PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor: KP 4 TAHUN 2016 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

2 Ke Dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republi

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 51 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 611 TAHUN 2015 TENTANG

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Bab IV huruf A angka 2 huruf a dan b

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN M E M U T U S K A N : NOMOR : KM 81 TAHUN 2004

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No udara niaga tidak berjadwal luar negeri dengan pesawat udara sipil asing ke dan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 136 / VII / 2010 TENTANG TANDA PENGENAL INSPEKTUR PENERBANGAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan L

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 51 TAHUN 2000 TENTANG

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor: KP. 456 T4HUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Udara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tam

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 2 TAHUN 2016 TENTANG

Udara yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal;

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 313 ayat 3

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2012, No.118. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : PM.8 TAHUN 2012 Tanggal : 26 JANUARI Contoh 1. Nomor : Jakarta.

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 41 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 104 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 503 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN DAN PENGAWASAN PEMENUHAN

Unit kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, melakukan penilaian pelanggaran terhadap hasil pemeriksaan.

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 049 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

2 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fung

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. NOMOR : KP. 56 Tahun 2014 TENTANG ORGANISASI SLOT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkuta

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :.KP TAHUN TENTANG

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 522 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR MINIMAL RUANG KERJA DAN PERALATAN PENUNJANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 89 TAHUN 1990 TENTANG IZIN USAHA EKSPEDISI MUATAN PESAWAT UDARA (EMPU) MENTERI PERHUBUNGAN,

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai angkutan udara perintis. Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis;

2015, No Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; 4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 56 TAHUN 2015 TENTANG KEGIATAN PENGUSAHAAN DI BANDAR UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK.2257/AJ.003/DRJD/2006. Tentang

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 5 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA TITIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 997 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 66 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang (Lembaran Negara Republik Indon

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956);

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 480 TAHUN 2012 TENTANG ROADMAP HUBUNGAN UDARA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1Tahun 2009 tentang Penerbangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN KEPEMILIKAN MODAL BADAN USAHA DI BIDANG TRANSPORTASI

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor: KP. 456 T4HUN 2011 TENTANG

2014, No.1090 NOMOR PM 71 TAHUN 2013 Contoh 1

PART 69-01) PENGUJIAN LISENSI DAN RATING PERSONEL PEMANDU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR: KP 081 TAHUN 2018 PROSEDUR PENETAPAN, PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PENYEDIAAN TRANSPORTASI UDARA BAGI JEMAAH HAJI REGULER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

SKEP /40/ III / 2010

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 78 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 81 / VI / 2005 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERHUBUNGAN UDARA NOMOR KP 112 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR TETAP PENERBITAN IZIN PENYELENGGARAAN JASA TITIPAN UNTUK KANTOR AGEN

2016, No Republik Indonesia Nomor 3601) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2000 tentang.perubahan atas

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR : 2/P/2008

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BATU

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129/PMK.03/2012 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN NOMOR: 129.1/Kpts/HK.320/12/07 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 38/PJ/2013 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

PENINGKATAN FUNGSI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

Transkripsi:

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor: KP 4 TAHUN 2016 TENTANG AGEN PENGURUS PERSETUJUAN TERBANG {FLIGHT APPROVAL) UNTUK KEGIATAN ANGKUTAN UDARA BUKAN NIAGA DAN ANGKUTAN UDARA NIAGA TIDAK BERJADWAL LUAR NEGERI DENGAN PESAWAT UDARA SIPIL ASING KE DAN DARI DAN/ATAU MELALUI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 66 Tahun 2015 tentang Kegiatan Angkutan Udara Bukan Niaga dan Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal Luar Negeri Dengan Pesawat Udara Sipil Asing Ke Dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang Agen Pengurus Persetujuan Terbang (Flight Approval) Untuk Kegiatan Angkutan Udara Bukan Niaga dan Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal Luar Negeri Dengan Pesawat Udara Sipil Asing Ke Dan Dari Dan/Atau Melalui Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956); 2. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 177 Tahun 2015; 3. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68 Tahun 2013; 4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 66 Tahun 2015 tentang Kegiatan Angkutan Udara Bukan Niaga dan Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal Luar Negeri dengan Pesawat Udara Sipil Asing Ke Dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; V

5. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/195/IX/2008 Tahun 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Persetujuan Terbang (Flight Approval) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/2759/XII/2010; 6. Perjanjian Kerjasama antara Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Tentara Nasional Indonesia dan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia tentang Izin Terbang (Flight Clearance) Pesawat Udara Asing Tidak Berjadwal No: 04 Tahun 2011, No: AU/5304/KUM.116/V/2011, No : Kerma /14/V/2011, tanggal20mei2011. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG AGEN PENGURUS PERSETUJUAN TERBANG [FLIGHT APPROVAL) UNTUK KEGIATAN ANGKUTAN UDARA BUKAN NIAGA DAN ANGKUTAN UDARA NIAGA TIDAK BERJADWAL LUAR NEGERI DENGAN PESAWAT UDARA SIPIL ASING KE DAN DARI DAN/ATAU MELALUI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo dan/atau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara. 2. Angkutan Udara Niaga adalah angkutan udara untuk umum dengan memungut pembayaran. 3. Angkutan Udara Bukan Niaga adalah adalah angkutan udara yang digunakan untuk melayani kepentingan sendiri yang dilakukan untuk mendukung kegiatan yang usaha pokoknya selain di bidang angkutan udara. V

4. Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal adalah angkutan udara niaga yang dilaksanakan pada rute dan jadwal penerbangan yang tidak tetap dan tidak teratur, dengan tarif sesuai kesepakatan antara penyedia dan pengguna jasa dan tidak dipublikasikan. 5. Angkutan Udara Dalam Negeri adalah kegiatan angkutan udara niaga untuk melayani angkutan udara dari satu bandar udara ke bandar udara lain di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Angkutan Udara Luar Negeri adalah kegiatan angkutan udara niaga untuk melayani angkutan udara dari satu bandara di dalam negeri ke bandar udara lain di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan sebaliknya. 7. Persetujuan Terbang (Flight Approval) adalah persetujuan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di bidang penerbangan sipil dalam rangka melakukan pengawasan dan pengendalian kapasitas angkutan udara dan atau hak angkut (traffic rights) dan/atau penggunaan pesawat udara. 8. Otoritas Bandar Udara adalah lembaga pemerintah yang diangkat oleh Menteri dan memiliki kewenangan untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan, keamanan dan pelayanan penerbangan. 9. Unit Penyelenggara Bandar Udara adalah lembaga pemerintah di Bandar udara yang bertindak sebagai penyelenggara Bandar udara yang memberikan jasa pelayanan kebandarudaraan untuk Bandar udara yang belum diusahakan secara komersial. 10. Menteri adalah Menteri yang membidangi urusan penerbangan. 11. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang bertanggung jawab di bidang perhubungan udara. 12. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 13. Direktur adalah Direktur yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang angkutan udara. *

BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 (1) Kegiatan angkutan udara bukan niaga dan niaga tidak berjadwal luar negeri dengan menggunakan pesawat udara sipil asing wajib memiliki persetujuan terbang (Flight Approval). (2) Permohonan persetujuan terbang (Flight Approal) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui agen yang ditunjuk oleh perorangan warga negara asing atau badan hukum asing yang akan melakukan penerbangan dari/ke atau melintas wilayah Indonesia. (3) Agen yang ditunjuk oleh badan hukum asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus terdaftar pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. BAB III PERSYARATAN AGEN PENGURUS PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHTAPPROVAL) Pasal 3 Untuk memperoleh tanda daftar sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3), Agen Pengurus Persetujuan Terbang (Flight Approval) harus memenuhi : a. persyaratan administrasi; dan b. persyaratan teknis operasional. Pasal 4 (1) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a meliputi : a. akte pendirian perusahaan, dan perubahannya apabila ada; b. surat pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM atas Akte Pendirian Perusahaan; c. surat keterangan domisili perusahaan; d. identitas diri penanggungjawab berupa KTP atau Paspor; e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan f. struktur organisasi.

(2) Persyaratan teknis operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b meliputi : a. memiliki atau menguasai kantor yang layak; b. memiliki peralatan dan jaringan komunikasi yang mendukung kegiatan operasional; dan c. memiliki sumber daya manusia yang memahami ketentuan peraturan di bidang penerbangan sipil. (3) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan e disampaikan dalam bentuk salinan dokumen yang telah dilegalisir asli oleh instansi yang mengeluarkan. BAB IV PROSEDUR PENERBITAN TANDA DAFTAR Pasal 5 (1) Permohonan tanda daftar sebagai agen pengurus persetujuan terbang (flight approval) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) diajukan kepada Direktur Jenderal sesuai dengan format pada Lampiran I Peraturan ini. (2) Persetujuan atau penolakan atas permohonan tanda daftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap. (3) Tanda daftar agen pengurus persetujuan terbang (flight approval) diberikan oleh Direktur Jenderal menurut Lampiran II Peraturan ini, dan berlaku selama pemegang tanda daftar masih melakukan pengurusan permohonan persetujuan terbang (flight approval). (4) Dalam hal permohonan ditolak, Direktur Jenderal wajib memberikan alasan penolakan sesuai dengan Lampiran III Peraturan ini. BAB V KEWAJIBAN AGEN PENGURUS PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL) Pasal 6 Dalam melaksanakan kegiatan pengurusan persetujuan terbang (flight approval), Agen pengurus persetujuan terbang (flight approval) harus menyertakan dokumen yang diperlukan sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara yang mengatur mengenai persetujuan terbang (flight approval).

Pasal 7 Agen pengurus persetujuan terbang (flight approval) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diwajibkan : a. melaksanakan kegiatan pengurusan persetujuan terbang (flight approval), selambat-lambatnya dalam waktu 6 (enam) bulan sejak tanda daftar diterbitkan; b. menyerahkan surat kesanggupan pembayaran jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa penerbangan dari pemohon persetujuan terbang (flight approval); c. melaporkan apabila terjadi perubahan data sebagaimana tercantum dalam tanda daftar beserta bukti perubahannya; dan d. menyampaikan laporan penggunaan persetujuan terbang (flight approval) kepada Direktur Jenderal setiap 1 (satu) bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya sesuai dengan lampiran IV. Pasal 8 Dalam hal kegiatan angkutan udara bukan niaga dan niaga tidak berjadwal luar negeri dengan menggunakan pesawat udara sipil asing mengalami kejadian yang merugikan pihak ketiga, agen pengurus persetujuan terbang (flight approval) yang melakukan pengurusan persetujuan terbang (flight approval) pesawat udara sipil asing berkewajiban untuk memastikan pemilik dari pesawat udara sipil asing tersebut bertanggung jawab terhadap kerugian yang ditimbulkan. BAB VI PENCABUTAN TANDA DAFTAR Pasal 9 Tanda daftar agen persetujuan terbang (flight approval) dicabut tanpa peringatan dalam hal : a. tidak melaksanakan kegiatan pengurusan persetujuan terbang (flight approval) secara nyata, selambat-lambatnya dalam waktu 6 (enam) bulan berturut-turut; atau b. memalsukan dokumen atau data dukung persyaratan untuk memperoleh persetujuan terbang (flight approval).

Pasal 10 Tanda daftar agen pengurus persetujuan terbang (flight approval) dicabut melalui proses peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 1 bulan apabila : a. tidak melaporkan apabila terjadi perubahan data sebagaimana tercantum dalam tanda daftar beserta bukti perubahannya. b. tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8; c. tidak menyerahkan data penumpang angkutan udara (passenger manifest) kepada pejabat yang berwenang di bandar udara; d. tidak menyerahkan salinan persetujuan terbang (flight approval) yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal kepada penyelenggara bandara; e. tidak melaporkan penggunaan persetujuan terbang (flight approval) setiap bulan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya kepada Direktur Jenderal selama 3 (tiga) bulan berturut - turut; f. tidak memenuhi ketentuan-ketentuan di bidang teknis dan operasional penerbangan; dan g. tidak mencantumkan keterangan di dalam persetujuan terbang (flight approval) secara benar. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 11 Agen pengurus persetujuan terbang (flight approval) wajib memenuhi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 66 Tahun 2015 dan diberi waktu selambat - lambatnya 6 (enam) bulan bagi yang telah melaksanakan kegiatan yang telah berjalan sebelum berlakunya peraturan ini. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Direktur melakukan pembinaan teknis terhadap pelaksanaan peraturan ini.

Pasal 13 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Pada tanggal JAKARTA 4JANUARI 2016 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd SUPRASETYO SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Perhubungan Republik Indonesia; 2. Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan; 3. Menteri Luar Negeri Republik Indonesia; 4. Menteri Keuangan Republik Indonesia; 5. Menteri Pertahanan Republik Indonesia; 6. Markas Besar Tentara Nasional Indonesia; 7. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan; 8. Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan; 9. Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 10. Para Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara; 11. Para Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara; 12. Direktur Utama PT. Angkasa Pura I (Persero); 13. Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (Persero); dan 14. Direktur Utama Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI). Salinan sesuai dengan aslinya, KEPALA GIAN HUKUM rudi ri :hardo, SH., MH PemHinaTk. I (IV/b) NIP. 19670118 199403 1 001

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : RP 4 TAHUN 2016 Tanggal : 4 JANUARI 2016 FORMAT PERMOHONAN TANDA DAFTAR Nomor :, 20xx Klasifikasi : Lampiran :...(...) berkas Perihal : Permohonan Tanda Daftar Kepada Agen Pengurus Persetujuan Terbang (Flight Approval) Yth. : Direktur Jenderal Perhubungan Udara di JAKARTA Mendasari : a. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 66 Tahun 2015 tentang Kegiatan Angkutan Udara Bukan Niaga dan Angkutan Udara Tidak Berjadwal Luar Negeri dengan Pesawat Udara Sipil Asing Ke Dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor :... Tahun... Tentang Agen Pengurus Persetujuan Terbang (Flight Approval) Untuk Kegiatan Angkutan Udara Bukan Niaga dan Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal Luar Negeri Dengan Pesawat Udara Sipil Asing Ke Dan Dari Dan/Atau Melalui Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kami mengajukan permohonan Tanda Daftar Agen Pengurus Persetujuan Terbang (Flight Approval). Sebagai bahan pertimbangan terlampir disampaikan berkas dokumen untuk melengkapi permohonan dimaksud yang terdiri dari : a. copy akte pendirian perusahaa (dan perubahannya) yang telah dilegalisir; b. copy surat pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM atas Akte Pendirian Perusahaan yang telah dilegalisir; c. copy surat keterangan domisili perusahaan yang telah dilegalisir; d. copy identitas diri penanggungjawab berupa KTP atau Paspor yang telah dilegalisir ; e. copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang telah dilegalisir; f. copy surat sewa bangunan/ruangan atau bukti memiliki bangunan kantor; g. struktur organisasi. Demikian permohonan kami dan apabila disetujui kami bersedia memenuhi semua kewajiban yang ditetapkan dalam Tanda Daftar Agen Pengurus Persetujuan Terbang (Flight Approval) serta ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

3. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih PEMOHON Tembusan : Direktur Angkutan Udara DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd SUPRASETYO Salinan sesuai dengan aslinya, KEPALA BAGIAN HUKUM ^ rud: richardo. sh., mh PdmbinaTk. I(IV/b) NIP. 19670118 199403 1 001

Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 4 TAHUN 2016 Tanggal : ^ JANUARI 2Q±6 TANDA DAFTAR AGEN PENGURUS PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL) ANGKUTAN UDARA BUKAN NIAGA DAN NIAGA TIDAK BERJADWAL LUAR NEGERI Nomor : 1. NAMA PERUSAHAAN : 2. NAMA DIREKTUR : 3. ALAMAT KANTOR 4. NPWP Telah terdaftar sebagai Agen Pengurus Persetujuan Terbang (Flight Approval) angkutan udara bukan niaga dan niaga tidak berjadwal luar negeri dengan pesawat udara sipil asing ke dan dari dan/atau melalui wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Catatan : 1. Referensi : Surat PT.... No...., tanggal... 2. Agen pengurus Persetujuan Terbang (Flight Approval) angkutan udara bukan niaga dan niaga tidak berjadwal luar negeri berkewajiban : a. setiap melaksanakan kegiatan pengurusan persetujuan terbang (flight approval), Agen Pengurus Persetujuan Terbang (flight approval) harus menyertakan dokumen yang diperlukan sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara yang mengatur mengenai persetujuan terbang (flight approval); b. melaksanakan kegiatan pengurusan persetujuan terbang (flight approval) selambat-lambatnya dalam waktu 6 (enam) bulan sejak tanda daftar diterbitkan; c. melaporkan apabila terjadi perubahan data dalam tanda daftar agen pengurus Persetujuan Terbang (Flight Approval) angkutan udara bukan niaga dan niaga tidak berjadwal luar negeri beserta bukti perubahannya; d. menyampaikan laporan penggunaan persetujuan terbang (Flight Approval) setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya; e. melaporkan perubahan penunjukan personil yang ditunjuk dan diberi kuasa untuk mengajukan permohonan dan menandatangani, serta personil yang ditunjuk untuk mengurus dan mengambil dokumen persetujuan terbang (Flight Approval);

f. mencantumkan alamat penagihan pembayaran Pelayanan Jasa Penerbangan (PJP) dan Pelayanan Jasa Kebandarudaraan untuk setiap kegiatan penerbangan. Jakarta, DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NIP.: Pangkat/Golongan (.../...) DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd SUPRASETYO /*V Salinan sesuai dengan aslinya, KEPALA. BAGIAN HUKUM l-yu^ RUDI RlCHARDO, SH MH Pembina Tk. I (IV/b) NIP. 19670118 199403 1 001

Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : %p 4 TAHUN 2016 Tanggal : 4 JANUARI 2016 FORMAT PENOLAKAN PERMOHONAN Nomor :... Jakarta,... Klasifikasi :... Lampiran :...(...) berkas Perinal : Penolakan Permohonan Tanda Kepada Daftar Agen Pengurus Persetujuan Terbang Yth. : (Flight Approval) di Mendasari : a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan; b. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 66 Tahun 2015 tentang Kegiatan Angkutan Udara Bukan Niaga dan Angkutan Udara Tidak Berjadwal Luar Negeri dengan Pesawat Udara Sipil Asing Ke Dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor :... Tahun... Tentang Agen Pengurus Persetujuan Terbang (Flight Approval) Untuk Kegiatan Angkutan Udara Bukan Niaga dan Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal Luar Negeri Dengan Pesawat Udara Sipil Asing Ke Dan Dari Dan/Atau Melalui Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. Surat PT nomor... tanggal... perihal..., dengan ini diberitahukan bahwa kami tidak dapat menyetujui permohonan Saudara, dengan pertimbangan : a b c d 2. Sehubungan dengan hal tersebut pada butir 1, Saudara dapat mengajukan permohonan baru setelah melengkapi persyaratan sebagaimana check list terlampir. Demikian disampaikan untuk menjadi periksa. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Pangkat/Golongan (.../. NIP.:

- CHECK LIST PERMOHONAN AGEN PENGURUS PERSETUJUAN TERBANG(FLJGHTAPPROVAL) UNTUK KEGIATAN ANGKUTAN UDARA BUKAN NIAGA DAN ANGKUTAN UDARA NIAGA TIDAK BERJADWAL LUAR NEGERI DENGAN PESAWAT UDARA SIPIL ASING KE DAN DARI DAN/ATAU MELALUI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Aspek Yang Dievaluasi 1. Aspek No. Administrasi Kriteria a. copy Akte Pendirian Perusahaan dan Perubahannya (apabila ada) yang dikeluarkan oleh instansi berwenang dan telah dilegalisir asli Hasil Evaluasi Keterangan b. copy surat pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM atas Akte Pendirian Perusahaan yang dikeluarkan oleh instansi berwenang dan telah dilegalisir asli c. copy Surat Keterangan Domisili Perusahaan harus a/n Direktur Utama perusahaan yang tercantum dalam akta notaries dan di wilayah Indonesia serta dikeluarkan oleh instansi berwenang dan telah dilegalisir asli d. identitas diri penanggung jawab berupa KTP atau Paspor yang dikeluarkan oleh instansi berwenang dan telah dilegalisir asli e. copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan telah dilegalisir asli f. struktur organisasi 2. Aspek Teknis Operasional a. Memiliki atau menguasai kantor yang layak yang dibuktikan dengan adanya copy surat sewa bangunan / ruangan atau bukti memiliki; b. Memiliki peralatan (komputer, laptop) dan jaringan komunikasi yang mendukung kegiatan op erasional (HP, Jaringan internet, Telephone, Faximile);

c. Memiliki sumber daya manusia yang memahami ketentuan peraturan di bidang penerbangan sipil (minimal mengerti dan memahami); DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd SUPRASETYO At Y Salinan sesuai dengan aslinya, KEPADA BAGIAN HUKUM RUDI RICHARDO. SH., MH Pembina Tk. I (IV/b) NIP. 19670118 199403 1 001

Lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 4 TAHUN 2016 Tanggal : 4 JANUARI 2016 LAPORAN BULANAN PENGGUNAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHTAPPROVAL) KEGIATAN ANGKUTAN UDARA BUKAN NIAGA DAN ANGKUTAN UDARA NIAGA TIDAK BERJADWAL LUAR NEGERI DENGAN PESAWAT UDARA SIPIL ASING KE DAN DARI DAN/ATAU MELALUI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Nama Agen Pemegang Tanda Daftar Nomor Tanda Daftar Bulan dan Tahun No. Nomor Flight Approval Operator Tipe Pesawat Reg. Pesawat Tanggal Pelaksanaan Rute Penumpang / Kargo Status (Dipakai/ Tidak Dipakai) Keterangan DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd SUPRASETYO A- Salinan sesuai dengan aslinya, KEPALA BAGIAN HUKUM RUDI RICHARDO, SH.. MH Perribina Tk. I (IV/b) NIP. 19670118 199403 1 001