Hubungan Karakteristik Bidan Desa dengan Perilaku dalam Pelayanan Neonatus di Wilayah Puskesmas Kabupaten Klaten

dokumen-dokumen yang mirip
mikm-detail-tesis-perpustakaan-print-abstrak-312.html MIKM UNDIP Universitas Diponegoro Program Pascasarjana

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

**) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl Nakula I N Semarang ABSTRACT

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN MOTIVASI BIDAN DESA DENGAN KUALITAS PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2011

FACTORS-FACTORS WITH ROLE RELATED MIDWIFE VILLAGE IN EFFORT DERIVE MATERNAL MORTALITY WORKING WOMEN HEALTH REGION LHOONG DISTRICT OF ACEH BESAR

Harto P. Simanjuntak 1, Heru Santosa 2, Maya Fitria 2. Abstract

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

ABSTRAK. Pengaruh Kompetensi Bidan di Desa dalam Manajemen Kasus Gizi Buruk Anak Balita terhadap Pemulihan Kasus di Kabupaten Pekalongan Tahun 2008

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, STATUS PENDIDIKAN, DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TENTANG PELAKSANAAN 10T PADA ASUHAN KEHAMILAN DI PUSKESMAS SUKA MAKMUR KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2012

HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK OLEH BIDAN DESA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JEPARA TAHUN 2016

Nurin Fauziyah Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Kartika Dewi Ayusti

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Rendahnya Kunjungan (K4) Ibu Hamil di Puskesmas Bambu Apus, Jakarta Timur

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 9-11 BULAN DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN MRANGGEN DEMAK

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PRIMIGRAVIDA TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

Medsains Vol. 1 No.01, Maret 2015 : 7-12

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN MANAJEMEN KIA PUSKESMAS OLEH BIDAN KOORDINATOR DI KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2008

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NEONATUS DI PUSKESMAS II KARANGASEM BALI TAHUN 2013

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

Dea Riskha Fitriliana 1 ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN PENERAPAN MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA OLEH BIDAN DESA DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2012

TESIS. Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU PENCATATAN DAN PELAPORAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMANFAATAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HARAPAN RAYA PEKANBARU

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

HUBUNGAN MOTIVASI DAN SIKAP BIDAN DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN LEMBAR MTBS DI PUSKESMAS KABUPATEN KARANGANYAR

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : SRI REJEKI J

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU

Mamik R 1, Endang 1 1. Program Studi DIII Keperawatan STIKES Pemkab Jombang ABSTRAK

PROMOSI KESEHATAN DENGAN BUKU KIA TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DAN ANTE NATAL CARE DI PUSKESMAS CEPER KLATEN TAHUN 2011

Kata Kunci: Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Keluarga, ASI Eksklusif.

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

Erma Prihastanti, Puji Hastuti Prodi DIII Kebidanan Purwokerto Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

Hubungan Mutu Pelayanan Persalinan Normal oleh Bidan Desa dengan Kepuasan Ibu Bersalin di Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU BALITA

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

DETERMINAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K)

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

ANGKA KEMATIAN ANAK, STATUS GIZI, DAN PELAYANAN KESEHATAN PENDUDUK DI KABUPATEN DOMPU, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT,

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA CATURTUNGGAL DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA

Kata Kunci : frekuensi penimbangan, balita, pengetahuan, posyandu

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

PENINGKATAN PERILAKU IBU DALAM PENGATURAN POLA MAKAN BALITA DI POSYANDU MELATI DESA BINTORO KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER Susi Wahyuning Asih*

Jurnal Ilmiah Permata Medika

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

Manuscript KUKUH UDIARTI NIM : G2A Oleh :

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KADER TENTANG BUKU KIA DI POSYANDU WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN STANDART PELAYANAN KEHAMILAN TERHADAP KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2011

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Penatih Dangin Puri

ROY ANTONIUS TARIGAN NIM.

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2014

Selvina Ismalia Assegaf 2, Fitria Siswi Utami 3 INTISARI

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang

mikm-detail-tesis-perpustakaan-print-abstrak-372.html MIKM UNDIP

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELAWANG.

ANALISYS THE FULFILLMENT PARTOGRAPH IN MONITORING PHASE I FOR DECREASE MORTALITY IN DELIVERING BABY SeptiRianawati 1, YuliTrisnawati 2 ABSTRACT

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN PEMANFAATAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS KAMPUNG DALAM PONTIANAK

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN PESERTA BPJS DI KELURAHAN ROWOSARI DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ROWOSARI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar

Transkripsi:

Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Volume 03 No. 01 April 2015 Hubungan Karakteristik Bidan Desa dengan Perilaku dalam Pelayanan Neonatus di Wilayah Puskesmas Correlation Between Village Midwife s Characteristics And Behavior In Neonatal Care At Primary Health Care Center Area In District Endah Purwaningsih *, Martha Irene Kartasurya**, Atik Mawarni **, * STIKES Muhammadiyah. Jl. Jobor Indah Km. 1 Buntalan, ** Magister Promosi Kesehatan Fakultas, Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK Angka Kematian Bayi di pada tahun 2011 sebesar 13,346/ 1000 kelahiran hidup dan tahun 2012 AKB sebesar 10,36 per 1000 kelahiran hidup. Kematian bayi tersebut terjadi pada bayi umur 0 28 hari atau periode neonatal. Cakupan pelayanan kunjungan neonatus oleh bidan di dari tahun 2009 sampai dengan 2012 mengalami menurunan dari kunjungan murni dan kunjungan lengkap. Dalam pelayanan neonatus bidan desa hampir tidak semua melalukan sesuai dengan standar pelayanan minimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik bidan desa dengan pelayanan neonatus di wilayah Puskesmas tahun 2013. Metodologi penelitian observasional survey ini dilaksanakan dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah 82 bidan desa di yang diambil secara Cluster Random Sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Data primer maupun sekunder diolah dan dianalisis secara univariat dengan distribusi frekuensi dan persentase, bivariat dengan Korelasi Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan karakteristik dengan perilaku bidan desa dalam pelayanan neonatus di adalah ada hubungan karakteristik dengan pengetahuan yaitu: umur (p = 0.002), pendidikan (p = 0.000), pelatihan (p = 0,011) dan lama kerja (p = 0,000). Ada hubungan karakteristik dengan sikap yaitu: umur (p = 0,005), pendidikan (p = 0,000), pelatihan (p = 0,003), lama kerja (p = 0,000) dan pengetahuan (p = 0,000). Tidak ada hubungan karakteristik dengan pelayanan neonatus yaitu: umur (p = 0.354), pendidikan (p = 0,751), pelatihan (p = 0.336) dan lama kerja (p = 0.950), pengetahuan (p = 0,739) dan sikap ( p = 0,896). Disarankan bagi Dinas Kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan Bidan Desa terutama tentang pelayanan neonatus melalui pelatihan dan sosialisasi buku KIA serta MTBM bagi semua Bidan Desa. Melakukan supervisi ke bidan desa dalam pelayanan KIA. Kata Kunci : Kunjungan Neonatus, Bidan Desa, Perilaku ABSTRACT Infant Mortality Rate (IMR) in District of in 2011 and in 2012 respectively was 13.346/1,000 live births and 10.36/1,000 live births. The aged of infant mortalities ranged from 0 to 28 days or during a neonatal period. The coverage of neonatal services provided by village midwives in District of from year of 2009 to year of 2012 decreased in terms of pure and complete visits. Almost all village midwives did not provide the neonatal services which were in accordance with minimum services standards. This research aimed to find out about the relationship between characteristics of village midwives and neonatal services at health centers in District of in 2013. This was observational-survey research using cross-sectional approach. Number of samples was 82 village midwives in District of selected by a 62

technique of Cluster Random Sampling. Research instruments used a questionnaire and an observation sheet. Primary and secondary data were analyzed using methods of univariate analysis (frequency distribution and percentage) and bivariate analysis (chi-square test). The result of this research revealed that variables of age (p=0.002), education (p=0.000), training (p=0.011), and work period (p=0.000) significantly related to a variable of knowledge. Furthermore, variables of age (p=0.005), education (p=0.000), training (p=0.003), work period (p=0.000), and knowledge (p=0.000) significantly related to a variable of attitude. On the other hand, variables of age (p=0.354), education (p=0.751), training (p=0.336), work period (p=0.950), knowledge (p=0.739), and attitude (p=0.896) did not relate to the neonatal services. As a suggestion, District Health Office needs to improve the knowledge of village midwives especially about neonatal services by conducting training and socialization of a Maternal and Child Health (MCH) book and Integrated Management of Young Infants for them. In addition, supervision needs to be done to village midwives in MCH services. Keywords : Neonatal Visit, Village Midwives, Behaviour PENDAHULUAN Propinsi Jawa Tengah tahun 2011 Angka Kematian Bayi sebesar 10,34 per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2012 AKB sebesar 10,75 per 1000 kelahiran hidup, Sedangkan di pada tahun 2011 AKB sebesar 13,346/ 1000 kelahiran hidup dan tahun 2012 AKB sebesar 10,36 per 1000 kelahiranhidup.² Kematian bayi tersebut terjadi pada bayi umur 0 28 hari atau periode neonatal. Kematian bayi merupakan ukuran penting kesehatan nasional karena berkaitan dengan berbagai faktor antara lain kesehatan ibu, kondisi sosial ekonomi, praktek kesehatan masyarakat dan mutu pelayanan kesehatan. Berdasarkan standar minimal pelayanan neonatal dijelaskan bahwa setiap neonatus berhak memperoleh pelayanan kesehatan sedikitnya dua kali pada minggu pertama dan satu kali pada minggu ke-2 setelah lahir. 7 Kunjungan Neonatus (KN) adalah pelayanan kesehatan pada bayi umur 0-28 hari sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab bidan dalam pelayanan kesehatan anak. Kepmenkes RI Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan menyatakan bahwa bidan mempunyai tugas penting pada Kompetensi ke-6 yaitu bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan umur 1 bulan. Sesuai dengan kompetensi klinis kesehatan neonatal tersebut, bidan harus memberikan pelayanan neonatus minimal 3 kali pada satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu, baik di sarana pelayanan kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. 5 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Sie KIA Dinas Kesehatan diakui sudah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan kemampuan dan memenuhi fasilitas/ alat kepada bidan khususnya dalam kegiatan pelayanan KIA, antara lain berusaha mencukupi kebutuhan buku KIA, formulir MTBM dan pelatihan yang berkaitan dengan penanganan bayi kepada bidan melalui pelatihan manajemen asfiksia, manajemen BBLR, MTBS/ MTBM dan SDIDTK. Hal ini dapat mempengaruhi pada pelayanan neonatus sesuai dengan standar pelayanan neonatal dasar yang seharusnya diberikan kepada neonatus. 4 Studi pendahuluan yang dilakukan pada 12 bidan desa untuk melihat pelayanan neonatus yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut : 12 bidan desa, sebanyak 7 bidan pengetahuan baik karena dapat menyebutkan tujuan pelaksanaan kunjungan neonatus, sedangkan 5 bidan pengetahuan kurang karena tidak bisa menyebutkan tujuan dan 12 bidan desa, menyatakan 9 bidan setuju pelaksanaan kunjungan neonatus dilakukan karena dapat mendeteksi secara diri komplikasi pada neonatus, sedangkan 3 bidan kurang setuju karena cukup dengan pelayanan pertama sudah mengidentifikasi bayi sehat atau tidak. Selain data diatas telah dilakukan wawancara pada 12 orang ibu tentang pelayanan kunjungan neonatus didapatkan bahwa: enam orang ibu menyatakan bayinya 63

hanya diperiksa 2 kali pada saat bayi lahir dan menjelang akan pulang, dapat terlihat dalam laporan dibuku KIA hanya di tulis KN1 saja. Semua ibu mengatakan bahwa bidan berpesan untuk kontrol ulang bayinya dibawa ke tempat pelayanan, pada kenyataannya lima orang ibu kontrol dengan alasan imunisasi dan tujuh orang ibu tidak kontrol ke tempat pelayanan dikarenakan bayi dalam keadaan sehat, sehingga ada beberapa bidan melakukan kunjungan kerumah.tiga orang ibu menyatakan bidan melakukan kunjungan kerumah hanya kebetulan lewat dan mampir saja, hanya melakukan pemeriksaan tali pusat dan memberi informasi tentang ASI Eksklusif. Selain pelaksanaan kinerja sebagaimana telah diuraikan diatas, faktor usia juga banyak berpengaruh pada kinerja bidan. Rata-rata bidan yang telah berusia 50 (lima puluh) tahun tersebut sudah mempunyai masa kerja diatas 20 (dua puluh) tahun sehingga bidan tersebut mempunyai pengalaman dalam bidang pelayanan kepada masyarakat. Pendidikan dan pelatihan juga mempengaruhi dalam pelayanan neonatus. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik bidan desa dengan perilaku dalam pelayanan neonatus di Wilayah Puskesmas Kabupaten. METODE PENELITIAN Jenis penelitian bersifat analitik dengan pendekatan Cros-sectional. Populasi penelitian adalah seluruh bidan desa di kabupaten sebanyak 401 orang dengan jumlah responden 82 bidan desa yang dipilih secara propotional random sampling berdasarkan Puskesmas. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Data dianalisis secara univariat, bivariat dengan Chi Square. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hubungan karakteristik bidan desa dengan perilaku dalam pelayanan neonatus di Wilayah Puskemas a. Hubungan Umur dengan Pengetahuan Bidan Desa Dalam Pelayanan Neonatus Di Wilayah Puskesmas Hasil Uji hubungan umur dengan pengetahuan bidan desa di Wilayah Puskesmas terlihat pada tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Hubungan Umur dengan Pengetahuan Bidan Desa di Wilayah Puskesmas Pengetahuan Umur Kurang Baik f % f % F % < 36 tahun 17 73,9 6 26,1 23 100 >36 tahun 19 32,2 40 67,8 59 100 36 43,9 46 56,1 82 100 X 2 = 10,058 p = 0,002 Hasil analisis chi square menunjukkan nilai p = 0.002 pada taraf signifikansi 5%. Dengan nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara umur dengan pengetahuan. Menurut Hurlock, jika umur dihubungkan dengan pengetahuan seseorang, maka semakin bertambah umurnmya akan 36 semakin bertambah pengetahuannya. Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, umur bidan mempunyai hubungan dengan pengetahuan sebagaimana teori yang dikemukakan oleh Hurlock. 36 b. Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Bidan Desa Dalam Pelayanan Neonatus Di Wilayah Puskesmas Hasil Uji hubungan pendidikan dengan pengetahuan bidan desa di Wilayah Puskesmas Kabupaten terlihat pada tabel 3 sebagai berikut: 64

Tabel 3. Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Bidan Desa di Wilayah Puskesmas Pengetahuan Pendidikan Kurang Baik F % f % F % D-I Kebidanan 29 61,7 18 38,3 47 100 D-III Kebidanan 7 20 28 80 35 100 36 43,9 46 56,1 82 100 X 2 = 12,523 p = 0,000 Tabel 3 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pengetahuan, yang diperkuat dengan hasil uji Chi-Square yang menunjukkan nilai p = 0,000. Pendidikan yang lebih sistematis tersebut, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional diberikan wadah dalam pendidikan di Indonesia mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan tinggi. Dalam kaitannya dengan pendidikan di Indonesia, pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan, artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain. c. Hubungan Pelatihan dengan Pengetahuan Bidan Desa Dalam Pelayanan Neonatus Di Wilayah Puskesmas Tabel 4 menggambarkan hubungan antara pelatihan yang telah diikuti bidan desa dengan tingkat pengetahuan sebagai berikut : Tabel 4. Hubungan Pelatihan dengan Pengetahuan Bidan Desa di Wilayah Puskesmas Pengetahuan Pelatihan Kurang Baik F % f % F % Kurang 34 51,5 32 58,5 66 100 Baik 2 12,5 14 87,5 16 100 36 43,9 46 56,1 82 100 X 2 = 6,454 p = 0,011 Pada tabel 4 menunjukkan uji statistik diperoleh nilai p = 0,011 (p < 0,05), sehingga dapat dikatakan ada hubungan signifikan antara pelatihan dengan pengetahuan bidan desa, khususnya dalam pelayanan neonatus. Keberadaan bidan desa sangat penting untuk meningkatkan derajat kesehatan desa khususnya untuk menurunkan angka kematian bayi. Bentuk peningkatan kualitas pelayanan dengan diadakan pelatihan dan pemenuhan fasiltas yang menunjang pelayanan KIA. d. Hubungan Lama Kerja dengan Pengetahuan Bidan Desa Dalam Pelayanan Neonatus Di Wilayah Puskesmas Tabel 5 menggambarkan hubungan lama kerja dengan pengetahuan bidan desa di Wilayah Puskesmas terlihat sebagai berikut : 65

Tabel 5. Hubungan Lama Kerja dengan Pengetahuan di Wilayah Puskesmas Kabupaten Pengetahuan Lama Kerja Kurang Baik f % f % f % < 9,5 tahun 32 59,3 22 40,7 54 100 9,5 tahun 4 14,3 24 85,7 28 100 T o t a l 36 43,9 46 56,1 82 100 X 2 = 13,372 p = 0,000 Pada hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0.000 yang berarti ada hubungan signifikan antara lama kerja dengan pengetahuan. Berdasarkan pembahasan diatas peneliti dapat berasumsi bahwa masa kerja bidan sangat mempengaruhi pengetahuan bidan dalam hal melakukan pelayanan neonatal. Jadi, bidan yang lebih senior tentu memiliki pengetahuan yang lebih banyak daripada bidan junior. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lamanya masa kerja semakin banyak pengalaman atau pelajaran yang didapatkan, maka kinerja pun semakin baik pula sehingga dalam melakukan pelayanan pada ibu dan anak sesuai dengan standar sehingga cakupan pelayanan neonatal tercapai. e. Hubungan Umur dengan Bidan Desa Dalam Pelayanan Neonatus Di Wilayah Puskesmas Kabupaten Tabel 6 menggambarkan hubungan umur dengan sikap bidan desa di Wilayah Puskesmas terlihat sebagai berikut : Tabel 6. Hubungan Umur dengan Bidan Desa di Wilayah Puskesmas Kabupaten Umur Kurang Baik f % f % F % <36 tahun 16 69,6 7 30,4 23 100 <36 tahun 19 31,2 40 68,8 59 100 35 42,7 47 57,3 82 100 X 2 = 7,977 p = 0,005 Tabel 6 hasil uji dipeoleh p = 0,005 < (p = 0,05) berati ada hubungan antara umur dengan sikap. Semakin umur kurang maka askes terhadap informasi kesehatan akan berkurang pulang, sedangkan semakin umur lama akan perpengaruh dalam kualitas pelayanan kunjungan neonatus. f. Hubungan Pendidikan dengan Bidan Desa Dalam Pelayanan Neonatus Di Wilayah Puskesmas Tabel 7 Menggambarkan hasil uji hubungan pendidikan denga sikap di Wilayah Puskesmas Kabupaten terlihat sebagai berikut : 66

Tabel 7. Hubungan Pendidikan dengan Bidan Desa di Wilayah Puskesmas Pendidikan Kurang Baik f % f % F % D-I Kebidanan 29 61,7 18 38,3 47 100 D-III Kebidanan 6 17,1 29 82,9 35 100 35 42,7 47 57,3 82 100 X 2 = 14,511 p = 0,000 Hasil nilai p yang diperoleh yaitu 0,000, maka ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan sikap bidan dalam pelaksanaan kunjungan dan pelayanan neonatus. Adanya hubungan antara pendidikan dengan sikap karena pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan 67 pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. g. Hubungan Pelatihan dengan Bidan Desa Dalam Pelayanan Neonatus Di Wilayah Puskesmas Tabel 8 Menggambarkan hubungan pelatihan dengan sikap bidan desa di wilayah Puskesmas Kabupaten terlihat sebagai berikut : Tabel 8 Hubungan Pelatihan dengan Bidan Desa di Wilayah Puskesmas Kabupaten Pelatihan Kurang Baik f % f % f % Kurang 34 51,5 32 48,5 66 100 Baik 1 6,2 15 93,8 16 100 35 42,7 47 57,3 82 100 X 2 = 9,015 p = 0,003 Diketahui bahwa nilai p yang diperoleh yaitu 0,003, maka ada hubungan yang signifikan antara pelatihan dengan sikap bidan dalam pelaksanaan kunjungan dan pelayanan neonatus. Semakin banyak yang mengikuti pelatihan dengan harapan sikap bidan desa juga akan mempengaruhi pelayanan yang akan dilakukan. bahwa bidan mempunyai sikap yang baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Adanya sikap positif bidan dalam hal melakukan pelayanan neonatus,maka hal ini sejalan dengan teori dalam pelayanan neonatal menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang menganjurkan bahwa pelayanan neonatal adalah pelayanan bayi baru lahir pada periode mulai 6 jam sampai 28 hari setelah kelahiran. 7 h. Hubungan Lama Kerja dengan Bidan Desa Dalam Pelayanan Neonatus Di Wilayah Puskesmas Tabel 9 Mengambarkan hubungan lama kerja dengan sikap bidan desa di Wilayah Puskesmas terlihat sebagai berikut :

Tabel 9. Hubungan Lama Kerja dengan Bidan Desa di Wilayah Puskesmas Kabupaten klaten Lama kerja Kurang Baik f % f % f % < 9,5 tahun 31 57,4 23 42,6 54 100 9,5 tahun 4 14,3 24 85,7 28 100 35 42,7 47 57,3 82 100 X 2 = 12,308 p = 0,000 Berdasarkan tabel di atas diketahui hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,000 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan sikap bidan dalam pelayanan neonatus. Dalam konteks penelitian ini, lama kerja diidentikan dengan banyaknya pengalaman yang diperoleh bidan selama menjalani pekerjaannya. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. 7 i. Hubungan Umur dengan Pelayanan Neonatus oleh Bidan Desa Di Wilayah Puskesmas Tabel 10 Mengambarkan hubungan umur dengan kunjungan pelayanan neonatus di wilayah Puskesmas terlihat sebagai berikut: Tabel 10 Hubungan umur dengan pelayanan neonatus di wilayah Puskesmas Pelayanan Neonatus Umur Kurang Baik F % f % f % <36 tahun 8 34,8 15 65,8 23 100 >36 tahun 29 49,2 30 50,8 59 100 37 45,1 45 54,9 82 100 X 2 = 0,861 p = 0,354 Berdasarkan tabel 10 di atas diketahui bahwa hasil uji statistik menunjukkan nilai X2 = 0,861 dengan nilai p = 0,354 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan pelaksanaan kunjungan neonatus. Menurut Nursalam (2003), umur tersebut merupakan umur yang cukup matang dalam perkembangan jiwa seseorang dan secara fisik juga mempunyai stamina yang baik. Bidan Desa harus memiliki kemampuan kerja yang berbeda sesuai profesi dan pendidikan, tidak hanya bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak saja tetapi pelayanan kesehatan secara menyeluruh mulai dari pengobatan sederhana, surveilans penyakit menular, pelayanan gizi dan pelayanan lainnya serta transportasi tidak memadai. j. Hubungan Pendidikan dengan Pelayanan Neonatus oleh Bidan Desa Di Wilayah Puskesmas Kabupaten Tabel 11 Hasil uji hubungan pendidikan dengan kunjungan neonatus di Wilayah Puskesmas Kabupaten terlihat sebagai berikut : 68

Tabel 11 Hubungan pendidikan dengan pelayanan neonatus di Wilayah Puskesmas Pelayanan Neonatus Pendidikan Kurang Baik F % f % f % D-I Kebidanan 20 42,6 27 57,4 47 100 D-III Kebidanan 17 48,6 18 51,4 35 100 37 45,1 45 54,9 82 100 X 2 = 0,101 p = 0,751 Hasil uji statistik yang menunjukkan nilai p = 0,751 (x 2 = 0,101) menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pelaksanaan kunjungan neonatus oleh bidan desa. Meskipun menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kunjungan neonatus, bidan desa tetap mendapat kesempatan pengembangan secara formal yaitu bidan ditugaskan untuk mengikuti pendidikan, pelatihan dan seminar, baik yang dilakukan pemerintah maupun yang dilaksanakan oleh lembaga lembaga pendidikan dan pelatihan juga pihak swasta termasuk organisasi profesi. Pengembangan secara formal dilakukan karena tuntutan pekerjaan saat ini atau masa yang akan datang, yang sifatnya non karier atau peningkatan karier bidan. k. Hubungan Pelatihan dengan Pelayanan Neonatus oleh Bidan Desa Di Wilayah Puskesmas Tabel 12 Hubungan pelatihan dengan kunjungan neonatus bidan desa di Wilayah Puskesmas Kabupaten terlihat sebagai berikut : Tabel 12 Hubungan penlatihan dengan pelayanan neonatus di wilayah Puskesmas Pelayanan Neonatus Pelatihan Kurang Baik F % f % f % Kurang 32 48,5 34 51,5 66 100 Baik 5 31,2 11 68,8 16 100 37 45,1 45 54,9 82 100 X 2 = 0,927 p = 0,336 Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai p = 0,336 dengan nilai X 2 = 0,927 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pelatihan dengan pelaksanaan kunjungan neonatus. Menurut Soeprihanto (2000), Tenaga bidan yang telah bekerja ditingkat desa mempunyai tingkat pendidikan dasar dan latihan dasar yang diperlukan. Namun, untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilanya maka diperlukan pelatihan. l. Hubungan Lama Kerja dengan Pelayanan Neonatus oleh Bidan Desa Di Wilayah Puskesmas Kabupaten Tabel 13 hubungan lama kerja dengan kunjungan neonatus bidan desa di Wilayah Puskesmas Kabupaten terlihat sebagai berikut : 69

Tabel 13 Hubungan lama kerja dengan pelayanan neonatus di Wilayah Puskesmas Pelayanan Neonatus Lama kerja Kurang Baik F % f % f % < 9,5 tahun 25 46,3 29 53,7 54 100 9,5 tahun 12 42,9 16 57,1 28 100 37 45,1 45 54,9 82 100 X 2 = 0,004 p = 0,950 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai p = 0,950 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan pelaksanaan kunjungan neonatus oleh bidan desa Bidan dengan lama kerja kemampuan dan ketrampilan tinggi akan cenderung mempunyai kinerja yang baik. Kemampuan dan ketrampilan memainkan peran penting dalam perilaku dan kinerja individu. 10 m. Hubungan Pengetahuan dengan Bidan Desa dalam Pelayanan Neonatus Di Wilayah Puskesmas Kabupaten Tabel 14 Menggambarkan hasil hubungan pengetahuan dengan sikap bidan desa di Wilayah Puskesmas terlihat sebagai berikut : Tabel 14 Hubungan Pengetahuan dengan Bidan Desa di Wilayah Puskesmas Kabupaten klaten Pengetahuan Kurang Baik f % f % f % Kurang 35 97,2 1 2,8 36 100 Baik 0 0 46 100 46 100 35 42,7 47 57,3 82 100,0 X 2 = 74,103 p = 0,000 Tabel 14 menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 ( p < 0,005), sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan bidan desa dengan sikapnya dalam pelaksanaan kunjungan neonatus. seseorang terhadap perilaku tertentu disebabkan oleh adanya keyakinan dan pengetahuan seseorang mengenai hal tersebut, semakin baik pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai suatu obyek maka keyakinan yang dimilikinya semakin positif sehingga sikapnya terhadap obyek yang sama akan mendukung. n. Hubungan Pengetahuan dengan Pelayanan Neonatus oleh Bidan Desa di Wilayah Puskesmas Kabupaten Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa nilai p = 0,739 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pelaksanaan kun jungan neonatus oleh bidan desa. 70

Tabel 15 Hubungan Pengetahuan dengan Pelayanan Neonatus oleh Bidan Desa di Wilayah Puskesamas Pelayanan Neonatus Pengetahuan Kurang Baik F % f % f % Kurang 15 41,7 21 58,3 36 100 Baik 22 47,8 24 52,2 46 100 37 45,1 45 54,9 82 100 X 2 = 0,111 p = 0,739 Dari hasil uji statistik, chi- square diperoleh nilai kemaknaan p=0,001 (p.value < 0,05),maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kinerja bidan dengan pengetahuan bidan. Adapun hasil penelitian di atas jika dihubungan dengan pendapat Notoatmodjo 37 sebelum seseorang mengadopsi perilaku atau mulai berperilaku, orang tersebut harus mengetahui atau memiliki pengetahuan terlebih dahulu tentang apa yang akan dilakukannya. Jadi, sebelum bidan desa menunjukkan kinerjanya dalam pelayanan pasien, bidan tersebut harus memiliki pengetahuan terlebih dahulu tentang masalah pasien dan cara mengatasinya. o. Hubungan dengan Pelayanan Neonatus oleh Bidan Desa di Wilayah Puskesmas Tabel 16 Menggambarkan hasil hubungan sikap dengan pelayanan neonatus bidan desa di Wilayah puskesmas terlihat sebagai berikut : Tabel 16 Hubungan dengan Pelayanan Neonatus oleh Bidan Desa di Wilayah Puskesmas Pelayanan Neonatus Kurang Baik f % f % F % Kurang 15 42,9 20 57,1 35 100 Baik 22 46,8 25 53,2 47 100 37 45,1 45 54,9 82 100 X2 = 0,017 p = 0,896 Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,896 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pelaksanaan kunjungan neonatus oleh bidan desa. Tidak tercapainya hasil cakupan pelayanan neonatus juga disebabkan karena belum semua bidan melakukan kunjungan sesuai jadual yang ditetapkan yakni 3 kali dalam kurun waktu 0-28 hari. Bidan hanya melakukan 1-2 kali kunjungan saja terhadap neonatus, dengan alasan kondisi neonatus tidak bermasalah dan bidan hanya menganjurkan ibu/keluarga membawa bayinya ke posyandu. 7 KESIMPULAN Setelah dilakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor perilaku yang mempengaruhi pelaksanaan kunjungan neonatus oleh bidan desa di wilayah puskesmas Kabupaen, dapat disimpulkan bahwa : umur, pendidikan, pelatihan, lama kerja ada pengaruh dengan pengetahuan dan sikap, sedangkan pelayanan kunjungan neonatus tidak ada pengaruh. Disarankan kepada Kepala Dinas Kabupaten untuk memberikan kesempatan menempuh pendidikan DIII Kebidanan, meningkatkan pelatihan yang mendukung dalam pelayanan kunjungan neonatus dan 71

mensosialisasikan jika ada perkembangan ilmu terbaru. DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia 2007, Jakarta. 2007. 2. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Statistik Provinsi Jawa Tengah. Semarang. 2009. 3. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa tengah. Semarang. 2010. 4. Dinas Kesehatan. Profil Kesehatan.. 2011. 5. Depkes RI, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA), Jakarta. Bhakti Husada. 2002. 6. Depkes RI. 2007. http://www. Analisa pelayanan KIA jawa tengah.co.id/ diakses tanggal 10 Agustus 2012. 7. Depkes RI. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Depkes dan JICA. 2003. 8. Depkes RI. Modul Safe Motherhood. Jakarta. 1998. 9. Saifudin, A. B. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBP-SP. Jakarta. 2002. 10. Surasmi, Asrining. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC. Jakarta. 2003. 72