BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dalam upaya mencapai visi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

BAB III METODE PENELITIAN. waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumokoniosis merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh debu yang masuk ke dalam saluran pernafasan

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010).

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari tahun ke tahun. Peningkatan dan perkembangan ini

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) Tahun 2005

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENGGUNAAN MASKER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA PENGAMPLASAN KAYU DI DESA RENGGING PECANGAAN JEPARA

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

DASAR DASAR KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan pekerja dan akhirnya menurunkan produktivitas. tempat kerja harus dikendalikan sehingga memenuhi batas standard aman,

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB VI DINAMIKA PROSES AKSI. seperti menghirup udara yang kurang baik dalam hal ini debu pemotongan batu

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu faktor penunjang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA PENDERITA TB PARU TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan pun muncul seiring semakin padatnya jumlah penduduk. Salah. satunya permasalahan di bidang transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

I. PENDAHULUAN. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun. nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

PENDETEKSI DAN PENETRALISIR POLUSI ASAP DENGAN KONTROL MELALUI APLIKASI ANDROID (RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS)

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk bagi kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan pekerja di suatu perusahaan penting karena menjadi salah

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sehari-hari pajanan dan proses kerja menyebabkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran serta polusi. Pada tahun 2013 industri tekstil di Indonesia menduduki

CEGAH KANTOR MENJADI LADANG PENYAKIT, KENALI KONDISI PEKERJAAN ANDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era industrialisasi di Indonesia kini telah memasuki masa dimana upaya swasembada bahan pokok sangat diupayakan agar tidak melulu mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan produksi. Target yang diupayakan Indonesia salah satunya adalah swasembada gula yang ditargetkan berhasil pada tahun 2014. Upaya peningkatan yang diupayakan adalah perluasan kebun pertanian. Terbukti pada tahun 2009 area perkebunan tebu Indonesia di tingkatkan sebesar 2,9% dari tahun 2008 dan mendapatkan hasil yang baik yakni peningkatan produksi gula sebanyak 2,8% dari tahun 2008 (Indonesian Newsletter Comersial, 2010). Dengan adanya peningkatan produksi gula Indonesia tentunya banyak persoalan baru yang dihadapi yakni limbah hasil produksi gula. Limbah gula ada bermacam-macam, di antaranya yakni limbah padat seperti bagas, limbah cair, dan limbah gas. Hal ini menjadi perhatian banyak pihak terutama dari sektor kesehatan dimana hasil produksi atau proses produksi harus memenuhi standar kesehatan yang telah ditetapkan (Styaningtias, 2013).

2 Pencemaran lingkungan akibat operasi pabrik dapat menimbulkan penyakit akibat kerja, Penyakit Akibat Kerja (PAK) yaitu penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja yang dalam Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 disebut Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja. Data International Labor Organization (ILO) menyebutkan terdapat 1,1 juta orang yang meninggal karena penyakit atau kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan. Data lain dari WHO menunjukkan bahwa dari 1,1 juta kematian oleh penyakit akibat kerja, 5% diantaranya disebabkan oleh pneumokoniosis yakni penyakit paru yang disebabkan adanya pajanan partikel debu. Pneumokoniosis sendiri bisa berupa silikosis, asbestosis, pneumoconiosis batubara dan bentuk lainnya (Nikmatullah dan Wyke, 2013). Di antara berbagai gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja, debu merupakan salah satu sumber yang tidak dapat diabaikan. Dalam kondisi-kondisi tertentu debu merupakan bahaya yang dapat menimbulkan kerugian besar. Tempat kerja yang prosesnya mengeluarkan debu, dapat menyebabkan berkurangnya kenyamanan kerja, gangguan penglihatan, gangguan fungsi paru-paru, bahkan dapat menimbulkan keracunan umum (Nikmatullah dan Wyke, 2013). Hasil survei yang telah dilakukan oleh tim medical research Universitas India Selatan menunjukan hasil bahwa 6 dari sekelompok pekerja yang terpapar ampas tebu (bagas) mengalami penurunan kapasitas vital paru dan memiliki fungsi paru yang normal kembali saat dipindahkan ke bagian kerja lainnya dalam perusahaan tersebut selama 2 tahun. Hal ini menunjukan adanya pengaruh antara paparan dan kondisi kesehatan pekerja di pabrik

3 tersebut (Miller et al, 2008). Menurut data WHO, di Indonesia belum ada data pasti tentang penyakit paru akibat kerja namun diperkirakan 2-10 % penduduk dan 2 % dari seluruh penderita tersebut adalah akibat kerja (Alimurdianis, 2008). Di dalam suatu pekerjaan, kebiasaan pekerja merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui oleh para pengawas. Terutama kebiasaan yang paling lazim dilakukan di kalangan pekerja laki-laki yakni merokok. WHO menyatakan tembakau menyebabkan kematian lebih dari lima juta orang per tahun dan diproyeksikan akan menyebabkan kematian 10 juta orang sampai tahun 2020. Beberapa survei telah menghitung prevalensi laki-laki perokok di Indonesia mencapai 50 70 % (Sajinadiyasa, 2003). Universitas Indonesia mencatat, angka kematian akibat penyakit yang disebabkan rokok tahun 2004 adalah 427.948 jiwa, berarti 1.172 jiwa per hari atau sekitar 22.5% dari total kematian yang terjadi di Indonesia (Bustan, 2007). Dari hasil survei yang telah dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian skripsi ini yakni pada pekerja pabrik kususnya bagian boiler, terdapat masalah yang sangat berat yakni paparan oleh debu terutama pada saat musim giling karena bagian boiler adalah bagian yang menangani sisa ampas tebu (bagas) untuk kemudian dijadikan bahan bakar pembangkit listrik. Selain itu para pekerja di sela pekerjaannya sering terlihat melakukan kebiasaan merokok bersama teman kerjanya. kedua hal ini yang kemudian akan dijadikan pokok permasalahan dalam penelitian ini. Sebagian besar debu bagas berukuran 3-5 mikron, sehingga menyebabkan debu tersebut dapat leluasa memasuki saluran pernapasan atas

4 sampai ke bronkeolus terminalis sehingga berpotensi menyebabkan gangguan pernapasan baik akut, sub akut maupun kronik. Sedangkan untuk kebiasaan merokok berpotensi menyebabkan gangguan pernapasan seperti bronkitis dan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) yang merupakan gangguan restriktif paru akibat menghisap zat kimia yang terkandung dalam rokok tersebut (PDPI, 2003). Dengan berbagai masalah yang dihadapi suatu perusahaan terhadap kesehatan pekerjanya, perlindungan kesehatan kerja merupakan hal yang sangat penting untuk menjadi perhatian orang-orang yang langsung atau tidak langsung terlibat di dalamnya. Hal ini disebabkan karena paparan terus menerus dari bahan-bahan industri terhadap pekerjanya. Sehingga akan berdampak secara langsung terhadap kondisi kesehatan pekerjanya (Ikhsan, 2008). Adapun usaha peningkatan kesehatan diupayakan melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), serta upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, dilaksanakan terhadap tempat-tempat umum, lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dam meliputi penyehatan air, tanah, udara, pengamanan limbah padat, cair, gas, radiasi, kebisingan, pengendalian vektor penyakit dan penyehatan atau pengamanan lainnya (Depkes RI, 2009). Salah satu upaya yang dilakukan suatu perusahaan yakni penggunaan alat pelindung diri terhadap para pekerjanya untuk mengurangi paparan setiap kali bekerja. Penggunaan masker saat bekerja terutama di bagian yang

5 terpapar ampas tebu untuk produksi gula, dapat mengurangi dampak yang buruk terhadap kesehatan paru para pekerjanya. Hal ini dikarenakan partikel debu akan tersaring melalui masker tersebut sehingga mengurangi resiko menghirup debu tersebut (Sakdiyah dan Triyanto, 2013). Berdasarkan UU No. 1 tahun 1970, para pekerja mempunyai hak dan kewajiban yakni memakai alat pelindung diri yang diwajibhan, memenuhi dan menaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan, serta meminta kepada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan. Namun, terdapat banyak alasan yang membuat para pekerja tersebut tidak taat terhadap peraturan pemakaian APD. Misalnya ukuran yang tidak sesuai, bentuk yang tidak nyaman, lupa memakai, serta alasan individual seperti malas untuk memakainya. Hal ini berhubungan dengan pengetahuan. Mungkin para pekerja tidak atau belum diberi pengarahan dan pengetahuan tentang pentingnya penggunaan APD bagi keselamatan dirinya. Hal ini tentunya sangat merugikan bagi pekerja maupun perusahaan tempat bekerja (Sakdiyah dan Triyanto. 2013). Dalam menyelesaikan kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja, peranan Pengawas Ketenagakerjaan, Dokter Penasehat dan PT. Jamsostek (Persero) sangat menentukan agar kasus tersebut dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat sesuai ketentuan peraturan perundangundangan, namun dalam pelaksanaan di lapangan masing-masing pihak yang terlibat dalam menafsirkan dan menerapkan peraturan yang ada masih terdapat perbedaan persepsi (Menaker nomor 609 Tahun 2012).

6 Efek-efek polutan terhadap saluran pernafasan secara sederhana dapat didiagnosis dengan menggunakan spirometer. Spirometer digunakan untuk menentukan diagnosis gangguan fungsi paru dan seberapa parah gangguan tersebut dengan menentukan % FEV 1 %VC. Alat ini akan mengeluarkan data berupa spirogram yang menunjukkan perubahan volume paru pada kondsi pernapasan (Guyton et al, 2008). Sehubungan dengan paparan debu pada pekerja pabrik industri gula di PT X Lampung Tengah dan kebiasaan pekerjanya yang merokok maka perlu diperhatikan dampaknya agar dapat menambah pengetahuan dan melakukan pemeriksaan berkala seperti tes spirometri sehingga dapat mewujudkan kesehatan diri yang lebih baik serta dapat meminimalkan kerugian bagi perusahaan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : a. Bagaimana perilaku penggunaan APD masker pada pekerja pabrik gula bagian boiler PT X periode giling 2014? b. Bagaimana kebiasaan merokok para pekerja pabrik gula bagian boiler PT X periode giling 2014? c. Bagaimana fungsi paru pada pekerja pabrik gula bagian boiler PT X periode giling 2014?

7 d. Adakah hubungan antara perilaku penggunaan APD masker dan kebiasaan merokok terhadap fungsi paru pada pekerja pabrik gula bagian boiler PT X periode giling 2014? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan perilaku penggunaan APD masker dan kebiasaan merokok terhadap nilai fungsi paru pada pekerja pabrik gula bagian boiler PT X periode giling 2014. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui perilaku penggunaan APD masker pada pekerja pabrik gula bagian boiler PT X periode giling 2014. b. Mengetahui kebiasaan merokok para pekerja pabrik gula bagian boiler PT X periode giling 2014 c. Mengetahui fungsi paru pada pekerja pabrik gula bagian boiler PT X periode giling 2014. d. Mengetahui tentang hubungan antara perilaku penggunaan APD masker dan kebiasaan merokok terhadap fungsi paru pada pekerja pabrik gula bagian boiler PT X periode giling 2014.

8 1.4 Manfaat Penelitian Dari penelitian yang akan dilakukan, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi peneliti, menambah ilmu pengetahuan tentang kedokteran industri dan fungsi paru. b. Bagi instansi terkait, menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas kesehatan kerja dengan meningakatkan perilaku ketaatan penggunaan alat pelindung diri (APD). c. Bagi masyarakat, menambah pengetahuan tentang kesehatan kerja dan efek samping industri. d. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan acuan atau bahan pustaka untuk peneliti selanjutnya. 1.5 Hipotesis Bardasarkan data-data yang sudah dipaparkan dalam latar belakang masalah, penulis menyatakan hipotesis sebagai berikut: Ha: Terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku penggunaan alat pelindung diri masker dan kebiasaan merokok tehadap penurunan fungsi paru pada pekerja boiler di PT. X. Ho: Tidak ada hubungan yang bermakna antara perilaku penggunaan alat pelindung diri masker dan kebiasaan merokok tehadap penurunan fungsi paru pada pekerja boiler di PT. X.

9 1.6 Kerangka Teori Adapun kerangka teori yang akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Host usia kebiasaan merokok riwayat gangguan pernapasan - infeksi - non infeksi (Yunus, 1992) penggunaan APD - pengetahuan - sikap - tindakan (Irga, 2009) status gizi Kebiasaan olahraga (Hall Guyton, 2008) Gangguan fungsi paru Agent bakteri virus jamur Environment pajanan polusi udara - debu - aerosol - gas iritan lama pajanan (Rosbinawati, 2002) Gambar 1.1 Bagan Kerangka Teori

10 1.7 Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep yang akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel bebas : Variabel terikat : Perilaku penggunaan APD - pengetahuan - sikap Gangguan fungsi paru - tindakan kebiasaan merokok Gambar 1.2 Bagan kerangka konsep