BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh. Ervin Saleh. Dr. H. Rosman Ilato.,M.Pd. Drs. Rusli Isa.,M.Si ABSTRAK. Kata kunci : Hasil Belajar Siswa dan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga. formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2002: 57) dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa kurang berkembang akan berdampak pada sikap mahasiswa yang apatis,

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, bangsa Indonesia masih mengalami hambatan dalam menciptakan

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran siswa melakukan aktiviras belajar dan guru

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pengertian Belajar Menurut Nasution (1982 : 2) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Penerbit AR-RUZZ MEDIA, Yogyakarta, hal ) Esa Nur Wahyuni, Baharuddin, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran,Cetakan III,Mei 2008,

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,

Anita Windarini SMP Negeri 1 Sanggau anitanajori@rocketmail.com

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII.1 SMPN 7 Kubung dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE KOOPERATIF STAD DENGAN MEDIA KIT LISTRIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran matematika di sd

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu interaksi manusia antara pendidik/guru dengan anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

48 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Guru tidak hanya sebagai pengajar tapi juga fasilitator yang membimbing dan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, pemerintah maupun pihak yang berhubungan langsung dalam proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas. yang berhubungan dengan pelajaran tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah suatu

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II LANDASAN TEORITIS. Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar untuk mengonstruksi arti (teks, dialog, pengalaman, fisik, dan lain-lain)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

Transkripsi:

8 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi pada diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi proses yang terjadi secara internal didalam diri individu dalam mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru, misalnya tidak tahu menjadi tahu, perubahan dalam sikap, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan pengetahuan dan pemahaman. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dzamarah dan Zain (2006:10) bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya (Sadirman, 1986:20). Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui seberapa jauh perubahan yang terjadi perlu adanya penilaian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu

9 pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar. Agar belajar dapat memperoleh hasil yang baik, siswa harus mau belajar sebaik mungkin supaya mereka mendapatkan nilai yang baik yaitu belajar dengan teratur secara sendiri-sendiri, kelompok dan berusaha memperkaya bahan pelajaran yang diterima di sekolah dengan bahan pelajaran ditambah dengan usaha sendiri. Belajar dengan baik dapat diciptakan apabila guru dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar dapat ditumbuhkan dalam suasana kelas yang menggairahkan. Sagala (2009:11) bahwa belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenan dengan tujuan dan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun insplisit (tersembunyi). Thorndike (Budianingsih 2005:21) bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Belajar tidak hanya dapat dilakukan disekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun di lingkungan masyarakat. Purwanto (2009:38) berpendapat bahwa belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Winkel (dalam Purwanto 2009:39) belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-

10 perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan Mudjiono (2006:18) belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. 2.1.2 Pengertian Hasil Belajar Telah diketahui bersama bahwa sudah banyak para ahli telah mengemukakan tentang pengertian hasil belajar, karena dengan hasil belajar ini para siswa bisa mencapai apa yang selama ini mereka citacitakan. Hasil belajar juga dikatakan sebagai hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu pekerjaan/aktivitas tertentu. Purwanto (2009:34) hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar, perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Sukmadinata (2009:102) hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya berhasil dengan baik. Pengertian dari dua kata hasil dan belajar berarti hasil belajar, secara lebih khusus setelah siswa mengikuti pelajaran dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan penilaian yang dilakukan guru di sekolah, maka hasil belajar dituangkan atau diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif). Dan pernyataan verbal (kualitatif).

11 Hasil belajar yang dituangkan dalam bentuk angka misalnya 10,9,8 dan seterusnya. Sedangkan hasil belajar dalam bentuk kualitatif misalnya baik sekali, baik, kurang dan sebagainya. Sardiman (1986:51) hasil belajar merupakan yang dicapai untuk memunculkan pemahaman atau pengertian atau menimbulkan reaksi Tanya jawab yang dapat dipahami dan diterima oleh akal. Sedangkan Mudjiono (2006:200) hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Kingsley (dalam Sudjana 2009:45) membagi tiga macam hasil belajar yaitu: a) keterampilan dan kebiasaan, b) pengetahuan dan pengertian, c) sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah. 2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Untuk bisa mencapai hasil belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan, karena didalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan untuk bisa mencapai hasil yang maksimal dan punya kesempatan untuk bisa meningkatkan hasil belajarnya, tetapi dalam kenyataannya hasil yang dihasilkan dibawah kemampuannya. Purwanto (2006:102) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua faktor yaitu, faktor individual dan faktor sosial dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Faktor Individual

12 Merupakan faktor yang berasal dari diri organisme itu sendiri yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi 5 bagian yaitu: a) Kematangan/pertumbuhan Kita tidak dapat melatih anak yang baru berumur 6 bulan untuk belajar berjalan, sekalipun kita paksa, tetap anak itu tidak akan dapat sanggup melakukannya, karena untuk dapat berjalan anak memerlukan kematangan potensi-potensi jasmaniah maupun rohaniah. Demikian pula kita dapat mengajar ilmu pasti kepada anak-anak kelas tiga sekolah dasar, atau mengajar ilmu filsafat kepada anakanak yang baru duduk dibangku sekolah menengah atas. Semua itu disebabkan pertumbuhan mentalnya belum matang menerima pelajaran. b) Kecerdasan/intelejensi Di samping kematangan, dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dengan berhasil baik ditentukan dipengaruhi pula oleh taraf kecerdasannya. Kenyataan menunjukan kepada kita, meski pun anak yang berumur 1 tahun ke atas pada umumnya telah matang untuk belajar ilmu pasti, tetapi tidak semua anak-anak tersebut pandai pada ilmu pasti. Jelas kiranya bahwa dalam belajar kecuali kematangan, intelijensi pun turut memegang peranan.

13 c) Latihan dan Ulangan Karena terlatih, seringkali menghalangi sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya menjadi makin dikuasai dan makin mendalam. Sebaliknya, tanpa latihan pengalaman-pengalaman yang telah dimilikinya dapat hilang atau berkurang. Karena latihan, seringkali mengalami sesuatu, seseorang dapat timbul minatnya kepada sesuatu itu. Makin besar minat makin besar pula perhatiannya sehingga memperbesar hasratnya untuk mempelajarinya. d) Motivasi Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme yang melakukan sesuatu. Motif instrinsik dapat mendorong seseorang sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan ilmu tertentu. Tak mungkin seseorang mau berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya, jika ia tidak mengetahui berapa penting dan faedahnya hasil yang akan dicapai dari belajarnya itu bagi dirinya. Sardiman (2009:75) motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak suka, maka akan berusaha meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka.

14 e) Sifat-sifat pribadi seseorang Faktor pribadi seseorang turut pula memegang peranan dalam belajar. Tiap-tiap orang mempunyai sifat kepribadian masing-masing antara satu dengan yang lainnya. Yang termasuk pada sifat-sifat kepribadian ialah faktor-faktor fisik kesehatan dan kondisi badan. Kecuali faktor-faktor pribadi yang bersifat individual, berhasil atau tidaknya belajar itu dipengaruhi pula oleh faktor dari luar yang kita sebut faktor sosial. 2. Faktor Sosial Merupakan faktor yang berasal dari luar diri organisme atau individu yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi 5 bagian yaitu: a) Keadaan Keluarga Ada keluarga yang miskin ada pula keluarga yang kaya, adakeluarga yang selalu diliputi oleh suasana tenteram dan damai, tetapi ada pula yang sebaliknya. Suasana dalam keluarga yang bermacam-macam itu mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak. Ada tidaknya atau tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting pula. b) Guru dan Cara Mengajar Faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting,bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya

15 pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dicapai anak. c) Alat-alat Pelajaran Faktor guru dan cara mengajarnya, tidak dapat kita lepaskan dari ada tidaknya alat-alat pengajaran yang tersedian di sekolah. Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik gurugurunya. Kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat akan mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak. d) Motivasi Sosial Karena belajar itu adalah suatu proses yang timbul dari dalam, maka faktor motivasi sosial memegang peranan pula. Jika guru atau orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak timbullah dalam diri anak dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Anak dapat menyadari apa gunanya belajar dan apa tujuan yang hendak dicapai dengan pelajaran itu, jika diberi perangsang, diberi motivasi yang baik dan sesuai. Motivasi sosial dapat pula timbul pada anak dari orang lain yang ada disekitarnya. Pada umumnya motivasi semacam ini diterima anak tidak dengan sengaja, dan mungkin pula tidak dengan sadar.

16 e) Lingkungan dan Kesempatan Seorang anak dari keluarga yang baik, memiliki intelejensi yang baik, bersekolah di sekolah yang keadaan guru-gurunya dan alat-alatnya baik, belum tentu pula dapat belajar dengan baik. Masih ada faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Banyak pula yang tidak dapat belajar dengan hasil yang baik dan tidak dapat mempertinggi belajarnya, akibat tidak adanya kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya pekerjaan tiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk atau negatif serta faktor-faktor lain yang terjadi di luar kemampuannya. Faktor lingkungan dan kesempatan ini lebih lagi berlaku bagi cara belajar pada orang-orang dewasa. Untuk memahami kegiatan belajar perlu dilakukan analisis untuk menentukan persoalan-persoalan apa yang terlibat dalam kegiatan belajar. Sebagai suatu proses sudah barang tentu harus ada yang diproses (masukan atau input), dan hasil dari pemrosesan (keluaran atau output). 2.1.4 Pengertian Pembelajaran Kooperative Tipe STAD Model pembelajaran kooperative tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin. STAD merupakan model pembelajaran kooperative yang paling sederhana. Dalam pelaksanaannya siswa dikelompokkan kedalam 4-5 orang tiap kelompoknya. Setiap kelompok harus heterogen terdiri dari laki-laki dan

17 perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setiap anggota kelompok saling membantu satu sama lain untuk memahami materi pelajaran. Selanjutnya secara individual setiap minggu atau dua minggu siswa diberi kuis (Yuliastuti, 2013:1) Herdian (2009:1) mengemukakan bahwa Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau model dalam pembelajaran kooperative yang sederhanadan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan model kooperative dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperative yang efektif. Pembelajaran kooperative tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari tahap kegiatan pengajaran yang teratur. Herdian (2009:1) mengemukakan bahwa lima komponen utama pembelajaran kooperative tipe STAD yaitu: a) Penyajian kelas b) Belajar kelompok c) Kuis d) Skor perkembangan e) Penghargaan kelompok

18 2.1.5 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperative Tipe STAD Ali (2011:2) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperative tipe STAD, secara rinci langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Penyajian kelas (Class Presentations). Guru menyajikan materi di depan kelas secara klasik yang difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang akan dibahas saja. Selanjutnya siswa disuruh belajar dalam kelompok kecil untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. 2. Pembentukan kelompok belajar (Teams). Siswa disusun dalam kelompok yang anggotanya heterogen (baik kemampuan akademiknya maupun jenis kelaminnya). Caranya dengan merengking siswa berdasarkan nilai rapor atau nilai terakhir yang diperoleh siswa sebelum pembelajaran kooperative model STAD. Adapun fungsi dari pengelompokan ini adalah untuk mendorong adanya kerjasama kelompok dalam mempelajari materi dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. 3. Pemberian tes atau kuis (Quzzes). Setelah belajar kelompok selesai diadakan tes atau kuis dengan tujuan untuk mengetahui atau mengukur kemampuan belajar siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dalam hal ini siswa sama sekali tidak dibenarkan untuk bekerjasama dengan temannya. Tujuan tes ini adalah untuk memotivasi siswa agar berusaha dan bertanggungjawab secara individual. Siswa dituntut untuk melakukan yang terbaik sebagai hasil belajar kelompoknya. Selain

19 bertanggungjawab secara individual, siswa juga harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberi sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok. Tes ini dilakukan setelah satu sampai dua kali penyajian kelas dan pembelajarran dalam kelompok. 4. Pemberian skor peningkatan individu (Individual Improvement Scores). Hal ini dilakukan untuk memberikan kepada siswa suatu sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja keras dan memperlihatkan hasil yang baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Pengelola skor hasil kerjasama siswa dilakukan dengan urutan berikut: skor awal, skor tes, skor peningkatan dan skor kelompok. 5. Penghargaan kelompok (Team Recognition). Penghargaan kelompok ini diberikan dengan memberi hadia sebagai penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar. Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran kooperative tipe STAD dilaksanakan mengacu pada tahapan tertentu yang perlu dijadikan sebagai rujukan dalam pelaksanaannya. 2.1.6 Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi melalui Model Pembelajaran Koopertive Tipe STAD Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ekonomi terus dilakukan agar tingkat perhatian dan konsentrasi siswa untuk mempelajari mata pelajaran Ekonomi akan selalu terjaga sehingga

20 siswa memahami konsep Ekonomi yang dibelajarkan oleh guru. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ekonomi dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Saskia (2011:1) mengemukakan bahwa STAD, merupakan salah satu system pembelajaran kooperatif yang di dalamnya siswa dibentuk kedalam kelompok belajar yang terdiri dari empat atau lima anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Guru memberikan pelajaran dan selanjutnya siswa bekerja dalam kelompoknya masing-masing untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai pelajaran yang diberikan. Kemudian siswa melaksanakan tes atas materi yang diberikan dan mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya. Nilai tes yang mereka peroleh, selanjutnya dibandingkan dengan nilai rata-rata yang mereka peroleh sebelumnya dan kelompok-kelompok yang berhasil memenuhi kriteria diberi nilai tersendiri sehingga nilai ini kemudian ditambahkan pada nilai kelompok. Slavin (dalam Saskia, 2011:2) bahwa STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, kelompok, tes, nilai peningkatan individu, dan penghargaan kelompok. STAD lebih mementingkan sikap dari pada teknik dan prinsip, yakni sikap partisipasi dalam rangka mengembangkan potensi kognitif dan efektif. Dengan demikian, siswa lebih (being mode) bukan hanya sekedar (being have).

21 Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperative tipe STAD mendorong secara bersama-sama untuk melakukan aktivitas belajar. Usaha ini secara spontan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena secara antara siswa akan saling membantu untuk memahami materi yang sedang dipelajari. Kiranawati (2007:1) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperative tipe STAD siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll). 2. Guru menyajikan pelajaran 3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. 4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. 5. Memberi evaluasi. 6. Penutup. Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa model kooperative tipe STAD memiliki keunggulan untuk meningkatkan hasil

22 belajar siswa dalam mata pelajaran Ekonomi. Dengan keunggulan ini maka guru perlu menggunakan model kooperative tipe STAD dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan optimal. 2.1.7 Jenis-jenis Alat Bantu yang Digunakan Dalam Model Pembelajaran Kooperative tipe STAD Penggunaan alat bantu dalam proses pembelajaran khususnya pada model pembelajaran kooperative tipe STAD adalah adaya verbalisme dan mempertinggi minat dan perhatian siswa yang dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan pembelajaran, memperoleh pengalaman belajar yang lebih nyata, menumbuhkan pemikiran yang teratur, memperoleh pengalaman yang tidak mudah di peroleh dengan cara lain. Adapun jeni-jenis alat bentu yang dapat digunakan peneliti pada pembelajaran Ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: 1) Lembar kerja siswa Lembar kerja siswa digunakan sebagai alat untuk membantu kegiatan siswa dalam metode kelompok. Pada lembar kerja siswa telah diuraikan secara singkat dan jelas tentang materi yang akan dipelajari, pada bagian lain dari LKS di uraikan secara jelas langkahlangkah yang harus dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas atau soal-soal untuk mencapai tujuan intruksional. 2) Buku pelajaran

23 Buku pelajaran merupakan alat bantu utama baik buku pelajarn klasik maupun pelajaran perorangan. Pemanfaatan buku pelajaran dalam pembelajaran dengan menggunakan metode belajar kelompok adalah akan mengoptimalkan penggunaan buku paket yang ada diperpustakaan kemudian dibawa ke kelas dan dibagikan kepada siswa satu-persatu. 2.2 Hipotesis Tindakan Berdasarkan permasalahan penelitian dan kajian teori maka dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut: Jika digunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran ekonomi, maka hasil belajar siswa kelas X 1 SMA Muhammadiyah Batudaa akan meningkat.