Analisis Pengaruh Penambahan Unit Pembangkit Baru terhadap Arus Gangguan ke Tanah pada Gardu Induk Grati

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN

PERENCANAAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN UNTUK UNIT PEMBANGKIT BARU DI PT. INDONESIA POWER GRATI JURNAL

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

STUDI HUBUNG SINGKAT UNTUK GANGGUAN SIMETRIS DAN TIDAK SIMETRIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK PT. PLN P3B SUMATERA

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ETAP POWER STATION 7.

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE LINE TO GROUND

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat melalui jaringan distribusi. Jaringan distribusi merupakan bagian

Penentuan Nilai Arus Pemutusan Pemutus Tenaga Sisi 20 KV pada Gardu Induk 30 MVA Pangururan

BAB I PENDAHULUAN. sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu pembangkitan,

Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa

EVALUASI SISTEM PENTANAHAN TRANSFORMATOR DAYA 60 MVA PLTGU INDRALAYA

PENENTUAN KAPASITAS PEMUTUS TENAGA SISI 20 KV PADA GARDU INDUK SEI. RAYA

STUDI PENENTUAN KAPASITAS PEMUTUS TENAGA SISI 20 KV PADA GARDU INDUK SEKAYU

PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA JARINGAN DISTRIBUSI DI KOTA PONTIANAK

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral

BAB 4 ANALISA KONSEP ADAPTIF RELE JARAK PADA JARINGAN SALURAN TRANSMISI GANDA MUARA TAWAR - CIBATU

ANALISA KEDIP TEGANGAN PADA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV AKIBAT HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG PEDAN 1 KLATEN

Dasman 1), Rudy Harman 2)

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TRANSIEN PEMBUMIAN GRID

KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV JAJAR. Diajukan oleh: HANGGA KARUNA D JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu


LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

BAB IV 4.1. UMUM. a. Unit 1 = 100 MW, mulai beroperasi pada tanggal 20 januari 1979.

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan

Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rudi Salman Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro Universitas Negeri Medan

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN ANALISA HUBUNG SINGKAT

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih

BAB I PENDAHULUAN. interkoneksi dan beberapa sistem terisolir. Sistem interkoneksi merupakan suatu

Analisis Unjuk Kerja Tiga Unit Inter Bus Transformers 500 MVA 500/150/66 kv di GITET Kediri

FEEDER PROTECTION. Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc.

ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN SINGLE TUNED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 4.

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

SILABUS. 5. Evaluasi - Kehadiran - Tugas - partisipasi diskusi, tanya jawab - UTS - UAS

STUDI DISTRIBUSI TEGANGAN DAN ARUS BOCOR PADA ISOLATOR RANTAI DENGAN PEMBASAHAN

SISTEM PROTEKSI RELAY

Strategi Interkoneksi Suplai Daya 2 Pembangkit di PT Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory

ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR UNTUK PERTIMBANGAN PROTEKSI PERALATAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv di YOGYAKARTA

PERANCANGAN SISTEM PENTANAHAN NETRAL TRAFO PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN TINGGI

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

BAB II PERHITUNGAN ARUS HUBUNGAN SINGKAT

Analisis Gangguan Hubung Singkat untuk Penentuan Breaking Capacity Pada Penyulang Kutai, Ludruk, dan Reog di GIS Gambir Lama

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN

ET 355 Transmisi Daya dan Gardu Induk: S-1, 2 SKS, semester 5

PENGGUNAAN KONDUKTOR TEMBAGA DAN ALUMINIUM UNTUK SISTEM PENTANAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Lampung dan PT. PLN (Persero) Cabang Tanjung Karang pada. bulan Maret 2013 sampai dengan selesai.

Analisa Gangguan Satu Fasa ke Tanah yang Mengakibatkan Sympathetic Trip pada Penyulang yang tidak Terganggu di PLN APJ Surabaya Selatan

SISTEM PENGAMAN PENDINGIN UDARA TIGA FASA OTOMATIS DALAM MENGANTISIPASI GANGGUAN. M.Nur Rois Zain Universitas Brawijaya Jln. MT.

Koordinasi Rele Pada Jaringan Transmisi 150 kv

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS SISTEM TENAGA. Analisis Gangguan

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN :

DAFTAR ISI PUSPA LITA DESTIANI,2014

PENGARUH SISTEM PENGETANAHAN TERHADAP ARUS GANGGUAN TANAH PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 kv DI PLN PALUR DENGAN MENGGUNAKAN ETAP 12.6

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

Vol.3 No1. Januari

STUDI PERANCANGAN SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK 150/20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

atau pengaman pada pelanggan.

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu penentu kehandalan sebuah sistem. Relay merupakan

ANALISIS SETTING DAN KOORDINASI RELE JARAK PADA GI 150 KV PANDEAN LAMPER ARAH SRONDOL. Abstrak

ANALISIS SISTEM PROTEKSI GENERATOR PADA PUSAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR WONOGIRI

JOB SHEET MESIN LISTRIK 2. Percobaan Paralel Trafo

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

Makalah Seminar Tugas Akhir. Judul

PERTEMUAN VIII SISTEM PER UNIT DAN DIAGRAM SEGARIS

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

Analisa Perhitungan Kapasitas dan Pemilihan Circuit Breaker (CB) pada Penyulang Gardu Induk Paniki Sistem Minahasa

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL

Analisa Koordinasi Relay Proteksi Dengan Recloser Pada Penyulang Purbalingga 05 Di PT. PLN (Persero) Rayon Purbalingga

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

Studi Analisis Gangguan Petir Terhadap Kinerja Arrester Pada Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20 KV Menggunakan Alternative Transient Program (ATP)

BAB III LANDASAN TEORI

I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc

ANALISIS PENGGUNAAN GAS SF 6 PADA PEMUTUS TENAGA (PMT) DI GARDU INDUK CIGERELENG BANDUNG

Transkripsi:

Analisis Pengaruh Penambahan Unit Pembangkit Baru terhadap Arus Gangguan ke Tanah pada Gardu Induk Grati Galuh Indra Permadi¹, Drs. Ir. Moch. Dhofir, MT.², Ir. Mahfudz Shidiq, MT.³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen Teknik Elektro, Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail: gee_redz@yahoo.com Abstrak Skripsi ini membahas tentang arus gangguan pada sistem Gardu Induk Grati. Penambahan Unit Pembangkit baru pada PLTGU yang dekat dengan Gardu Induk Grati membuat arus gangguan pada sistem tersebut berubah, khususnya ketika gangguan terjadi di sisi Pembangkit dan di sisi Gardu Induk. Permasalahan yang muncul inilah yang dianalisis, apakah arus gangguan ke tanah pada Gardu Induk Grati menurun atau justru semakin meningkat. Analisis ini dilakukan dengan menghitung nilai arus gangguan satu fasa ke tanah, dua fasa ke tanah dan tiga fasa ke tanah sebelum dan sesudah penambahan Unit Pembangkit baru dengan metode perhitungan impedansi urutan ekivalen sistem sesuai dengan titik dimana gangguan terjadi. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa penambahan Unit Pembangkit baru membuat nilai arus gangguan ke tanah meningkat, khususnya arus gangguan maksimum yaitu dari 32343.521 A menjadi 36565.117 A. Analisis ini juga dilakukan untuk kondisi titik netral sub-sistem baru yang ditanahkan melalui tahanan 500 Ω. Hasilnya adalah pada gangguan satu fasa ke tanah dan dua fasa ke tanah, arus gangguan maksimum menurun dengan selisih mencapai 2.3 %. Kata Kunci Gardu Induk Grati, impedansi urutan, arus gangguan ke tanah. I. pendahuluan K ebutuhan daya listrik di Pulau Jawa khususnya di wilayah Jawa Timur yang terus meningkat perlu diikuti dengan penyediaan daya listrik dengan cara menambah Unit-Unit Pembangkit baru. Untuk memenuhi kebutuhan permintaan daya listrik tersebut, PT. Indonesia Power (Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap, disingkat PLTGU) yang berada di Grati, Kabupaten Pasuruan menambah satu Unit Pembangkit baru. PLTGU Grati berada dekat dengan Gardu Induk sehingga pembangunan Pembangkit baru ini tentu saja harus diikuti dengan pembangunan Gardu Induk. Penambahan Unit Pembangkit baru pada suatu Sistem Gardu Induk sangat mempengaruhi besar arus gangguan ke tanah, utamanya gangguan ke tanah pada sisi Pembangkit dan pada sisi Gardu Induk. Gangguan ke tanah yang terjadi pada sisi Pembangkit dan sisi Gardu Induk ini menghasilkan arus yang sangat besar bila dibandingkan dengan arus gangguan yang terjadi di sisi jaringan transmisi maupun di sisi beban pada keseluruhan sistem yang lebih luas. Oleh karena itu, dalam perencanaan pembangunan Gardu Induk Grati analisis arus gangguan ke tanah di sisi Pembangkit dan di sisi Gardu Induk perlu dilakukan. Skripsi ini juga menganalisis pengaruh tahanan titik netral subsistem Pembangkit baru terhadap nilai arus gangguan ke tanah. Nilai-nilai arus gangguan dari hasil analisis selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk kajian-kajian lain, seperti kajian untuk dasar penentuan proteksi arus lebih dan pentanahan peralatan pada Gardu Induk Grati. II. Tinjauan pustaka A. Gangguan ke Tanah pada Sistem Gardu Induk Pada Gangguan tanah merupakan gangguan yang paling sering terjadi pada sistem tenaga dan dapat berakibat fatal pada sistem. Gangguan tanah terjadi akibat adanya tegangan induksi kumparankumparan trafo atau Pembangkit terhadap struktur logam disekitarnya; adanya arus bocor akibat gangguan sistem isolasi (breakdown isolation) antar bagian yang bertegangan sehingga terjadi hubung singkat; serta adanya kenaikan tegangan mendadak akibat surja hubung atau surja petir (Hutauruk, 1999 : 120). Gangguan ke tanah sering terjadi juga pada Sistem Gardu Induk, khususnya pada Sistem Gardu Induk yang dekat dengan Pembangkit seperti pada Gardu Induk Grati. Gangguan pada Sistem Gardu 1

Induk ini biasanya terjadi pada sisi Pembangkit dan pada sisi Gardu Induk. B. Analisis Arus Gangguan ke Tanah Dalam analisis arus gangguan ke tanah, besaran yang dibutuhkan untuk menghitung suatu nilai arus gangguan selain arus dan tegangan adalah reaktansi atau impedansi urutan (Sulasno, 1993 : 165). Setiap komponen pada sistem Gardu Induk memiliki nilai impedansi urutan yang membentuk rangkaian impedansi urutan sistem. Dengan adanya rangkaian impedansi urutan ini, arus gangguan yang terjadi di suatu titik pada sistem dapat dicari yaitu dengan mendapatkan nilai penyederhanaan impedansi urutannya. Analisis arus gangguan ke tanah pada sistem Gardu Induk Grati dilakukan dengan menggunakan asumsi bahwa Pemutus Tenaga / Circuit Breaker (CB) yang menghubungkan sistem Gardu Induk ke sistem yang lebih besar dihubung-buka ketika gangguan terjadi. UNIT PEMBANGKIT BLOK I G 1 G 2.1 G 2.2 G 3 BLOK II G 4.1 G 4.2 G 5 T 1 GARDU INDUK GRATI REL 500 kv 1 A 1 B SUB SISTEM I 2.1 A 2.2 A 3 A 4.1 A 4.2 A 5 A T 2 T 3 T 4 T 5 L 1 L 2 C 500 SUB SISTEM II L 3 SUB SISTEM III T IB L 4 SUB SISTEM IV L 5 C 150 SUB SISTEM V REL 150 kv CB SISTEM JARINGAN 500 kv / BEBAN CB SISTEM JARINGAN 150 kv / BEBAN Gambar 1 Diagram Garis Tunggal Sistem Gardu Induk Grati. Sumber : PLN Pusat Pelayanan Enjiniring : 6.0 7. Gambar 1 menunjukkan bahwa Unit-Unit Pembangkit terhubung ke sistem jaringan 500 kv dan 150 kv melalui Trafo Daya membentuk lima Sub-Sistem dengan komponen-komponen sebagai berikut : a. Sistem I antara lain : G 1 adalah Pembangkit I, T 1 adalah Trafo I dan L 1 adalah Saluran I. b. Sistem II antara lain : G 2.1 dan G 2.2 adalah Pembangkit II, T 2 adalah Trafo II dan L 2 adalah Saluran II. c. Sistem III antara lain : G 3 adalah Pembangkit III, T 3 adalah Trafo III dan L 3 adalah Saluran III. d. Sub-Sistem IV antara lain : G 4.1 dan G 4.2 adalah Pembangkit IV; T 4 adalah Trafo IV dan L 4 adalah Saluran IV. e. Sub-Sistem V antara lain : G 5 adalah Pembangkit V; T 5 adalah Trafo V dan L 5 adalah Saluran V. f. T IB adalah Trafo Penghubung antar Rel. 1. Perhitungan Impedansi Urutan Setiap komponen Sistem Gardu Induk pada Gambar 1 memiliki tiga impedansi urutan, yaitu impedansi urutan positif (Z 1 ), impedansi urutan negatif (Z 2 ) dan impedansi urutan nol (Z 0 ). Impedansi setiap komponen sistem antara lain sebagai berikut : 1) Sistem I antara lain : G 1 yaitu Z G1(1), Z G1(2), Z G1(0), Z N1 ; T 1 yaitu Z T1(1), Z T1(2), Z T1(0) ; L 1 yaitu Z L1(1), Z L1(2), Z L1(0). 2) Sistem II antara lain : G 2.1 yaitu Z G2.1(1), Z G2.1(2), Z G2.1(0), Z N2.1 ; G 2.2 yaitu Z G2.2(1), Z G2.2(2), Z G2.2(0), Z N2.2 ; T 2 yaitu Z HX2, Z HY2, Z XY2 ; L 2 yaitu Z L2(1), Z L2 (2), Z L2 (0). 3) Sistem III antara lain : G 3 yaitu Z G3(1), Z G3(2), Z G3(0), Z N3 ; T 3 yaitu Z T3(1), Z T3(2), Z T3(0) ; L 3 yaitu Z L3(1), Z L3(2), Z L3(0). 4) Sistem IV antara lain : G 4.1 yaitu Z 4.1(1), Z G4.1(2), Z G4.1(0), Z N4.1 ; G 4.2 yaitu Z G4.2(1), Z G4.2(2), Z G4.2(0), Z N4.2 ; T 2 yaitu Z HX4, Z HY4, Z XY4 ; L 4 yaitu Z L4(1), Z L4(2), Z L4(0). 5) Sistem V antara lain : G 5 yaitu Z G5(1), Z G5(2), Z G5(0), Z N5 ; T 5 yaitu Z T5(1), Z T5(2), Z T5(0) ; L 5 yaitu Z L5(1), Z L5(2), Z L5(0). 6) T IB yaitu Z TIB(1), Z TIB(2), dan Z TIB(0). Rangkaian setara impedansi urutan sistem untuk Gambar 1 ditunjukkan pada Gambar 2 (Sulasno, 1993 : 174 175) dimana Gambar 2 merupakan rangkaian setara dari diagram garis tunggal Sistem Gardu Induk Grati. 2

Z L1(1) 1 B Z T1(1) F 1 Z G1(1) Z G2.1(1) C 500 C 150 Z TIB(1) Z L2(1) Z L3(1) Z L4(1) Z L5(1) Z H2(1) Z T3(1) Z X2(1) Z Y2(1) Z G2.2(1) Z G3(1) Z G4.1(1) E E E E E E E N 1 Z H4(1) Z T5(1) Z X4(1) 1 A 2.1 A 2.2 A 3 A 4.1 A 4.2 A 5 A (a) Z Y4(1) Z G4.2(1) Z G5(1) C. Persamaan Arus Gangguan ke Tanah 1. Gangguan Satu Fasa ke Tanah Persamaan arus gangguan satu fasa ke tanah adalah : 2. Gangguan Dua Fasa ke Tanah Persamaan-persamaan saat gangguan tanah terjadi pada dua fasa adalah : ( ) Z L1(2) C 500 C 150 Z TIB(2) Z L2(2) Z L3(2) Z L4(2) Z L5(2) Maka besar arus gangguan ke tanah nya : 1 B Z T1(2) Z H2(2) Z T3(2) Z X2(2) Z H4(2) Z T5(2) Z X4(2) 1 A 2.1 A 2.2 A 3 A 4.1 A 4.2 A 5A 3. Gangguan Tiga Fasa ke Tanah Persamaannya adalah : Z G1(2) Z G2.1(2) Z Y2(2) Z G2.2(2) Z G3(2) Z G4.1(2) N 2 (b) Z Y4(2) Z G4.2(2) Z G5(2) Berdasarkan Standar Perusahaan Listrik Negara (SPLN) Bagian IV Bab 3E halaman 216, besar arus gangguan maksimum yang diijinkan pada suatu Sistem Gardu Induk atau Pembangkit adalah 40,000 A (PLN Pusat Pelayanan Enjiniring : Bab 6.13, Hal. 14). Z L1(0) 1 A Z T1(0) C 500 C 150 Z TIB(0) Z L2(0) Z L3(0) Z L4(0) Z H2(0) Z T3(0) Z H4(0) Z L5(0) Z T5(0) III. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini secara umum disusun sebagai berikut : 1 A 2.1 A 2.2 A 3 A 4.1 A 4.2 A 5 A Mulai Z G1(0) Z G2.1(0) Z Y2(0) Z X2(0) Z G2.2(0) Z G3(0) Z G4.1(0) Z Y4(0) Z X4(0) Z G4.2(0) Z G5(0) Studi Literatur 3Z N1 3Z N2.1 3Z N2.2 3Z N3 3Z N4.1 3Z N4.2 3Z N5 N 0 (c) Gambar 2 Rangkaian Impedansi Urutan Sistem Gardu Induk Grati Sebelum : (a) Urutan Positif, (b) Urutan Negatif, dan (c) Urutan Nol. Sumber : Sulasno, 1993 : 177. Rangkaian pada Gambar 2 digunakan untuk mencari nilai impedansi urutan ekivalen sesuai titik dimana gangguan terjadi. Pengumpulan Data Perhitungan dan Analisis Arus Gangguan Sebelum dan Sesudah Penambahan Pembangkit Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 3 Diagram Alir Penelitian 3

A. Studi Literatur Melakukan kajian pustaka yang dapat membantu dalam penelitian yang berhubungan dengan gangguan ke tanah pada Sistem Gardu Induk, serta analisis gangguan sebelum dan sesudah penambahan Pembangkit pada Sistem Gardu Induk Grati. B. Pengumpulan Data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi literatur (buku, jurnal-jurnal, dan internet). Data sekunder lain yang diperlukan dalam kajian ini adalah : a. Spesifikasi Sistem Gardu Induk Grati. b. Spesifikasi Sistem Pembangkit baru. C. Perhitungan Arus Gangguan pada Sistem Gardu Induk Grati 1. Data-Data Spesifikasi Sistem Sebelum Penambahan Pembangkit Data-data spesifikasi Sistem Gardu Induk Grati sebelum adanya penambahan satu Unit Pembangkit yang dibutuhkan adalah rating daya, tegangan dan impedansi urutan tiap komponen sistem, seperti Pembangkit, Trafo Daya dan Saluran. 2. Penentuan Letak Titik Gangguan Berdasarkan Gambar 1, ada 14 titik gangguan yang akan dicari nilai arus gangguannya pada Sistem Gardu Induk Grati sebelum adanya penambahan satu Unit Pembangkit, antara lain : a. Terminal Keluaran Pembangkit, antara lain : 1 A, 2.1 A, 2.2 A dan 3 A, 4.1 A, 4.2 A dan 5 A ; Terminal Keluaran Trafo, antara lain : 1 B,,, dan. b. Rel/busbar 500 kv dan 150 kv, yaitu : C 500 dan C 150. 3. Perhitungan Impedansi Urutan Setelah menentukan letak titik gangguan, maka langkah selanjutnya adalah menghitung besarnya impedansi urutan Z 1, Z 2, Z 0 pada setiap titik gangguan. Perhitungan diperoleh dengan menyusun rangkaian impedansi urutan Z 1, Z 2, Z 0 dan menyederhanakan rangkaian impedansi tersebut sampai mendapatkan nilai penggantinya. 4. Perhitungan Nilai Arus Gangguan Berdasarkan Jenis Gangguan Setelah impedansi urutan Z 1, Z 2, Z 0 pada setiap titik gangguan diperoleh, maka dapat dicari nilai arus gangguan berdasarkan tiga jenis gangguan yang terjadi, antara lain gangguan satu fasa ke tanah, gangguan dua Fasa ke Tanah dan gangguan tiga fasa ke tanah. 5. Data-Data Spesifikasi Sistem Pembangkit Baru Data-data spesifikasi sistem Pembangkit baru yang dibutuhkan adalah rating tegangan, daya dan impedansi urutan dari Unit Pembangkit baru, Trafo Daya baru dan Saluran baru. 6. Perhitungan Arus Gangguan Sesudah Penambahan Pembangkit Perhitungan arus gangguan ke tanah sesudah penambahan Pembangkit dilakukan dengan dua kondisi, yaitu pentanahan titik netral sistem baru langsung dan pentanahan titik netral sistem baru melalui tahanan. Pentanahan titik netral Sistem Gardu Induk (Trafo Daya atau Pembangkit) di Indonesia menggunakan tiga jenis pentanahan berdasarkan SPLN 2 : 1978 dan SPLN 26 : 1980, antara lain : 1) Pentanahan langsung. 2) Pentanahan melalui tahanan rendah (12 ohm atau 40 ohm). 3) Pentanahan melalui tahanan tinggi (500 ohm). Pentanahan titik netral Sistem 500 kv di Pulau Jawa dilakukan tanpa tahanan / pentanahan langsung [2], termasuk Sistem Gardu Induk Grati 500 kv. Untuk kondisi kedua, tahanan yang digunakan adalah tahanan tinggi 500 ohm. Kondisi ini dimaksudkan agar nilai arus gangguan ke tanah yang terjadi bisa lebih kecil. Berdasarkan persamaan arus gangguan ke tanah bahwa impedansi berbanding terbalik dengan arus gangguan ke tanah (I f ~ ), maka semakin besar nilai tahanan pentanahan titik netral sistem, nilai arus gangguan ke tanah yang terjadi akan semakin kecil. 4

D. Pengambilan Kesimpulan dan Saran Pengambilan kesimpulan ditulis berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang dilakukan. Pada bagian ini dijelaskan secara singkat tentang hasil yang telah diperoleh beserta saran untuk pengembangan selanjutnya. IV. PERHITUNGAN DAN ANALISIS A. Perhitungan Arus Gangguan ke Tanah Sebelum Penambahan Pembangkit Hasil perhitungan arus gangguan ke tanah pada Sistem Gardu Induk Grati sebelum Penambahan Pembangkit (Gambar 1) ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Nilai Arus Gangguan ke Tanah pada sistem Gardu Induk Grati Sebelum Penambahan Pembangkit. Titik Arus Gangguan (A) Gangguan 1Ф - G 2Ф - G 3Ф - G 1 A 563.268 286.904 7616.343 2.1 A 547.562 284.422 5388.217 2.2 A 547.562 284.422 5388.217 3 A 548.533 284.493 5541.630 4.1 A 1821.529 947.806 17420.029 4.2 A 1821.529 947.806 17420.029 5 A 1825.184 948.071 17958.805 1 B 4617.788 6211.637 11024.562 4620.563 6216.936 11029.545 4619.170 6214.166 11027.157 13372.812 17608.544 32339.240 13369.437 17602.034 32333.398 C 500 4621.889 6219.027 11032.386 C 150 13374.477 17610.509 32343.521 Sumber : Hasil Perhitungan. B. Perhitungan Arus Gangguan ke Tanah Sesudah Penambahan Pembangkit 1. Kondisi Titik Netral Sistem yang Baru Ditanahkan Langsung Hasil perhitungan arus gangguan ke tanah pada Sistem Gardu Induk Grati sesudah adanya penambahan satu Unit Pembangkit ditunjukkan oleh Tabel 2. Tabel 2 Nilai Arus Gangguan ke Tanah Sesudah Penambahan Pembangkit dengan Titik Netral Sistem yang Baru Ditanahkan Langsung. Titik Arus Gangguan (A) Gangguan 1Ф - G 2Ф - G 3Ф - G 1 A 564.468 286.984 8163.515 2.1 A 549.562 284.568 5716.499 2.2 A 549.562 284.568 5716.499 3 A 550.303 284.623 5851.141 4.1 A 1825.054 948.062 17937.691 4.2 A 1825.054 948.062 17937.691 5 A 1828.299 948.298 18450.405 6 A 570.457 287.790 11183.860 1 B 6215.903 8438.921 14759.653 6221.278 8449.225 14769.353 6219.416 8445.498 14766.155 14919.760 19234.677 36558.180 14915.873 19227.353 36551.442 6 B 6221.548 8449.602 14769.986 C 500 6224.901 8455.565 14776.509 C 150 14922.453 19237.869 36565.117 Sumber : Hasil Perhitungan. 2. Kondisi Titik Netral Sistem yang Baru Ditanahkan melalui Tahanan Besar arus gangguan ke tanah untuk kondisi yang kedua berdasarkan perhitungan ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Nilai Arus Gangguan ke Tanah Sesudah Penambahan Pembangkit dengan Titik Netral Sistem yang Baru Ditanahkan melalui Tahanan. Titik Arus Gangguan (A) Gangguan 1Ф G 2Ф G 3Ф G 1 A 564.468 286.984 8163.515 2.1 A 549.562 284.568 5716.499 2.2 A 549.562 284.568 5716.499 3 A 550.303 284.623 5851.141 4.1 A 1825.054 948.062 17937.691 4.2 A 1825.054 948.062 17937.691 5 A 1828.299 948.298 18450.405 6 A 570.457 287.790 11183.860 1 B 5861.791 7249.513 14759.653 5866.534 7257.011 14769.353 5864.631 7253.502 14766.155 14784.520 18791.449 36558.180 14780.631 18784.224 36551.442 6 B 5865.190 7252.436 14769.986 C 500 5869.326 7260.369 14776.509 C 150 14787.038 18794.085 36565.117 Sumber : Hasil Perhitungan. C. Analisis Hasil Perhitungan Sebelum adanya penambahan Unit Pembangkit baru, arus gangguan ke tanah terbesar (maksimum) yang terjadi pada Rel Gardu Induk, yaitu rel 150 kv (titik B 150 ) adalah 32343.521 A (3Ф G). Sesudah adanya penambahan satu Unit Pembangkit, nilai arus gangguan ke tanah secara 5

umum meningkat. Tabel 2 menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan Unit Pembangkit baru dimana titik netral Sub-Sistem baru ditanahkan langsung, arus gangguan maksimum meningkat menjadi 36565.117 A. Nilai arus maksimum sangat berpengaruh terhadap rating kerja peralatan, khususnya peralatan pemutus yang berada di titik dimana arus gangguan maksimum terjadi. PMT pada Rel 150 kv merupakan jenis PMT tegangan tinggi dengan media isolasi gas SF6 yang mempunyai kemampuan memutus arus sampai 40 ka dan digunakan pada range tegangan 35 s/d 245 kv (SPLN 1.1995 3.5). Dengan demikian, PMT ini masih dapat menanggung nilai arus maksimum baik sebelum penambahan unit baru (32343.521 A) maupun sesudah penambahan unit baru (36565.117 A). Walaupun nilai arus gangguan maksimum (tiga fasa ke tanah) dengan menggunakan tahanan pada titik netral Sub-Sistem baru nilainya tetap, kondisi ini dapat menurunkan nilai arus gangguan yang lain, yaitu gangguan satu fasa ke tanah dan tiga fasa ke tanah. Hal ini diperhitungkan karena gangguan satu fasa ke tanah dan dua fasa ke tanah lebih sering terjadi pada suatu sistem daya listrik. V. Penutup A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1) Sebelum adanya penambahan Pembangkit, arus gangguan maksimum pada Sistem Gardu Induk Grati sebelum penambahan Unit Pembangkit baru adalah 32343.521 A (Rel 150 kv). 2) Sesudah adanya penambahan Pembangkit, nilai arus gangguan untuk dua kondisi pentanahan titik netral sistem yang baru adalah sebagai berikut : a. Nilai arus gangguan ke tanah untuk kondisi titik netral sistem yang baru ditanahkan langsung meningkat dibandingkan dengan sebelum adanya penambahan Pembangkit. Arus maksimum setelah penambahan Pembangkit dengan titik netral subsistem baru ditanahkan langsung meningkat menjadi 36565.117 A. b. Dengan adanya tahanan pentanahan 500 ohm pada titik netral sub-sistem baru, arus gangguan maksimum dibandingkan dengan kondisi titik B. Saran netral sistem yang baru ditanahkan langsung nilainya tetap, yaitu 36565.117 A. Nilai arus maksimum ini masih di bawah nilai rating kerja peralatan (PMT), yaitu di bawah 40 ka. Dalam hal ini, PMT masih dapat menanggung nilai arus maksimum sesudah adanya penambahan Unit baru. Walaupun nilai arus maksimum dengan menggunakan tahanan nilainya tetap, jika ditinjau dari perbandingan arus gangguan satu fasa ke tanah dan dua fasa ke tanahnya, terjadi penurunan. Selisih penurunan arus gangguan maksimum nya mencapai 2.3 %. Analisis arus gangguan ke tanah pada Gardu Induk Grati ini dapat dikembangkan dengan memperhitungkan sistem jaringan yang lebih luas (jaringan 150 kv, 500 kv dan Beban) dan menambahkan titik-titik gangguan pada sistem secara keseluruhan. DAFTAR PUSTAKA [1] Anderson, Paul M. 1995. Analysis of Faulted Power Systems. IEEE Inc., New York. [2] Hutahuruk, T.S. 1999. Pengetanahan Netral Sistem Tenaga dan PengetanahanPeralatan. Penerbit Erlangga, Jakarta. [3] IEEE Std. 80. 2000. IEEE Guide for Safety in AC Substation Grounding. USA. [5] PLN Pusat Pelayanan Enjiniring. 1994. Grati Combined Cycle Power Plant 1 X 500 MW + 3 X 100 MW Design Manual.Mitsubishi Heavy Industries, Ltd. [6] Sulasno. 1993. Analisa Sistem Tenaga Listrik. Satya Wacana, Semarang. [7] Stevenson, William D., Jr. 1993.Terjemahan : Ir. Kamal Idris. Analisis Sistem Tenaga Listrik. Edisi Keempat, Penerbit Erlangga. Jakarta. [8] Suyono, Hadi. 2008. Analisis Gangguan Pada Sistem Daya Elektrik. Materi Kuliah,Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang. 6