FLOKULASI 10. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

dokumen-dokumen yang mirip
PRASEDIMENTASI 7. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

KOAGULASI 9. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

Teori Koagulasi-Flokulasi

UNIT PENGOLAHAN AIR MINUM 5

PENGANTAR BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM

DIAGRAM ALIR 4. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

RESERVOIR 14. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

SEDIMENTASI 11. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

INTAKE 6. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

ANALISIS KUALITAS AIR 3

FILTRASI 12. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

PENENTUAN KEBUTUHAN AIR DAN DEBIT AIR BAKU

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

Oleh : Aisyah Rafli Puteri Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Nieke Karnaningroem, MSc

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM LEGUNDI PDAM GRESIK UNIT 4 (100 LITER/ DETIK)

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Kekeruhan dan Total Coli

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Kekeruhan dan Total Coli

BAB 5 UNIT KOAGULASI-FLOKULASI

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

Koagulasi Flokulasi. Shinta Rosalia Dewi 9/25/2012 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

KONTRAK PERKULIAHAN. Dosen Pengasuh : Yuli Darni, S.T., M.T.

EFISIENSI PROSES KOAGULASI DI KOMPARTEMEN FLOKULATOR TERSUSUN SERI DALAM SISTEM PENGOLAHAN AIR BERSIH. Ignasius D.A. Sutapa

PERBANDINGAN HIDRODINAMIKA FLOKULATOR BERBENTUK SETENGAH LINGKARAN DAN PERSEGI PANJANG PADA PROSES FLOKULASI MENGGUNAKAN ALIRAN MELALUIMEDIA KELERENG

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) BANJAR BAKULA WILAYAH BARAT INSTALLATION OF WATER TREATMENT BANJAR BAKULA WESTERN REGION

Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl Ganesha 10 Bandung PENDAHULUAN

Teknik Bioseparasi. Dina Wahyu. Genap/ March 2014

STUDI EFEKTIVITAS LAMELLA SEPARATOR DALAM PENGOLAHAN AIR SADAH

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

BAB III TEORI DASAR Pengertian Air Limbah Kegiatan Penambangan. limbah kegiatan penambangan bijih emas dan atau tembaga yaitu air yang terkena

Suarni Saidi Abuzar, Rizki Pramono Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas ABSTRAK

Aisyah Rafli Puteri. Abstrak

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK SISTEM PRODUKSI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM KOTA MALANG

PENGARUH ph PADA PROSES KOAGULASI DENGAN KOAGULAN ALUMINUM SULFAT DAN FERRI KLORIDA

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

BAGIAN IV: PEMILIHAN PROSES PENGOLAHAN

Perancangan Unit Instalasi Pengolahan Air Minum Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB IV METODE PENELITIAN

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN KOAGULAN PADA UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH BATUBARA

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

PENDAHULUAN. 1 dan 2

THE EFFECTS OF GRADIENT VELOCITY AND DETENTION TIME TO COAGULATION FLOCCULATION OF DYES AND ORGANIC COMPOUND IN DEEP WELL WATER

EVALUASI TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH PADA PDAM TIRTA MON PASE INSTALASI MEUNASAH REUDEUP KABUPATEN ACEH UTARA

Kata kunci : Instalasi pengolah air modular, Poly Aluminium Chloride, TSS, Kekeruhan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

BAB IV METODE PENELITIAN

Pendahuluan. Peningkatan jumlah penduduk Kebutuhan akan air bersih Kondisi IPAM yang kurang ideal Evaluasi IPAM

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det

Optimasi Penggunaan Koagulan Dalam Proses Penjernihan Air

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI. ABSTRAK

PENGOLAHAN LUMPUR 15. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

II.2.1. PRINSIP JAR TEST

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Agar-agar

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

BAB 2 PENGADUKAN. Pengadukan (mixing) merupakan suatu aktivitas operasi pencampuran dua

PEMANFAATAN LUMPUR ENDAPAN UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DENGAN SISTEM BATCH HALIFRIAN NURMANSAH

PENGARUH ph PADA PROSES KOAGULASI DENGAN KOAGULAN ALUMINUM SULFAT DAN FERRI KLORIDA

PENGARUH PENGADUKAN PADA KOAGULASI MENGGUNAKAN ALUM

BAB III LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN AERASI UNTUK MENGURANGI KADAR COD DAN FOSFAT DALAM AIR LIMBAH CAR WASH

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR BERSIH UNIT 1 SUNGAI CIAPUS DI KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR DINANTI TRI RESTIO PUTRI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kajian Unit Pengolahan Menggunakan Media Berbutir dengan Parameter Kekeruhan, TSS, Senyawa Organik dan ph

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus Unit Pengolahan Air Bersih Rsup Dr.

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)

PENGOLAHAN AIR BERSIH. PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR PEJOMPONGAN II DENGAN METODE KONVENSIONAL

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

BAB 3 METODE PERCOBAAN

EVALUASI DESAIN INSTALASI PENGOLAHAN AIR PDAM IBU KOTA KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM PDAM LEGUNDI GRESIK UNIT III (50 LITER/DETIK)

BAB IV HASIL PENELITIAN

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc

BAB VII RENCANA DETAIL UNIT-UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

Transkripsi:

FLOKULASI 10 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah 1. Prof. Dr. Ir. Mary Selintung, MSc. 2. Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, MT 3. Ir. Achmad Zubair, MSc. 4. Dr. Eng. Bambang Bakri, ST., MT. 5. Roslinda Ibrahim, SP., MT Setelah lulus mata kuliah ini mahasiswa mampu membuat perencanaan dan perancangan bangunan pengolahan air minum Penyediaan Air Minum Mata Kuliah bangunan pengolahan air Minum merupakan mata kuliah yang diwajibkan bagi mahasiswa semester VI yang telah mengikuti materi perkuliahan penyediaan air minum. Materi perkuliahan mencakup pembahasan mengenai pengertian dan metode perencanaan bangunan pengolahan air minum; penentuan kebutuhan air dan debit air baku, analisis kualitas air baku, perencanaan bangunan unit pengolahan: intake, prasedimentasi, koagulasi dan flokulasi, sedimentasi, filtrasi, disinfeksi, pengolahan lumpur, reservoir dan pengolahan lumpur.

I PENDAHULUAN 1.1 CAKUPAN ATAU RUANG LINGKUP MATERI PEMBELAJARAN Materi pembahasan pada pertemuan ke-10 (sepuluh) ini meliputi: Tinjauan umum Teori GCT Pengadukan Lambat Contoh Perhitungan Waktu Retensi Modifikasi Rancangan Flokulator Mikro Flokulasi Kriteria desain 1.2 SASARAN PEMBELAJARAN, Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mekanisme flokulasi, pengadukan lambat, rancangan flokulator dan kriteria desain bangunan/bak flokulasi. 1.3 PRILAKU AWAL MAHASISWA Sebaiknya mahasiswa telah mengetahui dan memahami materi pembahasan pada perkuliahan sebelumnya, agar dapat mengikuti pembahasan materi pada pertemuan ini dengan baik. 1.4 MANFAAT Manfaat yang didapatkan setelah mengikuti pertemuan ini adalah meningkatkan pengetahuan dan wawasan mahasiswa mengenai hal-hal yang terkait dengan flokulasi termasuk didalamnya mengenai mekanisme flokulasi, pengadukan lambat, rancangan flokulator dan kriteria desain bangunan. 1.5 URUTAN PEMBAHASAN Materi pembahasan dimulai dengan tinjauan umum dan teori GCT. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan materi mengenai Pengadukan lambat, contoh perhitungan waktu retensi dan modifikasi rancangan flokulator. Terakhir pembahasan mengenai mikro Flokulasi dan kriteria desain. 1.6 PETUNJUK BELAJAR Mahasiswa diharapkan membaca isu terkait pada media massa yang menambah wawasan secara umum. Membaca bahan yang akan dikuliahkan pada minggu berikut agar dapat lebih siap dan dapat didiskusikan pada pertemuan berikut.

II PENYAJIAN 2.1 UMUM Flokulasi adalah proses pembentukan flok melalui pengadukan lambat. Bangunan flokulasi ditempatkan setelah bangunan koagulasi. Flokulasi berfungsi mempercepat tumbukan antara partikel koloid yang sudah terdestabilisasi supaya bergabung membentuk mikroflok ataupun makroflok yang secara teknis dapat diendapkan. Berbeda dengan proses koagulasi dimana faktor kecepatan menjadi kendala, pada proses flokulasi terdapat batas maksimum kecepatan untuk mencegah pecahnya flok akibat tekanan yang berlebihan. 2.2 TEORI GCT Teori GCT diintroduksi untuk mengatur flokulasi. GCT adalah rumus untuk menghitung kondisi optimum. G C T = konstan dimana, G: intensitas pencampuran, C: konsentrasi pada turbiditas tertentu, T: waktu Nilai G x T untuk jar test tidak sama dengan nilai G x T untuk fasilitas sedangkan C bisa saja sama. Oleh karena itu, jar test bukanlah suatu simulasi yang akurat tetapi suatu metode untuk mencari laju injeksi koagulan terbaik pada kondisi air baku yang diuji. Kadang, air dari fasilitas flokulasi tidak menunjukkan hasil sebaik hasil jar test walaupun kondisi dosis yang digunakan sama. Salah satu alasan yang bisa diadopsi adalah perbedaan nilai G x T. 2.3 PENGADUKAN LAMBAT Tujuan pengadukan lambat dalam pengolahan air adalah untuk menghasilkan gerakan air secara perlahan sehingga terjadi kontak antar partikel untuk membentuk gabungan partikel hingga berukuran besar. 3

Pengadukan lambat adalah pengadukan yang dilakukan dengan gradien kecepatan kecil (20 sampai 100 detik -1 ) selama 10 hingga 60 menit atau nilai GTd (bilangan Champ) berkisar 48000 hingga 210000. Untuk menghasilkan flok yang baik, gradien kecepatan diturunkan secara bertahap agar flok yang telah terbentuk tidak pecah lagi dan berkesempatan bergabung dengan yang lain membentuk gumpalan yang lebih besar. Secara spesifik, nilai G dan waktu detensi untuk proses flokulasi adalah sebagai berikut, 1. Untuk air sungai: Waktu detensi = minimum 20 menit G = 10-50 detik -1 2. Untuk air waduk: Waktu = 30 menit G = 10-75 detik -1 3. Untuk air keruh: Waktu dan G lebih rendah 4. Bila menggunakan garam besi sebagai koagulan: G tidak lebih dari 50 detik -1 5. Untuk flokulator 3 kompartemen: G kompartemen 1 : nilai terbesar G kompartemen 2 : 40 % dari G kompartemen 1 G kompartemen 3 : nilai terkecil 6. Untuk penurunan kesadahan (pelarutan kapur/soda): Waktu detensi = minimum 30 menit G = 10 50 detik -1 7. Untuk presipitasi kimia (penurunan fosfat, logam berat, dan lain-lain) Waktu detensi = 15-30 menit G = 20-75 detik -1 GTd = 10.000-100.000 4

Pengadukan lambat dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: a. Pengadukan mekanis Pengadukan lambat secara mekanis umumnya memerlukan tiga kompartemen dengan ketentuan G di kompartemen I lebih besar daripada G di kompartemen II dan G di kompartemen III adalah yang paling kecil. b. Pengadukan hidrolis Beberapa contoh pengadukan lambat hidrolis adalah gravel bed floculator, baffle channel floculator dan hidraulic jet floculator. Gravel Bed Flokulator (GBF) GBF adalah Flokulator yang menggunakan kerikil untuk sistem pengadukannya. o GBF ini dapat digunakan sebagai: Pretreatment pada direct filtration karena mempunyai kemampuan untuk mengendapkan flok pada permukaan mediannya Efluen GBF langsung dialirkan ke filter tanpa melalui Unit Sedimentasi II o Kelemahan GBF : Flok dapat menutupi pori pada bed flokulator Bakteri dapat tumbuh dalam bed flokulator Perlu pembersihan bed secara periodik o Kriteria desain: Waktu detensi (td) : 3 5 menit Kedalaman bak 1,5 3 m Q = 270 m3/detik G pada inlet = 1230/detik dan G pada outlet = 35/detik Gambar 10.1 Pengadukan lambat dengan alat pengaduk 5

Gambar 10.2 Gravel Bed flokulator Baffle Channel Flokulator Flokulasi dalam flokulator plat (baffled flocculator) dilakukan dengan mengalirkan air melalui plat (baffles). Baik dalam bentuk vertikal atau horizontal, jarak antara ujung tiap plat dan dinding sebaiknya dibuat sama atau 1-1.5 kali jarak antar plat (baffles). Gambar 10.3 Baffel channel Flokulator 6

Gambar 10.4 Baffel channel Flokulator dengan desain normal (aliran horizontal) o Kriteria desain: Jarak antar sekat harus > 45 cm Kedalaman air 2 3 kali 45 cm Jarak ujung bawah sekat dengan dasar bak (ruang antara ujung sekat bagian atas dengan muka air) = 1,5 x jarak antar sekat. Bahan sekat sebaiknya dari kayu, jangan menggunakan sekat dari bahan semen asbeskarena larut pada ph rendah. Pada bagian bawah diberi lubang untuk pengurasan Hidraulic Jet Flokulator Hidraulic jet flokulator merupakan jenis flokulator hidrolis sederhana dalam konstruksi, operasi dan pemeliharaannya. HJF dapat dioperasikan sebagai unit pengaduk cepat yang diletakkan sebelum unit pengaduk lambat. Dioperasikan dengan gradien kecepatan menurun sehingga proses flokulasi berjalan sempurna. Aliran masuk dapat dilakukan secara horizontal ataupun vertikal (upflow atau downflow) untuk menjadi proses pengadukan menjadi kompak. 7

o Kriteria desain: Kecepatan aliran inlet tipikal : - 0,5 0,7 m/detik untuk kompartemen I - 0,1 0,2 m/detik untuk kompartemen II Nilai gradien kecepatan (G) pada masing masing kompartemen : - Kompartemen I : 75/detik - Kompartemen II : 50/detik - Kompartemen III : 25/detik Waktu detensi 5 10 menit G = 500/detik dan td 1 menit, digunakan sebagai rancangan satu kesatuan unit pengaduk cepat dan lambat. Gambar 10.5 Hidraulic jet flokulator C. Pengadukan Pneumatis Gambar 10.6 Flokulator Pneumatis 8

2.4 CONTOH PERHITUNGAN WAKTU RETENSI Volume unit kolam flokulasi 120 x 120 x 240 = 3,456,000 (cm 3 ) = 3,456 (L) Laju alir = 18.5 (L/s) Waktu retensi per unit = 3456 / 18.5 = 186.8 (s) => ~ 3 (min) Waktu retensi antara tempat sampling pertama dan terakhir 3 x 4 = 12 (min) Sampling Sampling 3min 3min 3min 3min Sedimentasi Intake Flokulasi Contoh praktis IPA Item Turbiditas (NTU) Air baku F1 *) F5-6 **) Jar test ***) Grafik 1 106 51.9 62.1 9.1 2 20.4 19.0 8.9 2.3 3 20.4 10.1 8.6 2.9 4 10.9 8.3 6.7 4.3 *) Kolam flokulasi pertama, **) Kolam flokulasi terakhir (5 atau 6), ***) 40rpm x waktu retensi hitung 9

Gambar 10.7 Penampakan tipikal (dari kiri) kolam flokulasi 1, kolam flokulasi 6 dan hasil eksperimen Berdasarkan hasil eksperimen tersebut, banyak sistem flokulasi yang harus dimodifikasi. Penyebab yang mungkin diasumsikan berasal dari hal-hal berikut (lihat gambar dan skema). Gambar 10.8 Jalan air yang terlalu kecil (kiri) dan bendung segitiga yang salah tempat (kanan) Pengolahan kurang baik (1) Flok akan pecah jika laju alir menjadi lebih cepat. Flok akan lebih besar dengan kondisi optimum. Pengolahan kurang baik (2) Flok akan pecah jika waktu tibanya tidak bersamaan. Flok akan lebih besar pada bagian ini. 10

2.5 MODIFIKASI RANCANGAN FLOKULATOR Pelaksanaan modifikasi disarankan untuk rancangan flokulator yang kurang baik. Jika jalan air terlalu sempit, lakukan pelebaran sehingga aliran air berada pada jalan yang benar. Jika ada sesuatu yang mengalihkan flok atau mencegah flokulasi, lakukan modifikasi sehingga aliran air menjadi lambat atau mengubah titik injeksi setelah gangguan tersebut. 2.6 MIKRO FLOKULASI Dari teori GCT, jika C tinggi, T bisa diturunkan sedangkan G constant. Dengan kata lain jika kekeruhan tinggi (C), dibutuhkan sedikit waktu (T). Itulah sebabnya mengapa flokulasi gampang terjadi pada air baku dengan kekeruhan tinggi. Sebaliknya, jika kekeruhan air baku kecil, dibutuhkan T (waktu) lama. Biasanya, tidak mungkin memperpanjang waktu flokulasi dengan memperlambat kecepatan pengolahan. Dalam hal ini, flok kecil harus diangkut ke kolam sedimentasi sebelum menjadi cukup besar. Mikro Fl Gambar 10.9 Mikro flok Jika waktu cukup Flok dengan ukuran yang tidak terlalu besar ini disebut mikro flok. Flok demikian bisa terkoalugasi tetapi tidak membentuk jembatan supaya mengendap. Mikro flok tidak bisa dihilangkan pada sedimentasi dan akan melayang ke filter. Dalam hal ini, Gambar 10.10 Mikro flok melayang filtrasi mikro flok harus dilakukan. Flok kecil yang berlebih tidak bisa dihilangkan dalam rentang waktu retensi terbatas pada kolam sedimentasi desain normal. Flok demikan akan dibawa ke filter. 11

2.6 CONTOH DESAIN FLOKULASI Q satu bak = 28,375 m 3 /hari=0.328 m 3 /detik Detention time total = td total = 30 menit Volume bak = Q x td = 0.328 x 30 x 60 =590m 3 Dibuat 3 tahap/kompartemen Volume setiap kompartemen/tahap =590/3=197m 3 Asumsikan lebar bak sedimentasi 18.4 m Maka V setiap kompartemen adalah V = 18.4 x D x D 197 = 18.4 D 2 -------D =3.27 m Pengadukan mekanis G = 60 30-15/det P1 =G 2 Vμ =1.518 x10-3 N-s/m 2 pada 5 0 C = 1.10 kw ----P2, P3 dst 12

III PENUTUP 3.1 RANGKUMAN Flokulasi berfungsi mempercepat tumbukan antara partikel koloid yang sudah terdestabilisasi supaya bergabung membentuk mikroflok ataupun makroflok yang secara teknis dapat diendapkan. Pengadukan lambat dapat dilakukan dengan cara mekanis, hidrolis (gravel bed floculator, baffle channel floculator dan hidraulic jet floculator) dan Pengadukan Pneumatis. 3.2 SOAL TES FORMATIF Untuk mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan yang diperoleh mahasiswa, maka dosen sebagai fasilitator memberikan tes formatif berupa pertanyaan sebagai berikut: 1. Jelaskan fungsi bak flokulasi! 2. Jelaskan secara singkat gambar disamping! 3.3 UMPAN BALIK Diskusi dan memberikan pertanyaan untuk memonitor penerimaan mahasiswa akan bahan kuliah yang disajikan. 3.4 DAFTAR PUSTAKA Hamer, Mark J. 1975, Water and Waste Water Technology, John Wiley & sons, Inc. Qasim, Syed R, Edward M. Motley, dan Guang Zhu, Water Works Engineering: Planning, Design dan Operation, Prentice Hall PTR, Upper Saddle River, NJ 07458, 2000. Reynolds, Tom D. dan Richards, Paul A., Unit Operations and Processes in Environmental Engineering, 2 nd edition, PWS Publishing Company, Boston, 1996. Standar Nasional Indonesia (SNI) 6774: 2008 tentang Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air, Badan Standarisasi Nasional 13