PENGAWASAN APARATUR NEGARA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME

dokumen-dokumen yang mirip
MEKANISME PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PUSAT DAN KEUANGAN DAERAH YANG DILAKUKAN OLEH BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK) ABSTRACT

PEMBERLAKUAN UMK (UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA) TERHADAP KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

PENGADAAN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA (PPPK) DALAM FORMASI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014

PENGATURAN TATA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM PEMBERIAN IZIN USAHA INDUSTRI UNTUK MENCEGAH PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA DENPASAR

PROSES DAN TAHAPAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DENPASAR TERHADAP PENJABARAN PERATURAN KEPALA DAERAH TENTANG APBD

PROSES PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH PEMERINTAH DAERAH (SUATU STUDI DI PROVINSI BALI)

PENGATURAN PENYUSUNAN DATABASE PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PADA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

Arsip Nasional Republik Indonesia

Oleh: Riki Ardiansyah A.A Ketut Sukranatha Progam Kekhususan Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya pelayanan tidak jelas bagi para pengguna pelayanan. Hal ini terjadi

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

BAB I P E N D A H U L U A N

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS INFORMASI SUATU PRODUK MELALUI IKLAN YANG MENGELABUI KONSUMEN

PENERAPAN ASAS GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

I. PENDAHULUAN. pengukuran kinerja pada capacity building yang mengikuti pola reinventing

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

KEKUATAN HUKUM PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) SEBAGAI LEMBAGA SMALL CLAIM COURT DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

PENGATURAN PROSPEKTUS PENAWARAN WARALABA DALAM PERJANJIAN WARALABA. Oleh Calvin Smith Houtsman Sitinjak Desak Putu Dewi Kasih.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum. bahan-bahan kepustakaan untuk memahami Piercing The

KEWAJIBAN PELAPORAN DALAM HAL PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN OUTSOURCING JIKA PERUSAHAAN TIDAK MEMBERIKAN TUNJUNGAN HARI RAYA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003

Oleh Kadek Apsariani I Ketut Artadi Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana

I. PENDAHULUAN. Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal

PENGATURAN PENILAIAN DAN EVALUASI KUALITAS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HUBUNGAN ANTARA NORMA HUKUM DENGAN ASAS HUKUM

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

FUNGSI NASKAH AKADEMIK DALAM PERANCANGAN PERATURAN DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NO 12 TAHUN

BENTUK PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH TOKO (RUKO) ANTARA PENYEWA RUKO DENGAN PEMILIK RUKO DI KOTA DENPASAR

STATUS KEPEMILIKAN ATAS SATUAN RUMAH SUSUN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. bersama. Pelayan publik (public service) oleh birokrasi publik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengendalian intern merupakan salah satu alat bagi manajemen

Oleh R. Hari Purwanto ABSTRAK

BAHAN PANITIA KERJA (PANJA) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA NO RUU APARATUR SIPIL NEGARA PENJELASAN PASAL

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. oaching

BAB I PENDAHULUAN. mudah pula kemajuan suatu bangsa tersebut tercapai.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

HAK-HAK NORMATIF PEKERJA PADA PERUSAHAAN YANG DINYATAKAN PAILIT

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAGI KORBAN PERKOSAAN SEBAGAI JAMINAN HAK-HAK REPRODUKSI

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCABULAN ANAK Oleh Wayan Widi Mandala Putra I Gusti Ngurah Wairocana

Keywords : Hukum Acara, Peradilan Administrasi, Paradigma.

ANALISIS YURIDIS TERKAIT PEMEKARAN DAERAH BERDASARKAN PRINSIP OTONOMI DAERAH

BUPATI MAROS PROVINSI SULAWASI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR: 08 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

KAJIAN TERHADAP LEMBAGA PENGAWAS PENGELOLAAN DANA DESA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM KEUANGAN NEGARA

AKIBAT HUKUM PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN ATAU AKUISISI TERHADAP STATUS PERUSAHAAN MAUPUN STATUS PEKERJA PADA PT (PERSEROAN TERBATAS)

penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan sehingga terwujud pemerintah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme;

BAB I PENDAHULUAN. kelola pemerintahan yang baik (good governance). Sayangnya, harapan akan

Lina Miftahul Jannah.

KEWENANGAN MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN DAERAH TERHADAP UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma administrasi publik dari public administration

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang penting dalam

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELAYANAN PUBLIK. menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, disebutkan bahwa negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN E-COMMERCE DAN EKSISTENSI ELECTRONIC SIGNATURE DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

PELAKSANAAN TUGAS TIM LIKUIDASI DALAM HAL MASA KERJA TIM LIKUIDASI LAMPAU WAKTU

KEDUDUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB KONSULTAN HUKUM DALAM KEGIATAN PASAR MODAL

B.IV PERKEMBANGAN SAKIP/LAKIP DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pertumbuhan dimasa yang akan datang. Dengan kata lain, keberhasilan. pegawainya masing-masing yang bekerja di dalamnya.

UNDANG-UNDANG NO 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP IKLAN YANG TIDAK MENGINFORMASIKAN BAHWA HARGA YANG DISAMPAIKAN DALAM IKLAN BELUM DITAMBAH DENGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut Pasal 1 Undang-Undang No 28 Tahun 2007 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

PERANAN DESA PAKRAMAN DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI PEMERINTAHAN DESA

KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

HAK-HAK KONSUMEN DALAM PEREDARAN PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH SEBAGAI BENTUK TRANSPARANSI PEMERINTAH DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

OPTIMALISASI PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN JASA TRANSPORTASI ONLINE UBER DAN GRAB DI INDONESIA

Oleh Anandita Sasni I Gst. Ayu Puspawati Ni Putu Purwanti Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI KONSUMEN PELAYANAN KESEHATAN NON MEDIS TUKANG GIGI

PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH YANG DEMOKRATIS

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PERANAN PEMERINTAH DALAM PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN DI KOTA DENPASAR YANG BERDASARKAN ASAS GOOD GOVERNANCE

HAK MEWARIS ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM PERDATA

h. 17. h.1. 4 Ibid, h C.S.T Kansil dan Christine S.T., 2008, Hukum Tata Negara Republik Indonesia (Pengertian

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKIBAT HUKUM JAMINAN FIDUSIA YANG BELUM DI DAFTARKAN TERHADAP PEMINJAMAN KREDIT PADA BANK

Transkripsi:

PENGAWASAN APARATUR NEGARA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME oleh Ni Made Mitarsih Sri Agustini I Gusti Ketut Ariawan Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT A democratic government, never wanted the unclean officers. One of the initial actions that can be done is supervision. From the description, the question arises is what can be connected between the performance of the state official to realize a clean government and supervision as what to do. The research s method that used in this paper is analytical approach to legal concepts and laws. Therefore, this paper will be describe about the implementation of a clean government that can not be separated from the State official itself and it is expected the state official, should always be guided by the general principles of organization of the State. To support it, can be through by the internal and external monitoring. In addition, it is also needs social control of the society. Key Words: State Official, Supervision, Implementation, Clean Government ABSTRAK Suatu pemerintahan yang demokratis, tidak pernah menginginkan adanya aparatur yang tidak bersih. Salah satu tindakan awal yang dapat dilakukan adalah melalui pengawasan. Dari hal tersebut muncul pertanyaan, sejauh manakah hubungan antara kinerja penyelenggara Negara dalam mewujudkan penyelenggaraan Negara yang bersih serta pengawasan yang seperti apakah yang dapat dilakukan. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis konsep hukum dan pendekatan undang-undang. Oleh karena itu, tulisan ini akan menjelaskan bahwa penyelenggaraan Negara yang bersih tidak bisa dilepaskan dari aparatur Negara itu sendiri, sehingga diharapkan agar aparatur Negara dalam menjalankan tugasnya harus selalu berpedoman pada asas-asas umum penyelenggaraan Negara. Untuk mendukung hal tersebut dapat dilakukan melalui pengawasan baik internal maupun eksternal. Di samping itu pula diperlukan kontrol sosial dari masyarakat. Kata Kunci: Aparatur Negara, Pengawasan, Penerapan, Pemerintahan yang Bersih I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1

Ketika berbicara mengenai penyelenggaraan negara, maka akan terlintas pemikiran mengenai aktor-aktor yang terlibat di dalamnya. Secara tidak langsung, bersih atau tidaknya penyelenggaraan suatu negara tergantung pada kinerja penyelenggara negara itu sendiri. Penyelenggaraan negara yang tidak bersih tentu saja akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat. Dalam alinea keempat pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, disebutkan dengan jelas bahwa salah satu tujuan negara adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penting kiranya mewujudkan sebuah penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) sebagai bentuk nyata komitmen pemerintah sebagai penyelenggara negara untuk melindungi rakyat Indonesia. Terlebih lagi telah diketahui bahwa suatu pemerintahan yang demokratis tidak pernah menginginkan adanya aparatur yang tidak bersih 1. Dari uraian di atas, jelas terlihat bahwa perlunya dukungan dan partisipasi semua komponen dalam mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN. Usaha yang dilakukan pun mulai dari represif maupun preventif. Tindakan preventif atau pencegahan yang dapat dilakukan adalah melalui pengawasan terhadap aparatur negara, baik dilakukan secara internal maupun eksternal. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui upaya mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme melalui pengawasan terhadap aparatur negara. II. ISI MAKALAH 2.1 METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian hukum normatif, yang terdiri dari penelitian terhadap asas-asas hukum, sistematika hukum, taraf sinkronisasi hukum, sejarah hukum dan perbandingan hukum 2. Jenis pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan analisis konsep hukum (analitical and conceptual approach ) dan pendekatan undang undang ( the 1 Sondang P. Siagian, 2001, Administrasi Pembangunan (Konsep, Dimensi dan Strateginya), PT. Bumi Aksara, Jakarta, h. 161. 2 Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 93. 2

statute approach). Pendekatan undang - undang dilakukan dengan menelaah semua undang undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani 3. 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1 Aparatur Negara dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) Aparatur negara adalah alat kelengkapan negara, terutama meliputi bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian yang mempunyai tanggung jawab melaksanakan roda pemerintahan sehari-hari 4. Dalam Lampiran I Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/87/M.PAN/8/2005 tentang Pedoman Peningkatan Pelaksanaan Efisiensi, Penghematan dan Disiplin Kerja disebutkan bahwa: aparatur negara adalah keseluruhan lembaga dan pejabat negara serta pemerintahan negara yang meliputi aparatur kenegaraan dan pemerintahan sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, bertugas dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan negara dan pembangunan serta senantiasa mengabdi dan setia kepada kepentingan, nilai-nilai dan cita-cita perjuangan bangsa dan negara berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (TAP MPR No. II/MPR/1998. Terkait dengan hal tersebut di atas, Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, pada Pasal 1 angka 1 memberikan pengertian tentang penyelenggara Negara yaitu adalah Pejabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan kata lain, setelah melihat pengertian-pengertian di atas, maka penyelenggara negara maupun aparatur negara mempunyai substansi yang sama sebagai aktor atau pelaku dari pelaksanaan pemerintahan itu sendiri. Berdasarkan serangkaian pengertian-pengertian di atas, aparatur negara dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi 3 Ibid. 4 http://www.artikata.com/arti-319371-aparatur.html, diakses terakhir tanggal 11 Januari 2013 3

dan nepotisme, harus senantiasa berpedoman pada asas-asas umum penyelenggaraan Negara di setiap tugas dan kegiatan yang dilakukan, yaitu antara lain : (1) asas kepastian hukum; (2) asas tertib penyelenggaraan negara; (3) asas kepentingaan umum; (4) asas keterbukaan; (5) asas proporsionalitas; (6) asas profesionalitas; (7) asas akuntabilitas. 2.2.2 Pengawasan Internal dan Eksternal terhadap Aparatur Negara Secara umum yang dimaksud dengan pengawasan adalah segala kegiatan dan tindakan untuk menjamin penyelenggaraan suatu kegiatan yang tidak menyimpang dari tujuan serta rencana yang telah digariskan 5. Terkait dengan pemerintahan daerah disebutkan bahwa dalam setiap organisasi, terutama dalam organisasi pemerintahan, fungsi pengawasan sangat penting karena pengawasan itu adalah suatu usaha untuk menjamin adanya keserasian antara penyelenggaraan tugas pemerintahan oleh daerah dan pemerintah, serta untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna 6. Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, salah satunya adalah pengawasan internal dan eksternal, yaitu 7 : a) Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan menempatkannya di bawah pengawasan Kementerian Dalam Negeri. b) Pengawasan eksternal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di Indonesia adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan lembaga tinggi Negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam menjalankan tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya perlu terwujud harmonisasi dalam 5 http://perpusunpas.wordpress.com/2009/05/07/pengawasan/, diakses terakhir tanggal 11 Januari 2013 6 Siswanto Sunarno, 2009, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, h. 109. 7 http://itjen-depdagri.go.id/article-25-pengertian-pengawasan.html, diakses terakhir tanggal 13 Januari 2013 4

proses pengawasan keuangan negara. Proses harmonisasi demikian tidak mengurangi independensi BPK untuk tidak memihak dan menilai secara obyektif aktifitas pemerintah. III. KESIMPULAN Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN, maka: 1. Aparatur negara harus selalu berpedoman pada asas-asas umum penyelenggaraan negara dalam melaksanakan setiap tugas dan fungsinya; 2. Dilakukan pengawasan internal dan eksternal terhadap kinerja aparatur negara, dengan disertai pula dengan social control yang dilakukan oleh masyarakat. DAFTAR PUSTAKA 1. Buku Marzuki, Peter Mahmud, 2009, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Siagian, Sondang P., 2001, Administrasi Pembangunan (Konsep, Dimensi dan Strateginya), PT. Bumi Aksara, Jakarta. Sunarno, Siswanto, 2009, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. 2. Artikel http://www.artikata.com/arti-319371-aparatur.html, diakses terakhir tanggal 11 Januari 2013. http://perpusunpas.wordpress.com/2009/05/07/pengawasan/, diakses terakhir tanggal 11 Januari 2013. http://itjen-depdagri.go.id/article-25-pengertian-pengawasan.html, diakses terakhir tanggal 13 Januari 2013. 3. Peraturan Perundang-undangan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 5