NAIK LAGI, UTANG PEMERINTAH RI KINI RP 3.323,36 TRILIUN

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI

2 Mengingat d. bahwa penerapan prinsip kehati-hatian tersebut sejalan dengan upaya untuk mendorong pendalaman pasar keuangan domestik; e. bahwa penera

2 Undang Nomor 3 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5669); MEMUTUSK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 217/PMK.05/2014 TENTANG

DAFTAR ISI DISCLAIMER

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

PINJAMAN OLEH PEMERINTAH DAERAH. Ilustrasi:

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.05/2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

Referensi : Struktur Utang Indonesia 2013

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.07/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

1 of 6 21/12/ :39

2015, No b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (3) huruf

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Batas Maksimal

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH

Pembiayaan Defisit pada APBN-P URAIAN Realisasi APBN-P Realisasi APBN SURPLUS/(DEFISIT) (4,1) (129,8) (87,2) (98,0)

Analisis Isi Media Judul: MIP No. 152 Dampak Krisis Ekonomi Yunani Terhadap Indonesia Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 07/07/2015

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Jaminan. Subsidi Bunga. Percepatan Penyediaan Air Minum

2015, No Mengingat dengan cara private placement di Pasar Perdana Domestik dengan mencabut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.08/2013 tent

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

2008, No c. bahwa potensi sumber pembiayaan pembangunan nasional yang menggunakan instrumen keuangan berbasis syariah yang memiliki peluang besa

BAB 1. menjadi perdebatan dalam teori ekonomi makro. Setidaknya, ada dua pandangan

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya yang diterbitkan oleh Pemerintah atau lebih dikenal sebagai Surat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PMK.08/2015 TENTANG

Obligasi Daerah Dinilai Dapat Mempercepat Pembangunan Daerah

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG PEMBIAYAAN PROYEK MELALUI PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara seperti Indonesia. Belanja Pemerintah tersebut dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu kenaikan jumlah nominal utang pemerintah Indonesia (DJPU,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 /KMK.08/2013 TENTANG STRATEGI PENGELOLAAN UTANG NEGARA TAHUN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.07/2006 TENTANG TATACARA PENERBITAN, PERTANGGUNGJAWABAN, DAN PUBLIKASI INFORMASI OBLIGASI DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. tabungan paksa dan tabungan pemerintah (Sukirno dalam Wibowo, 2012).

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.08/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PMK.05/2015 TENTANG TINGKAT SUKU BUNGA DAN PENATAUSAHAAN PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG PEMBIAYAAN PROYEK MELALUI PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

2 Keseluruhan kondisi tersebut menyebabkan meningkatnya risiko penurunan capacity to repay (default) dari ULN Korporasi Nonbank. Selain itu, sebagian

2015, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183/PMK.07/2014 TENTANG

2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat mempengaruhi iklim usaha di Indonesia. Para pelaku bisnis harus

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/201 /PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

DPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melakukan hedging kewajiban valuta asing beberapa bank. (lifestyle.okezone.com/suratutangnegara 28 Okt.2011).

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No. 17/32/DPSP Jakarta, 13 November SURAT EDARAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 20 /PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

-2- No.1927, 2015 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan N

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN. Kebijakan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah

2015, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diatur dalam suatu Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak

2016, No Proyek/Kegiatan melalui penerbitan Surat Berharga Syariah Negara; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Keuangan dan Fiskal

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UTANG PEMERINTAH EKONOMI POLITIK KEBIJAKAN FISKAL

NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129/PMK.08 /2011 TENTANG PENGGUNAAN PROYEK SEBAGAI DASAR PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

BAB I. Surat Utang Negara (SUN) atau Obligasi Negara. Sesuai dengan Pasal 1 Undang-

Transkripsi:

NAIK LAGI, UTANG PEMERINTAH RI KINI RP 3.323,36 TRILIUN Detik.com Hingga akhir Mei 2016, total utang pemerintah i pusat tercatat Rp3.323,36 triliun. Naik Rp44,08 triliun dibandingkan akhir April 2016, yaitu Rp3.279,28 triliun. Dalam denominasi ii dolar AS, jumlah utang pemerintah pusat di akhir Mei 2016 adalah US$244,1 miliar, turun dari posisi akhir April 2016 yang sebesar US$248,36 miliar. Sebagian besar utang pemerintah adalah dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN) iii. Sampai akhir Mei 2016, nilai penerbitan SBN mencapai Rp2.563,29 triliun, naik dari akhir April 2016 yang sebesar Rp2.529,92 triliun. Sementara itu, pinjaman (baik bilateral maupun multilateral) tercatat Rp760,06 triliun, turun dari bulan sebelumnya Rp749,37 triliun. Berikut perkembangan utang pemerintah pusat dan rasionya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) iv sejak tahun 2000: 2000: Rp1.234,28 triliun (89%) 2001: Rp1.273,18 triliun (77%) 2002: Rp1.225,15 triliun (67%) 2003: Rp1.232,5 triliun (61%) 2004: Rp1.299,5 triliun (57%) 2005: Rp1.313,5 triliun (47%) 2006: Rp1.302,16 triliun (39%) 2007: Rp1.389,41 triliun (35%) 2008: Rp1.636,74 triliun (33%) 2009: Rp1.590,66 triliun (28%) 2010: Rp1.676,15 triliun (26%) 2011: Rp1.803,49 triliun (25%)

2012: Rp1.975,42 triliun (27,3%) 2013: Rp2.371,39 triliun (28,7%) 2014: Rp2.604,93 triliun (25,9%) 2015: Rp3.098,64 triliun (26,8%) Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menegaskan, tidak ada satu pun negara di dunia yang memiliki kas keuangan yang relatif sehat. Mereka, kata Bambang Brodjonegoro, pasti membutuhkan pembiayaan lain untuk menambal kas negara, jika defisit anggaran semakin melebar dari target. Bahkan, mantan Pelaksana Tugas Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan menyebutkan bahwa posisi utang Indonesia masih jauh lebih baik dibandingkan negara-negara lain. Menurutnya, posisi kekurangan kas keuangan negara-negara lain jauh di atas Indonesia. "Saya tidak mencari alasan. Memang tidak ada budget yang surplus. Negara sepantaran kita itu defisit-nya lebih tinggi dari kita, kata Bambang Brodjonegoro. Bambang Brodjonegoro pun mencontohkan negara-negara yang mengalami defisit yang relatif tinggi. Misalnya, seperti Arab Saudi. Di negara itu defisit anggarannya sudah mencapai 20 persen dari PDB. Anjloknya harga minyak dunia, pada akhirnya memangkas penerimaan Arab Saudi yang berasal dari sektor minyak dan gas. Pembiayaan lain pun salah satunya harus dilakukan dari utang. Bank Indonesia (BI) memandang perkembangan utang luar negeri pada April 2016 masih cukup sehat. Kendati demikian, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan perkembangan utang luar negeri tetap terus diwaspadai risikonya terhadap perekonomian nasional. BI akan terus mewaspadai seluruh korporasi yang memiliki utang luar negeri dalam bentuk pinjaman valuta asing (valas). BI juga meminta kepada korporasi agar melakukan lindung nilai (hedging) karena penguatan dolar AS memiliki risiko bahwa utang luar negeri akan menjadi lebih mahal atau kemungkinan jatuh tempo pinjamannya tidak diperpanjang. Saya dan mungkin pelaku usaha betul-betul perhatikan periode superdolar tiga tahun ke depan. Periode itu kan karena Fed Rate akan naik walau secara gradual. Ini kami waspadai kalau ada superdolar, ujar Agus Martowardojo di Jakarta baru-baru ini.

Ke depan, lanjut Agus Martowardojo, BI akan terus memantau perkembangan utang luar negeri, khususnya utang luar negeri sektor swasta. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa utang luar negeri dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi. Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara, berdasarkan jangka waktu, utang luar negeri berjangka panjang meningkat, sedangkan utang luar negeri berjangka pendek masih mengalami penurunan. Berdasarkan kelompok peminjam, utang luar negeri sektor publik meningkat, sedangkan utang luar negeri sektor swasta mengalami penurunan. Pandangan berbeda datang dari Pengamat Valas Farial Anwar yang meminta pemerintah mengendalikan utang yang kian membengkak akibat naik setiap tahunnya. Farial Anwar mengingatkan agar pemerintah tidak terjebak pada rasio utang yang masih rendah dari PDB. Karena dilihat dari nilai utang sudah dalam kategori mengkhawatirkan. Kondisi demikian pernah dialami negara lain, seperti Yunani yang pernah menderita gagal bayar utang (default). Sumber berita: 1. Detik.com, Naik Lagi, Utang Pemerintah RI Kini Rp 3.323,36 T, Senin, 27 Juni 2016. 2. Okezone.com, Utang Luar Negeri Dinilai Masih Aman, Senin, 20 Juni 2016. 3. Okezone.com, Total Utang Pemerintah Naik Lagi Jadi Rp3.323,36 Triliun, Selasa, 21 Juni 2016. 4. Liputan6.com, Utang Tembus Rp 3.271 Triliun, Pemerintah Diminta Waspada, 12 Mei 2016. Catatan: Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dalam Pasal 7 ayat (2) huruf l, pengelolaan utang negara merupakan wewenang Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Namun demikian, berdasarkan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2004 dalam Pasal 38 ayat (1), Menteri Keuangan dapat menunjuk pejabat yang diberi kuasa atas nama Menteri Keuangan untuk mengadakan utang negara yang berasal dari dalam negeri ataupun dari luar negeri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang APBN. Utang dapat dapat diteruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah/BUMN/BUMD sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 dalam Pasal 38 ayat (2). Untuk pembiayaan melalui utang tahun 2016, Kementerian Keuangan telah menerbitkan Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (Dirjen PPR) Nomor 73/PR/2015 tentang Strategi Pembiayaan Tahunan Melalui Utang Tahun 2016. Berdasarkan Keputusan tersebut, salah satu arah kebijakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2016 adalah memberikan stimulus pada perekonomian untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Untuk mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3%, Pemerintah menempuh kebijakan fiskal ekspansif dengan besaran defisit yang direncanakan sebesar Rp273.178,9 miliar atau 2,15% dari PDB sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 (UU No. 14 Tahun 2015). Selanjutnya, kebijakan umum yang digunakan dalam penyusunan strategi pembiayaan tahunan berdasarkan Keputusan Dirjen PPR Nomor 73/PR/2015 adalah sebagai berikut: 1. Mengendalikan rasio utang terhadap PDB pada level yang aman dengan mempertimbangkan kemampuan membayar kembali; 2. Mengoptimalkan penerbitan SBN di pasar domestik untuk memenuhi pembiayaan APBN, sedangkan penerbitan SBN valas dilakukan sebagai komplementer; 3. Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembiayaan dan melakukan pendalaman pasar SBN domestik; 4. Melakukan pengelolaan portofolio utang secara aktif antara lain melalui buyback dan debt switch untuk meningkatkan likuiditas dan stabilitas pasar serta implementasi Asset Liability Management (ALM) dalam upaya untuk menjaga keseimbangan makro; 5. Mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif antara lain melalui pengadaan pinjaman kegiatan dan penerbitan sukuk yang berbasis proyek dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan pendanaan pembangunan dalam jangka menengah;

6. Mengoptimalkan penggunaan pinjaman luar negeri dan pinjaman dalam negeri untuk mendukung pembiayaan belanja modal APBN dan pemanfaatan fasilitas pinjaman sebagai alternatif instrumen pembiayaan; 7. Memperkuat fungsi Investor Relation Unit, antara lain melalui diseminasi informasi secara proaktif, respon yang cepat dan efektif, dan komunikasi yang efektif dengan investor dan stakeholder lainnya. i Dalam peraturan perundang-undangan tidak dikenal utang pemerintah, tetapi adanya utang negara. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dalam Pasal 1 angka 8, Utang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah Pusat dan/atau kewajiban Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah. ii Denominasi menurut wikipedia adalah nilai harga yang tercantum pada sebuah surat berharga iii Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.05/2016 tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank, SBN adalah surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia termasuk surat utang negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara dan surat berharga syariah negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara. iv PDB menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.07/2015 tentang Batas Maksimal Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2016 dalam Pasal 1 angka 8, adalah total nilai akhir seluruh barang dan jasa yang dihasilkan di Indonesia dalam tahun tertentu yang dihitung menurut harga pasar.