Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Oleh Bidan di Rumah Sakit Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo

dokumen-dokumen yang mirip
Ketut Dara PuspaDewi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PUSKESMAS POASIA KOTA KENDARI TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI FACTORS RELATED TO INITIATION OF BREAST-FEEDING EARLY

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

ABSTRAK. Pembimbing II : Meilinah Hidayat, Dr., dr., M.Kes.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Ananda, FKM UI, Universitas Indonesia

Daftar Pustaka : 44 ( ) Kata Kunci : Perilaku Bidan, Inisiasi Menyusu Dini

ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PASCA MELAHIRKAN TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI RSUD UJUNGBERUNG BANDUNG

FAKTOR KEBERHASILAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PUSKESMAS JUMPANDANG BARU TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DI RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO TENTANG INISIASI MENYUSU DINI

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : MIRANTI OCTARINA

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Putri, et al, Hubungan Antara Faktor Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian ASI... Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat 2

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan, sikap..., Rindiarni Inten Putri, FKM UI, 2009

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN IMD PADA PASIEN PASCA PERSALINAN DI BPM RATNA WILIS PALEMBANG TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

ABSTRAK PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MULTIPARA TERHADAP METODE INISIASI MENYUSUI DINI DI RSKIA X KOTA BANDUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

Pemberian ASI Segera pada Bayi Baru Lahir

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL MENGENAI KEDARURATAN OBSTETRI DI RUMAH SAKIT ROBERT WOLTER MONGISIDI MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. makan yang kurang tepat pada bayi dan anak, maka penting penerapan optimal

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini di Bidan Praktek Swasta Paulina Bukittinggi 2014

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

THE EFFECT OF INDIVIDUAL, PSYCHOLOGICAL AND ORGANIZATION VARIABLE TO THE PERFORMANCE OF MIDWIVES IN DELIVERING BABY-BIRTH AT RSKD FATIMAH IN 2013

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

ANGKA KEMATIAN ANAK, STATUS GIZI, DAN PELAYANAN KESEHATAN PENDUDUK DI KABUPATEN DOMPU, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT,

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INISIASI MENYUSUI DINI DI RUMAH SAKIT SILOAM MANADO Octavia Rompis*, Marjes N. Tumurang*, Jean H.

Relationship of Knowledge and Attitude among Midwives with the Implementation of Early Initiation of Breastfeeding in Badung Regency

PENGARUH PENATALAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI DI RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO, Wirdawty S.

Siti Rohma Perbasya 1 dan Fitri Ekasari 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) kelima, berjalan. 200 selama dekade terakhir, meskipun telah dilakukan upaya-upaya

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DAN PERAN BIDAN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI TESIS

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG INISIASI MENYUSU DINI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Indikator suatu

Noor Cholifah a, Dwi Astuti b a,b. STIKES Muhammadiyah Kudus a. b

Ayutifanie, et al, Hubungan Antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Pemberian ASI Eksklusif...

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELANGSUNGAN HIDUP BAYI YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA TAHUN 2012 ABSTRACT

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang merupakan langkah wajib pada

FACTORS-FACTORS WITH ROLE RELATED MIDWIFE VILLAGE IN EFFORT DERIVE MATERNAL MORTALITY WORKING WOMEN HEALTH REGION LHOONG DISTRICT OF ACEH BESAR

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN FAKTOR SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP KETAHANAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

PENDAHULUAN Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan bayi (Arisman,

PERILAKU BIDAN PRAKTEK SWASTA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI DI KOTA MEDAN TAHUN 2010 OLEH ELHANOUM BERUTU NIM:

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal care ini minimum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI RUANG MAWAR ABSTRAK

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK USIA 7-36 BULAN DI POSYANDU BINA PUTRA TIRTO TRIHARJO PANDAK BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

Rutmina Fretti 1, Heru Santosa 2, Asfriyati 2 ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL SEBELUM DAN SETELAH PENYULUHAN MENGENAI INISIASI MENYUSU DINI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Fator-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pemeriksaan Antenatal Care K4 di Puskesmas Sipatana Kota Gorontalo

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM PERSIAPAN LAKTASI DI KABUPATEN PEKALONGAN

DATA PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU PERIODE JANUARI 2014 JUNI 2015

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

Rismaina Putri*, Nikmatun Hasanah*, Ahsan** Abstrak

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup, sesuai dengan target pencapaian Sustainable Development

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

JST Kesehatan, Januari 2016, Vol.6 No.1 : ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Menurut World Health Organization (WHO), data statistik. menyatakan bahwa Neonatal Mortality Rate Indonesia pada tahun 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian bayi terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) PADA IBU POST PARTUM DI BPM ISTIQOMAH, S. Keb.Bd SURABAYA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN. Lia Amalia (

BAB I PENDAHULUAN. jam pertama kelahiran atau sering disebut dengan inisiasi menyusu dini. berdampak psikologis pada ibu dan bayi (Roesli, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas agar masyarakat Indonesia dapat melanjutkan

DEWI SUSANTI ( S)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) adalah suatu proses membiarkan bayi dengan

Jurnal Kebidanan 08 (01) Jurnal Kebidanan http : //www. journal.stikeseub.ac.id

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care

BAB I PENDAHULUAN. 11 bulan) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB

Transkripsi:

ARTIKEL ENELITIAN Faktor-faktor yang Berhubungan dengan elaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Oleh Bidan di Rumah Sakit rof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo Factors Correlated to the Implementation Early Initiation of Breastfeeding of the Midwife in the Hospital rof Dr Aloei Saboe City Gorontalo. Selvi Mohamad 1) A. J. M Rattu 2) J. M. L Umboh 1) 1) rogram ascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado 2) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado Abstrak Inisiasi menyusu dini atau sering disingkat dengan IMD merupakan suatu kesempatan yang diberikan kepada bayi segera setelah lahir dengan cara meletakkan bayi di perut ibu, kemudian dibiarkannya bayi untuk menemukan puting susu ibu dan menyusu hingga puas. roses ini dilakukan paling kurang 60 menit (1 jam) pertama setelah bayi lahir. Dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan mensosialisasikan pentingnya manfaat dari inisiasi menyusu dini, perlu diupayakan program yang dapat meningkatkan IMD. Agar program tersebut tepat sasaran dan sesuai dengan target yang ingin dicapai maka harus diketahui terlebih dahulu faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD. Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini oleh bidan di rumah sakit rof Dr Aloei Saboe Kota Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia, lama kerja, pengetahuan, sikap dan pelatihan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini di Rumah Sakit rof Dr Aloei Saboe Kota Gorontalo. Kata kunci: Usia, Lama Kerja, engetahuan, Sikap, elatihan. Abstract Early breastfeeding initiation or often abbreviated with IMD is an opportunity given to infants shortly after birth by putting the baby in the mother's abdomen, then let the baby to find the mother's nipple and suckle until satisfied. This process is carried out at least 60 minutes (1 hour) first after the baby is born. In an effort to reduce infant mortality and promote the importance of the benefits of early breastfeeding initiation, it is necessary to improve the IMD program. In order for the program on target and in accordance with the targets to be achieved it must be known in advance of factors related to the implementation of the IMD. Objectives to be achieved from this research is to analyze factors associated with the implementation of early breastfeeding initiation by a midwife at the hospital rof. Dr. Aloei Saboe Gorontalo. The results showed that there is a relationship between age, duration of work, knowledge, attitude and training with the implementation of early breastfeeding initiation in the Hospital rof. Dr. Aloei Saboe Gorontalo. Keyword: Age, Duration of Work, Knowledge, Attitude, Training endahuluan Inisiasi menyusu dini atau sering disingkat dengan IMD merupakan suatu kesempatan yang diberikan kepada bayi segera setelah lahir dengan cara meletakkan bayi di perut ibu, kemudian dibiarkannya bayi untuk menemukan puting susu ibu dan menyusu hingga puas. roses ini dilakukan paling kurang 60 menit (1 jam) pertama setelah bayi lahir (Anonimous, 2009) Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Akan tetapi, kenyataan yang terjadi, hampir semua negara di dunia, AKB cenderung kurang mendapat perhatian. Angka kematian bayi sangat bervariatif 390

JIKMU, Vol. 5, No. 2a April 2015 pada setiap negara dan masih tergolong tinggi di negara berkembang. (Wulandari,2010) Berdasarkan buku tahunan statistik ASEAN (Association of South East Asian Nations), Brunei Darusallam, Malaysia, Singapura, Vietnam dan Thailand tergolong AKB yang rendah, yaitu di bawah 20 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan Indonesia, AKB-nya yaitu 32 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini masih di bawah negara Filipina, yang AKB-nya adalah 26 per 1000 kelahiran hidup. Terkait program Millenium Development Goals (MDGs) 2015, Indonesia menargetkan mampu menurunkan angka kematian bayi menjadi 23/1000 kelahiran hidup. (rasetyawaty, 2012) Insiasi menyusu dini juga dapat membantu ibu dalam menyusui yang merupakan alternatif terbaik untuk mencegah pemberian makanan/minuman prelaktat. IMD mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap pelaksanaan ASI ekslusif (Fikawati dan Syafiq, 2009). Dengan melakukan IMD, ibu mempunyai peluang 8 kali lebih berhasil untuk memberikan ASI Ekslusif sampai 4 atau 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan IMD. (Fikawati, 2010) Menyusu pada satu jam pertama kehidupan dikenal dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). IMD merupakan salah satu program pemerintah dalam menurunkan AKB terkait target pencapaian MDGs 2015. IMD dimulai dengan adanya kontak kulit antara ibu dan bayi yang baru lahir kemudian dilanjutkan dengan pemberian ASI. emerintah Indonesia telah mencanangkan inisiasi menyusu dini sebagai bagian dari upaya mengoptimalisasi pemberian ASI secara eksklusif dan sebagai bagian manajemen laktasi. Menurut data Riskesdas 2013, persentase proses mulai menyusu pada anak 0-23 bulan di Indonesia kurang dari satu jam (< 1 jam) setelah bayi lahir masih sangat rendah yaitu 29,3%, sementara untuk rovinsi Gorontalo adalah 42,7%.(Anonimous, 2013) Dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan mensosialisasikan pentingnya manfaat dari inisiasi menyusu dini, perlu diupayakan program yang dapat meningkatkan IMD. Agar program tersebut tepat sasaran dan sesuai dengan target yang ingin dicapai maka harus diketahui terlebih dahulu faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD. Berdasarkan studi pendahuluan berupa wawancara kepada bidan yang bertugas di Rumah Sakit rof Dr Aloe Saboe bahwa IMD sudah diterapkan sejak Februari 2010.Untuk membantu terlaksananya proses IMD ini maka peran petugas kesehatan sangatlah penting. Bidan sebagai salah satu petugas kesehatan, mempunyai waktu yang banyak untuk beriteraksi dengan pasien bersalin. Dengan begitu bidan mempunyai peran yang penting untuk keberhasilan pelaksanan IMD (Dayati, 2011). Menurut Suryoprajogo (2009) sudah sering dilakukan namun IMD ini dilakukan dengan cara yang tidak benar. Kesalahan yang sering dilakukan adalah bayi yang baru lahir sudah dibungkus dengan kain sebelum diletakkan didada ibunya dan kesalahan lain adalah bayi bukannya menyusu akan tetapi disusui (Sitinjak, 2011). Terkait dengan pentingnya peranan seorang bidan dalam melakukan IMD, maka terdapat hubungan dalam pelaksanaan IMD. Menurut teori Model sistim kesehatan yang terdapat dalam Notoatmodjo (2010), perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor predisposisi(pengetahuan, sikap, dan karakteristik, demografi), faktor pendukung (pelatihan, lama kerja, dan sosialisasi) dan faktor penguat (kebijakan tempat kerja, suvervisi). enelitian lain juga membuktikan bahwa IMD akan membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI ekslusif, selanjutnya dan lama menyusu(sose dkk dalam Roesli 391

Mohamad, Rattu dan Umboh, Faktor- faktor yang Berhubungan 2008). eran dan komitmen dari rumah sakit sangat besar untuk mendukung pelaksanaan IMD karena 9 dari 10 langkah keberhasilan menyusui tersebut dilakukan di Rumah Sakit. Berdasarkan data di Departemen kesehatan,dalam tahun 2006 tercatat 149 rumah sakit (RS) melaksanakan program rumah sakit sayang ibu bayi (RSSIB). rogram ini mencakup pelayanan asuhan antenatal (pra melahirkan), pertolongan persalinan sesuai standar, pelayanan nifas, pelayanan nifas (pasca melahirkan), rawat gabung ibu dan bayi, pemberian ASI ekslusif, pelayanan KB, dan imunisasi. Sampai juli 2007 baru 19 RS melaksanakan kebijakan program IMD.Depkes juga telah mengirim surat edaran agar seluruh RS melaksanakan program (IMD 2009) namun sampai saat ini masih banyak dijumpai RS dan klinik bersalin yang belum melaksanakan proses IMD dengan alasan bevariasi..banyak faktor yang mempengaruhi antara lain kompetensi individu, dukungan organisasi, dan dukungan menajemen. Kompetensi individu ini dilihat pada kemampuan dan keterampilan melakukan kerja (Gibson 1985). Ada 3 hal yang mempengaruhi kinerja seseorang yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Faktor-faktor individu meliputi kemampuan dan keterampilan, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman dan karakteristik demografi. Faktor-faktor psikologis meliputi persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi. Sedangkan faktor-faktor organisasi meliputi sumberdaya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan pekerjaan (Gibson 1985) Rumah Sakit rof Dr Aloei Saboe Kota Gorontalo telah menjalankan IMD sebagai prosedur yang wajib dikerjakan oleh tenaga penolong saat membantu menolong proses persalinan sejak tahun 2010 berdasarkan survey awal jumlah persalinan normal di RS rof Dr Aloei Saboe relatif tinggi yaitu tahun 2014 sebesar 2478, sementara yang melakukan IMD sebanyak 35,43% Dari jumlah tersebut sebanyak 80% ditolong oleh bidan dan sisanya sebanyak 20% ditolong oleh dokter. Salah satu kunci keberhasilan rogram IMD di RS rof Aloei Saboe bergantung pada kualitas bidan. Namun sampai saat ini belum ada laporan tentang hasil cakupan pelaksanaan IMD di RS rof Dr aloei Saboe Metode enelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif metode penelitian deskriftif analitik dengan desain studi cross-sectional. enelitian dilakukan di Rumah Sakit rof DR Aloei Saboe Kota Gorontalo berlangsung pada bulan Oktober s.d Maret 2015. opulasi dalam penelitian ini yaitu semua Bidan yang berada di Rumah Sakit rof Dr H Aloei Saboe kota Gorontalo berjumlah 104 bidan. Sampel penelitian adalah seluruh bidan yang ada di Rumah Sakit rof Dr Aloei Saboe Kota Gorontalo yang memenuhi kriteria inklusif yaitu bersedia menjadi sampel penelitian, hadir di rumah sakit pada saat pelaksanaan pengumpulan data dan bersedia di wawancarai. Dengan jumlah sampel 83 orang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Usia, pengetahuan, sikap lama kerja dan pelatihan) sedangkan variabel terikat adalah Inisiasi Menyusu Dini. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (pengetahuan, sikap, lama kerja, usia, pelatihan bidan) dan variabel dependen IMD (pelaksanaan inisiasi menyusui dini) digunakan uji chi-square. Hasil dan embahasan 1. Hubungan Usia Dengan elaksanaan Inisiasi Menyusui Dini 392

JIKMU, Vol. 5, No. 2a April 2015 Untuk mengetahui hubungan anatara usia dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini pada tabel 1 berikut ini. Tabel 9. Hubungan antara usia dengan pelaksanaan IMD Usia Responden Dewasa > 25 tahun Remaja 25 tahun Total Baik Kurang n % n % n % 28 33,7 16 19,3 44 53,0 14 16,9 25 30,1 39 47,0 Odds Rasio 0,021 3,125 Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa dewasa usia > 25 tahun pelaksanaan IMD lebih baik sebesar 33,7% dibandingkan dengan remaja usia 25 tahun hanya 16,9% dengan nilai p = 0,021 < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara pelaksanaan IMD dengan usia. Nilai odds rasio sebesar 3,125 artinya bidan yang berumur > 25 tahun mempunyai puluang 3,125 kali dibandingkan dengan bidan yang berusia 25tahun. 2. Hubungan Lama Kerja Dengan Untuk mengetahui hubungan antara lama kerja dengan pelaksanaan IMD dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Hubungan antara lama kerja dengan pelaksanaan IMD Lama Baik Kurang Total Kerja n % n % n % 3 tahun 15 18,1 25 30,1 40 48,2 > 3 tahun 27 32,5 16 19,3 43 51,8 0,037 2,813 antara lama kerja dengan pelaksanaan IMD diperoleh bidan yang memiliki lama kerja > 3 tahun sebanyak 27 responden (32,5%) pelaksanaan IMD baik dibandingkan dengan bidan yang berumur 3 tahun sebanyak 15 responden (18.1%). Hasil analisis uji statistik menunjukkan nilai p = 0,037 < 0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan elaksanaan (IMD). Nilai (Odds Rasio) sebesar 2,813, artinya bidan dengan lama kerja > 3 tahun mempunyai peluang 2,813 kali untuk melaksanakan IMD dibandingkan dengan bidan 3 tahun. 393

Mohamad, Rattu dan Umboh, Faktor- faktor yang Berhubungan 3. Hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan IMD Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan IMD dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan IMD engetahuan Baik Kurang Total n % N % n % Baik 32 38,6 18 21,7 50 60,2 Kurang 10 12,0 23 27,7 33 39,8 0,005 4,089 antara pengetahuan dengan pelaksanaan IMD diperoleh bahwa bidan yang berpengetahuan baik yaitu 32 responden (38,6%) dibandingkan dengan bidan yang kurang berpengetahuan kurang sebesar 10 responden (12,0). Hasil analisis uji statistik menunjukan nilai p = 0,005 < 0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pelaksanaan IMD. Nilai (Odds Rasio) sebesar 4,089, artinya bidan yang pengetahuannya baik mempunyai peluang 4,089 kali untuk melaksanakan tindakan (IMD) dari pada yang berpengetahuan kurang 4. Hubungan sikap dengan pelaksanaan IMD Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan pelaksanaan IMD dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini Tabel 4. Hubungan Sikap Dengan elaksanaan Sikap Baik Kurang Total n % N % n % Baik 28 33,7 15 18,1 43 51,8 Kurang 14 16,9 26 31,3 40 48,2 0,012 3,467 antara sikap dengan pelaksanaan IMD diperoleh bahwa bidan yang mempunyai sikap yang baik sebesar 28 responden (33,7) dibandingkan dengan bidan yang mempunyai sikap kurang baik sebesar 14 responden (16,9%) dalam pelaksanaan IMD. Hasil analisis uji statistik menunjukkan bahwa diperoleh nilai p = 0.012 < 0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan pelaksanaan IMD. Nilai ( Odds Rasio) sebesar 3,467 artinya bidan mempunyai peluang 3,467 kali untuk melaksanakan tindakan IMD dibandingkan dengan bidan yang sikap kurang. 5. Hubungan elatihan Dengan 394

JIKMU, Vol. 5, No. 2a April 2015 Untuk mengetahui hubungan antara pelatihan dengan pelaksanaan IMD dapat dilihat pada tabel 5 Tabel 5. Hubungan elatihan Dengan elatihan Baik Kurang Total n % N % n % ernah Ikut 31 37,3 20 24,1 51 61,4 Tidak ernah 11 13,3 21 25,3 32 38,6 0.034 2,959 antara pelatihan dengan pelaksanaan IMD yang pernah ikut yaitu 31 responden (37,3%) dibandingkan dengan responden yang tidak pernah ikut yaitu 11 responden (13,3%) mengikuti pelatihan pelaksanaan IMD. Hasil analisis uji statistik menunujukkan nilai p = 0.034 < 0.05 dengan artinya terdapat hubungan yang bermakna antara pelatihan dengan pelaksanaan IMD. Nilai (Odds Rasio) sebesar 2,959 artinya bidan yang pernah mengikuti pelatihan mempunyai kemungkinan 2,959 kali untuk melaksanakan IMD dibandingkan dengan yang tidak pernah mengikuti pelatihan Kesimpulan Dari hasil penelitian ini kesimpulan yang dapat diambil adalah: 1. Terdapat hubungan antara Usia dengan pelaksanaan IMD di Rumah Sakit rof DR, H, Aloei Sabe KotaGorontalo 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) di Rumah Sakit rof Dr Aloei Saboe Kota Gorontalo 3. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini di Rumah Sakit rof Dr Aloei Saboe Kota Gorontalo 4. Terdapat hubungan antara sikap dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini di Rumah Sakit rof Dr Aloei Saboe Kota Gorontalo 5. Terdapat hubungan antara pelatihan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini di Rumah Sakit rof Dr Aloei Saboe Kota Gorontalo. Saran Saran yang dapat diberikan dengan melihat hasil penelitian ini adalah: 1. Tenaga kesehatan bidan a. Selalu mempertahankan kinerja yang sudah baik dalam pelaksanaan IMD, dan meningkatkan pendidikan dan pengetahuan dengan mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih tinggi serta mengikuti pelatihanpelatihan yang diselenggarakan oleh pihak rumah sakit b. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan mengenai IMD kepada ibu hamil dan keluarganya saat kunjungan ANC 2. RSAS kota gorontalo 395

Mohamad, Rattu dan Umboh, Faktor- faktor yang Berhubungan a. erlunya pelaksanaan pelatihan terkait dengan IMD dan rangkaian AN lainnya kepada seluruh bidan yang ada di RSAS b. Diharapkan adanya peraturan tertulis/kebijakan tentang pelaksanaan IMD dari RSAS c. Evaluasi dan tindak lanjut pada program ibu dan anak khususnya tentang IMD 3. Bagi penelitian dalam hal ini pengembangan selanjutnya enelitian ini hanya membahas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD oleh bidan. Sedangkan faktor lain belum diteliti sehingga perlu dilakukan penelitian selanjutnya. Daftar ustaka Anonimous, 2009. rofil Kesehatan Indonesia, Jakarta Departemen Republik Indonesia Anonimous, 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013 Republik Indonesia Tentang Kebijakan Dasar usat Kesehatan Masyarakat, Jakarta Dayati, 2011. faktor-faktor pada bidan yang berhubungan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusui Bidan (IMD) di wilayah Kecamatan Kendari Kota kendari Sulawesi Tenggara tahun 2011. Hal 56-65 Depok ; FKM UI Fikawati, S dan Syafik, 2009. Hubungan Antara Menyusui Segera (immediate bresst feeding) dan emberian ASI Ekslusif sampai dengan empat bulan Jurnal Kedokteran Trisakti,Vol 22 no 2.hal 65-77 Mei-Agustus Gibson L J,1985. Alih Bahasa Dharma A, Organisasi : erilaku,struktur,roses Erlangga, Jakarta Hardiwinoto, (2011). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Kategori Umur enerbit buku Kedokteran EGC Notoatmodjo, S. 2010 Ilmu erilaku Kesehatan Jakarta : Rineka Cipta. rasetyawati, A. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Millenium Development Goals (MGDs). Nuhamedika. Yogyakarta Suryoprayogo, N, 2009. Keajaiban Menyusui. Yogyakarta Wulandari, A. 2010. Inisiasi Menyusu Dini Untuk Awali Asi Eksklusif. Jurnal Vol. 1 No. 2/Juli 2010. Fakultas Kedokteran Universitas Wijayah Kusuma.Surabaya.(http://fk.uwks.ac.id /archieve/jurnal/), diakses 22 April 2010. 396