ESTIMASI POSE MODEL 3D DALAM LINGKUNGAN AUGMENTED REALITY BERBASIS TITIK FITUR WAJAH MENGGUNAKAN METODE POSIT

dokumen-dokumen yang mirip
Kontrol Gerakan Objek 3D Augmented Reality Berbasis Titik Fitur Wajah dengan POSIT

Pengembangan Program Simulator Frame Kacamata Secara Real-Time 3D Face Tracking dengan Menggunakan Augmented Reality

PEMANFAATAN REAL-TIME FACE TRACKING DALAM APLIKASI AUGMENTED REALITY FRAME KACAMATA ABSTRAK

DETEKSI WAJAH UNTUK OBJEK 3D MENGGUNAKAN ANDROID

FACE TRACKING DAN DISTANCE ESTIMATION PADA REALTIME VIDEO MENGGUNAKAN 3D STEREO VISION CAMERA

Analisa Pengaruh Perbedaan Medium Air dan Udara Terhadap Kalibrasi Kamera Dengan Menggunakan Metode Zhang

DETEKSI DAN REPRESENTASI FITUR MATA PADA SEBUAH CITRA WAJAH MENGGUNAKAN HAAR CASCADE DAN CHAIN CODE

FACIAL MOTION CAPTURE MENGGUNAKAN ACTIVE APPEARANCE MODEL BERBASIS BLENDER

Korelasi Jarak Wajah Terhadap Nilai Akurasi Pada Sistem Pengenalan Wajah Menggunakan Stereo Vision Camera

PENGENDALI POINTER DENGAN GAZE TRACKING MENGGUNAKAN METODE HAAR CLASSIFIER SEBAGAI ALAT BANTU PRESENTASI (EYE POINTER)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN PENDETEKSI WAJAH DENGAN ALGORITMA LBP (LOCAL BINARY PATTERN) BERBASIS RASPBERRY PI

Objek Kaca Mata Augmented Reality Berbasis Tracking Mata menggunakan Haar Cascade Classifier

Sistem Deteksi Wajah Dengan Modifikasi Metode Viola Jones

Swakalibrasi Kamera Menggunakan Matriks Fundamental

PENERAPAN TEKNOLOGI AUGMNETED REALITY UNTUK PENGENALAN HEWAN

Markerless Augmented Reality Pada Perangkat Android

Deteksi Wajah dengan Berbagai Posisi Sudut pada Sekumpulan Orang dengan Membandingkan Metode Viola-Jones dan Kanade-Lucas-Tomasi

SISTEM PELACAKAN WAJAH METODE HAAR

PERANGKAT LUNAK PENGENDALI POINTER MENGGUNAKAN PELACAKAN MATA (EYE TRACKING) DENGAN ALGORITMA LUCAS- KANADE

PERANGKAT LUNAK PENGENDALI POINTER MENGGUNAKAN PELACAKAN MATA (EYE TRACKING) DENGAN ALGORITMA LUCAS KANADE

Deteksi Senyum Menggunakan Fitur Gabor dan Histograms of Oriented Gradients pada Bagian Mulut, Hidung, dan Mata

Konsep Penambahan High Pass Filter pada Pengenalan Pola Metode SIFT

Penerapan Algoritma Particle Filter pada Face Tracking

REALISASI SISTEM DETEKSI RASA KANTUK BERDASARKAN DURASI KEDIPAN MATA SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE VIOLA-JONES

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

PENGENALAN OBJEK PADA CITRA BERDASARKAN SIMILARITAS KARAKTERISTIK KURVA SEDERHANA

Penjejakan Objek Visual berbasis Algoritma Mean Shift dengan menggunakan kamera Pan-Tilt

PENDETEKSI DOCKING STATION MENGGUNAKAN ROTATION INVARIANT LOCAL BINARY PATTERN PADA VISUAL BASED SERVICE ROBOT

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

Rancang Bangun Prototipe Aplikasi Pengenalan Wajah untuk Sistem Absensi Alternatif dengan Metode Haar Like Feature dan Eigenface

TUGAS AKHIR FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN METODE VIOLA & JONES

TRACKING ARAH GERAKAN TELUNJUK JARI BERBASIS WEBCAM MENGGUNAKAN METODE OPTICAL FLOW

BAB 2 LANDASAN TEORI

Sistem Deteksi Wajah dengan Menggunakan Metode Viola-Jones

Kholid Fathoni, S.Kom., M.T.

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM KAMERA DENGAN PAN-TILT TRIPOD OTOMATIS UNTUK APLIKASI FOTOGRAFI

PENENTUAN JARAK OBJEK DARI KAMERA DENGAN MENGGUNAKAN STEREO VISION PADA MOBILE PHONE

BAB I PENDAHULUAN. memposisikan diri pada suatu lingkungan baru, sedangkan mapping merupakan

Penjejak Pose Wajah Otomatis pada Sistem Pengenalan Wajah

FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN METODE TWO- DIMENSIONAL PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (2DPCA) ABSTRAK

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

PENDETEKSI DOCKING STATION MENGGUNAKAN ROTATION INVARIANT LOCAL BINARY PATTERN PADA VISUAL BASED SERVICE ROBOT

VISUALISASI GERAKAN OBJEK 3D PADA AUGMENTED REALITY DENGAN DETEKSI TUMBUKAN BERBASIS BOUNDING BOX

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE VIOLA JONES PADA INTELLIGENT HOME SECURITY SKRIPSI

Aplikasi Augmented Reality untuk Katalog Penjualan Rumah

Raycasting Pada Augmented Reality Dimensi Tiga

APLIKASI PENGOLAHAN CITRA SEBAGAI PENDETEKSI JARI PADA VIRTUAL KEYPAD

PERANCANGAN dan REALISASI FACETRACKER WEBCAM MENGGUNAKAN METODE HAAR-LIKE FEATURE BERBASIS RASPBERRY PI 2

Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature

Prototype Pendeteksi Jumlah Orang Dalam Ruangan

Principal Component Analysis

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR SCALE INVARIANT FEATURE TRANSFORM

TUGAS AKHIR KI1391. Penyusun Tugas Akhir : (NRP : ) Dosen Pembimbing :

MEMBANDINGKAN CITRA DIGITAL UNTUK MEMPREDIKSI KETERHUBUNGANNYA

TSUNAMI AUGMENTED REALITY : INTERAKSI BERBASIS MARKER SEBAGAI POINTER

DETEKSI WAJAH METODE VIOLA JONES PADA OPENCV MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN PYTHON

REALISASI SISTEM PENJEJAKAN WAJAH DENGAN ALGORITMA FISHERFACE BERBASIS RASPBERRY PI ABSTRAK

PENJEJAKAN FITUR BERBASIS KOHERENSI TEMPORAL DALAM SISTEM ANIMASI EKSPRESI WAJAH

Sistem Pendeteksi Gambar Termanipulasi Menggunakan Metode SIFT

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM

APLIKASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA

Analisis Perbandingan Algoritma Optical Flow dan Background Estimation untuk Pendeteksian Objek pada Video

BAB I PENDAHULUAN. paradigma belajar manusia terutama pada kalangan muda, dari cara belajar yang

SISTEM TEMU KEMBALI CITRA UNTUK E- COMMERCE MENGGUNAKAN PROSEDUR PENCARIAN DUA FASE DENGAN FITUR HISTOGRAM MULTI TEKSTON

IMPLEMENTASI METODE SCALE INVARIANT FEATURE TRANSFORM DAN METODE CAMSHIFT PADA PENJEJAKAN OBJEK BERGERAK LOGO

PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCRIMINATIVE LOCAL DIFFERENCE PATTERNS

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA. Sistem Identifikasi Teroris Dengan Pelacakan Dan Pengenalan Wajah

Traffic IP Camera untuk Menghitung Kendaraan Roda Empat Menggunakan Metode Luasan Piksel

ANALISIS PENGARUH EXPOSURE TERHADAP PERFORMA ALGORITMA SIFT UNTUK IMAGE MATCHING PADA UNDERWATER IMAGE

Deteksi Lokasi Bibir Otomatis Pada Citra Wajah Berbasis Ciri Bentuk dan Warna

BAB 1 PENDAHULUAN. Augmented Reality menjadi semakin luas. Teknologi Computer Vision berperan

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APLIKASI ABSENSI KULIAH BERBASIS IDENTIFIKASI WAJAH MENGGUNAKAN METODE GABOR WAVELET

BAB III LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI PERHITUNGAN KECEPATAN OBJEK BERGERAK BERBASIS WEBCAM DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II LANDASAN TEORI

Rancang Bangun Aplikasi Konversi Bahasa Isyarat Ke Abjad Dan Angka Berbasis Augmented Reality Dengan Teknik 3D Object Tracking

PELACAKAN DAN DETEKSI WAJAH MENGGUNAKAN VIDEO LANGSUNG PADA WEBCAM ABSTRAK ABSTRACT

Restorasi Citra Plat Nomor Kendaraan Menggunakan Metode Super Resolusi pada Sistem Pelanggaran Lampu Merah

Deteksi Fitur Wajah Manusia tanpa Marker Aktif Menggunakan Metode Principal Component Analysis (PCA)

Verifikasi Citra Wajah Menggunakan Metode Discrete Cosine Transform Untuk Aplikasi Login

BAB I PENDAHULUAN. informasi sebuah buku kepada konsumen dan juga merupakan sebuah kunci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

DETEKSI MARKA JALAN DAN ESTIMASI POSISI MENGGUNAKAN MULTIRESOLUTION HOUGH TRANSFORM

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN

Rancang Bangun Sistem Pengukuran Posisi Target dengan Kamera Stereo untuk Pengarah Senjata Otomatis

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) PEMBANGUNAN VIRTUAL MIRROR EYEGLASSES MENGGUNAKAN TEKNOLOGI AUGMENTED REALITY

PENERAPAN ALGORITMA VIOLA JONES UNTUK DETEKSI WAJAH

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN. Engine akan dirancang agar memenuhi syarat maintainability, reusability dan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb

PEMODELAN WAJAH BAYI DENGAN MENGGUNAKAN ACTIVE SHAPE MODEL UNTUK PENDETEKSI KOMPONEN WAJAH

Pengenalan Benda di Jalan Raya dengan Metode Kalman Filter. Roslyn Yuniar Amrullah

Transkripsi:

ESTIMASI POSE MODEL D DALAM LINGKUNGAN AUGMENTED REALITY BERBASIS TITIK FITUR WAJAH MENGGUNAKAN METODE POSIT Heri Pratik ) Mochamad Hariadi, ST., M.Sc., Ph.D ) ) Bidang Keahlian Jaringan Cerdas Multimedia, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teklogi Industri, Institut Teklogi Sepuluh Nopember Surabaya, email: heri@stikom.edu ) Institut Teklogi Sepuluh Nopember, Surabaya 0, email: mochar@ee.its.ac.id Abstract: The main problem in objects tracking using cameras is to find the head pose estimation of the objects. In addition, it is necessary to rely on natural features since there is light generated from the objects. This study aims to estimate the pose of a D head models using a single camera in a real-time Augmented Reality (AR) environment that is based on facial feature points. The position of the D models are translated into XYZ coordinate axes and rotated to the orientation angle RPY (Roll, Pitch, Yaw). The POSIT (Pose from Ortography and Scale with ITeration) is used for the pose estimation. The position and orientation of the D models are projected to facial feature points orthographically. In order to get the best pose, four to five iterations are performed in order to achieve the minimal error factor. The final results of this study can be considered as real-time systems as it can achieve frames per second with an average angle rotational accuracy of 0.8 o and translational deviation of. vector units. Keywords: Augmented Reality, Facial Feature, Pose Estimation, POSIT. Markerless dalam Augmented Reality (AR) bertujuan untuk menghasilkan interaksi antara komputer dan pengguna lebih alami dan intuitif dibandingkan dengan model marker. Deteksi yang berbasiskan titik fitur wajah merupakan salah satu model markerless yang banyak menarik perhatian para praktisi dan peneliti. Proses deteksi dan pengenalan yang berbasiskan titik fitur wajah dapat diterapkan dalam bidang keamanan, absensi, e-commerce dan game. Proses estimasi pose (pose estimation) mempunyai tingkatan komputasi yang lebih sulit dan krusial dalam menentukan jumlah dan penempatan titik fitur wajah, transformasi model objek D serta akurasinya, dibandingkan dengan proses deteksi wajah (face detection) maupun pengenalan wajah (face recognition). Selain akurasi, proses recovery fitting antara image wajah D dan model objek D juga perlu diperhitungkan karena pergerakan terlalu cepat dari image wajah D aktor yang berfungsi sebagai landmark dari model objek D dapat menyebabkan kehilangan frame pelacakan dalam suatu scene. Berdasarkan penelitian dari Daniel F. DeMenthon [DeMenthon, ], metode POSIT mempunyai komputasi sistem estimasi pose bisa sampai dua puluh lima kali lebih cepat dari pada metode Yuan [Yuan, 8] maupun metode Lowe [Lowe, 8] karena pada metode POSIT sudah tidak diperlukan lagi proses inisialisasi estimasi pose awal yang dilakukan secara manual dan inverse matrik dalam looping iterasinya. Metode POSIT akan mengekstraksi pose objek dengan pendekatan model D secara antroprometrik (rigid anthropometric) yang berkorespondensi dengan titik fitur image wajah. Dengan dasar pemikiran tersebut maka penelitian ini membahas tentang implementasi Estimasi pose model D dalam lingkungan Augmented Reality berbasis titik fitur wajah menggunakan metode POSIT. Beberapa metode sistem komputasi estimasi pose telah dikenalkan oleh Tsai [Tsai, 8], Lowe dan Yuan. Pada metode Lowe dan Yuan mempunyai dua kelemahan yang cukup signifikan, yaitu: pertama, sebuah perkiraan atau pendekatan pose harus dimulai dengan proses iterasi. Kelemahan kedua adalah setiap langkah proses iterasi diperlukan pseudoinverse matrix Jacobian dengan dimensi N x pada metode Lowe dan N x untuk Yuan. Dimana N adalah jumlah titik fitur yang harus ditemukan, hal ini menjadikan sebuah operasi komputasional yang lebih lama dan rumit.

Metode Fully Projective [Araujo, 8] merupakan pengembangan dari metode Lowe dan berhasil diimplementasikan dalam penelitian [Lim, 00] dengan hasil penelitian sebagai berikut: tingkat kesalahan rotasi rata-rata sebesar 4 dan tingkat kesalahan translasinya rata-rata sebesar cm. Berdasarkan pembahasan pada latar belakang penelitian dan hasil penelitian sebelumnya, maka dirumuskan permasalahan pada penelitian ini, yaitu: proses interaksi dalam lingkungan Augmented Reality secara umum masih menggunakan marker, pada kasus Augmented Reality yang melibatkan interaksi dengan kepala manusia maka penggunaan marker kurang cocok untuk diimplementasikan. Perlu adanya sistem yang mengimplementasikan metode POSIT agar proses interaksi dilingkungan Augmented Reality dapat dilakukan secara markerless, terkait dengan implementasi penggunaan metode POSIT tersebut maka perlu adanya pengujian terhadap performa estimasi pose pada POSIT dalam lingkungan Augmented Reality. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan metode alternatif dalam penerapan sistem interaksi antara manusia dan komputer dalam lingkungan Augmented Reality tanpa menggunakan marker (markerless). kemudian dilakukan uji performasi estimasi pose pada metode POSIT tersebut, yaitu: translasi pada posisi sumbu koordinat XYZ dan rotasi pada sudut RPY (Roll, Pitch, yaw). Berdasarkan rumusan masalah, maka ada beberapa batasan masalah, antara lain : a. Jumlah orang pengendali gerakan model objek D pada lingkungan Augmented Reality hanya satu orang (aktor) dalam satu waktu. b. Pada penelitian ini tidak dibahas ekspresi dari model objek D. c. Kondisi pencahayaan merata dalam ruangan. Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat terwujudnya inetraksi di lingkungan Augmented Reality dapat dilakukan dalam waktu nyata secara markerless, yaitu: menggunakan titik-titik fitur wajah sebagai landmark penempatan (layouting) model objek D yang bisa digerakkan kearah enam taraf kebebasan bergerak (DOF Six Degree of Freedom). Adapun hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk industry game, absensi online, e- commerce, media promosi dan sebagainya. Penelitian ini diharapkan bisa memberi kontribusi pada peningkatan interaksi yang lebih alami dibandingkan dengan penggunaan marker serta lebih responsif dilingkungan Augmented reality, karena pada metode POSIT sudah tidak diperlukan lagi proses inisialisasi pose awal titiktitik fitur di wajah yang dilakukan secara manual pada metode-metode sebelumnya. METODE PENELITIAN pada penelitian ini perancangan sistem secara garis besarnya dibagi menjadi tiga blok bagian utama, yaitu: proses deteksi, proses tracking dan proses estimasi pose. Sebagaimana tampak pada gambar. Gambar. Bagan sistem Proses Deteksi Pada tahapan ini bertujuan untuk pengambilan gambar (grabbing) tiap frame dalam waktu nyata (real-time capturing) dari sebuah scene menggunakan kamera tunggal. Jarak ideal dari posisi objek image wajah dengan kamera adalah sekitar cm (near plane) sampai dengan meter (far plane). Proses tracking pada penelitian ini menggunakan metode Viola-Jones [Paul Viola, 00], dimana fungsinya adalah untuk deteksi wajah (face detection) dengan tujuan untuk membedakan area wajah dan bukan wajah dari objek. Algoritma Viola-Jones, terdiri dari tiga proses tahapan penting, yaitu: pertama adalah proses komputasi fitur (feature computation) yang dihasilkan oleh metode Haar-Like Feature. Proses kedua ialah seleksi fitur (feature selection) menggunakan metode pelatihan AdaBoost. Sedangkan proses yang ketiga adalah

ketepatan dalam waktu nyata (real-timeliness) keperluan jumlah fitur yang dialokasikan, dengan metode cascade of classifier. Pada gambar menunjukkan diagram tampak pada gambar. Opticall flow adalah salah satu metode alur tahapan proses pendeteksian, Hasil akhir pelacakan objek secara real-time, dimana dari prosess deteksi image D kepala aktor pada penelitian ini, tampak pada gambar. algoritma optical flow dapat diintegrasikan dengan algoritma yang lain untuk pelacakan dan pengenalan wajah. Classifier Cascade Cascade tahap Haar-Like H Features Cascade Trainer Wajah T Y Mulai Data Latih (sub-window) Presentasi image integral Komputasi Fitur Seleksi fitur f AdaBoost Prosess berurutan Cascade tahap Bukan wajah Wajah Gambar. Diagram alur proses deteksi metode Viola-Jones Gambar. Posisi aktor terdeteksi Tracking Wajah Untuk melacak titik fitur wajah dari sebuah image, pada penelitian ini menggunakan algoritma Kanade-Lucas Thomasi (KLT) [Lucas and Kanade, 8]. Pada prinsipnya metode KLT mempunyai tiga tahapan dasar dalam melacak titik fitur wajah, yaitu: mengekstraksi titik fitur wajah (feature extraction), memilih titik fitur wajah (feature selection) dan melacak titik fitur (feature tracking). Sebagaimana tampak pada gambar 4. Pola tekstur hanya akan ada jika terlihat banyak piksel pada area tersebut, fitur yang terlacak akan lebih akurat apabila fitur window berisi informasi tekstur. Area pada fitur window bisa bermacam-macamm tergantung dari -n T Y Cascade tahap ke-n Wajah Berhenti Optical Flow LKT Pyramidal Deteksi wajah Ektraksi titik fitur wajah terbaik (Shi-Thomasi) Pilih titik fitur terbaik (Pyramidal Lucas-Kanade) Frame berikutnya? Y Lacak titik fitur terbaik (Optical Flow Lucas-Kanadee Thomasi) End Gambar 4. Proses Lucas-Kanade Thomasi Gambar.. ekstraksi fiturr hasil penelitian Gambar. Pelacakan optical flow T

Estimasi pose Pada dasarnya estimasi pose atau disebut juga extrinsic camera calibration adalah proses untuk mengekstraksi informasi yang terkait dengan informasi posisi dan orientasi titik yang korespondensi atau berkesesuaian dari sebuah model objek dan image yang diperoleh dari kamera. Pose dari sebuah objek merupakan posisi dan orientasi pada objek yang mempunyai enam arah kebebasan dalam bergerak (DOF Six Degreee of Freedom). Pada gambar, algoritma POS (Pose from Orthography and Scale) menghasilkan dua pose pada setiap iterasi pada algoritma POSIT. Akan tetapi dalam prakteknya hanya satu yang diikuti atau dua percabangan, yang akhirnya dengan satu atau dua solusi yang layak (+), kedua situasi tersebut terjadi karena :. Pada situasi pertama, langkah iterasi pertama dikomputasi dengan dua pose tetapi satu pose tidak layak (-) atau dibuang karenaa beberapa titik-titik pose scene terletak dibelakang kamera. Sehingga hanya satu path layak (+) yang diproses.. Pada situasi kedua, kedua pose dari langkah iterasi pertama adalah layak (+), dan melanjutkan iterasi pada kedua cabang (path). Pada langkah kedua, masing-masing cabang masih tersedia dua pose yang layak (+), tetapi untuk masing-masing g cabang hanya pose terbaik yang akan dipertahankan. T, R semua Zi > 0? STOP Temukan titik image, bandingkan dg image aktual, ukur kesalahan E Titik Image Titik objek Coplanar Pusat Image Focal length Hitung i POS E<E?, E=E, R=R Lain E=E, R= =R E < Threshold? T, R semua Zi > 0 Temukan titik image, bandingkan dg image aktual, ukur kesalah han E E(n) E(n-) STOP Hasil T, R, E Gambar. Algoritma POSIT HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi sistem pada penelitian ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: proses pertama adalahh deteksi image D wajah, proses kedua adalah penentuan dan tracking titik fitur image D wajah tiap frame-nya, sedangkan proses ketiga adalah estimasi pose translasi kearah sumbuu koordinat XYZ dan rotasi ke sudut RPY. Gambar 8. Tampilan GUI window dari sistem, a. Window titik fitur wajah, b. Window Augmented Realityy model objek D. Pengujian Sistem Untuk menguji sistem yang telah diimplementas sikan pada penelitian ini akan dibahas dari sudut pandang ke-akurasian, ketangguhan pelacakan, pengaruh jumlah titik fitur image wajah, jumlah frame tiap detiknya serta estimasi pose. ke-akurasian akan terkait dengan ketepatan dalam pelacakan, ketangguhan berhubungan dengan kemampuan melacak dalam perbedaan intensitas cahaya dan kecepatan gerakan. Banyaknya jumlah frame tiap detiknya akan memastikan proses komputasi dalam waktu nyata (real-time) atau tidak, sedangkan estimasi pose menunjukkan korelasi posisi dan orientasi antaraa model objek D dengan pergerakan atau pergeseran image D wajah aktor. Akurasi Pelacakan Pada implementasi sistem ini, akurasi pelacakan cukup baik karenaa bisa menggerakkan model objek kepala D pada layar animasi dengan pose aktor yang hampir sama dalam waktu nyata. Hasil pelacakan (tracking) mampu mendeteksi image wajah D dan menggerakkan model objek kepala D rotasi pada sudut Pitch (X=0) sebesar. ke arah +/-Y, rotasi pada sudut Yaw (Y= =0) yang berpaling ke +/- X besar simpangan sudut sebesar.8. Sedangkan besarnya rotasi pada sudut Roll (Z=0) +/-X adalah 80.

Ketangguhan Pelacakan Ketangguhan dalam pelacakan image wajah D serta pergerakan model objek kepala D dipengaruhi oleh pencahayaan ruangan dan pencahayaan pada aktor. Metode Lucas-Kanade Tomasi berdasarkan pada tingkat kecerahan objek (brightness) berjalan pada cahaya ruangan yang merata dan rmal. hal ini berarti pencahayaan pada ruangan maupun aktor tidak boleh terlalu gelap atau terlalu terang karena hal itu bisa mengakibatkan beberapaa pelacakan titik fitur wajah bergeser dari tempat seharusnya. Apabila banyak titik fitur image wajah yang hilang atau bergeser maka bisa mengurangi tingkat akurasi pelacakan. Estimasi Pose Estimasi pose model objek D merupakan kombinasi dari rotasi matrik D dan translasi vektor D yang mempunyai nilai relatif dengan kamera, maka diperlukan minimal matrik x 4. Karena pada OpenGL standar matriknya G Gambar 0. Rotasi pada sumbu Y, a. di window untuk transformasi mempunyai ordo 4 x 4 ( tracking b. di window model D elemen) dengan prioritas perhitungan pada kolom (D). Tabel. Rotasi padaa sudut Yaw Frame Rotasi Simpangan sudut Deviasi Rata rata Jika menggunakan proyeksi perspektif ke Di Sumbu Y ( derajat ) Antara tiap frame ( 0 ) Semua maka hanya diperlukan empat titik n-coplanar.8 0.88.4 (kiri, kanan, atas dan bawah) sedangkan pada.00 4.0. proyeksi ortografi yang digunakann dalam 4..8.4 OpenGL diperlukan enam buah titik n- (near) 0.8 8. 0.4 coplanar (kiri, kanan, atas, bawah, dekat. 0.00 8.. dan jauh (far)). 8.04 Rotasi Pada Sumbu Z (Roll) Gambar. Rotasi pada sumbu Z, a. di window tracking, b. di window model D. Frame ke 4 8 0 4 8 Tabel l. Rotasi padaa sudut Roll Rotasi Di Sumbu Z Roll (α) Simpangan sudut ( derajat ) 4.0.8.4.8.84. 8. 0.0 0...8.4.. 4.4 4. 4..4.44 Rotasi Pada Sumbu Y (Yaw) 0 4 8 Yaw (β).0...8 80.08.8. 4..8. Rotasi Pada Sumbu X (Pitch) Deviasi Antara tiap frame ( 0 ) 0.48 0.40.. 0. 0.8 0.88 0.8 0..00 0. 0. 0... 0. Rata rata Semua frame ( 0 ) 0. Gambar. Rotasi pada sumbu Z, a. di window tracking, b. di window model D. 0. 0.80 0.4 0.80 0.4 0. 0.0 0.008 0. 0.4 4.4 0.04 a frame ( 0 ).00

Tabel. Rotasi pada sudut Pitch Frame ke Rotasi Di Sumbu X Simpangan sudut ( derajat ) Deviasi Antara tiap frame ( 0 ) Rata rata Semua frame ( 0 ).08 0.0....8 4.8 0...8.4 0..04 0.0 8.0.00.08 0. 0 Pitch (β) 4. 0. 4..4. 0.. 0.4 4. 0.. 0.88.. 8. 0.48 8.0 0.00.08 0.8 Translasi Pada Sumbu XYZ Translasi dilakukan pada ketiga sumbu XYZ, karena keterbatasan jumlah halaman, maka hanya translasi kearah sumbuu Z yang digunakan sebagai contoh. Gambar 4. Translasi dari +Z ke Z, a. di window tracking, b. di window Augmented Reality model D. Tabel 4. Translasi ke- langkah pada sumbu Z Arah Nilai Rata rata Satuan.44.4.4..8.0. Depan ke Belakang.0.44 Unit Vektor.808.808.888.4..0.084 KESIMPULAN Dari hasil perancangan sistem kemudian dilanjutkann pengambilann data, pengujian dan analisa, maka dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini telah berhasil diimplementasikan dengan hasil sebagai berikut:. Metodee POSIT dapat digunakan untuk estimasi pose pada lingkungan Augmented Reality dengan hasil interaksi lebih alami karena sudah tidak menggunakan marker lagi tetapi berbasis titik fitur wajah.. Hasil keluaran dari sistem yang diterapkan Translasi Sumbu Ke 4 8 Z 0 4 sebesar frame per second (FPS), sehingga sudah termasuk dalam waktu nyata (realtime) yang men-syarat-kan minimal 4 FPS.. Diperlukann 00 titik fitur pada image wajah aktor sebagai landmark model objek D agar tidak bergetar (tremor). 4. Estimasi pose dicapai i dengan rata-rata deviasi orientasi sudut 0. 8 dengan rata-rata deviasi jarak translasi. satuan unit vektor. Berikut t adalah beberapa saran untuk penelitian lebihh lanjut:. Penerapan metode Fuzzy, AMM dan sebagainya a untuk mendeteksi ekspresi wajah aktor.. Untuk mengatasi efek Gimbal Lock direkomendasikan menggunakan metode Quaternionn (4D). RUJUKAN Araujo H., Carceroni Rodrigo L. Brown Christopher M., A Fully Projective Formulation to Improve the Accuracy of Lowe s Pose Estimation Algorithm, Computer Vision and Images Understanding, Volume 0, Pages - 8, 8. B. D. Lucas and T. Kanade., An ietrative iamge registration techniquee with an application to stereo vision, Proceedings of the DARPAA imagingg understanding workshop, pp. -0. 8. Daniel F. DeMenthon, Larry S. Davis., Model- Based Object Pose in Lines of Code.International Computer Vision Laboratory, University of Maryland,. Lowe, D.G., Perceptual Organization and Visual Recognition, Kluwer Academic Publishers, 8. Paul Viola, Michael Jones.., Robust Real-Time Object Detection. Canada. July, 00. Resmana Lim. Davina. Sivia R., Pelacakan dan estimasi Pose Video wajah Dimensi, Jurnal Teknik Elektro, volume, mer, UK Petra,, 00. R.Y. Tsai., Ann Effisient and Accurate Camera Calibration Technique for D Machine Vision. Proceeding of IEEE Conference on Computer Vision and Pattern Recognition, Miami Beach, FL, pp. 4-4, 8. Yuan, J.S.C.., A General Photogrammetric Methodd for Determining Object Position and Orientation,IEEEE Trans. on Robotics and Automation, vol.,pp.-4, 8.