BAB I PENDAHULUAN. Apabila kita mengikuti berita di berbagai media massa, kelihatannya aksi pencabulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA. I. Pembocoran Rahasia Negara. Pasal 112. II. Pembocoran Rahasia Hankam Negara

BAB III TINDAK PIDANA PORNOGRAFI DALAM UNDANG UNDANG NO. 44 TAHUN A. Pengertian Pornografi Menurut Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. bidang teknologi informasi dan komunikasi, pers telah memberikan andil yang

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

PELECEHAN SEKSUAL ANTAR ANAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA INDONESIA (Tinjauan Yuridis Empiris di Wilayah Kota Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. memperkecil kemungkinan membuat kesalahan, sehingga menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN. 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN. yang positif yang salah satunya meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

I. PENDAHULUAN. mempunyai ciri dan sifat khusus, karena anak merupakan titipan dari Tuhan yang

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. melalui media cetak tetapi juga media kominikasi elektronik. oleh masyarakat untuk mencari dan mengetahui informasi

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. harus diselesaikan atas hukum yang berlaku. Hukum diartikan sebagai

BAB IV ANALISIS STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEDOFILIA

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dibidang hukum. Hal ini seiring degan amanat Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. memberi petunjuk kepada manusia bagaimana ia bertindak dan bertingkah

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

: TINJAUAN HUKUM DIVERSI PADA ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAKSI

I.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat

PERATURAN DAERAH KOTA SAMBAS NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LARANGAN PELACURAN DAN PONOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini banyak sekali ditemukan berbagai macam event-event hiburan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN DI KOTA MAKASSAR (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI MAKASSAR TAHUN ) Oleh:

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui, masalah penyimpangan sosial sedang marak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. di gunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari- hari. Sehingga dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PORNOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

kearah yang tidak baik atau buruk. Apabila arah perubahan bukan ke arah yang tidak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. budayanya. Meskipun memiliki banyak keberagaman bangsa Indonesia memiliki

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah Tindak Pidana atau strafbaarfeit atau perbuatan pidana merupakan suatu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SKRIPSI. PELAKSANAAN PENYIDIKAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK (Studi Kasus di Polres Pasaman Barat)

BAB I PENDAHULUAN. bernegara diatur oleh hukum, termasuk juga didalamnya pengaturan dan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

I. PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan perundang-undangan. Sebagai suatu kenyataan sosial,

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

BAB I PENDAHUULUAN. terjadi tindak pidana perkosaan. Jika mempelajari sejarah, sebenarnya jenis tindak

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet?

Ringkasan Putusan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelanggaran mendasar atas hak-hak anak. Tekanan fisik dan emosi yang. yang mereka alami bukan karena kehendaknya.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dipertanggungjawabkan pada si pembuatnya. Untuk adanya pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang telah meratifikasi konvensi hak anak (United

SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Apabila kita mengikuti berita di berbagai media massa, kelihatannya aksi pencabulan makin meningkat saja. Seperti kejahatan kesusilaan yang dilakukan oleh anak di bawah umur, hal ini tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain karena anak tersebut tidak mendapat kasih sayang dari orang tuanya, orang tua lupa diri sebagai orang tua karena terlalu sibuk, juga disebabkan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab, pengaruh lingkungan, kebebasan pergaulan akibat tidak mendapat perhatian orang tua di rumah, adanya film dan video yang lepas sensor, bacaan-bacaan yang dapat merusak jiwa anak tersebut. Kemajuan teknologi yang terjadi pada saat ini telah membawa dampak perubahan bagi masyarakat, baik itu dampak yang positif maupun dampak negatif. Kemajuan teknologi menyebabkan komunikasi antar negara menjadi semakin mudah dan lancar, sehingga kebudayaan luar negeri lebih terasa pengaruhnya. Dampak yang paling terasa adalah pada tata budaya, moral, dan tata sosial masyarakat pada umumnya dan pada generasi muda khususnya. Salah satu masalah yang dihadapi remaja dan menjadi masalah bagi lingkungannya adalah aktivitas seksual yang akhir-akhir ini nampak menjurus pada hal-hal negatif. Dikatakan negatif karena para remaja bersikap dan bertingkah laku yang menyimpang, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya berbagai macam perilaku seksual disalurkan dengan sesama jenis kelamin, dengan anak yang belum cukup umur, dan sebagainya.

Selain kondisi psikologi, ada juga faktor yang mendorong terjadinya tindak pidana pelecehan seksual oleh anak yaitu adanya pengaruh lingkungan yang tidak baik, bacaan-bacaan yang berbau porno, gambar-gambar porno, film dan VCD porno yang banyak beredar di masyarakat. Beredarnya buku bacaan, gambar, film dan VCD porno tersebut dapat menimbulkan rangsangan dan pengaruh bagi yang membaca dan melihatnya, akibatnya banyak terjadi penyimpangan seksual terutama oleh anak usia remaja. Aktivitas seksual anak remaja yang menyimpang sangat memprihatinkan karena telah mengarah pada tindakan kriminal yang secara hukum pidana telah menyalahi ketentuan undangundang. Pelecehan seksual yang terjadi pada anak-anak bukanlah suatu kasus baru dalam masyarakat, kebanyakan pelaku kejahatan seksual itu adalah orang dewasa meski tidak sedikit pelakunya adalah anak-anak usia remaja sampai menjelang dewasa. Perilaku seksual anak akhir-akhir ini telah mengganggu ketertiban umum dalam masyarakat, dan menggelisahkan orang tua. Dalam masyarakat, perilaku anak yang melakukan pelanggaran maupun kejahatan biasa disebut anak nakal. Hal tersebut ialah memperoleh pedoman yang baku dalam hukum pidana yang berkaitan dengan kriteria anak yang melakukan tindakan pidana. Berkaitan dengan kriteria anak nakal yang melakukan tindakan pidana menurut Pasal 1 butir 2 UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, adalah anak yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah. Berbeda dengan Pasal 45 KUHP yang menyatakan, bahwa yang belum dewasa adalah anak yang belum berumur 16 (enam belas) tahun. Sedang berkaitan dengan anak menjadi korban pidana, KUHP mengatur umur anak belum genap 15 (lima belas) tahun. Tindak pelecehan seksual oleh anak yang terjadi merupakan suatu masalah yang memerlukan perhatian khusus pemerintah, karena berkaitan dengan moralitas para generasi

bangsa. Dalam hal ini pengadilan yang merupakan instansi atau lembaga yang menangani masalah hukum perlu memberikan perhatian terhadap kasus yang berkaitan dengan anakanak terutama pada kejahatan seksual. Untuk pengadilan perlu memberikan sanksi yang paling tepat pada anak-anak yang melakukan tindak pidana terutama kejahatan seksual. Pemberian atau penjatuhan hukuman dalam perkara anak-anak mempunyai tujuan edukatif dalam pemberian sanksi pada anak. Untuk itu meski tindak pidana dilakukan oleh anak di bawah umur tidak dikenakan pertanggungjawaban pidana, akan tetapi ia bisa dijatuhi pengajaran. Pengajaran ini meskipun sebenarnya berupa hukuman juga, akan tetapi tetap dianggap sebagai hukuman pengajaran bukan hukuman pidana. Islam menanamkan dan memegang teguh prinsip kesamaan dihadapan hukum dan perlindungan hukum tanpa diskriminasi dengan begitu jelas dan tegas. Para hakim ditugaskan untuk menjalankan tugastugas dengan adil dan tidak berpihak. Berikut adalah beberapa contoh kasus pencabulan yang pernah terjadi di Sumatera Barat: 1. Seorang remaja asal Gunuang Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota berinisial SR alias Iyal,16, ditangkap anggota Satuan Reserse dan Kriminal dalam kasus dugaan pencabulan terhadap Melati (nama samaran,red) yang baru berusia empat tahun. 2. Seorang anak baru gede (ABG) berusia 15 tahun berisinial IYL. Tersangka ditahan Satreskrim Polres Limapuluh Kota sebab warga Jorong Torek Kenagarian Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Limapuluh Kota ini tega mencabuli dan menyetubuhi adik tirinya sendiri yang baru berumur 4,5 tahun. 3. Seorang anak berusia 14 tahun berinisial RH yang bertempat tinggal di Sungai Asam Jorong Pasar Raba a Kenagarian Koto Kaciak Kecamatan Tanjung Raya Kabupaen Agam ini tega mencabuli tetangganya sendiri yang masih berusia 4 tahun

Penyebaran video porno melalui telepon selular (handphone) kini sangat marak terjadi di kalangan remaja, karena handphone merupakan suatu kebutuhan dan bukan lagi barang mewah. Pada saat ini perkembangan teknologi handphone semakin pesat, handphone tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi berupa voice call dan short message service (SMS) saja. Namun telah menjadi alat multiguna yang menawarkan fitur-fitur yang beragam seperti kamera, mp3, video player, radio dan jaringan internet. Fitur-fitur canggih inilah yang bisa disalahkangunakan untuk kriminalitas. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka diperlukan penelitian untuk mencari jawaban ada tidaknya pengaruh video porno di handphone terhadap pencabulan yang dilakukan oleh anak, oleh karena itu dituangkan ke dalam tulisan menjadi sebuah karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul PENGARUH VIDEO PORNO DI HANDPHONE TERHADAP PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. B. Perumusan Masalah Dalam penulisan skripsi ini, ada (3) tiga permasalahan yang akan dikaji yaitu : 1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya pencabulan yang dilakukan oleh anak di Pengadilan Negeri Lubuk Basung? 2. Bagaimana pengaruh video porno di handphone terhadap pencabulan yang dilakukan oleh anak di Pengadilan Negeri Lubuk Basung? 3. Bagaimana upaya penanggulangan yang dilakukan oleh orang tua terhadap pengaruh video porno di handphone terhadap pencabulan yang dilakukan oleh anak? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian untuk penulisan skripsi ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya pencabulan yang dilakukan oleh anak di Pengadilan Negeri Lubuk Basung. 2. Untuk mengetahui pengaruh video porno di handphone terhadap pencabulan yang dilakukan oleh anak di Pengadilan Negeri Lubuk Basung. 3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam menanggulangi pengaruh video porno di handphone terhadap pencabulan yang dilakukan oleh anak. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang dilakukan berupa : 1. Manfaat Teoritis a. Melatih kemampuan untuk melakukan penelitian secara ilmiah dan rumusan hasilhasil penelitian tersebut dalam bentuk tulisan. b. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan baik di bidang hukum pidana pada umumnya maupun ilmu lain pada khususnya. 2. Manfaat Praktis Memberikan sumbangan pemikiran dalam kerangka Sistem Peradilan Pidana agar masyarakat mengetahui tentang pengaruh video porno di handphone terhadap pencabulan yang dilakukan oleh anak. E. Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual a. Kerangka Teoritis Di dalam buku II KUHP sejumlah kejahatan dibagi ke dalam beberapa golongan dan untuk tiap-tiap golongan ditempatkan/dikelompokkan di bawah satu bab atau titel, itu digolongkan ke dalam beberapa macam kejahatan yang sejenis atau yang sama sifatnya.

Adapun yang menjadi dasar dari pada perincian atau sistematika yang demikian itu adalah didasarkan kepada suatu kepentingan hukum yang dilanggar oleh suatu perbuatan yang dilarang, untuk itu seperti diketahui, maka suatu perbuatan kepentingan hukum yang harus dijaga atau dapat dilindungi dapat terdiri atas : 1. Nyawa manusia. 2. Badan atau tubuh manusia. 3. Kehormatan seorang. 4. Kemerdekaan pribadi. 5. Harta benda dan kekayaan. Pornografi merupakan hal yang terlarang karena termasuk dalam pelanggaran atau kejahatan terhadap asusila, yang akibatnya menimbulkan sanksi hukum bagi siapapun yang melanggarnya. Dalam Pasal 281 KUHP menyebutkan : Diancam pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah: 1. Barangsiapa dengan sengaja di muka umum melanggar kesusilaan; 2. Barangsiapa dengan sengaja di depan orang lain yang di situ bertentangan dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan. Pasal 281 KUHP menjelaskan bahwa suatu tindakan yang melanggar kesusilaan diancam dengan pidana, baik penjara maupun denda. Pelanggaran terhadap kesusilaan ini masih menyeluruh, artinya semua jenis tindakan yang melanggar kesusilaan. Dalam Pasal 282 KUHP berbunyi : (1) Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda, yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan, atau ditempelkan di muka umum, membikin tulisan, gambaran atau tulisan tersebut, memasukkannya dari negeri, atau memilki persediaan, ataupun barang secara

terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkan atau mempertunjukkannya sebagai biasa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah. (2) Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda, yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan, atau ditempelkan di muka umum, membikin tulisan, gambaran atau tulisan tersebut, memasukkannya dari negeri, atau memilki persediaan, ataupun barang secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkan atau mempertunjukkannya sebagai biasa diperoleh, diancam, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga, bahwa tulisan, gambaran, atau benda itu melanggar kesusilaan, dengan pidana paling lama Sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (3) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama sebagai pencarian atau kebiasaan, dapat dijatuhkan pidana paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak tujuh puluh lima ribu rupiah. Ketiga ayat dari Pasal 282 KUHP ini menjelaskan lebih lanjut mengenai pelanggaran terhadap kesusilaan yang terkait dengan pornografi. Ayat satu dan dua pada pasal tersebut mengandung tiga perbuatan yang diancam dengan pidana. Menurut Tjipta Lesmana, ada beberapa kriteria untuk dapat memasukkan suatu gambar, tulisan, gerakan, atau apapun dalam kategori pornografi atau tidak, yaitu : 1 1. Terdapat unsur kesengajaan untuk membangkitkan nafsu birahi orang lain. 2. Bertujuan atau mengandung maksud untuk merangsang nafsu birahi (artinya, sejak semula memang sudah ada rencana atau maksud di benak pembuat atau pelaku untuk merangsang nafsu birahi khalayak atau setidaknya dia mestinya tahu kalau hasil karyanya dapat menimbulkan rangsangan di pihak lain). 3. Produk tersebut tidak mempunyai nilai lain selain sexual stimulant semata-mata. 4. Berdasarkan standar kontemporer masyarakat setempat, termasuk sesuatu yang tidak pantas diperlihatkan atau diperagakan secara umum. 1 Lutfan Muntaqo, Porno Definisi dan Kontroversi, Yogyakarta: Jagad Media, 2006, hlm 39.

Medium pornografi yang cukup populer di masyarakat belakangan ini berupa tabloid panas, internet, handphone, piringan cakram padat (VCD) atau cakram padat digital (DVD) porno. Seberapa besar pengaruh handphone apakah baik atau buruk terhadap perkembangan jiwa anak, hal ini ditentukan oleh jumlah bimbingan dan pengawasan orang tua terhadap anak. b. Kerangka Konseptual Selain didukung dengan kerangka teoritis, penulisan ini juga didukung oleh kerangka konseptual yang merumuskan definisi-definisi tertentu yang berhubungan dengan judul yang diangkat,yang dijabarkan seperti berikut : 1. Dalam konteks bahasa Indonesia pornografi diartikan sebagai bentuk penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan untuk membangkitkan nafu birahi dalam seks. 2 2. Menurut Undang-undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. 3. Menurut Donald A. Down, menurutnya: the word pornography originally referred to any work of art or literature dealing with sex and sexual themes. Artinya, segala bentuk karya sni literature tentang seks atau yang bertemakan seks dapat dimasukan ke dalam kategori pornografi. 3 2 I.P.M Ranuhandoko, Terminologi Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 1996, hlm 445. 3 Lutfan Muntaqo, Opcit, hlm 12.

4. Menurut Johan Suban Sukan, pornografi dapat dipahami sebagai suatu penyajian seks secara terisolir dalam bentuk tulisan, gambar, foto, film, video kaset, pertujukkan, pementasan dan kata-kata ucapan dengan maksud untuk merangsang nafsu birahi. 4 5. Menurut Andi Hamzah, pornografi berasal dari dua kata, yaitu Porno dan Grafi. Porno berasal dari bahasa Yunani, porne artinya pelacur, sedangkan Grafi berasal dari kata graphein yang artinya ungkapan atau ekspresi. Secara harfiah pornografi berarti ungkapan tentang pelacur. Dengan pornografi berarti : a. Suatu pengungkapan dalam bentuk cerita-cerita tentang pelacur dan prostitusi. b. Suatu pengungkapan dalam bentuk tulisan atau lukisan tentang kehidupan erotic, dengan tujuan untuk menimbulkan rangsangan seks kepada yang membaca atau yang melihatnya. 5 6. Pengertian handphone adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa ke mana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel, wireless). 6 7. Penjelasan R. Soesilo mengenai perbuatan cabul terdapat di dalam KUHP, beliau berpendapat bahwa perbuatan cabul adalah segala perbuatan yang melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji, semuanya itu dalam lingkungan nafsu birahi kelamin. 7 4 Ibid, hlm 13. 5 http://www.pemantauperadilan.com/detail, Pengaturan Pornografi Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan Kebebasan Pers, Jakarta. Diakses 18 Oktober 2009 pukul 15.00, hlm 3. 6 http://id.wikipedia.org/wiki, Telepon Genggam. Diakses tanggal 15 April 2012 pukul 21.00. 7 R. Soesilo, KUHP serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, PT Karya Nusantara, Bandung, 1983, hlm 212.

8. Pencabulan,menurut The National Center of Child Abuse and Neglet US, adalah kontak interaksi antara anak dan orang dewasa dimana anak tersebut digunakan untuk stimulasi seksual oleh pelaku atau orang lain yang berada dalam posisi memiliki kekuatan atau kendali atas korban. 9. Menurut kamus hukum yang disusun oleh Sudarsono, menyatakan cabul berarti keji dan kotor, tidak senonoh karena melanggar kesopanan dan kesusilaan. Mencabuli berarti perbuatan mencampuri yang biasanya dilakukan terhadap kehormatan perempuan atau melanggar hak dan kedaulatan. 8 10.Menurut Undang-undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun. 11.Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. F. Metode Penelitian a. Jenis penelitian Dalam penulisan ini, digunakan penelitian yang bersifat Deskriptif yang bertujuan untuk mencari jawaban dari masalah yang ditemukan dengan metode pendekatan sosiologis atau empiris. Untuk melengkapi bahan atau data konkrit dan jawaban yang objektif, ilmiah serta dapat dipertanggungjawabkan, maka sesuai dengan bentuk penelitian yang digunakan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka dan studi lapangan. 8 Sudarsono, Kamus Hukum Edisi Baru, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hlm 64.

Penelitian yang dilakukan ini bersifat deskriptif dengan menggambarkan secara objektif melalui pendekatan yuridis empiris yaitu pendekatan masalah melalui penelitian hukum dengan melihat perundang-undangan yang ada dihubungkan dengan prakteknya di lapangan atau dengan fakta terhadap permasalahan yang ditemukan dengan penelitian. Untuk memperoleh data tersebut maka dibutuhkan data-data sebagai berikut : 1. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang diperoleh dengan mempelajari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu : - Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) - Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak - Undang-undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak - Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak - Undang-undang No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi 2. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang diperoleh dengan mempelajari dan memperhatikan pendapat para sarjana dan penelitian yang dihubungkan dengan pokok pembahasan ini, seperti : buku, jurnal dan media cetak elektronik. 3. Bahan Hukum Tertier Bahan hukum tertier yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, contohnya adalah Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, Kamus Bahasa Belanda, Kamus Hukum, dan lain-lain. b. Sumber Data 1. Studi Kepustakaan (library research) Studi kepustakaan merupakan penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang menggunakan sumber data sekunder, data sekunder adalah data yang mendukung untuk memperkuat data primer yang diperoleh dari buku-buku atau tulisan-tulisan yang ada hubungannya dengan skripsi ini. Disamping itu untuk melengkapi data juga dilakukan penelusuran data melalui internet. 2. Penelitian Lapangan (field research) a. Wawancara (interview) Untuk memperoleh data primer, juga digunakan metode wawancara yaitu semi structure interview. Dalam hal ini akan diajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah dipersiapkan kepada pihak-pihak terkait, seperti terdakwa, keluarga terdakwa dan pihak-pihak terkait yang ada di lingkungan Pengadilan Negeri Lubuk Basung. b. Studi Dokumen Selain teknik pengumpulan data di atas, untuk memperoleh data sekunder juga akan dilakukan studi dokumen yang diperoleh langsung di lapangan yang dilakukan di Pengadilan Negeri Lubuk Basung dan Kejaksaan Negeri Lubuk Basung.

c. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data-data dan bahan-bahan yang didapat selama penelitian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Maksudnya adalah bertujuan untuk melakukan penelitian dengan mengelompokkan data yang sudah diperoleh digambarkan berupa katakata sehingga dapat menjawab permasalahan.