BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN diperkirakan lansia menjapai 11,4% dari total jumlah penduduk atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang sangat modern untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UPAYA MENURUNKAN KELUHAN NYERI SENDI LUTUT PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemunduran (Padila, 2013). Penuaan biasanya diikuti dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. semua organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi global lansia saat ini yaitu setengah dari jumlah lansia di dunia yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO usia tahun adalah usia pertengahan, usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. sesungguhnya maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan nyeri dan ketidakmampuan (disability) pada penderita sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang. berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia).

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB I.PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang. paling sering dijumpai pada masyarakat dan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan. Artinya bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar

Mata Ajar                   : Keperawatan Komunitas. Pokok Pembahasan    : Rematik (Artritis reumatoid dan Osteoartritis)

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

PERBEDAAN LINGKUP GERAK SENDI FUNGSIONAL TRUNK PADA LANSIA DI POSYANDU ASOKA DAN POSYANDU JAGA RAGA VII

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN. tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan tersebut

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN SENAM LANSIA DAN KEKAMBUHAN NYERI SENDI PADA LANSIA PENDERITA ARTHRITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh. Media masa sangat mudah mempengaruhi cara berpikir dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. gerakan gerakan shalat yang meliputi berdiri, ruku, sujud, dan duduk adalah

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua manusia suatu saat pasti akan mengalami proses penuaan. Salah satu perubahan kondisi fisik karena menua adalah pada sistem muskuloskeletal yaitu gangguan pada persendian yang merupakan penyakit yang sering dijumpai yang sangat erat hubungannya dengan proses menua dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat dari kelompok lansia. Selain faktor usia, banyak hal yang mempengaruhi percepatannya, nyeri sendi muncul karena banyaknya lansia yang tidak bisa mengontrol gaya hidupnya (Kurnia, 2015). Masalah umum yang dialami oleh lansia adalah perilaku dalam mencegah terjadinya nyeri sendi. Banyak lansia yang menganggap nyeri sendi adalah hal yang sepele. Mereka tidak memperhatikan gaya hidupnya, seperti pola makan, latihan fisik yang tepat atau rutin melakukan olah raga dan menjaga berat badan agar tetap ideal, bahkan kebanyakan lansia khususnya laki-laki masih banyak yang merokok, sehingga banyak dari mereka mengalami nyeri sendi (Sapnudin, 2015). Penyakit ini dikatakan dapat terjadi pada siapa saja, namun kemunculan dan keparahan masih bisa dicegah dengan beberapa langkah perubahan pada gaya hidup, diantaranya perubahan pada gaya hidup olahraga, dan pola makan yang tepat (Kurnia, 2015). Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah mengkatagorikan nyeri sendi sebagai salah satu dari empat kondisi otot dan tulang yang membebani 1

2 individu, sistem kesehatan, serta sistem perawatan sosial dengan biaya yang cukup besar. Menurut data WHO pada 2008, nyeri sendi telah diderita 151 juta jiwa di dunia dengan 24 juta jiwa diantaranya berada di kawasan Asia Tenggara. Prevalensi penyakit sendi di Indonesia mencapai 34,4 juta orang dengan perbandingan penyakit sebesar 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Prevalensi data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan, sebanyak 11,5% penduduk Indonesia menderita penyakit nyeri sendi. Prevalensi penyakit sendi di Jawa Timur juga cukup tinggi hingga mencapai 30,9%. Sedangkan di Ponorogo sendiri lansia yang mengalami penyakit sistem otot dan jaringan yang salah satunya yaitu nyeri sendi sebanyak 40.405 orang (Dinkes, 2014). Menurut laporan dari dinas kesehatan Ponorogo bagian Lansia bahwa didapatkan jumlah lansia terbanyak terdapat di Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo dengan jumlah 8.848 orang. Menurut laporan dari kepala program lansia Desa Balong, untuk data nyeri sendi terbanyak berada di desa Tatung dengan jumlah penderita nyeri sendi sebanyak 140 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang lansia di desa Balong, Ponorogo yang mengalami nyeri sendi pada tanggal 31 November 2015. Mereka mengatakan sering sekali mengalami sakit terutama pada lutut dan pegal-pegal pada pinggang, kadang digerakkan merasa sakit, mereka mengatakan bahwa memang jarang sekali melakukan olah raga seperti jalan-jalan pada pagi hari dan kurang mengetahui jenis makanan yang harus di konsumsi dan harus di hindari untuk mencegah terjadinya nyeri sendi, serta belum bisa menghindari aktivitas berat yang menyebabkan tubuh cepat lelah.

3 Nyeri sendi pada lanjut usia memang sudah menjadi hal yang wajar. Hampir semua lansia mengalami nyeri sendi. Namun, bukanlah berarti semakin tua, semua orang akan mengalami gangguan pada sendi. Pencegahan yang benar sejak dini, lansia tetap saja dapat melakukan aktivitas tanpa terganggu oleh nyeri sendi. Penyebab nyeri sendi yang paling sering adalah proses penuaan, pada keadaan ini terjadi kerusakan pada tulang rawan sendi, tulang rawan sendi akan menjadi menjadi tipis, sehingga membuat permukaan tulang tumbuh saling berdekatan. Kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Hal ini mengakibatkan deformitas sendi yang secara khas dan akan mengakibatkan terjadinya nyeri sendi (Stanley, 2007). Penyebab lain dari nyeri sendi adalah obesitas. Kegemukan atau obesitas merupakan faktor lain penyebab terjadinya nyeri sendi pada lutut. Orang yang mengalami obesitas terjadi peningkatan beban pada persendian khususnya tulang pinggul dan lutut. Berat badan yang melebihi normal menyebabkan tekanan yang berlebih pada pinggul dan lutut. Hal ini menyebabkan resiko tinggi terjadinya nyeri sendi khususnya pada daerah lutut. Selain itu, zat lemak yang menumpuk pada penderita obesitas menyebabkan terjadinya peradangan sendi, hal ini turut berkontribusi terhadap tingginya kejadian nyeri sendi pada orang yang mengalami obesitas. Nyeri sendi setidaknya telah menyebabkan 97% penderita mengalami keterbatasan gerak, dan 7 dari 10 orang mengalami penurunan mobilitas, bahkan sebagian tidak bisa bergerak, belum lagi dengan semakin berubahnya gaya hidup yang ada, semakin meningkatkan pula resiko terserang nyeri sendi dini. Selain itu, dampak yang ditimbulkan akibat nyeri sendi pada lansia dapat

4 berakibat fatal sehingga sendi tidak bisa digunakan, sendi menjadi kaku, kesulitan berjalan, bahkan sampai lumpuh total. Rasa sakit yang timbul juga dapat mengganggu aktivitas kegiatan sehari-hari (Nainggolan, 2009) Pencegahan dini sangat penting untuk menghindari terjadinya nyeri sendi. Salah satu pencegahan nyeri sendi yaitu dengan merubah gaya hidup yang sesuai seperti tidak merokok, pola makan yang tepat, menghindari makanan dan minuman penyebab nyeri sendi, olahraga rutin dan benar, tidak meregangkan sendi jari tangan dan memeriksakan kesehatan secara teratur. Menjaga berat badan agar tidak obesitas juga sangat diperlukan agar terhindar dari nyeri sendi. Menjaga agar tidak terjadi nyeri sendi memang sangat penting, maka dari itu hindarilah aktivitas fisik yang memberi tekanan yang lebih kuat pada sendi (charlish, 2010). Selain dari faktor gaya hidup pemberdayaan posyandu lansia sangat diperlukan untuk memantau status kesehatan lansia secara berkelanjutan. Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti Perilaku Lansia Dalam Upaya Mencegah Nyeri Sendi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, bagaimana perilaku lansia dalam upaya mencegah nyeri sendi? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perilaku lansia dalam upaya Mencegah nyeri sendi

5 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi Dinas Kesehatan dan Sosial Penelitian ini diharapkan dapat di jadikan sebagai sumber untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang upaya pencegahan nyeri sendi agar tidak memperberat nyeri sendi. 2. Bagi Institusi FIK Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk dunia pendidikan Keperawatan khususnya Institusi Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo sebagai wacana studi terkait keperawatan gerontik dan sebagai asuhan keperawatan pada lansia. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Lansia Penelitian ini diharapakan agar para Lansia mempunyai perilaku yang baik dalam upaya mencegah terjadinya nyeri sendi. Sehingga nyeri sendi bisa dicegah secara dini dan bisa bebas dari nyeri sendi. 2. Bagi Peniliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk meneliti lebih lanjut tentang Peran Keluarga Dalam Pencegahan Nyeri Sendi Pada Lansia. 1.5 Keaslian Penelitian Sebatas pengetahuan peneliti, belum ada yang meneliti tentang Perilaku Lansia dalam Upaya Mencegah Nyeri sendi. Setiap peneliti memiliki unsur

6 persamaan dan perbedaan masing-masing dari konsep yang mereka teliti, antara lain penelitian yang dilakukan oleh: 1. Handono, Sri & Selvia David Richard. (2013). Upaya Menurunkan Keluhan Nyeri Sendi Lutut Pada Lansia Di Posyandu Lansia Sejahtera. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari perilaku lansia dalam penatalaksanaan nyeri sendi lutut Di Posyandu Lansia Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri. Desain penelitian ini adalah Deskriptif, populasinya seluruh lansia yang mengalami nyeri sendi sebanyak 76 lansia, dengan jumlah sampel 50 lansia, tekhnik yang di gunakan dalam penelitian ini Accidental sampling. Hasil dari penelitian yaitu perilaku lansia dalam penalatalaksanaan nyeri sendi dengan medikamentosa, koreksi postur tubuh, diet, terapi konservatif yaitu baik. Adapun persamaan dan perbedaan antara penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan persamaan terletak pada Desain Penelitian yaitu Deskriptif, variabel yang diteliti yaitu sama-sama meneliti terkait perilaku, responden yang diteliti sama yaitu lansia, sama-sama meneliti terkait nyeri sendi pada lansia. Perbedaan terletak pada tempat penelitian, waktu penelitian. Dalam Handono tempat yang digunakan untuk penelitian yaitu di Posyandu Lansia Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri, sedangkan penelitian yang akan di lakukan yaitu mengambil tempat di daerah Ponorogo. 2. Nahariani, Pepin, Dkk. (2012). Hubungan Antara Aktivitas fisik Dengan Intensitas Nyeri Sendi Pada Lansia Di PantiWerdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan intensitas nyeri sendi di Panti Werdha Mojopahit

7 Kabupaten Mojokerto. Desain penelitian adalah analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah seluruh lansia yang berada di Panti Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto sebanyak 34 orang. Sampel yang diambil sebanyak 31 responden dengan menggunakan simple random sampling. Hasil penelitian yaitu ada hubungan antara aktivitas fisik dengan intensitas nyeri sendi pada lansia di Panti Werdha Kabupaten Mojokerto. Dalam penelitian tersebut terdapat persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama meneliti tentang nyeri sendi, responden yang diteliti yaitu lansia, namun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel, tempat, waktu, desain dan tekhnik sampling. Dalam penelitian yang dilakukan Nahariani desain dan tekhnik sampling yang digunakan yaitu analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional.selain itu dalam penelitian yang dilakukan Nahariyani mengambil 2 variabel yaitu aktivitas fisik dan intensitas nyeri, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan lebih berfokus ada variabel perilaku. 3. Imtichan, Septian Najib. (2012). Hubungan antara pencegahan kekambuhan osteoarthritis oleh lansia dengan tingkat kekambuhan lansia di Desa Palur Mojolaban Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan design deskriptif koleratif dan rancangan cross sectional. Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan yaitu Sampling Sistematis. Hasil dari penelitian yaitu ada hubungan antara pencegahan kekambuhan lansia dengan kekambuhan osteoarthritis pada lansia di Desa Palur Mojolaban Sukoharjo. Adapun persamaan dan perbedaan antara

8 penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan persamaan terletak pada responden yang diteliti yaitu lansia, dan perbedaan terletak pada tempat penelitian, waktu penelitian, desain penelitian serta tekhnik sampling, dalam penelitian Imtichan desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif koleratif sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan hanya menggunakan desain deskriptif.