Kata Pengantar. Padang, Januari 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT,

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban

KATA PENGANTAR. Padang, Desember 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II PERENCANAAN KINERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Gambaran Umum 1. Organisasi Perangkat Daerah

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015

BAB II BADAN KETAHANAN PANGAN MEDAN. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara yang awal mulanya

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS

KATA PENGANTAR. Bontang, Desember 2015 Kepala, Ir. Hj. Yuli Hartati, MM NIP LAKIP 2015, Kantor Ketahanan Pangan Kota Bontang

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 33 TAHUN

LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Samarinda, April 2016 Kepala, Ir. Fuad Asaddin, M.Si. Nip

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. Tugas dan Fungsi Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Mukomuko

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 s/d 2019

WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

PENGUATAN KOORDINASI DINAS/INSTANSI DALAM PEMANTAPAN KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

KATA PENGANTAR. Muara Beliti, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Rawas,

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAERAH

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

14. LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 (RINGKASAN)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BONDOWOSO

DATA PROFIL SKPD. 3. ALAMAT Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare Pagar Alam

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN BANTUL

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP)

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya.

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PACITAN PROVINSIJAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

Renstra BKP5K Tahun

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 34 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 859 TAHUN 2011 TENTANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA Perencanaan Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP)

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KETAHANAN PANGAN

Transkripsi:

Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat (LKj BKP Sumbar) ini disusun sebagai salah satu perwujudan akuntabilitas atas pelaksanaan Visi, Misi, dan Pencapaian Sasaran Strategis terhadap Indikator Kinerja Utama yang telah menjadi kontrak kinerja antara Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat dengan Gubernur Sumatera Barat yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2015. LKj BKP Provinsi Sumatera Barat disusun berdasarkan pada Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014. Penyusunan LKj ini merupakan bentuk komitmen terhadap aspek transparansi dan akuntabilitas serta pertanggungjawaban atas kinerja BKP Sumbar. Komitmen dalam penyusunan LKj BKP Sumbar ini bertujuan memberikan informasi kinerja yang terukur, sekaligus sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat khususnya BKP Sumbar untuk senantiasa meningkatkan kinerjanya. Secara keseluruhan capaian kinerja BKP Sumbar memperlihatkan kinerja yang sangat baik. Hal ini terlihat dari sembilan indikator yang menjadi tolok ukur kinerja BKP Sumbar memperlihatkan hasil yang sangat baik, dengan kata lain terealisasi seluruhnya bahkan melebihi target yang ditetapkan pada tahun 2015. Namun demikian, masih dirasa perlu dilakukan perbaikan guna penyempurnaan di masa mendatang. Berkenaan dengan itu, LKj BKP Sumbar Tahun 2015 ini dapat menjadi masukan dan saran evaluasi agar kinerja kedepan menjadi lebih produktif, efektif dan efisien, baik dari aspek perencanaan, pengorganisasian, manajemen keuangan maupun koordinasi pelaksanaannya Padang, Januari 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT, Ir. E F E N D I, MP Pembina Utama Muda NIP. 19630515 199003 1 006 i

Ringkasan Eksekutif Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat (LKj BKP Sumbar) Tahun 2015 ini merupakan wujud akuntabilitas pencapaian kinerja tahun terakhir dari pelaksanaan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2011-2015 dan Rencana Kinerja Tahunan 2015 yang telah ditetapkan melalui Perjanjian Kinerja Tahun 2015. Penyusunan Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 ini pada hakekatnya merupakan kewajiban dan upaya untuk memberikan penjelasan mengenai akuntabilitas dan responsibilitas terhadap kinerja yang telah dilakukan selama tahun 2015. Hal ini mengingat pelaporan akuntabilitas kinerja merupakan suatu keharusan manajemen pemerintahan negara dan implementasi berbagai kebijakan negara yang menitikberatkan pada upaya peningkatan kepercayaan publik dan perwujudan kepemerintahan yang baik (good governance). Seiring dengan upaya merealisasikan good governance, Badan Ketahanan Pangan telah melaksanakan berbagai kegiatan dan program, mewujudkan tercapainya tujuan dan sasaran, serta visi dan misi yang secara sistematis telah dituangkan dalam Renstra Badan Ketahanan Pangan Tahun 2011 2015. Visi tersebut yakni Terwujudnya ketahanan pangan masyarakat Sumatera Barat berbasis pangan lokal. Sesuai dengan visi tersebut, maka misi Badan Ketahanan Pangan adalah 1). Meningkatkan ketahanan pangan berbasis nagari menuju kemandirian pangan, serta kemampuan masyarakat dalam pemenuhan dan pengelolaan cadangan pangan, 2). Memfasilitasi peran serta masyarakat dalam upaya percepatan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, 3). Mengembangkan kelembagaan pangan masyarakat sebagai pelaku distribusi pangan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat, 4). Meningkatkan penerapan sistem mutu dan keamanan pangan dalam rangka menghadapi persaingan global. Dalam rangka pelaksanaan tugas pemerintahan di bidang Ketahanan Pangan maka dirumuskan tujuan yang diharapkan dapat dicapai untuk 5 (lima) tahun mendatang adalah pertama: Terpenuhinya ketersediaand an cadangan pangan; kedua: Penanganan Daerah Rawan Pangan; ketiga Memantapkan kelancaran distribusi dan akses pangan; keempat: Mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi guna meningkatkan kualitas SDM dan penurunan ii

konsumsi beras perkapita; kelima : Meningkatkan Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan. Selanjutnya dari tujuan tersebut maka sasaran pertama adalah Meningkatkan ketersediaan energi dan protein per kapita; Kedua adalah Meningkatkan cadangan pangan; Ketiga adalah Tertanggulanginya daerah rawan pangan; Keempat adalah Tercapainya peningkatan distribusi pangan yang mampu menjaga harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat; Kelima adalah Meningkatkan konsumsi pangan masyarakat yang B2SA (Beragam, Bergizi, seimbang dan aman) berbasis sumberdaya lokal; Keenam adalah Tersedianya pangan segar yang aman dan bermutu untuk dikonsumsi masyarakat. Sedangkan indikator kinerja utama dapat dijabarkan dari kelima sasaran tersebut sebagai berikut : pertama : ketersediaan energy dan protein; kedua : tersedianya cadangan pangan pemerintah; ketiga : persentase penanganan daerah rawan pangan; keempat : persentase ketersediaan informasi harga dan pasokan pangan; kelima : stabilisasi harga bahan pangan pokok di tingkat produsen; keenam: angka konsumsi energy dan protein; ketujuh: penurunan konsumsi beras; delapan : Skor Pola Pangan Harapan; dan Sembilan : persentase penanganan keamanan pangan segar. Program dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 merupakan upaya untuk mewujudkan tercapainya tujuan dan sasaran, visi dan misi seperti yang tertuang dalam Renstra Badan Ketahanan Pangan Tahun 2011 2015, serta dalam rangka menjawab isu-isu aktual dalam penyelenggaraan pemerintahan bidang ketahanan pangan. Isu-isu tersebut antara lain meliputi aspek ketersediaan pangan, aspek distribusi pangan dan aspek konsumsi pangan. Berdasarkan uraian pada Capaian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Sumatera Barat, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Capaian kinerja sasaran rata-rata sebesar 121,99 %. Capaian kinerja yang tertinggi terdapat pada sasaran Tertanggulanginya Daerah Rawan Pangan, yaitu sebesar 166,67%, diikuti berturut-turut dengan sasaran Meningkatkan ketersediaan energi dan protein per kapita sebesar 149,12 %, sasaran Meningkatkan konsumsi pangan masyarakat yang B2SA (Beragam, Bergizi, seimbang dan aman) berbasis sumberdaya lokal sebesar 124,62 %, sasaran Tersedianya pangan segar yang aman dan bermutu untuk dikonsumsi masyarakat sebesar 100,45 %, dan Sasaran tercapainya peningkatan distribusi pangan yang mampu menjaga harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat, serta sasaran Meningkatkan cadangan pangan dengan capaian kinerjanya masing-masing sebesar 100,00 %. 2. Capaian kinerja sasaran tersebut didukung oleh anggaran baik dari anggaran APBN maupun APBD. Akuntabilitas keuangan perprogram untuk pencapaian sasaran tersebut seperti terlihat pada tabel berikut : iii

PROGRAM / KEGIATAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) % 1 Program Peningkatan Ketahanan dan Keamanan Pangan 3.975.911.600 3.856.404.406 96,994 2 Program Diversifikasi Pangan 658.793.400 627.402.300 95,235 3 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat 9.897.963.000 9.148.660.901 92,43 J u m l a h 14.532.668.000 13.632.467.607 93,81 3. Berdasarkan uraian di atas, dapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut : a. Aspek Ketersediaan : - Meningkatkan ketersediaan pangan yang berasal dari produksi lokal untuk mencukupi kebutuhan masyarakat - Mendorong kemandirian pangan melalui swasembada pangan untuk komoditas strategis (beras, jagung, kedelai, gula dan daging sapi) - Mengkoordinasikan dan mengembangkan cadangan pangan dan pemantapan kelembagaan pangan - meningkatkan peran serta stakeholder dan masyarakat dalam upaya mencegah dan menanggulangi kerawanan pangan - Meningkatkan keragaman produksi pangan berdasarkan potensi sumberdaya lokal b. Agar individu atau rumah tangga dapat memiliki akses terhadap pangan, maka pemerintah harus berperan aktif mengendalikan harga di tingkat konsumen. Rekomendasi strategi yang dapat dilaksanakan antara lain : - Mendorong dan memberikan kontribusi terhadap terwujudnya distribusi pangan yang efektif dan efisien - Menumbuhkembangkan koordinasi dan sinergi kebijakan distribusi pangan - Mendorong peran serta kelembagaan pangan dan masyarakat dalam meningkatkan kelancaran distribusi, menciptakan stabilisasi harga dan meningkatkan akses pangan - Memantau stabilitas pasokan dan harga pangan serta daya beli masyarakat - Peningkatan Penanganan Daerah Rwan Pangan melalui SIDI (Sistem Informasi Dini) dan penyusunan peta rawan pangan melalui Sistem Keamanan Pangan dan Gizi (SKPG). c. Dalam rangka meningkatkan Konsumsi Pangan masyarakat yang B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman), rekomendasi strategi yang dapat dilakukan antara lain : - Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan - Gencar melakukan sosialisasi / kampanye, promosi dan edukasi budaya konsumsi pangan yang memenuhi kandungan gizi yang B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman), baik secara langsung ke masyarakat maupun melalui media informasi. iv

- Mendorong peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat melalui Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Pangan Lokal dan Lomba Cipta Menu - Selalu mempromosikan olahan pangan lokal potensi Sumatera Barat baik di tingkat provinsi sendiri maupun tingkat nasional - Melakukan kemitraan dengan perguruan tinggi, sosiasi dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk menciptakan alternatif ragam pangan v

Daftar Isi Halaman KATA PENGANTAR...... i RINGKASAN EKSEKUTIF... ii DAFTAR ISI...... vi DAFTAR TABEL...... vii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Tugas dan Fungsi........ 2 D. Program dan Kegiatan Tahun 2015... 8 E. Issu Utama Ketahanan Pangan... 9 BAB II PERENCANAAN KINERJA...... 10 A. Visi dan Misi... 10 B. Tujuan dan Sasaran Strategis..... 11 C. Kebijakan dan Strategi...... 13 D. Perjanjian Kinerja Tahun 2015... 13 E. Revisi Perjanjian Kinerja Tahun 2015... 15 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA...... 16 i. Metodologi Pengukuran Capaian Kinerja...... 14 ii. Hasil Pengukuran Kinerja..... 17 iii. Capaian Kinerja BKP Sumbar... 19 BAB IV PENUTUP... 64 A. Kesimpulan... 65 B. Rekomendasi..... 66 vi

Daftar Tabel Tabel 1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi 12 Sumatera Barat Tabel 2 Penetapan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat 14 Tahun 2015 Tabel 3 Revisi Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat 15 dengan Gubernur Sumatera Barat Tabel 4 Klasifikasi dan Predikat Penilaian Keberhasilan dan Kegagalan Pencapaian 17 Sasaran Startegis dan Capaian ndikator Kinerja Tahun 2015 Tabel 5 Hasil Pengukuran IKU Sasaran Strategis Badan Ketahanan Pangan Provinsi 18 Sumatera Barat Tahun 2015 Tabel 6 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis Meningkatnya Ketersediaan 20 Energi dan Protein Tabel 7 Penyediaan /Pengadaan Pangan di Sumatera Barat Tahun 2015 (ARAM II) 22 Tabel 8 Penggunaan / Pemakaian Pangan di Sumatera Barat Tahun 2015 (ARAM II) 23 Tabel 9 Ketersediaan Pangan di Sumatera Barat Dalam Bentuk Natura Berdasarkan 24 Neraca Bahan Makanan (ARAM II 2015) Tabel 10 Ketersediaan Pangan Untuk Dikonsumsi Penduduk Sumatera Barat Tahun 25 2015 (ARAM II) Tabel 11 Ketersediaan Energi dan Protein Penduduk Sumatera Barat Tahun 2015 26 (ARAM II) Tabel 12 Capaian tingkat ketersediaan energi dan protein penduduk Sumatera Barat 26 dari tahun 2011 s/d 2015 Tabel 13 Dukungan Kegiatan (APBD dan APBN) untuk Pencapain Sasaran 27 Meningkatnya Ketersediaan Energi dan Protein) Tabel 14 Capaian Sasaran Strategis Meningkatkan Cadangan Pangan Tahun 2015 29 Tabel 15 Capaian Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat berdasarkan 29 IKU Tahun 2011 s/d 2015 Tabel 16 Kondisi Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat Hingga Tahun 30 2015 beserta penyalurannya Tabel 17 Dukungan Kegiatan (APBD dan APBN) untuk Pencapaian Sasaran Strategis 31 Meningkatnya Cadangan Pangan Tabel 18 Realisasi Tingkat Capaian Sasaran Tertanggulanginya daerah rawan pangan 32 Tabel 19 Lokasi Penduduk Dengan Resiko Ringan, Sedang dan Berat Terjadinya Rawan 34 Pangan Berdasarkan Peta FSVA Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 Tabel 20 Lokasi Penanganan Daerah Rawan Pangan tahun 2011 s/d 2015 35 vii

Tabel 21 Dukungan Kegiatan (APBD dan APBN) untuk Pencapaian Sasaran Strategis 35 Tertanggulanginya Daerah Rawan Pangan Tabel 22 Realisasi Tingkat Capaian Sasaran Tercapainya peningkatan distribusi pangan 37 yang mampu menjaga harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat Tabel 23 Realisasi Ketersediaan Informasi Harga dan Pasokan Pangan di Sumatera 38 Barat Tahun 2011 s/d 2015 Tabel 24 Informasi Harga dan Pasokan Pangan Provinsi Sumatera Barat Tingkat Grosir 39 Periode Januari s/d Desember 2015` Tabel 25 Informasi Harga dan Pasokan Pangan Provinsi Sumatera Barat Tingkat 40 Eceran Periode Januari s/d Desember 2015` Tabel 26 Gejolak Harga Bahan Pangan Pokok di Tingkat Produsen dan Konsumen Tahun 2015 41 Tabel 27 Realisasi Tingkat Capaian Sasaran Meningkatkan konsumsi pangan 44 masyarakat yang B2SA (Beragam, Bergizi, seimbang dan aman) berbasis sumberdaya lokal Tabel 28 Target Nasional Konsumsi Ideal Pangan dan Skor PPH sampai dengan 2020 45 Tabel 29 Target Konsumsi Pangan s/d 2020 dan Konsumsi Energi Penduduk Sumatera 46 Barat Tahun 2015 Tabel 30 Konsumsi Protein Penduduk Sumatera Barat Tahun 2015 47 Tabel 31 Realisasi konsumsi energi dan protein penduduk Sumatera Barat tahun 2011 47 s/d 2015 Tabel 32 Capaian Kinerja Indikator Konsumsi Energi dan Protein dibandingkan target 49 RPJMD sekaligus target kinerja Perjanjian Kinerja Tahun 2011 s/d 2015 Tabel 33 Angka Konsumsi Beras Penduduk Sumatera Barat Tahun 2011 s/d 2015 50 Tabel 35 Skor Pola Pangan Harapan Konsumsi Pangan Ideal 52 Tabel 36 Dukungan Kegiatan dan Anggaran APBD dan APBN Untuk Pencapaian 54 Sasaran Strategis Meningkatkan Konsumsi Pangan Yang B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman) Berbasis Sumber Daya Lokal Tabel 37 Realisasi Tingkat Capaian Sasaran Tersedianya pangan segar yang aman dan 56 bermutu untuk dikonsumsi masyarakat Tabel 38 Hasil Uji Laboratorium Pangan Segar di Kabupaten / Kota Sumatera Barat 57 Tahun 2015 Tabel 39 Realisasi dan Capaian Penanganan Keamanan Pangan Segar Provinsi 60 Sumatera Barat Tahun 2011 s/d 2015 Tabel 40 Dukungan Kegiatan dan Anggaran APBD dan APBN Untuk Pencapaian 60 Sasaran Strategis Tersedianya pangan segar yang aman dan bermutu untuk dikonsumsi masyarakat Tabel 41 Dukungan Anggaran dan realisasi Keuangan Guna Pencapaian Sasaran 61 Strategis Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat Tabel 42 Rekapitulasi anggaran dan realisasi keuangan per program pencapaian 63 sasaran strategis Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2015 Tabel 43 Alokasi Pembangunan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011-2015 64 viii

Daftar Grafik Grafik 1 Capaian Ketersediaan Energi dan Protein Penduduk Sumatera Barat Tahun 2011 s/d 2015 27 Grafik 2 Trend Konsumsi Energi dan Protein Penduduk Sumatera Barat Tahun 2011 s/d 2015 48 Grafik 3 Trend Skor PPH Sumatera Barat Tahun 2011 s/d 2015 53 ix

Daftar Gambar Gambar 1 Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat 7 Gambar 2 Lokasi Daerah Ketahanan dan Kerentanan Pangan Berdasarkan Peta FSVA Tahun 2011 33 x

Daftar Lampiran Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Penghargaan-Penghargaan Perjanjian Kinerja Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat Perjanjian Kinerja Eselon III dan IV Lingkup Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat Lampiran 4 Indikator Kinerja Utama Tahun 2011 s/d 2015 xi

BAB I PENDAHULUAN LKj BKP 2015 BAB I, berisi : a. Latar Belakang b. Maksud dan Tujuan c. Tupoksi Organisasi d. Program dan Kegiatan e. Issu Utama Ketahanan Pangan A. Latar Belakang P emahaman Kepemerintahan yang baik (good governance) mulai mengemuka seiring setelah munculnya krisis multidimensi di negeri ini dan seiring dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat sehingga menuntut agar pemerintah menyelenggarakan pemerintah secara baik. Untuk mewujudkan terselenggaranya good governance tersebut tentunya, dibutuhkan komitmen dari semua pihak, yaitu pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, karena untuk membangun good governance bukan semata-mata masalah memperbaiki institusi pemerintah, tetapi juga perlu memperhatikan kondisi dari pelaku-pelaku dalam masyarakat. Koordinasi yang baik, integrasi, profesionalisme serta etos kerja dan moral yang tinggi dari semua pihak sangat diperlukan guna mewujudkan terselenggaranya good governance tersebut. Penyusunan Laporan Kinerja ini merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), dan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Penyusunan Laporan Kinerja dilakukan dengan mendasarkan pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur. Proses penyusunan Laporan Kinerja dilakukan pada setiap akhir tahun anggaran bagi setiap instansi untuk mengukur pencapaian target kinerja yang sudah ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja. Pengukuran pencapaian target kinerja ini dilakukan dengan membandingkan antara target dan realisasi kinerja setiap instansi pemerintah, yang dalam hal ini adalah SKPD Badan Ketahanan Panan Provinsi Sumatera Barat. Laporan 1

Kinerja ini menjadi dokumen laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung-jawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi. Disinilah esensi dari prinsip akuntabilitas sebagai pijakan bagi instansi pemerintah ditegakkan dan diwujudkan. Mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014, Laporan Kinerja tingkat pemerintah provinsi disampaikan kepada Presiden melalui Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi selambat-lambatnya tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir. Kepala SKPD menyusun laporan kinerja tahunan berdasarkan perjanjian kinerja yang disepakati dan menyampaikannya kepada Gubernur/Bupati/Walikota, paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir B. Maksud dan Tujuan Laporan Kierja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah daerah selama kurun waktu 1 tahun dalam mencapai tujuan / sasaran strategis instansi. Penyusunan Laporan Kinerja juga menjadi alat kendali untuk mendorong peningkatan kinerja setiap unit organisasi. Selain itu, Laporan Kinerja menjadi salah satu alat untuk mendapatkan masukan stakeholders demi perbaikan kinerja Badan Ketahanan Pangan Sumbar. Identifikasi keberhasilan, permasalahan dan solusi yang tertuang dalam Laporan Kinerja, menjadi sumber untuk perbaikan perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang. Dengan pendekatan ini, Laporan Kinerja sebagai proses evaluasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perbaikan yang berkelanjutan di pemerintah untuk meningkatkan kinerja pemerintahan melalui perbaikan pelayanan publik. C. Tugas dan Fungsi a) Kedudukan Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor : 3 Tahun 2008, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat, kedudukan Badan Ketahanan Pangan adalah sebagai berikut : a. Badan Ketahanan Pangan merupakan unsur pendukung tugas pemerintah daerah di bidang Ketahanan Pangan ; b. Badan Ketahanan Pangan dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. b) Tugas Sesuai dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996, tentang pangan dan telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012, pengertian Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang 2

digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Sedangkan Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Dengan pengertian tersebut, dalam mewujudkan ketahanan pangan dapat dipahami sebagai berikut : a. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia. b. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat menganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama. c. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata diartikan pangan yang harus tersedia setiap saat dan merata diseluruh wilayah Sumatera Barat. d. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau diartikan pangan yang mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau. Untuk mewujudkan maksud dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tersebut diatas, maka berdasarkan Perda Nomor 3 Tahun 2008 Tanggal 21 Juli 2008 tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat, dimana salah satu diantara organisasi tersebut adalah Badan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera Barat. Badan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera Barat mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang ketahanan dan pengendalian Pangan. c) Fungsi Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat mempunyai fungsi : 1. Perumusan kebijakan teknis di bidang Ketahanan Pangan ; 2. Pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintahan Provinsi di bidang Ketahanan Pangan ; 3. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang Ketahanan Pangan ; 4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan. 3

d) Struktur Organisasi Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Badan Ketahanan Pangan (BKP) Sumatera Barat sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Barat Nomor : 62 Tahun 2008 Tanggal 29 Agustus 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Eselon III dan Uraian Tugas Eselon IV Pada Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat memiliki struktur organisasi sebagai berikut : a. Kepala Badan. b. Sekretariat. c. Bidang Ketersediaan dan Kelembagaan Pangan. d. Bidang Distribusi dan Harga Pangan. e. Bidang Penganekaragaman Konsumsi Pangan f. Bidang Kewaspadan Pangan. g. Kelompok Jabatan fungsional. Adapun tugas masing-masing bagian diatas, seperti yang termuat dalam Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor : 62 Tahun 2008 adalah : 1. Sekretariat, mempunyai tugas melakukan pengelolaan urusan rumah tangga Badan, ketatausahaan, tatalaksana, humas, protokol, laporan, hukum dan organisasi serta hubungan masyarakat. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud sekretariat mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Pengkoordinasian kegiatan kesekretariatan untuk memfasilitasi kelancaran tugas bidang Urusan Ketahanan Pangan ; b. Pelaksanaan perumusan peraturan perundang-undangan sesuai ketentuan yang berlaku ; c. Pelaksanaan dan perumusan Rencana Stratejik ; d. Pelaksanaan pelayanan administrasi keluar dan didalam organisasi ; e. Pelaksanaan fasilitas kelancaran tugas dan urusan bidang ketahanan pangan berdasarkan azas keseimbangan ; f. Pengkoordinasian penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja SKPD ; Sekretariat terdiri dari : a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian b. Sub Bagian Keuangan c. Sub Bagian Program Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas urusan ketatausahaan, ketatalaksanaan, kepegawaian dan organisasi, humas, protokol serta urusan rumah tangga. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas, menyelenggarakan pelayanan administrasi keuangan, menyelenggarakan pembukuan, laporan keuangan dan memelihara dokumen keuangan serta membuat laporan pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Sub Bagian Program mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan rencana umum jangka pendek, menengah dan jangka panjang serta proposal pengembangan kegiatan berdasarkan urusan yang menjadi kewenangan Badan Ketahanan Pangan sesuai skala prioritas dan arahan pimpinan. 4

2. Bidang Ketersediaan dan Kelembagaan Pangan, mempunyai tugas menyiapkan bahan kebijakan dan perumusan pelaksanaan kegiatan berdasarkan urusan dan program sesuai ruang lingkup ketersediaan dan kelembagaan pangan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Bidang Ketersediaan dan Kelembagaan Pangan mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Pengkoordinasian kegiatan dan tugas penunjang serta tugas yang bersifat rutinitas. b. Penganalisaan program dan urusan yang menjadi kewenangan bidang. c. Perencanaan kegiatan di ruang lingkup bidang Ketersediaan dan Kelembagaan Pangan berdasarkan skala prioritas. d. Pengaturan pelaksanaan kegiatan sesuai sasaran yang ditetapkan. e. Pelaksanaan pengawasan kegiatan sesuai perencanaan. f. Pelaksanaan fasilitas kelancaran tugas berdasarkan azas keseimbangan. g. Pelaksanaan pertanggungjawaban kegiatan dan penyusunan laporan. Bidang Ketersediaan dan Kelembagaan Pangan terdiri dari : a. Sub. Bidang Ketersediaan Pangan b. Sub. Bidang Kelembagaan Cadangan Pangan 3. Bidang Distribusi dan Harga Pangan, mempunyai tugas menyiapkan bahan kebijaksanaan dan perumusan pelaksanaan kegiatan berdasarkan urusan sesuai ruang lingkup distribusi dan harga pangan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Bidang Distribusi dan Harga Pangan mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Pengkoordinasian kegiatan dan tugas penunjang serta tugas yang bersifat rutinitas. b. Penganalisaan program dan urusan yang menjadi kewenangan bidang. c. Perencanaan kegiatan diruang lingkup bidang Distribusi dan Harga Pangan berdasarkan skala prioritas. d. Pengaturan pelaksanaan kegiatan sesuai sasaran yang ditetapkan. e. Pelaksanaan pengawasan kegiatan sesuai perencanaan. f. Pelaksanaan fasilitas kelancaran tugas berdasarkan azas keseimbangan. g. Pelaksanaan pertanggungjawaban dan laporan. Bidang Distribusi dan Harga Pangan terdiri dari : a. Sub. Bidang Distribusi dan Akses Pangan b. Sub. Bidang Harga Pangan 4. Bidang Penganekaragaman Konsumsi Pangan, mempunyai tugas menyiapkan bahan kebijaksanaan dan perumusan pelaksanaan kegiatan berdasarkan urusan dan program sesuai ruang lingkup Penganekaragaman Konsumsi Pangan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Bidang Penganekaragaman Konsumsi Pangan mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Pengkoordinasian kegiatan dan tugas penunjang serta tugas yang bersifat rutinitas. b. Penganalisaan program dan urusan yang menjadi kewenangan bidang. 5

c. Perencanaan kegiatan diruang lingkup bidang Penganekaragaman Konsumsi Pangan berdasarkan skala prioritas. d. Pengaturan pelaksanaan kegiatan sesuai sasaran yang ditetapkan. e. Pelaksanaan pengawasan kegiatan sesuai perencanaan. f. Pelaksanaan fasilitas kelancaran tugas berdasarkan azas keseimbangan. g. Pelaksanaan pertanggungjawaban dan laporan. Bidang Penganekaragaman Konsumsi Pangan terdiri dari : a. Sub. Bidang Pola Konsumsi Pangan b. Sub. Bidang Teknologi Pangan 5. Bidang Kewaspadaan Pangan, mempunyai tugas menyiapkan bahan kebijaksanaan dan perumusan kegiatan berdasarkan urusan dan program sesuai ruang lingkup Kewaspadaan Pangan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Bidang Kewaspadaan Pangan mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Pengkoordinasian kegiatan dan tugas penunjang serta tugas yang bersifat rutinitas. b. Penganalisaan program dan urusan yang menjadi kewenangan bidang. c. Perencanaan kegiatan diruang lingkup bidang Kewaspadaan Pangan berdasarkan skala prioritas. d. Pengaturan pelaksanaan kegiatan sesuai sasaran yang ditetapkan. e. Pelaksanaan pengawasan kegiatan sesuai perencanaan. f. Pelaksanaan fasilitas kelancaran tugas berdasarkan azas keseimbangan. g. Pelaksanaan pertanggungjawaban dan laporan. Bidang Kewaspadaan Pangan terdiri dari : a. Sub. Bidang Kerawanan Pangan b. Sub. Bidang Keamanan Pangan 6. Unit Pelaksana Teknis Badan Balai Pengawasan Sertifikasi Mutu Pangan (UPTB- BPSMP) Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 66 Tahun 2009, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB) Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat, dan Keputusan Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat No. 521/1601/BKP/2010, tanggal 29 Juni 2010 tentang Tugas Pokok dan Fungsi serta Uraian Tugas Esselon III dan IV dilingkungan UPTB-BPSMP Provinsi Sumatera Barat memiliki struktur organisasi sebagai berikut : a. Kepala Balai. b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha c. Kepala Seksi Pelayanan Teknis d. Kepala Seksi Pengujian dan Sertifikasi. UPTB-BPSMP mempunyai tugas 1). Melaksanakan pengawasan mutu bahan pangan segar baik yang produksi daerah maupun bahan pangan impor, 2). Melaksanakan sertifikasi mutu bahan pangan segar. Sedangkan fungsi UPTB-BPSMP adalah sebagai berikut : 6

a. Penyusunan Rencana Pembangunan Teknis Operasional Pengawasan dan Sertifikasi Mutu Pangan. b. Pengkajian dan Analisa Teknis Operasional Pengawasan dan Sertifikasi Mutu Pangan. c. Pengujian dan persiapan teknologi pengawasan dan sertifikasi mutu pangan dilapangan. d. Pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan dan keamanan pangan segar. e. Pelaksanaan operasional pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidangan Pengawasan dan sertifikasi mutu pangan f. Pelaksanaan operasional tugas teknis Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat yang terkait dengan pengawasan dan sertifikasi mutu pangan. g. Pelaksanaan pelayanan teknis administrasi ketatausahaan UPTB. Gambar 1. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat 7

D. Program dan Kegiatan Tahun 2015 Untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan ketahanan pangan, program dan kegiatan yang dilaksanakan tahun 2015 adalah sebagai berikut : a. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Program ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan ditingkat rumah tangga sehingga terbebas dari kemungkinan kondisi kekurangan energi dan protein, dengan kegiatan sebagai berikut : 1. Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM) 2015 2. Penyusunan Database Ketahanan Pangan 2014 3. Koordinasi Monitoring dan Evaluasi Pengendalian Program Ketahanan Pangan 4. Pemantauan Produksi dan Ketersediaan Pangan Wilayah Sumatera Barat 5. Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat 6. Penyediaan Cadangan Pangan Pemerintah Sumatera Barat 7. Penanganan Daerah Rawan Pangan 8. Penguatan Sistim Kewaspadaan Pangan dan Gizi 9. Koordinasi Pemantauan dan Pengawasan Keamaan Pangan Jajanan Anak Sekolah (SD/MTs) Hasil Usaha Rumah Tangga 10. Pengawasan Keamanan Pangan Segar yang beredar di Masyarakat 11. Pembinaan DMP 12. Penilaian Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara 13. Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan 14. Sertifikasi Keamanan Pangan Segar (Sertifikat Prima) 15. Surveilens dan Pengawasan Keamanan Pangan Segar Tingkat Produsen 16. Pemasyarakatan Sistem Mutu dan Keamanan Pangan Segar Menuju Sertifikat Prima 17. Pemantauan dan Pengembangan Distribusi dan Akses Pangan 18. Koordinasi Pemantauan Harga dan Pengembangan JIH Wilayah 19. Pengembangan dan Perluasan Pasar Gapoktan 20. Gerakan Hari Pangan Se Dunia Tingkat Provinsi dan Nasional 21. Pengembangan dan Pembinaan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat ( LDPM ) 22. Pengembangan Kawasan Agrowisata Sumatera Barat 23. Pelatihan Petugas Penyusunan Pola Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) 24. Parade Pangan Nusantara Tingkat Nasional b. Program Diversifikasi Pangan Program ini ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan melalui konsumsi dan keamanan pangan segar, distribusi dan pemberdayaan di tingkat masyarakat serta terkoordinasinya kebijakan ketahanan pangan, dengan kegiatan sebagai berikut : 1. Pemanfaatan Pekarangan dalam Pengembangan Pangan ( P-KRPL ) 2. Pengembangan Komoditas Cadangan Pangan ( Non Beras Non Terigu ) 3. Gerakan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan ( P2KP ) 4. Lomba Cipta Menu Konsumsi Pangan B2SA Tingkat Provinsi 5. Pembinaan dan Pengembangan Pangan Lokal Non Beras Non Terigu 6. Analisis Model Pengolahan Pangan Lokal Selain itu dalam mencapai target dan sasaran Pembangunan Ketahanan Pangan di Sumatera Barat, pada tahun 2015 mendapat alokasi dana APBN (Dekonsentrasi) dari esselon I Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dengan 1 (satu) program, yaitu Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat, 8

LKj BKP 2015 dengan kegiatan berikut : 1. Gabungan kelompok tani yang diberdayakan 2. Lumbung pangan yang diberdayakan 3. Laporan kondisi harga pangan pokok 4. Desa mandiri pangan yang diberdayakan 5. Lokasi penanganan rawan pangan, SKPG 6. Laporan Kajian ketersediaan pangan, rawan pangan dan akses pangan 7. Pendampingan P2KP 8. Pemantauan Monitoring evaluasi dan perumusan kebijakan P2KP 9. Laporan Promosi P2KP 10. Situasi konsumsi pangan penduduk 11. Hasil koordinasi keamanan pangan segar 12. Dukungan perencanaan penganggaran dan laporan keuangan E. Issu Utama Ketahanan Pangan 1) Aspek Ketersediaan 1. Berkurangnya lahan pertanian produktif karena alih fungsi lahan untuk perumahan. 2. Penyediaan sarana produksi (pupuk an organik) belum sepenuhnya terjamin sampai ke tingkat petani, sementara pupuk organik belum bisa di andalkan sebagai substitusi pupuk an organik. 3. Masih tingginya tingkat kehilangan hasil selama proses pasca panen. 4. Dibeberapa lokasi terjadi kegagalan panen disebabkan oleh bencana alam, antara lain banjir, longsor dan kekeringan 5. Terbatasnya infrastruktur irigasi (teknis/setengah teknis/ sederhana) yang potensial dan dapat diandalkan 2) Aspek Distribusi Pangan 1. Belum adanya jaminan dan pengaturan harga produk pangan yang wajar dari pemerintah kecuali gabah/ beras. 2. Belum merata dan memadainya infrastruktur pengumpulan, penyimpanan dan distribusi pangan kecuali gabah/ beras 3. Bervariasinya kemampuan distribusi pangan antar wilayah, antar musim yang menuntut kecermatan dalam mengelola sistem distribusi pangan agar tersedia sepanjang waktu di konsumen. 4. Belum berperannya kelembagaan pangan secara baik dalam menyangga kestabilan distribusi dan harga pangan. 3) Aspek Konsumsi Pangan 1. Pola Konsumsi masyarakat Sumatera Barat belum mengacu pada Beragam, Bergizi dan Berimbang 2. Belum berkembangnya Teknologi Industri pengolahan pangan berbasis pangan lokal. 3. Belum berkembangnya pangan alternatif yang berbasis sumberdaya pangan lokal. 4. Tingginya konsumsi beras per kapita per tahun. 5. Rendahnya kesadaran masyarakat atas perlunya pangan sehat 6. Ketidakmampuan penduduk miskin untuk mencukupi pangan dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi gizi sehat. 9

BAB II PERENCANAAN KINERJA LKj BKP 2015 A. Visi dan Misi BAB II, berisi : a. Visi, Misi b. Tujuan dan Sasaran Strategis c. Kebijakan dan Strategi d. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 e. Revisi Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan kerangka pembangunan strategis untuk periode 5 tahun. Sebagai dokumen perencanaan yang memuat penjabaran visi, misi dan program gubernur, RPJMD baik SKPD Provinsi maupun Kabupaten Kota, termasuk hingga ke level perencanaan tahunan berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) serta memperhatikan baik RPJP maupun RPJM Nasional. Untuk periode 2010-2015, RPJMD Sumatera Barat disahkan melalui Perda No. 5 tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 2015 sebagaimana telah dirubah dengan Perda Nomor 4 Tahun 2014. Sebagai penerjemahan kebijakan politik Gubernur sebagai Kepala Daerah, RPJMD menjadi pijakan bagi perencanaan strategis Bagian berikut akan menguraikan visi dan misi Gubernur yang tertuang dalam RPJMD tersebut. 1. Visi Visi Badan Ketahanan Pangan adalah ; Terwujudnya ketahanan pangan masyarakat Sumatera Barat berbasis pangan lokal. Terwujudnya ketahanan pangan masyarakat Sumatera Barat dimaknai sebagai kondisi terpenuhinya pangan dengan ketersediaan yang cukup, tersedia setiap saat disemua daerah Sumatera Barat, mudah diperoleh, aman dikonsumsi dan harga yang terjangkau. Hal ini diwujudkan dengan bekerjanya sub sistem ketersediaan, sub sistem 10

distribusi dan sub sistem konsumsi. Keberhasilan ketahanan pangan di suatu wilayah menjadi tolok ukur dan sumbangan bagi keberhasilan ketahanan pangan dan gizi nasional. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat terus berupaya memacu pembangunan ketahanan pangan melalui program dan kegiatan yang mampu memperkokoh perwujudan ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumatera Barat dengan memanfaatkan sumber daya pangan lokal masyarakat Sumatera Barat. 2. Misi Guna pencapaian Visi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat tersebut, maka dilaksanakan melalui misi sebagai berikut : a. Meningkatkan ketahanan pangan berbasis nagari menuju kemandirian pangan, serta kemampuan masyarakat dalam pemenuhan dan pengelolaan cadangan pangan. b. Mengembangkan kelembagaan pangan masyarakat sebagai pelaku distribusi pangan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat. c. Memfasilitasi peran serta masyarakat dalam upaya percepatan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal. d. Meningkatkan penerapan sistem mutu dan keamanan pangan dalam rangka menghadapi persaingan global. B. Tujuan dan Sasaran Strategis 1. Tujuan Mengacu kepada misi yang telah ditetapkan, maka tujuan yang hendak dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah, sebagai berikut: : a. Misi : Meningkatkan ketahanan pangan berbasis nagari menuju kemandirian pangan, serta kemampuan masyarakat dalam pemenuhan dan pengelolaan cadangan pangan, dengan tujuan : 1. Terpenuhinya Ketersediaan dan cadangan pangan. 2. Penanganan Daerah Rawan Pangan b. Misi : Mengembangkan kelembagaan pangan masyarakat sebagai pelaku distribusi pangan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat, dengan tujuan : 1. Memantapkan kelancaran Distribusi dan Akses Pangan. c. Misi : Memfasilitasi peran serta masyarakat dalam upaya percepatan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, dengan tujuan : 1. Mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi guna meningkatkan kualitas SDM dan penurunan konsumsi beras perkapita. d. Misi : Meningkatkan penerapan sistem mutu dan keamanan pangan dalam rangka menghadapi persaingan global, dengan tujuan : 1. Meningkatkan Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan. 11

2. Sasaran Mengacu kepada misi dan tujuan yang telah ditetapkan, maka sasaran yang hendak dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut: a. Misi : Meningkatkan ketahanan pangan berbasis nagari menuju kemandirian pangan, serta kemampuan masyarakat dalam pemenuhan dan pengelolaan cadangan pangan, dengan sasaran : 1. Meningkatkan ketersediaan energi dan protein per kapita. 2. Meningkatkan cadangan pangan. 3. Tertanggulanginya daerah rawan pangan. b. Misi : Mengembangkan kelembagaan pangan masyarakat sebagai pelaku distribusi pangan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat, dengan sasaran : 1. Tercapainya peningkatan distribusi pangan yang mampu menjaga harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat. c. Misi : Memfasilitasi peran serta masyarakat dalam upaya percepatan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, dengan sasaran : 1. Meningkatkan konsumsi pangan masyarakat yang B2SA (Beragam, Bergizi, seimbang dan aman) berbasis sumberdaya lokal. d. Misi : Meningkatkan penerapan sistem mutu dan keamanan pangan dalam rangka menghadapi persaingan global, dengan sasaran : 1. Tersedianya pangan segar yang aman dan bermutu untuk dikonsumsi masyarakat. Tabel 1. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat : No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA Satuan Target Akhir 2015 1 2 3 4 5 1 Meningkatnya ketersediaan energi 1. dan protein Ketersediaan : a. Energi Kkal/Kap/Hari 2.400 b. Protein Gram/Kap/Hari 63 2 Meningkatkan Cadangan Pangan 2. Tersedianya cadangan pangan pemerintah Ton (Ekv Beras) 225 3 Tertanggulanginya daerah rawan pangan 3. Persentase Penanganan Daerah Rawan Pangan % 60 4 Tercapainya peningkatan distribusi 4. Persentase Ketersediaan informasi : pangan yang mampu menjaga a. Pasokan Pangan % 100 harga pangan yang terjangkau b. Harga Pangan % 100 bagi masyarakat 5. Stabilisasi Harga Bahan Pangan Pokok di tingkat Produsen % CV 5 % 5 Meningkatkan konsumsi pangan 6. Angka Konsumsi : masyarakat yang B2SA a. Energi Kkal/Kap/Hari 2.000 (Beragam, Bergizi, seimbang dan b. Protein Gram/Kap/Hari 52 aman) berbasis sumberdaya lokal 7. Penurunan Konsumsi Beras % pertahun 5 6 Tersedianya pangan segar yang aman dan bermutu untuk dikonsumsi masyarakat 8. Skor Pola Pangan Harapan % 78 9 Persentase Penanganan Keamanan Pangan Segar % 80 12

C. Kebijakan dan Strategi LKj BKP 2015 1. Kebijakan Arah kebijakan membangun ketahanan pangan adalah berbasis nagari melalui koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergitas lintas sektor dan lintas daerah sebagai berikut : 1. Meningkatkan ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan 2. Pengembangan sistem cadangan pangan pemerintah daerah untuk mengantisipasi kondisi darurat bencana alam 3. Menguatkan kelembagaan lumbung pangan masyarakat dan lembaga cadangan pangan komunitas lainnya 4. Mengembangkan peta kerawanan pangan sampai tingkat desa 5. Meningkatkan sistem distribusi dan stabilisasi harga pangan 6. Mengembangkan lembaga distribusi pangan masyarakat 7. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan konsumsi dan keamanan pangan 8. Meningkatkan pengawasan terhadap keamanan pangan dikonsumsi masyarakat 2. Strategi Strategi yang akan ditempuh dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran yang telah dikemukakan di atas adalah sebagai berikut 1. Melaksanakan koordinasi secara sinergis dalam penyusunan kebijakan ketersediaan, distribusi, konsumsi pangan dan keamanan pangan pangan segar 2. Mengembangkan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat 3. Revitalisasi infrastrukstur kelembagaan ketahanan pangan tingkat provinsi sampai dengan tingkat nagari 4. Revitalisasi teknologi pengembangan bisnis dan industri pangan lokal 5. Revitalisasi sistem jaminan mutu dan keamanan pangan D. Perjanjian Kinerja 2015 Perjanjian Kinerja merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai oleh Pemerintah Sumatera Barat. Perjanjian kinerja ini menggambarkan capaian kinerja yang akan diwujudkan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat dalam suatu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan umum disusunnya Perjanjian Kinerja yaitu dalam rangka Intensifikasi pencegahan korupsi. Peningkatan kualitas pelayanan publik; Percepatan untuk mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel. Namun demikian, ruang lingkup ini lebih diutamakan terhadap berbagai program utama organisasi, yaitu program-program yang dapat menggambarkan keberadaan organisasi serta menggambarkan isu strategik yang sedang dihadapi organisasi. Untuk itu, penyusunan Perencanaan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2015 merupakan sasaran dan target kinerja yang sepenuhnya mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2010-2015. Target Kinerja tersebut merepresentasikan nilai kuantitatif yang harus dicapai selama tahun 2015. Target Kinerja pada tingkat sasaran strategis akan dijadikan tolok ukur 13

dalam mengukur keberhasilan organisasi di dalam upaya pencapaian visi misi dan akan menjadi komitmen bagi SKPD Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat untuk mencapainya dalam Tahun 2014. Perjanjian Kinerja Tahun 2014 disusun berdasarkan pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Perjanjian Kinerja Dan Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah. Dengan mempertimbangkan segenap sumber daya yang ada, pada Tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan telah menetapkan tekad dan janji kinerja yang akan dicapai/ diwujudkan selama setahun sebagai berikut : Tabel 2 : Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2015 No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET 1 2 3 4 5 1 Meningkatnya ketersediaan 1. Ketersediaan : energi dan protein a. Energi Kkal/Kap/Hari 2.400 b. Protein Gram/Kap/Hari 63 2 Meningkatkan Cadangan Pangan 2. Tersedianya cadangan pangan pemerintah Ton (Ekv Beras) 30 3 Tertanggulanginya daerah rawan pangan 3. Persentase Penanganan Daerah Rawan Pangan % 60 4 Tercapainya peningkatan 4. Persentase Ketersediaan informasi : distribusi pangan yang mampu a. Pasokan Pangan % 100 menjaga harga pangan yang b. Harga Pangan % 100 terjangkau bagi masyarakat 5. Stabilisasi Harga Bahan Pangan Pokok di tingkat Produsen % CV 5 5 Meningkatkan konsumsi pangan 6. Angka Konsumsi : masyarakat yang B2SA a. Energi Kkal/Kap/Hari 2.000 (Beragam, Bergizi, seimbang dan b. Protein Gram/Kap/Hari 52 aman) berbasis sumberdaya lokal 7. Penurunan Konsumsi Beras % per tahun 1 8. Skor Pola Pangan Harapan % 78 6 Tersedianya pangan segar yang 9 Persentase Penanganan Keamanan aman dan bermutu untuk Pangan Segar dikonsumsi masyarakat % 80 NO PROGRAM ANGGARAN REALISASI % (a) (b) (c) (d) (e) 1 Program Diversifikasi Pangan 1.907.565.000 109.656.900 5,75 Program Peningkatan Ketahanan dan 2 Keamanan Pangan 4.751.707.400 1.042.962.500 21,95 Program Peningkatan Diversifikasi dan 3 Ketahanan Pangan Masyarakat 9.633.791.000 3.200.527.012 33,22 Jumlah 16.293.063.400 4.353.146.412 26,72 14

E. Revisi Perjanjian Kinerja 2015 LKj BKP 2015 Sehubungan dengan adanya kebijakan dari Kementerian Dalam Negeri RI, bahwa kegiatan Bantuan Sosial untuk masyarakat mengalami evaluasi, sehingga tahun 2015 kegiatan yang bersifat bansos / hibah kepada masyarakat dihilangkan. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan anggaran yang signifikan dan menyebabkan terjadinya perubahan Perjanjian Kinerja Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat dengan Gubernur Sumatera Barat. Selain itu revisi juga terjadi pada sasaran Meningkatnya Cadangan Pangan. Hal ini disebabkan karena kesalahan penempatan target. Revisi Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat dengan Gubernur Sumatera Barat dapat dilihat pada Tabel 3. berikut : Tabel 3. Revisi Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat dengan Gubernur Sumatera Barat No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET 1 2 3 4 5 1 Meningkatnya ketersediaan 1. Ketersediaan : energi dan protein a. Energi Kkal/Kap/Hari 2.400 b. Protein Gram/Kap/Hari 63 2 Meningkatkan Cadangan Pangan 2. Tersedianya cadangan pangan pemerintah Ton (Ekv Beras) 50 3 Tertanggulanginya daerah rawan pangan 3. Persentase Penanganan Daerah Rawan Pangan % 60 4 Tercapainya peningkatan 4. Persentase Ketersediaan informasi : distribusi pangan yang mampu a. Pasokan Pangan % 100 menjaga harga pangan yang b. Harga Pangan % 100 terjangkau bagi masyarakat 5. Stabilisasi Harga Bahan Pangan Pokok di tingkat Produsen % CV 5 5 Meningkatkan konsumsi pangan 6. Angka Konsumsi : masyarakat yang B2SA a. Energi Kkal/Kap/Hari 2.000 (Beragam, Bergizi, seimbang dan b. Protein Gram/Kap/Hari 52 aman) berbasis sumberdaya lokal 7. Penurunan Konsumsi Beras % per tahun 1 8. Skor Pola Pangan Harapan % 78 6 Tersedianya pangan segar yang 9 Persentase Penanganan Keamanan aman dan bermutu untuk Pangan Segar dikonsumsi masyarakat % 80 NO PROGRAM ANGGARAN REALISASI % (a) (b) (c) (d) (e) 1 Program Diversifikasi Pangan 658.793.400 Program Peningkatan Ketahanan dan 2 Keamanan Pangan 3.975.911.600 Program Peningkatan Diversifikasi dan 3 Ketahanan Pangan Masyarakat Jumlah 9.897.963.000 14.532.668.000 15

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA LKj BKP 2015 BAB III, berisi : a. Metodologi Pengukuran Capaian Kinerja b. Hasil Pengukuran Kinerja c. Capaian Kinerja BKP Sumbar endekatan manajemen pembangunan Pberbasis kinerja, yang utama adalah bahwa pembangunan diorientasikan pada pencapaian menuju perubahan yang lebih baik. Hal ini mengandaikan bahwa fokus dari pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan program/kegiatan yang sudah direncanakan. Esensi dari manajemen pembangunan berbasis kinerja adalah orientasi untuk mendorong perbaikan, di mana program/kegiatan dan sumber daya anggaran adalah alat yang dipakai untuk mencapai rumusan perubahan, baik pada level keluaran, hasil maupun dampak. Pendekatan ini juga sejalan dengan prinsip good governance di mana salah satu pilarnya, yaitu akuntabilitas, akan menunjukkan sejauh mana sebuah instansi pemerintahan telah memenuhi tugas dan mandatnya dalam penyediaan layanan publik yang langsung bisa dirasakan hasilnya oleh masyarakat. Sehingga, pengendalian dan pertanggungjawaban program/kegiatan menjadi bagian penting dalam memastikan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah kepada publik telah dicapai. Laporan akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja (Permenpan No. 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah). 16

A. Metodologi Pengukuran Capaian Kinerja LKj BKP 2015 Pengukuran kinerja yang dilakukan adalah pengukuran capaian target kinerja kelompok indikator kiberja sasaran strategis yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015. Metode pengukuran kinerja yang digunakan adalah metode pengukuran sederhana dengan membandingkan target kinerja dengan realisasi kinerja kelompok indikator kinerja sasaran strategis. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran strategis diukur dengan capaian kelompok indikator kinerja sasaran strategis yang berkenaan. Untuk penilaian keberhasilan / kegagalan pencapaian sasaran strategis dan keberhasilan / kegagalan capaian indikator kinerja, ditetapkan dengan kategori sebagai berikut : Tabel 4. Klasifikasi dan Predikat Penilaian Keberhasilan dan Kegagalan Pencapaian Sasaran Startegis dan Capaian ndikator Kinerja Tahun 2015 No. Klasifikasi Predikat 1 85 % - 100 % Sangat Baik 2 69 % - 84 % Baik 3 53 % - 68 % Cukup 4 < 53 % Gagal B. Hasil Pengukuran Kinerja Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan akan dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi kinerja. Hasil pengukuran Kinerja Indikator Kinerja Utama (IKU) Sasaran Strategis yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5 berikut : 17

Tabel 5. LKj BKP 2015 Hasil Pengukuran IKU Sasaran Strategis Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2015 No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET 2015 REALISASI % 1 2 3 4 5 6 7 1 Meningkatnya ketersediaan 1. Ketersediaan : energi dan protein a. Energi*) Kkal/Kap/Hari 2.400 3.649 152,04 b. Protein*) Gram/Kap/Hari 63 92,10 146,19 2 Meningkatkan Cadangan Pangan 2. Tersedianya cadangan pangan pemerintah Ton (Ekv Beras) 50 50 100,00 3 Tertanggulanginya daerah rawan pangan 3. Persentase Penanganan Daerah Rawan Pangan % 60 100,00 166,67 4 Tercapainya peningkatan 4. Persentase Ketersediaan informasi : distribusi pangan yang mampu a. Pasokan Pangan % 100 100 100,00 menjaga harga pangan yang b. Harga Pangan % 100 100 100,00 terjangkau bagi masyarakat 5. Stabilisasi Harga Bahan Pangan Pokok di tingkat Produsen % CV 5 CV 5 100,00 5 Meningkatkan konsumsi pangan 6. Angka Konsumsi : masyarakat yang B2SA a. Energi**) Kkal/Kap/Hari 2.000 2.109 105,46 (Beragam, Bergizi, seimbang dan b. Protein**) Gram/Kap/Hari 52 55,8 107,31 aman) berbasis sumberdaya lokal 7. Penurunan Konsumsi Beras**) % per tahun 1 1,77 176,99 8. Skor Pola Pangan Harapan**) % 78 84,8 108,72 6 Tersedianya pangan segar yang 9 Persentase Penanganan Keamanan aman dan bermutu untuk Pangan Segar dikonsumsi masyarakat % 80 80,36 100,45 NO (a) PROGRAM (b) 1 Program Diversifikasi Pangan 658.793.400 2 Program Peningkatan Ketahanan dan Keamanan Pangan Rata-rata Capaian ANGGARAN REALISASI % (C) (d) (e) 3.975.911.600 627.402.300 95,24 3.856.404.406 96,99 Program Peningkatan 3 Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat 9.897.963.000 9.148.660.901 92,43 Jumlah 14.532.668.000 13.632.467.607 93,81 Ctt: *) Angka Ramalan Tahun 2015 **) Angka Sementara 2015 121,99 Dari tabel 5 diatas, dari 9 Indikator Kinerja Sasaran yang merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2015, keseluruhan indikator menunjukkan capaian 100% atau lebih. Rata-rata nilai capaian sebesar 121,99 % dan termasuk klasifikasi berhasil dengan kategori sangat baik. Tingkat keberhasilan ketercapaian ini menunjukkan komitmen dan kerjas keras Badan Ketahanan Pangan Sumbar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan daerah di bidang ketahanan dan pengendalian pangan selama tahun 2015. 18

C. Capaian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Sumatera Barat Tahun 2015 agian ini akan menguraikan evaluasi dan analisis capaian kinerja yang menjelaskan B capaian kinerja secara umum sebagaimana sudah diuraikan dalam sub bab sebelumnya. Penyajian untuk sub bab ini akan disajikan per sasaran strategis. Beberapa sasaran strategis yang terkait digabungkan menjadi satu dalam analisis ini. Pencapaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera Barat tahun 2015 yang didukung dengan dana APBD melalui belanja langsung urusan dilaksanakan melalui 2 Program, yaitu Program Peningkatan Ketahanan Pangan dan Program Diversifikasi Pangan. Sedangkan dukungan APBN melalui program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat. Berdasarkan Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera Barat Tahun 2015 terdapat 6 (enam) sasaran strategis dengan 9 (sembilan) Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai tolok ukur dalam hal pencapaian kinerja pelaksanaan kegiatan yang akan dijelaskan berdasarkan sasaran strategis sebagai berikut : Sasaran Strategis 1 : Meningkatkan ketersediaan energi dan protein etersediaan Pangan adalah K ketersediaan pangan secara fisik di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu produksi pangan domestik, perdagangan pangan dan bantuan pangan. Ketersediaan pangan ditentukan oleh produksi pangan di wilayah, perdagangan pangan melalui mekanisme pasar di wilayah, stok yang dimiliki oleh pedagang dan cadangan pemerintah, dan bantuan pangan dari pemerintah atau organisasi lainnya. Sedangkan produksi pangan tergantung pada berbagai faktor seperti iklim, jenis tanah, curah hujan, irigasi, komponen produksi pertanian yang digunakan, dan bahkan insentif bagi para petani untuk menghasilkan tanaman pangan. Ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. 19

Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari tiga sumber yaitu: (1) produksi dalam negeri; (2) pemasokan pangan; (3) pengelolaan cadangan pangan. Jumlah penduduk yang besar dan kemampuan ekonomi relatif lemah, maka kemauan untuk tetap menjadi bangsa yang mandiri di bidang pangan harus terus diupayakan dari produk dalam negeri. Hal yang perlu disadari adalah kemampuan memenuhi kebutuhan pangan dari produksi sendiri, khususnya bahan pangan pokok juga menyangkut harkat martabat dan kelanjutan eksistensi bangsa. Sedangkan impor pangan merupakan pilihan akhir, apabila terjadi kelangkaan produksi dalam negeri. Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis Meningkatnya Ketersediaan Energi dan Protein terdiri dari 1 indikator kinerja utama, dengan capaian kinerja sebagaimana tercantum dalam tabel 6 sebagai berikut : Tabel 6. Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis Meningkatnya Ketersediaan Energi dan Protein SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET 2015 REALISASI % 2 3 4 5 6 7 Meningkatnya ketersediaan energi dan protein 1. Ketersediaan : a. Energi Kkal/Kap/Hari 2.400 3.649 152,04 b. Protein Gram/Kap/Hari 63 92,10 146,19 Rata-rata Ctt. hasil capaian merupakan Angka Ramalan (ARAM) II Tahun 2015 149,12 Dari tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata capaian sasaran strategis Meningkatnya Ketersediaan Energi dan Protein penduduk Sumatera Barat adalah sebesar 149,12 %. Keberhasilan pencapaian sasaran ini termasuk kategori keberhasilan Sangat Baik. Ketersediaan energy penduduk Sumatera Barat berdasarkan penghitungan Angka Sementara Tahun 2015 adalah sebesar 3.649 Kkal/kapita/hari sedangkan ketersediaan protein sebesar 92,10 gram/kapita/hari. Target penetapan ketersediaan energy minimal berdasarkan angka WNPG (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi) Tahun 2013 adalah sebesar 2.400 KKal/kapita/hari dan target penetapan ketersediaan protein minimal adalah sebesar 63 gram/kapita/hari. Jika dibandingkan dengan target, maka ketersediaan energy penduduk Sumatera Barat sudah melebihi target minimal WNPG dengan nilai capaian sebesar 152,04 % sedangkan capaian ketersediaan protein sebesar 146,19% dan itu berarti bahwa sudah berada di atas target yang ditetapkan. Penghitungan ketersediaan energy dan protein ini adalah berdasarkan pendekatan Neraca Bahan Makanan (NBM) yang diolah oleh BKP Sumbar melalui koordinasi dengan sumber-sumber data terkait seperti BPS, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Dinas Perkebunan, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Peternakan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Perhubungan dan Bulog lingkup Sumatera Barat. 20

Cara Penghitungan : LKj BKP 2015 Tabel NBM terbagi menjadi 3 kelompok penyajian yaitu : (a) pengadaan/ penyediaan; (b) penggunaan/pemakaian; dan (c) ketersediaan untuk dikonsumsi per kapita. 1. Penyediaan Pangan (food supply) Penghitungan penyediaan pangan (food supply) terdiri atas komponen-komponen : produksi, perubahan stok, impor dan ekspor dengan bentuk persamaan penyediaan adalah sebagai berikut : Ps = Pr - St + Im Ek dimana : Ps : Total penyediaan dalam suatu wilayah Pr : Produksi Δ St : Stok akhir Stok awal Im : Impor Ek : Ekspor 2. Penggunaan Pangan ( Food Utilization) Untuk keperluan pakan, bibit, industri makanan dan non makanan, tercecer serta bahan makanan yang tersedia pada tingkat pedagang pengecer yang dinyatakan dalam bentuk persamaan : Pg = Pk + Bt + Id + Tc + Kt dimana : Pg : Total penggunaan Pk : Pakan Bt : Bibit Id : Industri Tc : Tercecer Kt : Ketersediaan bahan makanan 3. Ketersediaan Untuk Dikonsumsi per Kapita Diperoleh dari ketersediaan masing-masing bahan makanan dibagi dengan jumlah penduduk, disajikan dalam bentuk kuantum (volume) dan kandungan nilai gizinya seperti energi, protein dan lemak yang dinyatakan dalam satuan Kkal untuk energi, gram untuk protein. 4. Perlakuan Khusus Bagi komoditas yang data produksinya tidak tersedia, perhitungannya dimulai dari kolom ketersediaan per kapita per tahun (kolom 15) dengan menggunakan data konsumsi hasil Susenas 2014. 21

Ketersediaan energi (Kkal/Kapita/Hari) = Ketersediaan Pangan/Kapita/Hari 100 X Kandungan kalori X BDD Ketersediaan protein (gram/kapita/hari) = Ketersediaan Pangan/Kapita/Hari X Kandungan protein X BDD 100 Berdasarkan cara penghitungan tersebut dan koordinasi dengan instansi terkait maka dapat diketahui tingkat penyediaan / pengadaan pangan di Sumatera Barat Tahun 2015 Angka Ramalan (ARAM) II seperti pada tabel 7 berikut : Tabel 7. Penyediaan /Pengadaan Pangan di Sumatera Barat Tahun 2015 (ARAM II) Penyediaan Pangan (Ton) No Kelompok Pangan Perubahan Produksi Stok Impor Ekspor Jumlah 1 Padi-padian 2.154.309 0 76.801 140.409 2.090.701 2 Makanan Berpati 386.245 0 398 155.141 231.501 3 Gula 565 0 46.440 0 47.005 4 Buah Biji Berminyak 339.739 0 114.661 20.086 434.314 5 Buah-buahan 482.677 0 21.548 252.028 252.196 6 Sayur-sayuran 586.819 0 31.194 235.770 382.242 7 Daging 44.189 0 96 236 44.049 8 Telur 75.583 0 0 24.717 50.886 9 Susu 2.340 0 8.384 0 10.724 10 Ikan 508.806 0 25.776 391.625 142.957 11 Minyak dan Lemak 320.175 0 1.603 245.817 75.960 Sumber : Data olahan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat Dari data ramalan yang disajikan pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa penyediaan pangan menurut produksi tertinggi disumbangkan oleh kelompok pangan padi-padian (2.154.309 ton) dan yang terendah disumbangkan oleh kelompok pangan gula (565 ton). Penyediaan pangan melalui impor tertinggi disumbangkan oleh kelompok pangan buah biji berminyak (114.661 ton) dan yang tidak ada diimpor adalah kelompok pangan telur. Sedangkan kelompok pangan dengan ekspor tertinggi adalah kelompok pangan ikan (391 ton) dan yang tidak ada diekspor adalah kelompok pangan susu dan gula. Secara keseluruan untuk tahun 2015 jumlah penyediaan pangan tertinggi di Sumatera Barat berasal dari kelompok pangan padi-padian (2.090.701 ton) dan yang terendah berasal dari kelompok pangan susu (10.724 ton). Produksi pangan yang telah tersedia sebagian digunakan untuk keperluan pakan dan bibit. Sebagian lagi diolah dalam industri menjadi makanan dan non makanan. Ada pula yang digunakan sebagai bahan makanan dan sebagian lagi yang tercecer selama proses penggunaannya. 22

Penggunaan bahan pangan di Sumatera Barat pada tahun 2015 berdasarkan ARAM II 2015 dapat dilihat pada tabel 8 berikut : Tabel 8. No Penggunaan/Pemakaian Pangan di Sumatera Barat Tahun 2015 (ARAM II) Kelompok Pangan Pakan Pemakaian Dalam Provinsi (Ton) Bibit Diolah Untuk Makanan Diolah Untuk Non Makanan Tercecer Bahan Makanan 1 Padi-padian 588.407 0 0 0 67.702 1.434.592 2 Makanan Berpati 4.596 0 184.375 0 6.171 36.360 3 Gula 0 0 0 0 0 47.005 4 Buah Biji Berminyak 144 0 253.921 0 16.302 163.947 5 Buah-buahan 0 0 0 0 7.338 244.859 6 Sayur-sayuran 0 1.535 0 0 18.020 362.687 7 Daging 0 0 0 0 1.756 42.293 8 Telur 0 1.739 0 0 1.229 47.898 9 Susu 332 0 0 0 189 10.204 10 Ikan 0 0 0 0 4.289 138.669 11 Minyak dan Lemak 0 0 0 0 1.165 74.795 Sumber : Data olahan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat Dari data yang disajikan pada tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2015 di Sumatera Barat kelompok pangan yang paling banyak digunakan untuk pakan adalah kelompok pangan padi-padian (588.407 ton), sedangkan yang tidak digunakan untuk pakan adalah kelompok pangan gula, buah-buahan, sayur-sayuran, daging, telur, ikan, minyak dan lemak. Kelompok pangan yang digunakan untuk bibit dalam jumlah terbanyak adalah telur (1.739 ton), sedangkan yang tidak digunakan untuk bibit adalah kelompok pangan padi-padian, makanan berpati, gula, buah biji berminyak, buah-buahan, daging, susu, ikan, minyak dan lemak. Kelompok pangan yang diolah untuk makanan adalah makanan berpati (184.375 ton) dan buah biji berminyak (253.921 ton). Tidak satupun kelompok pangan yang diolah untuk non makanan. Kelompok pangan yang paling banyak tercecer adalah padi-padian (67.702 ton) dan yang tidak ada perhitungan tercecer adalah gula (gula pasir ketersediaannya lansung didapat dari nilai stok pasar dan gula lainnya ketersediaan didapat dari pendekatan nilai konsumsi, sehingga tidak ada perhitungan nilai tercecer). Selanjutnya kelompok pangan yang paling banyak diolah menjadi bahan makanan adalah padi-padian (1.434.592 ton) dan yang paling sedikit adalah susu (10.204 ton). Ketersediaan pangan yaitu terjaminnya pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Pada tahun 2015 penduduk Sumatera Barat berjumlah 5.196.300 jiwa. Besarnya ketersediaan pangan di Sumatera Barat dalam bentuk natura tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini : 23

Tabel 9. LKj BKP 2015 Ketersediaan Pangan di Sumatera Barat Dalam Bentuk Natura Berdasarkan Neraca Bahan Makanan (Angka Ramalan II 2015) No. Komoditi Produksi (Ton) Ketersediaan (Ton) Kebutuhan (Ton)* Keterangan (+/-) A Pangan Nabati 1 Padi 2.604.785 Beras 1.433.975 559.642 874.333 2 Jagung 618.833 617 520 98 3 Kedelai 437 28.105 28.060 45 4 Ubi kayu 215.616 20.537 19.226 1.310 5 Ubi jalar 168.923 14.129 5.196 8.933 6 Kacang tanah 6.926 1.247 1.039 208 7 Kacang hijau 460 2.022 2.079-57 8 Sayur-sayuran 586.819 362.687 320.092 42.595 Cabe 79.731 54.458 38.936 15.523 Bawang merah 63.440 23.789 20.755 3.034 9 Buah-buahan 482.677 244.859 159.526 85.332 B Pangan Hewani 10 Daging 44.189 42.293 40.012 2.281 11 Telur 75.583 47.898 42.090 5.808 12 Susu 2.340 10.204 9.353 850 13 Ikan 508.806 138.669 109.122 29.546 Sumber : Diolah oleh Badan Ketahanan Pangan Sumbar - Produksi tanaman pangan adalah Angka Ramalan II 2015 (sumber : BPS Sumbar) - - - - - Produksi tanaman hortikultura tahun 2015 selain bawang merah, kentang, kubis, tomat dan cabe, diasumsikan sama dengan tahun 2014 Produksi kelapa berkulit/daging tahun 2015 diasumsikan sama dengan tahun 2014 Kebutuhan penduduk dihitung berdasarkan data konsumsi (susenas tahun 2014) Khusus kebutuhan cabe dan bawang merah, dihitung berdasarkan data konsumsi 2014 dari BPS Sumbar Data impor dan ekspor tahun 2015 diasumsikan sama dengan tahun 2014, diambil dari data bulog, data JTO 2014, data keluar masuk bahan pangan tahun 2014 dari Balai Karantina Pertanian Kelas I Padang (darat, pelabuhan udara dan pelabuhan laut) Dari data yang disajikan pada tabel diatas terlihat bahwa seluruh kelompok bahan makanan berada pada kondisi surplus. Bila ditinjau dari sisi produksi, maka komoditi yang perlu ditingkatkan nilai produksinya adalah kedelai, kacang hijau dan susu. Hal ini disebabkan bila tidak ditunjang oleh nilai impor, maka ketiga komoditi tersebut ketersediaannya berada pada kondisi minus 24

Ketersediaan pangan dalam bentuk natura bila ditelaah lebih rinci lagi, maka dapat diketahui ketersediaan pangan untuk dikonsumsi oleh perkapita penduduk Sumatera Barat. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 10. Ketersediaan Pangan Untuk Dikonsumsi Penduduk Sumatera Barat Tahun 2015 (ARAM II) No Kelompok Pangan Ketersediaan Pangan (Kg/kapita/tahun) 1. Padi-Padian 276,08 2. Makanan Berpati 7 3. Gula 9,05 4. Buah Biji Berminyak 31,55 5. Buah-Buahan 47,12 6. Sayur-sayuran 69,8 7. Daging 8,14 8. Telur 9,22 9. Susu 1,96 10. Ikan 26,69 11. Minyak dan Lemak 14,39 Sumber : Diolah oleh Badan Ketahanan Pangan Sumbar 25

Sedangkan jika dilihat dalam bentuk nilai gizinya, ketersedian energi (Kkal/kapita/hari) dan protein (gram/kapita/hari) dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 11. Ketersediaan Energi dan Protein Penduduk Sumatera Barat Tahun 2015 (ARAM II) No Kelompok Pangan Ketersediaan Energi (Kkal/kapita/hari) Ketersediaan Protein (Gram/kapita/hari) A Pangan Nabati 3.514 76,08 1 Padi-padian 2.739 64,14 2 Makanan berpati 22 0,15 3 Gula 90 0,01 4 Buah biji berminyak 196 7,63 5 Buah-buahan 58 1,07 6 Sayur-sayuran 54 3,06 7 Minyak dan lemak 355 0,03 B Pangan Hewani 136 16,02 8 Daging 50 3,97 9 Telur 32 2,49 10 Susu 3 0,17 11 Ikan 50 9,39 Jumlah 3.649 92,1 Ketersediaan pangan baik dari segi natura maupun dari segi nilai gizinya melebihi target yang telah ditetapkan / disarankan oleh WNPG menunjukkan bahwa Sumatera Barat aman dan tidak kekurangan dari segi ketersediaan bahan pangan, meskipun ada tingkat produksinya kecil, tetapi tetap bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Sumbar misalnya dengan mendatangkannya dari luar Sumbar. Capaian tingkat ketersediaan energi dan protein dari tahun 2010 s/d 2014 dapat dilihat dari tabel 12 berikut : Tabel 12. Capaian tingkat ketersediaan energi dan protein penduduk Sumatera Barat dari tahun 2011 s/d 2015 NO URAIAN SATUAN 1 Ketersediaan Energi 2 Ketersediaan Protein kkal/kapita/ hari (Gr/kapita/ Hari) REALISASI % CAPAIAN 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 4.269 4.342 5.799 3.533 3.649 194,05 180,92 241,63 147,21 152,04 109,72 119,32 134,41 89,57 92,10 133,80 189,40 213,35 142,17 146,19 Gambaran capaian ketersediaan energi dan protein penduduk Sumatera Barat Tahun 2011 s/d 2015 dapat dilihat pada grafik 1 berikut : 26

Grafik 1. Capaian Ketersediaan Energi dan Protein Penduduk Sumatera Barat Tahun 2011 s/d 2015 Dilihat dari grafik capaian ketersediaan energi dan protein penduduk Sumatera Barat Tahun 2011 s/d 2015 di atas, capaian ketersediaan energi penduduk Sumbar meningkat secara signifikan pada tahun 2013 dan mengalami penurunan drastis pada tahun 2014 dan stabil kembali pada tahun 2015. Terjadinya fluktuasi tersebut dikarenakan bukan berkurangnya tingkat ketersediaan bahan pangan di Sumatera Barat, akan tetapi terdapatnya kesalahan dalam penempatan bahan makanan dalam pengolahan tabel NBM pada tahun 2013 yang berpengaruh terhadap tingkat ketersediaan energi dan protein. Diharapkan penghitungan di tahun-tahun selanjutnya dilakukan pengelompokan bahan makanan secara tepat sehingga hasil capaian lebih akurat. Guna mendukung pencapaian sasaran ini dilaksanakan melalui kegiatan APBD dan APBN sebagai berikut : Tabel 13. Dukungan Kegiatan (APBD dan APBN) untuk Pencapain Sasaran Meningkatnya Ketersediaan Energi dan Protein) NO PPROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN REALISASI 1 2 3 4 Anggaran 857.668.200 838.618.408 A APBD Anggaran 703.707.200 686.808.108 I Program Peningkatan Ketahanan dan Keamanan 549.746.200 534.997.808 1 Analisa Ketersediaan dan Penyusunan Neraca Bahan 152.695.600 145.520.000 2 Penyusunan Database Ketahanan Pangan 2014 143.048.400 138.714.008 3 Koordinasi Monitoring dan Evaluasi Pengendalian 166.102.200 164.479.200 4 Pemantauan Produksi dan Ketersediaan Pangan 87.900.000 86.284.600 B APBN II Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan 153.961.000 151.810.300 1 Analisa Ketersediaan Pangan 35.549.000 35.520.000 2 Monitoring, Evaluasi dan Pengendalian 118.412.000 116.290.300 27

Sasaran Strategis 2 : LKj BKP 2015 Meningkatkan Cadangan Pangan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002, tentang Ketahanan Pangan, Pasal 1 ayat 4 menyatakan bahwa cadangan pangan nasional adalah persediaan pangan di seluruh wilayah untuk konsumsi manusia, bahan baku industri, dan untuk menghadapi keadaan darurat. Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65 Tahun 2010, tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota, dimana SPM cadangan pangan ditingkat pemerintah ditegaskan; (i) Tersedianya cadangan pangan pemerintah di tingkat kabupaten/kota minimal sebesar 100 ton ekuivalen beras dan di tingkat Provinsi minimal sebesar 200 ton ekuivalen beras. Pengelolaan cadangan pangan harus dilakukan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, pemerintah desa/kelurahan dan masyarakat, sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002. Cadangan pangan merupakan salah satu komponen penting dalam ketersediaan pangan, karena cadangan pangan merupakan sumber pasokan untuk mengisi kesenjangan antara produksi dan kebutuhan dalam negeri atau daerah dari waktu ke waktu. Cadangan pangan terdiri dari cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat. Cadangan pangan pemerintah terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, yang mencakup pangan tertentu yang bersifat pangan pokok. Cadangan pangan pemerintah khususnya beras dikelola oleh Perum Bulog. Untuk cadangan pangan pemerintah daerah, termasuk cadangan pangan pemerintah desa, diatur pada Peraturan Menteri Dalam Negri Nomor 30 Tahun 2008 tentang Cadangan Pangan Pemerintah Desa. Untuk cadangan pangan masyarakat meliputi rumah tangga, pedagang dan industri pengolahan. Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis Meningkatkan Cadangan Pangan terdiri dari 1 indikator kinerja utama, dengan capaian kinerja sebagaimana tercantum dalam tabel 13 sebagai berikut 28

Tabel 14. Capaian Sasaran Strategis Meningkatkan Cadangan Pangan Tahun 2015 LKj BKP 2015 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET 2015 REALISASI % 1 2 3 4 5 6 Meningkatkan Cadangan Pangan Tersedianya cadangan pangan pemerintah Ton (Ekv Beras) 50 50 100.00 Pada tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa pencapaian sasaran Strategis Meningkatkan Cadangan Pangan dengan IKU tersedianya cadangan pangan pemerintah provinsi adalah 100 %. Keberhasilan pencapaian sasaran ini termasuk kategori keberhasilan Sangat Baik. Hal ini berarti bahwa pengadaan cadangan pangan pemerintah provinsi sebesar 50 ton pada tahun 2015 terealisasi 100 %. Seperti yang tertera pada Permentan Nomor 65 Tahun 2010 bahwa hingga tahun kelima penerapan SPM Bidang Ketahanan Pangan, minimal jumlah cadangan pangan pemerintah provinsi adalah sebesar 200 ton. Adapun capaian cadangan pangan pemerintah Provinsi Sumatera Barat sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 15. Capaian Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat berdasarkan IKU Tahun 2011 s/d 2015 NO URAIAN SATUAN 1 Tersedianya Cadangan Pangan Pemerintah REALISASI (TON) % CAPAIAN 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 Ton 54 20,8 30 118 50 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Capaian Pengadaan cadangan pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 s/d 2015 berdasarkan Perjanjian Kinerja Tahun 2011 s/d 2015 adalah 100 %. Artinya kinerja Badan Ketahanan Pangan untuk Sasaran Strategis Meningkatnya Cadangan Pangan Masyarakat tercapai dengan kategori sangat berhasil. Jika dibandingkan dengan target RPJMD capaian indikator sasaran strategis ini adalah sebagai berikut : Tabel 15. Capaian Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat berdasarkan Target RPJMD Tahun 2011 s/d 2015 NO URAIAN SATUAN 1 Tersedianya Cadangan Pangan Pemerintah REALISASI (TON) % CAPAIAN 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 Ton 54 20,8 30 118 50 100,00 100,00 100,00 393,33 166,67 Pada tahun 2014, capaian indikator sasaran strategis ini hampir mencapai 400 %. Hal ini disebabkan adanya penambahan target pengadaan cadangan pangan pemerintah Provinsi Sumatera Barat pada anggaran perubahan. Sedangkan target pada RPJMD sebesar 30 ton. Untuk tahun 2015, jumlah cadangan pangan yang ditargetkan pada RPJMD adalah sebesar 30 ton, tetapi pada anggaran tahun 2015 ditargetkan sebesar 50 ton. 29

Sampai tahun 2015, jumlah pengadaan cadangan pangan pemerintah Provinsi Sumatera Barat berjumlah 302.800 kg atau 302,8 ton. Sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 43 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sebagaimana diubah dengan Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2013, maka cadangan pangan pemerintah Provinsi Sumatera Barat dapat disalurkan untuk daerah-daerah yang terkena bencana atau darurat rawan pangan untuk mengurangi terjadinya rawan pangan. Berdasarkan hal tersebut maka cadangan pangan pemerintah Provinsi Sumatera Barat ini telah disalurkan sebanyak 49 ton kepada kabupaten / kota yang terkena dampak bencana. Sehingga jumlah stok cadangan pangan pemerintah Provinsi Sumatera Barat saat ini sebesar 253,8 ton. Secara lebih rinci, kondisi pengadaan cadangan pangan pemerintah Provinsi Sumatera Barat beserta penyalurannya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 16. Kondisi Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat Hingga Tahun 2015 beserta penyalurannya Tahun Jumlah Pengadaan Cadangan Pangan Pemerintah (kg) Pengeluaran (kg) Stock Saat ini (Kg) 2010 30,000-30,000 - Penyaluran CPP 2011 54,000 10,000 74,000 Dikeluarkan untuk bencana banjir di Kab. Lima Puluh Kota 2012 20,800 15,000 79,800 Dikeluarkan untuk bencana banjir di Kab.Pasaman (Kinali dan Malampah) dan Kota Padang 2013 30,000 10,000 99,800 Kecamatan Rao, Nagari Mandailing Kabupaten Pasaman 2014 50,000-149,800-68,000 14,000 203,800 2015 50,000-253,800 Dikeluarkan untuk bencana banjir bandang Kabupaten Pasaman Barat Jumlah 302,800 49,000 253,800 30

Guna mendukung pencapaian sasaran ini dilaksanakan melalui kegiatan APBD dan APBN sebagai berikut : Tabel 17. Dukungan Kegiatan (APBD dan APBN) untuk Pencapaian Sasaran Strategis Meningkatnya Cadangan Pangan PPROGRAM/KEGIATAN 5 ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) 9 Anggaran 2.575.556.900 2.521.966.300 APBD I Program Peningkatan Ketahanan dan Keamanan 874.689.900 862.343.200 Pangan 1 Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat 111.962.400 108.811.000 2 Penyediaan Cadangan Pangan Pemerintah Sumatera 511.101.300 508.669.400 Barat 3 Penilaian Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara 144.469.200 141.001.300 4 Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan 107.157.000 103.861.500 APBN II Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan 1.700.867.000 1.659.623.100 Pangan Masyarakat 1 Jumlah Lumbung Pangan Yang Diberdayakan 1.700.867.000 1.659.623.100 Sasaran 3 : Tertanggulanginya daerah rawan pangan erawanan pangan dapat K diartikan sebagai kondisi suatu daerah, masyarakat atau rumah tangga yang tingkat ketersediaan dan keamanan pangannya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan sebagian besar masyarakat. Keadaan rawan pangan dapat dilihat dari kondisi daerah/wilayah atau rumah tangga yang terganggu ketersediaan pangannya, dan kondisi lain pada masyarakat atau keluarga yang terganggu kemampuan aksesnya terhadap pangan tersebut. 31

Disamping itu, kerawanan pangan juga dapat dilihat dari sisi produksi, konsumsi dan distribusi. Aspek produksi rawan pangan adalah suatu kondisi dimana kemampuan produksi pangan masyarakat, tidak seimbang dengan upaya pemenuhan kebutuhan akan pangan di daerah itu. Dalam hal ini aspek produksi hanya dilihat dari sisi kemampuan produksinya saja, bukan dari sisi ketersediaan, karena faktor ketersediaan ini bisa dipenuhi oleh adanya pasokan antar wilayah. Aspek konsumsi berkait dengan ketidakmampuan sebagian masyarakat untuk membeli pangan karena daya beli masyarakat sangat rendah (akibat kemiskinan). Aspek distribusi ini menyangkut ketidak seimbangan supply dalam memenuhi demand masyarakat, sehingga terjadi kelangkaan pangan pada suatu tempat, waktu, jumlah dan harga yang memadai. Bahan pangan dalam konteks ini tidak hanya berarti beras sebagai sumber pangan utama bagi konsumen, tetapi dapat meliputi berbagai sumber pangan, sebagai hasil diversifikasi pangan sesuai dengan kebiasaan/ budaya masyarakat setempat, Penanganan Daerah Rawan Pangan merupakan upaya untuk menangani suatu kondisi ketidak cukupan pangan yang dialami oleh daerah, masyarakat atau rumah tangga, pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Dalam rangka mencapai sasaran tertanggulanginya daerah rawan pangan ini terdapat 1 (satu) indikator seperti pada tabel berikut. Tabel 18 : Realisasi Tingkat Capaian Sasaran Tertanggulanginya daerah rawan pangan SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET 2015 REALISASI % 2 3 4 5 6 7 Tertanggulanginya daerah rawan pangan 3. Persentase Penanganan Daerah Rawan Pangan % 60 100,00 166,67 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa capaian sasaran strategis Tertanggulanginya Daerah Rawan Pangan dengan indikator kinerja Persentase Penanganan Daerah Rawan Pangan adalah sebesar 166,67% dengan realisasi penanganan daerah rawan pangan sebesar 100 % dari yang ditargetkan sebesar 60 %. Keberhasilan pencapaian sasaran ini termasuk kategori keberhasilan Sangat Baik. Capaian tersebut diperoleh dari rasio penanganan terhadap masyarakat yang mengalami rawan pangan Tahun 2015 dengan target yang telah ditetapkan sebesar 60%. Pada tahun 2015 ini jumlah masyarakat yang tertanggulangi rawan pangan adalah sebanyak 32

178 Kepala Keluarga dari 178 KK yang ditargetkan (revisi target pada perubahan anggaran, dari target semula sebanyak 258 KK). Penanganan masyarakat rawan pangan dilakukan terhadap daerah rawan pangan baik itu disebabkan rawan pangan kronis maupun transien seperti kerawanan pangan akibat bencana alam, gagal panen, penduduk yang mengalami gizi buruk, Rumah Tangga Miskin (RTM), serta ibu hamil dan ibu menyusui yang diindikasikan kurang gizi. Penanganan lebih diutamakan terhadap daerah yang rawan pangan yang terdapat dalam Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security Vulnerability Atlas / FSVA) yang dibuat setiap 3 5 tahun. Pada peta FSVA terdapat 7 lokasi daerah rawan pangan. Lokasi daerah rawan pangan seperti yang terdapat pada gambar berikut : Gambar 2. Lokasi Daerah Ketahanan dan Kerentanan Pangan Berdasarkan Peta FSVA Tahun 2011 Berdasarkan peta FSVA tersebut di atas, dapat dijabarkan lokasi daerah rawan pangan dengan resiko ringan, sedang dan berat (prioritas 1 s/d 3) sebagai berikut : 33

Tabel 19. Lokasi Penduduk Dengan Resiko Ringan, Sedang dan Berat Terjadinya Rawan Pangan Berdasarkan Peta FSVA Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 No Kabupaten/ Kota Kecamatan Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Kabupaten 1 Mentawai Pagai Utara/Selatan Sikakap Pagai Utara Sipora Sipora Utara Sipora Selatan Siberut Barat Daya Siberut Tengah Siberut Utara Siberut Barat 2 Pasaman Panti Rao 3 Pesisir Selatan Lunang Silaut Basa IV Balai Tapan Pancung Soal Linggo Sari Baganti Ranah Pesisir Lengayang Sutera Batang Kapas IV Jurai Bayang IV Nagari Bayang Koto XI Tarusan 4 Pasaman Barat Ranah Batahan Lembah Melintang Gunung Tuleh Pasaman Luhak Nan Duo Kinali 5 Sijunjung Kamang Baru Tanjung Gadang Sijunjung Lubuk Tarok IV Nagari Kupitan Koto Tujuh Sumpur Kudus 6 Limapuluh Kota Harau Kapur Sembilan 7 Padang Pariaman Lubuk Alung Batang Anai 2 x 11 Enam Lingkung Sintuk Toboh Gadang 2 x 11 Kayu Tanam Ulakan Tapakis VII Koto Sungai Sarik Nan Sabaris Patamuan VI Lingkung Padang Sago Sungai Limau V Koto Kampung Dalam Batang Gasan V Koto Timur Sungai Geringging Ket : Merah prioritas 2 Merah Tua Prioritas 1 Merah Muda Prioritas 3 Sumber : Data FSVA Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat 34

Adapun lokasi penanganan daerah rawan pangan tahun 2011 s/d 2015 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 20. Lokasi Penanganan Daerah Rawan Pangan tahun 2011 s/d 2015 No 2011 2012 2013 2014 2015 1 Kabupaten Agam (Kec. Lubuk Basung) 2 Kabupaten Pasaman (Kec. Bonjol dan Simpati) 3 Kota Padang (Pauh dan Kuranji) 4 Kabupaten Pasaman Barat (Ranah Pesisir) Kabupaten Pasaman (Kec. Tigo Nagari dan Simpati) Kota Padang (Lubuk Kilangan, Pauh, Nanggalo dan Kuranji) Kabupaten Tanah Datar (Kec. Batipuh Selatan) Kabupaten Padang Pariaman (Kec. Lubuk Alung) Kabupaten Agam (Kec. Tanjung Raya) Kabupaten Pesisir Selatan (Kec. Koto XI Tarusan dan Bayang Utara) Kabupaten Pasaman (Kec. Rao Utara dan Tigo Nagari) Kabupaten Pasaman Barat (Ranah Pesisir) Kabupaten Pesisir Selatan (Kec. Air Pura) Kabupaten Pasaman (Kec. Sinuruik) Kabupaten Sijunjung (Kec. Tanjung Gadang) Kabupaten Pesisir Selatan (Kec. IV Juraidan Bayang Utara) Kota Solok (Kec. Lubuk Sikarah) Guna mendukung pencapaian sasaran ini dilaksanakan melalui kegiatan APBD dan APBN sebagai berikut : Tabel 21. Dukungan Kegiatan (APBD dan APBN) untuk Pencapaian Sasaran Strategis Tertanggulanginya Daerah Rawan Pangan PPROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN (Rp) REALISASI DES (Rp) % 1 2 3 4 Anggaran 1.894.493.400 1.562.957.137 82,50 APBD I Program Peningkatan Ketahanan dan 454.833.400 437.516.098 96,19 Keamanan Pangan 1 Penguatan Sistim Kewaspadaan Pangan dan 155.758.400 151.043.000 96,97 Gizi 2 Pelatihan Petugas Penyusunan Peta 78.573.000 70.805.300 90,11 Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) 3 Penanganan Daerah Rawan Pangan 94.658.000 92.803.500 98,04 4 Pembinaan Desa Mandiri Pangan (DMP) 125.844.000 122.864.298 97,63 APBN II Program Peningkatan Diversifikasi dan 1.439.660.000 1.125.441.039 78,17 Ketahanan Pangan Masyarakat 1 Sistim Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) 359.075.000 318.887.300 88,81 2 Desa Mandiri Pangan (DMP) Yang 684.071.000 515.694.389 75,39 Diberdayakan 3 Laporan Hasil Penyusunan FSVA 30.243.000 30.103.000 99,54 4 Jumlah Kawasan Mandiri Pangan Yang 102.599.000 1.960.000 1,91 Diberdayakan 5 Laporan Kajian Kerawanan Pangan 192.820.000 189.507.850 98,28 6 Pemantauan, Monev DMP 70.852.000 69.288.500 97,79 35

Sasaran 4 : LKj BKP 2015 Tercapainya peningkatan distribusi pangan yang mampu menjaga harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat ecara umum pendistribusian S dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan). Dengan kata lain, proses distribusi merupakan aktivitas pemasaran yang mampu ; 1). Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang dapat merealisasikan kegunaan/utilitas bentuk, tempat, waktu, dan kepemilikan, 2). Memperlancar arus saluran pemasaran (marketing channel flow) secara fisik dan non-fisik. Manajemen distribusi yang baik dan berpihak kepada seluruh lapisan masyarakat sangat mutlak diperlukan untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan sepanjang waktu. Hal ini membawa konsekwensi bagi pemerintah untuk menciptakan perundangan dan sebuah lembaga yang mampu memastikan terciptanya kondisi dimana seluruh masyarakat memiliki kemampuan untuk mengakses pangan secara mudah dengan harga yang rasional dan terjangkau sepanjang waktu. Adanya gejolak harga pangan memberi dampak terjadinya terganggunya distribusi pangan yang mungkin disebabkan kurangnya pasokan atau meningkatnya permintaan. Keterbatasan pasokan pangan di suatu wilayah dapat menjadi indikator adanya gangguangangguan terhadap proses distribusi seperti kurang baiknya sarana transportasi, adanya dampak iklim seperti banjir, gelombang tinggi dan sebagainya. Gangguan pada pasokan dan harga pangan perlu segera mendapat respon kebijakan dari pemerintah, karena dapat menimbulkan gejolak sosial di masyarakat dan dapat mengakibatkan terganggunya kondisi sosial politik nasional. Oleh karena itu diperlukan suatu Sistem Deteksi Dini (Early Warning System) tentang kondisi pasokan dan harga pangan dari seluruh daerah propinsi dan kabupaten/kota secara cepat (up to date) dan akurat, agar dapat segera dilakukan antisipasi dan respon terhadap kemungkinan terjadinya gejolak harga. 36

Salah satu sasaran strategis pembangunan ketahanan pangan adalah tercapainya peningkatan distribusi pangan yang mampu menjaga harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat dengan indikator seperti pada tabel berikut. Tabel 22 : Realisasi Tingkat Capaian Sasaran Tercapainya peningkatan distribusi pangan yang mampu menjaga harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET 2015 REALISASI % 2 3 4 5 6 7 Tercapainya peningkatan distribusi pangan yang mampu menjaga harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat 1. Persentase Ketersediaan informasi : a. Pasokan Pangan % 100 100 100,00 b. Harga Pangan % 100 100 100,00 2. Stabilisasi Harga Bahan Pangan Pokok di tingkat Produsen Rata-rata % CV 5 CV 5 100,00 100,00 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata capaian sasaran strategis Tercapainya peningkatan distribusi pangan yang mampu menjaga harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat adalah sebesar 100 %. Artinya bahwa indikator ketersediaan informasi pasokan dan harga pangan selama tahun 2015 terlaksana dan Coefisien Variasi Harga Bahan Pangan Pokok (dalam hal ini beras) berada dibawah 5 yang berarti bahwa tidak terjadi gejolak harga komoditi beras di Sumatera Barat atau dengan kata lain stabil. Keberhasilan pencapaian sasaran ini termasuk kategori keberhasilan Sangat Baik. a. Ketersediaan Informasi Pasokan Pangan dan Harga Pangan Metode yang digunakan untuk pencapaian sasaran ini adalah metode pemantauan dengan menggunakan panel data, dimana cara ini merupakan salah satu cara terbaik untuk mengamati dinamika distribusi pangan antar-waktu dan antar wilayah secara cepat dan akurat. Metode Panel data adalah cara pengumpulan data melalui pengamatan secara periodik (time series) terhadap sekumpulan objek (panel) yang dilakukan oleh petugas enumerator yang berada di kabupaten / kota meliputi data Harga dan Pasokan Pangan pada wilayah pasar tingkat eceran, tingkat grosir dan tingkat petani atau penggilingan. Enumerator mengumpulkan data dengan cara mengisi kuisioner baku yang telah dirancang untuk masing-masing enumerator. Pengamatan dan pengambilan data secara panel ini bertujuan untuk menangkap dinamika perilaku objek dan faktor-faktor yang berkaitan erat dengan perilaku objek dalam panel tersebut dari waktu ke waktu. Sesuai dengan target yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal, yang juga menjadi acuan bagi pencapaian indikator ini adalah terhadap tiga jenis informasi, yaitu jenis 37

komoditi, lokasi dan frekuensi pemantauan harga. Target komoditas yang wajib dipantau adalah gabah/beras, jagung, kedele, daging sapi, daging ayam, telur, minyak goreng, gula pasir dan cabe merah. Target lokasi yang harus dipantau adalah semua kabupaten di wilayahnya dan target frekuensi pemantauan harga adalah mingguan ataupun akumulasi dari mingguan menjadi bulanan. Berdasarkan target tersebut, BKP Sumbar telah melaksanakan pemantauan harga dan pasokan pangan meliputi jenis komoditi 9 bahan pangan pokok tersebut yang dilaksanakan di 18 kabupaten / kota (minus Mentawai) dengan frekuensi pelaksanaan selama 44 minggu yang diakumulasikan dalam bentuk bulanan. Dengan kata lain bahwa informasi harga dan pasokan pangan di Sumatera Barat ini terealisasi seluruhnya (100%). Penyampaian informasi dilakukan oleh petugas enumerator melalui Short Message System (SMS). Tabel. 23 Realisasi ketersediaan informasi Harga dan Pasokan Pangan di Sumatera Barat Tahun 2011 s/d 2015 No Jenis Informasi Ketersediaan Informasi 2011 2012 2013 2014 2015 1 Harga 100% 100% 100% 100% 100% 2 Pasokan 100% 100% 100% 100% 100% Dengan sumber yang bersifat panel, maka diferensiasi data yang diperoleh benarbenar merupakan dinamika dalam kurun waktu tidak terdistorsi oleh variasi sumber data yang digunakan. Panel di wilayah produsen dan pedagang (grosir dan eceran) merupakan cara yang efektif untuk memantau dinamika distribusi pangan dari waktu ke waktu dan dari wilayah ke wilayah. Berikut dapat digambarkan kondisi harga dan pasokan pangan Provinsi Sumatera Barat sebagai berikut : 38

Tabel 24. LKj BKP 2015 Informasi Harga dan Pasokan Pangan Propinsi Sumatera Barat Tingkat Grosir Priode Januari s/d Desember 2015 No Komoditi 1 Sapi Hidup 2 Daging Sapi Tingkat Pemotong/RPH 3 Telur Ayam Ras 4 Daging Ayam Ras 5 Gula Pasir Lokal 6 Cabe Merah Keriting 7 Bawang Merah 8 Kedelai 9 Jagung 10 Beras Termurah 11 Beras Medium 12 Beras Premium Pasokan Rata-rata Harga Harga Maksimal Harga Minimal (Kwintal) / Harga (Rp) Pasokan - - - Harga 60.850 69.132 52.300 Pasokan 102 175 62 Harga 90.398 95.167 77.111 Pasokan 33 44 23 Harga 17.007 18.219 15.167 Pasokan 58 94 32 Harga 21.231 25.611 18.500 Pasokan 60 87 34 Harga 11.731 16.915 10.340 Pasokan 69 143 29 Harga 29.742 54.735 18.444 Pasokan 77 151 28 Harga 20.567 27.200 15.151 Pasokan 54 71 47 Harga 9.471 10.375 9.150 Pasokan 178 276 109 Harga 3.727 4.267 3.471 Pasokan 29 31 26 Harga 8.423 8.705 8.238 Pasokan 34 63 29 Harga 9.532 10.102 9.013 Pasokan 35 41 32 Harga 10.685 11.882 9.842 39

Tabel 25. Informasi Harga dan Pasokan Pangan Tingkat Eceran Propinsi Sumatera Barat Tahun 2015 LKj BKP 2015 No Komoditi Harga (Rp) Pasokan (Kg) Rata-rata Harga H-MAX H-MIN % Perbhn Rata-rata Harga 1 Tepung Terigu Harga 7.963 8.200 7.693 (0,11) Kg 391 527 297 0,07 2 Minyak Goreng Harga 11.138 15.465 10.465 0,17 Kg 419 753 287 0,29 3 Daging Sapi Murni Harga 109.626 114.000 105.556 0,11 Kg 430 518 345 (0,88) 4 Telur Ayam Ras Harga 18.379 20.419 14.950 0,56 Kg 369 438 271 0,90 5 Daging Ayam Ras Harga 23.396 27.900 19.610 0,33 Kg 488 1.626 354 (2,75) 6 Cabe Merah Keriting Harga 29.918 56.937 19.230 3,80 Kg 362 547 291 (0,22) 7 Bawang Merah Harga 23.579 28.762 16.600 1,71 Kg 288 383 210 0,14 8 Gula Pasir Lokal Harga 14.533 20.281 11.960 1,04 Kg 270 330 191 0,44 9 Kedelai Harga 11.893 13.333 10.800 0,20 Kg 119 191 75 3,09 10 Jagung Harga 4.583 5.100 4.356 0,39 Kg 970 1.190 761 (0,64) 11 Beras Termurah Harga 9.189 9.442 8.990 0,02 Kg 521 633 464 (0,73) 12 Beras Medium Harga 10.561 11.954 9.939 0,27 Kg 650 819 500 (0,80) 13 Beras Premium Harga 11.675 13.364 10.797 0,31 Kg 644 867 456 (1,34) b. Indikator Stabilisasi Harga Pangan Pokok di Tingkat Produsen dan Konsumen Agar produksi pangan dapat berkelanjutan, dan kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi, pemerintah harus melindungi masyarakat dan petani dari gejolak harga, seperti harga jatuh pada saat panen raya, dan harga melambung pada saat di luar panen. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan kebijakan stabilisasi harga pangan agar petani sebagai produsen mendapatkan hasil yang menguntungkan, dan masyarakat sebagai konsumen mampu membeli bahan pangan dengan harga yang terjangkau. Kebijakan stabilisasi harga pangan berperan dalam memantapkan ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan ketahanan/stabilitas politik nasional. Pengalaman Tahun 1996 dan Tahun 1998 membuktikan bahwa terjadinya goncangan ekonomi yang kemudian berubah menjadi krisis politik, terjadi karena harga pangan melonjak drastis dalam jangka waktu yang pendek. Untuk menghindari terulangnya kejadian tersebut, pemerintah berupaya merumuskan kebijakan stabilitas harga pangan yang komprehensif dan dapat merespon beberapa perubahan lingkungan strategis seperti dinamika ekonomi global dan perubahan sistem manajemen pemerintahan agar krisis ekonomi dan krisis politik tidak terulang kembali. 40

Dalam sistem distribusi dan harga pangan, bahwa harga bahan pangan pokok di tingkat produsen dikatakan stabil bila nilai koefisien variasi (CV) nya berada dibawah 5 %, apabila CV berada diatas 5 % maka terjadi instabilitas atau harga bahan pokok yang bergejolak di suatu wilayah di tingkat produsen. Sesuai dengan indikator Stabilisasi harga bahan pangan pokok yang ditargetkan pada tahun 2015 bahwa CV 5%, dan hal ini dapat dicapai dimana pada tahun 2015 nilai CV bahan pangan pokok ditingkat produsen adalah sebesar 4,20 (rata-rata CV harga beras/gabah KW I dan KW II), berarti capaian indikator ini adalah 100,00 dengan kategori Sangat Baik. Dengan demikian selama tahun 2015 harga pangan pokok (beras) di tingkat produsen di Sumatera Barat dapat dikatakan stabil. Gambaran gejolak harga bahan pangan pokok di tingkat produsen dan tingkat konsumen dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 26 : Gejolak Harga Bahan Pangan Pokok di Tingkat Produsen dan Konsumen Tahun 2015 Komoditi Harga Maksimal (Rp) Harga Minimal (Rp) Rata-Rata Harga % Perubahan Rata Harga Mingguan Tingkat Produsen Gabah KW I 5.356 4.800 5.044 (0,08) 3,58 Gabah KW II 4.822 4.228 4.511 (0,18) 4,19 Beras KW I 11.194 9.606 10.329 (0,04) 4,38 Beras KW II 9.958 8.378 9.117 (0,08) 4,66 Rata-Rata 4,20 Tingkat Konsumen Beras KW I 12.433 10.717 11.418 (0,08) 4,02 Beras KW II 10.928 9.458 10.046 (0,01) 4,33 Rata-Rata 4,18 Disamping daerah sentra beras, di Sumatera Barat juga terdapat wilayah yang kebutuhan berasnya kurang mencukupi seperti Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kota Padang, Kota Bukitinggi dan Kota Padang Panjang sehingga perlu pasokan dari daerah sentra. Selain itu untuk daerah perkebunan yang ketersediaan berasnya kurang seperti, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Solok Selatan juga memerlukan banyak pasokan beras dari kabupaten atau daerah sekitar serta dari luar provinsi. Disinilah pentingnya peran pelaku distribusi pangan dalam upaya mendistribusikan pangan seperti beras ke seluruh wilayah baik di daerah sentra produksi, non sentra produksi dan masyarakat konsumen yang ada di kota maupun di desa. Pelaku-pelaku yang terkait jaringan distrbusi beras meliputi : 1. Petani/ Produsen 2. Penggilingan/ RMU 3. Pedagang Pengumpul 4. Pedagang Grosir 5. Pedagang Pengecer 6. Konsumen CV 41

Kondisi ketersediaan pangan sangat berkaitan dengan harga dan pasokan pangan dan merupakan faktor strategis yang biasa digunakan untuk mengetahui status distribusi pangan. Terjadinya gejolak harga pangan menunjukkan gejala terganggunya distribusi pangan yang mungkin disebabkan karena kurangnya pasokan atau meningkatnya permintaan. Terjadinya gangguan pada pasokan yang dapat mempengaruhi harga pangan perlu segera ditindaklanjuti sehingga tidak menimbulkan keresahan dan gejolak sosial pada masyarakat. Pengembangan Jaringan informasi harga pangan sangat diperlukan, sehingga informasi harga pangan cepat dan akurat dapat diakses/diterima oleh yang membutuhkan. Hal ini dimaksud agar dapat mengetahui kondisi harga diberbagai tempat. Situasi harga yang berbeda disetiap tempat akan memungkinkan yang berkepentingan memanfaatkannya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat merupakan salah satu kegiatan dalam rangka meningkatkan kemampuan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) di wilayah sentra produksi padi dan jagung agar mampu membantu anggotanya dalam mendistribusikan/ memasarkan/mengolah hasil produksi pangannya disaat menghadapi panen raya dan mampu menyediakan pangan bagi kebutuhan anggotanya disaat menghadapi paceklik. Pada umumnya disaat panen raya bersamaan dengan datangnya musim hujan, dimana petani mengalami kesulitan untuk mengeringkan gabah sehingga mereka menjual kepada pelepas uang dengan harga yang sangat murah. Dampaknya harga gabah/beras di tingkat petani jatuh sehingga petani sebagai produsen pangan selalu berada pada posisi yang kurang menguntungkan. Sedangkan di sisi lain petani disaat mereka tidak mempunyai panen (saat paceklik), maka petani akan menjadi konsumen, sehingga mereka membutuhkan akses terhadap pangan untuk kebutuhan anggota keluarganya. Sejak tahun 2009, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertenian melalui kegiatan Penguatan-LDPM menyalurkan dana Bantuan Sosial (Bansos) langsung ke Gapoktan untuk digunakan sebagai modal kegiatan pembelian dan penjualan gabah/beras serta untuk membangun sarana penyimpanan. Melalui kegiatan tersebut, pemerintah mendorong Gapoktan agar mampu memiliki sarana penyimpanan (gudang) yang menjadi milik Gapoktan dan dapat digunakan untuk menyimpan cadangan pangan bagi anggotanya saat paceklik. Dengan membangun cadangan pangan yang dimiliki oleh Gapoktan, diharapkan petani-petani yang berada dalam wadah Gapoktan, dapat terpenuhi kebutuhannya jika mereka memerlukannya. Hal tersebut akan memudahkan petani anggotanya untuk mengakses pangan sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup yang 42

paling mendasar untuk dapat menjalankan kehidupannya sehari-hari menjadi lebih produktif. Disisi lain, diharapkan Gapoktan mampu memberdayakan unit usahanya agar mampu membeli gabah/beras terutama dari hasil produksi petani anggotanya dengan harga serendah-rendahnya sesuai dengan HPP. Sasaran 5 : Meningkatkan konsumsi pangan masyarakat yang B2SA (Beragam, Bergizi, seimbang dan aman) berbasis sumberdaya lokal enganekaragaman pangan P adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan mutu gizi makanan dengan pola konsumsi yang lebih beragam atau usaha untuk lebih menganekaragamkan jenis konsumsi dan meningkatkan mutu gizi makanan rakyat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pengertian penganekaragaman pangan ini dapat dilihat dari dua aspek. Pertama, penganekaragaman horizontal, yaitu upaya untuk menganekaragamkan konsumsi dengan memperbanyak macam komoditas pangan dan upaya meningkatkan produksi dari masing-masing komoditas tersebut. Sebagai contoh, pengaturan komposisi makanan sehari-hari kita di samping beras, juga umbi-umbian, sagu, kacang-kacangan, ikan, sayur, buah dan lain-lainnya. Kedua, penganekaragaman vertikal, yaitu upaya untuk mengolah komoditas pangan, terutama non beras, sehingga mempunyai nilai tambah dari segi ekonomi, nutrisi maupun sosial. Misalnya mengolah jagung menjadi "corn flake", ubi kayu diolah menjadi berbagai macam makanan, baik makanan pokok, maupun jajanan, seperti misalnya kripik ("cassava chips"). Tingkat kecukupan konsumsi energi dan protein dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat kondisi gizi masyarakat dan juga keberhasilan pemerintah dalam pembangunan pangan, pertanian, kesehatan, dan sosial ekonomi secara terintegrasi. Untuk 43

mencapai sasaran Meningkatkan konsumsi pangan masyarakat yang B2SA (Beragam, Bergizi, seimbang dan aman) berbasis sumberdaya lokal ini terdapat 3 indikator seperti pada tabel berikut. Tabel 27. Realisasi Tingkat Capaian Sasaran Meningkatkan konsumsi pangan masyarakat yang B2SA (Beragam, Bergizi, seimbang dan aman) berbasis sumberdaya lokal INDIKATOR TARGET SASARAN STRATEGIS SATUAN REALISASI*) % KINERJA 2015 2 3 4 5 6 7 Meningkatkan konsumsi pangan masyarakat yang B2SA (Beragam, Bergizi, seimbang dan aman) berbasis sumberdaya lokal 1 Angka Konsumsi : a. Energi Kkal/Kap/Hari 2.000 2.109,1 105,46 b. Protein Gram/Kap/Hari 52 55,8 107,31 2 Penurunan Konsumsi Beras % per tahun 1 1,77 176,99 Ctt. *) Angka Sementara 3 Skor Pola Pangan Harapan Rata-rata % 78 84,8 108,72 124,62 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata capaian sasaran strategis Meningkatkan Konsumsi Pangan Masyarakat Yang B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman) adalah sebesar 124,62 %. Artinya bahwa target indikator konsumsi energi dan protein, penurunan konsumsi beras dan skor Pola Pangan Harapan (PPH) tercapai. Keberhasilan pencapaian sasaran ini termasuk kategori keberhasilan Sangat Baik. Jargon konsumsi pangan 4 sehat 5 sempurna saat ini sudah beralih ke konsumsi pangan yang B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman). Pangan yang B2SA adalah aneka ragam bahan pangan baik sumber karbohidrat, protrein maupun vitamin dan mineral yang bila dikonsumsi dalam jumlah berimbang dapat memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan dan aman bagi tubuh. Perlunya pangan yang B2SA ini adalah dikarenakan tidak ada satupun jenis pangan yang mengandung zat gizi lengkap yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu manusia membutuhkan lebih kurang 45 jenis zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air) dalam jumlah yang cukup dari berbagai jenis makanan untuk hidup sehat, aktif dan produktif. Pangan B2SA memenuhi Triguna Makanan, yaitu sebagai sumber tenaga, sumber zat pembangun (pembentukan dan perbaikan sel dan jaringan tubuh) dan sebagai sumber zat pengatur (meningkatkan dan menjaga kebugaran tubuh). Sebagai sumber tenaga zat gizi yang dibutuhkan adalah karbohidrat dan kandungan karbohidart terdapat dalam kelompok makanan padi-padian, umbi-umbian, minyak dan lemak serta gula. sebagai zat pembangun dibutuhkan zat gizi protein, dan kandungan protein terdapat dalam pangan hewani dan kacang-kacangan. Sedangkan sumberzat pengatur terdapat dalam zat gizi vitamin dan mineral, dan kandungan vitamin dan mineral terdapat dalam kelompok sayursayuran dan buah-buahan. Konsumsi pangan yang ideal dapat dilihat pada tabel berikut : 44

Tabel 28 : Target Nasional Konsumsi Ideal Pangan dan Skor PPH sampai dengan 2020 No Kelompok Pangan Target Konsumsi Pangan s/d 2020 (Kkal/kap/hr) Skor PPH 1 Padi - Padian 1.000 25,00 2 Umbi - Umbian 120 2,50 3 Pangan Hewani 240 24,00 4 Minyak & Lemak 200 5,00 5 Buah/ Biji Berminyak 60 1,00 6 Kacang - Kacangan 100 10,00 7 Gula 100 2,50 8 Sayur dan Buah 120 30,00 9 Lain - lain 60 - Total 2.000 100,00 Pencapaian sasaran Konsumsi Pangan yang B2SA ini dapat dilihat dari indikator tingkat konsumsi energi dan protein penduduk, penurunan konsumsi beras dan tingkat Skor Pola Pangan Harapan. Dari tingkat konsumsi energi dan protein hendaknya mengacu kepada konsumsi pangan ideal, penurunan konsumsi beras untuk penganekaragaman sumber karbohidrat dan peningkatan skor Pola Pangan Harapan. 1. Indikator angka konsumsi Indikator angka konsumsi pangan ini terdiri dari 2 (dua) sub indikator, sebagai berikut : a. Konsumsi energi Berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) merumuskan bahwa Angka Kecukupan Energi (AKE) rata-rata pada tingkat konsumsi adalah sebesar 2.000 Kkal/kap/hari, dan angka tersebut dijadikan target konsumsi energy penduduk Sumatera Barat. Konsumsi energi dan protein penduduk Sumatera Barat tahun 2015 berdasarkan angka sementara (konsumsi Tahun 2015 baru dapat diukur pada akhir tahun 2016) adalah sebesar 2.109,1 Kkal/Kapita/Hari dengan komposisi sebagai berikut : 45

Tabel 29 : Target Konsumsi Pangan s/d 2020 dan Konsumsi Energi Penduduk Sumatera Barat Tahun 2015 No Kelompok Pangan Target Konsumsi Pangan s/d 2020 (Kkal/kap/hr) Konsumsi Energi Tahun 2015*) % 1 Padi - Padian 1.000 1226,1 122,61 2 Umbi - Umbian 120 28,0 23,36 3 Pangan Hewani 240 176,5 73,54 4 Minyak & Lemak 200 300,4 150,19 5 Buah/ Biji Berminyak 60 131,3 218,83 6 Kacang - Kacangan 100 49,9 49,94 7 Gula 100 94,6 94,63 8 Sayur dan Buah 120 120,7 100,61 9 Lain - lain 60 34,8 58,05 Total 2.000 2109,1 105,5 Dilihat dari tingkat capaian, indikator ini sudah tercapai bahkan telah melebihi dari konsumsi yang dianjurkan yaitu sebesar 2.109,1 Kkal/kap/hari atau sebesar 105,5% dari anjuran. Ini menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi penduduk Sumatera Barat sudah cukup baik, karena sudah berada di kisaran konsumsi pangan ideal 2000 Kkal/Kap/Hari. Namun dilihat dari pola konsumsi pangan penduduk Sumatera Barat, energi yang dikonsumsi oleh masyarakat masih bertumpu pada pangan sumber karbohidrat terutama dari padi-padian. Konsumsi buah dan biji berminyak penduduk Sumatera Barat juga sangat tinggi, hal ini disebabkan karena penduduk Sumatera Barat suka mengkonsumsi makanan bersantan yang menyebabkan banyak penyakit. Oleh karena itu disarankan agar penduduk Sumatera Barat dapat mengurangi konsumsi buah / biji berminyak dan meningkatkan penganekaragaman konsumsi karbohidrat jenis padi-padian, seperti meningkatkan konsumsi umbi-umbian. Penganekaragaman konsumsi karbohidrat ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap padi-padian yang semakin lama semakin terbatas jumlahnya karena masalah lahan dan gangguan bencana. b. Sub Indikator konsumsi protein Untuk angka konsumsi protein menurut WNPG adalah sebesar 52 gram/kap/hari, dan angka tersebut dijadikan target konsumsi protein penduduk Sumatera Barat. Dilihat dari tingkat capaian indikator ini juga sudah melampaui angka yang ditetapkan yaitu sebesar 55,8 gram/kap/hari atau sebesar 107,31 %. Artinya konsumsi protein penduduk Sumatera Barat sudah berkisar pada konsumsi ideal Nasional, dan sudah melebihi sekitar 7,31 % dari kebutuhan, walaupun kecenderungan per tahunnya sama dengan pola konsumsi energi. Berdasarkan data Susenas yang merupakan olahan data Badan Ketahanan Pangan Sumbar, maka konsumsi protein penduduk Sumatera Barat dapat dilihat pada tabel berikut : 46

Tabel 30 : Konsumsi Protein Penduduk Sumatera Barat Tahun 2015 No Kelompok Pangan Realisasi Konsumsi Protein (Gram / Kap / hr) *) 1 Padi - Padian 27,3 2 Umbi - Umbian 0,5 3 Pangan Hewani 17,6 4 Minyak & Lemak 0,0 5 Buah/ Biji Berminyak 1,2 6 Kacang - Kacangan 5,0 7 Gula 0,0 8 Sayur dan Buah 4,5 9 Lain - lain 1,6 Total 55,8 % AKE 107,3 Ctt. *) Angka Sementara Realisasi konsumsi energi dan protein penduduk Sumatera Barat tahu 2011 s/d 2015 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 31 : Realisasi konsumsi energi dan protein penduduk Sumatera Barat tahun 2011 s/d 2015 47

No Kelompok Pangan LKj BKP 2015 Realisasi Konsumsi Energi (Kkal / Kap / hr) Realisasi Konsumsi Protein (Gram / Kap / hr) 2011 2012 2013 2014 2015*) 2011 2012 2013 2014 2015*) 1 Padi - Padian 1187,7 1237,0 1204,0 1216,0 1226,1 29,4 28,1 27,5 27,8 27,3 2 Umbi - Umbian 37,3 39,0 32,0 30,0 28,0 0,6 0,5 0,5 0,5 0,5 3 Pangan Hewani 174,6 177,0 173,0 176,0 176,5 18,1 17,5 17,0 17,7 17,6 4 Minyak & Lemak 240,9 261,0 288,0 284,0 300,4 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 5 Buah/ Biji Berminyak 82,9 90,0 105,0 117,0 131,3 0,8 0,8 1,0 1,1 1,2 6 Kacang - Kacangan 25,5 32,0 42,0 42,0 49,9 3,1 3,1 4,3 4,4 5,0 7 Gula 73,6 70,0 93,0 88,0 94,6 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 8 Sayur dan Buah 88,0 91,0 115,0 111,0 120,7 3,2 3,3 4,1 4,1 4,5 9 Lain - lain 25,6 27,0 35,0 32,0 34,8 1,4 1,3 1,7 1,5 1,6 Total 2082,0 2023,0 2088,0 2098,0 2109,1 63,1 54,6 56,1 57,1 55,8 % AKE 104,1 101,2 104,4 104,9 105,5 - - - - % AKP - - - - - 109,4 105,1 108,0 109,9 107,3 PPH 77,4 77,5 84,4 83,7 84,8 Ctt. *) Angka Sementara Sumber: Susenas 2009, 2010, (2011-2013 triwulan I); BPS diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran, oleh BKP Trend konsumsi energi, konsumsi protein dan skor PPH penduduk Sumatera Barat tahun 2011 s/d 2015 dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik 2 : Trend Konsumsi Energi dan Protein Penduduk Sumatera Barat Tahun 2011 s/d 2015 48

Jika dibandingkan dengan target RPJMD yang sekaligus merupakan target capaian kinerja Perjanjian Kinerja Konsumsi energi dan protein penduduk Sumatera Barat Tahun 2011 s/d 2015, maka capaian kinerja Sasaran 5 ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 32 : Capaian Kinerja Indikator Konsumsi Energi dan Protein dibandingkan target RPJMD sekaligus target kinerja Perjanjian Kinerja Tahun 2011 s/d 2015 No Urian Konsumsi energi 1 (Kkal/Kapita/Hari Konsumsi Protein 2 (Gram/Kapita/Hari) Realisasi Capaian 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2082,0 2023,0 2088,0 2098,0 2109,1 104,1 101,15 104,4 104,9 105,5 63,1 54,6 56,1 57,1 55,8 121,35 105,00 107,88 109,81 107,31 2. Indikator penurunan konsumsi beras Penurunan konsumsi beras sangat penting untuk mengantisipasi krisis pangan dunia. Pasalnya, kebutuhan beras di tingkat internasional terus naik, terutama dari Afrika. Penurunan konsumsi tersebut diarahkan untuk 49