil perhitungan daya modul dengan VL dan IL modul dapat bekerja secara efektif dari pukul 12.00 Wita sampai dengan pukul 14.45 Wita. Dari tabel 2 dan 3 hasil perhitungan daya keluaran dari modul berdasarkan VL dan IL ditunjukan dengan grafik dibawah: Modul Waktu Tegangan (VL) Arus (IL) Daya (Watt) Intensitas Cahaya Matahari (Lux) 7:00 1,27 0,05 0,06 2210 Cerah 8:00 4,80 0,22 1,06 12370 Cerah 9:00 5,59 0,27 1,51 20110 Cerah 10:00 9,14 0,40 3,66 27100 Cerah 11:00 13,85 0,65 9,00 79600 Cerah 12:00 16,24 0,73 11,36 96700 Cerah 13:00 17,00 0,79 13,43 82300 Berawan 14:00 16,87 0,75 12,69 79100 Berawan 15:00 7,89 0,36 2,84 83400 Berawan 16:00 4,98 0,23 1,15 22800 Berawan 17:00 2,77 0,12 0,33 13950 Cerah 18:00 1,37 0,05 0,07 4990 Berawan Kondisi Cuaca Gambar 8. Grafik perhitungan daya modul 452

nnnnnn nnnnn E-JournalSPEKTRUM E-Journal SPEKTRUM Vol. 2, Selisih perbandingan daya modul dengan modul tidak ditampilkan pada tabel 4. Tabel 4. Selisih perbandingan daya modul dengan modul tidak Waktu 7:00 8:00 9:00 Rata-rata pagi hari 10:00 11:00 Rata-rata menjelang siang 12:00 13:00 14:00 Rata-rata siang hari 15:00 16:00 Rata-rata menjelang sore 17:00 18:00 Rata-rata daya sore hari Rata-rata keseluruhan Daya (Watt) modul Daya (Watt) modul Selisih tidak daya 0,06 0,04 0,02 1,06 0,98 0,08 1,51 1,41 0,10 0,88 0,81 0,07 3,66 9,00 3,51 8,87 0,15 0,13 6,33 6,19 0,14 11,36 13,43 12,69 11,11 12,92 12,63 0,25 0,51 0,06 12,49 12,22 0,27 2,84 1,15 2,55 0,98 0,29 0,17 2,00 1,77 0,17 0,33 0,07 0,29 0,05 0,04 0,02 0,20 0,17 0,03 4,76 4,61 0,15 Dari perbandingan nilai rata-rata daya output modul selama 07:00 Wita 18:00 Wita, didapatkan rata-rata selisih daya output modul sebesar 5,48% yaitu 0,15 watt. Perbedaan daya yang tidak begitu besar dikarenakan pengukuran dilakukan pada musim hujan, dan kedua permukaan modul dari kotoran oleh hujan. Pada saat musim kemarau jumlah deposit kotoran pada modul akan meningkat. Membersihkan permukaan modul disarankan memakai alat dan bahan pembersih yang tidak sembarang. 3.6 Alat dan Bahan Pembersih Permukaan Modul Surya Membersihkan permukaan modul secara evektif dan aman diperlukan alat dan bahan yang khusus atau tidak sembarang. Berikut merupakan rekomendasi alat dan bahan pembersih permukaan modul [7]: 1. Alat penyemprot air bertekanan tinggi, Alat penyemprot ini berguna untuk membersihkan permukaan modul yang kotor. 2. Alat Penyemprot cairan Alat penyemprot digunakan untuk menyemprotkan cairan pembersih modul sekaligus menjadi wadah pencampuran larutan pembersih dan air. 3. Squeegee Squeegee merupakan alat pembersih kaca moderen dengan karet panjang yang dapat membersihkan permukaan modul sekaligus meratakan cairan pembersih pada permukaan modul. 4. Spons Lembut Spons yang lembut digunakan untuk menggosok permukaan modul pada saat membersihkan disarakan agar tidak menggunakan spons yang kasar, jika menggunakan spon yang kasar akan membuat permukaan kaca tergores, dan spons berguna untuk menyerap air di permukaan modul, jika air tersebut dibiarkan mengendap di permukaan akan menyebabkan flek pada permukaan modul. Cairan pembersih yang disarankan untuk membersihkan permukaan modul yaitu jenis pembersih kaca yang mengandung alkohol / etanol / metanol bisa digunakan untuk membersihkan permukaan modul. Tidak disarankan menggunakan bubuk penggosok, scrubber cleaner, natrium hidroksida, benzena, tiner, asam atau alkali, dan zat kimia lainnya yang akan menyebabkan permukaan modul menjadi terkikis. 4 Simpulan dan Saran Dari studi pengaruh kebersihan modul terhadap unjuk kerja PLTS, modul tidak menghasilkan daya tertinggi sebesar 12,63 Watt dan daya modul tidak terendah sebesar 0,04 Watt sedangkan modul menghasilkan daya tertinggi sebesar 12,69 Watt dan daya modul dibersihan terendah sebesar 0,06. Dari perhitungan daya yang dilakukan, terjadi penurunan sebesar 5,48%. Dari studi ini didapat hasil output dari modul yang lebih besar dibandingkan modul tidak. Perbedaan daya yang tidak begitu besar dikarenakan pengukuran dilakukan pada musim hujan, dan kedua permukaan modul dari kotoran oleh hujan. Disarankan penelitian ini dilakukan pada musim kemarau agar mengetahui dampak maksimal dari kebersihan modul. DAFTAR PUSTAKA [1] Rahardjo, Amien. Optimalisasi Pemanfaatan Sel Surya Pada Bangunan Komersial Secara Terintegrasi Sebagai Bangunan Hemat Energi. Universitas Indonesia. Depok : 2008. [2] Md. Mizanur Rahman. Effects of Natural Dust on the Performance of PV Panels in Banglades. MECS 2012. [3] ABB. Technical Application Papers N0.10 Photovoltaic Plants. Bergamo. Italy : 2010. n 553

[4] Diputra, Wibeng. Simulator Algoritma Pendeteksi Kerusakan Modul Surya Pada Rangkaian Modul Surya. Universitas Indonesia : 2008. [5] Solarex, Data Sheet Photovoltaic Modules MSX 60. USA 1998. [6] Hanif M. Studying Power Output of PV Solar Panels at Different Temperatures and Tilt Angel. Pakistan : 2012. Khyber Pakhtunkhwa Agricultural University Peshawar. [7] Serbot, AG. Solar Panel Cleaning. 2014. E-Journal SPEKTRUM Vol. 2, E-JournalSPEKTRUM 654