Entah bagaimana caranya aku mendapatkan surat elektronik yang sedang mempermainkan perasaanku ini. Rasa bersalah, senang, sedih, termotivasi tercampur aduk mengusik pikiran dan nurani. Penulis surat ini betul-betul telah berhasil membuatku terbius, betah berjam-jam mengulang-ngulang membaca suratnya, mencermati berulang-ulang kata per kata yang membentuk untaian-untaian kalimat sederhana namun sarat dengan makna. Surat ini bukan surat cinta dari seorang pria yang mengajak seorang wanita untuk menghabiskan sisa hidup bersama. Surat ini jauh lebih romantis, tapi romantis terhadap negeri ini.lha? Hehehheehehe, terlalu muluk-muluk ya bahasanya, surat ini dari seorang yang meninggalkan Indonesia selama belasan tahun dan kemudian kini kembali ke tanah air dan mengajak kita untuk berbuat sesuatu untuk bangsa. Mungkin, jika kita pernah samasama membaca isi surat elektronik tersebut maka akan setuju jika saya berkata seperti ini Dari bahasa suratnya sangat nampak bahwa si penulis surat memiliki intelektual tinggi, tulus dan bersahaja. Pesan utama dari surat ini adalah ajakan kepada seluruh anak muda negeri untuk mengajar di salah satu desa di negeri ini. Kita semua tahu bahwa pendidikan di desa cukup jauh tertinggal dibandingkan dengan kondisi pendidikan yang ada di kota. Banyak faktor penyebabnya seperti infrastruktur pendidikan, akses informasi yang masih terbatas dan yang paling berpengaruh adalah jumlah guru baik secara kualitas dan kuantitas. Selama kuliah aku dan teman-teman emang seringnya nyalah-nyalahin pemerintah, ini lah itu lah yang tanpa kami sadari kami pun belum berbuat apa-apa, hanya bisa protes doang. Dan sesaat setelah membaca surat itu tanpa berpikir lama-lama aku langsung mencari informasi tentang program tersebut, mencari tahu cara agar bisa ikut bergabung di gerakan itu. Ternyata, setelah surat itu ada mekanisme yang dijelaskan agar bisa ikut bergabung dengan gerakan yang hingga kini dikenal dengan nama Indonesia Mengajar. Untuk bisa bergabung di program Indonesia Mengajar para peserta harus mengirimkan essay untuk seleksi administrasi.wah menulis? Hehhehehehehehe, beberapa kali mengikuti kompetisi essay hasilnya hampir tidak ada yang memuaskan :D, ya sudahlah coba dulu aja
yang penting niatnya baik, begitulah pikiran singkatku, bisa ke tahap selanjutnya urusan belakangan deh. Sandra, sepupuku mengingatkanku untuk mandi sore dan mengganti baju. Hey, lupa kalo sejak tiba di rumah aku hanya berurusan dengan surat elektronik yang entah kudownload dari milis mana. Aku mengambil handuk bergerak menuju kamar mandi dan kemudian sholat maghrib. Ketika setelah makan malam kebiasaanku dan Sandra adalah menonton berita di tv, yah tv lah satu-satunya media informasi kami dengan dunia luar. Rumah kami sangat jauh dari pusat kota, harus menempuh semalaman agar bisa sampai ke pusat kota. Tempat ini bukti keadilan Tuhan bahwa semua ada lebih dan kurangnya. Oh iya, aku dan Sandra tinggal di sebuah daerah yang bernama Soroako. Soroako sebenarnya nama desa namun wujudnya seperti sebuah kota kecil di luar negeri, perencana kota kecil ini memang berasal dari Kanada, fasilitas social dan umumnya lumayan komplit untuk ukuran sebuah kota kecil, di sini sekolah-sekolah berstandar internasional, bahasa pengantarnya billingual mulai dari TK hingga SMA. Limpahan nikel di soroako yang membuat daya tariknya begitu besar, hingga sekitar empat puluh tahun yang lalu bangsa asing kemudian mendirikan pabrik nikel dan membangun kotasoroako hingga seperti saat ini. Walaupun kota kecil ini sangat jauh dari ibukota propinsi namun fasilitas yang ada membuat nyaman para warganya yang pada umumnya adalah orang-orang yang jauh dari keluarga. Kota ini didesain seperti kota-kota di luar negeri, rumah-rumah yang ada dibuat sengaja tanpa pagar, berhalaman luas, mobilmobil jarang yang berlalu lalang karena disediakan bus yang selalu siap sedia dan setia mengantar dari satu halte ke halte lainnya. Kota ini sepi baik waktu siang maupun malam hari, mungkin warganya nyaman di kantor dan di rumah masing-masing, seperti terjebak dengan kesunyian dan rutinitas dan aku menjadi salah satu didalamnya. Dua bulan yang lalu aku memilih belajar di kota kecil ini, berawal dari ajakan salah seorang relasi untuk ikut belajar tentang dunia kerja, setiap pagi hingga sore berada di kantor yang jaraknya sekitar lima kilometer dari rumah dan sore hingga malamnya adalah waktu santai, entah sekedar untuk menonton ataukah bercengkrama dengan Sandra, saudara sepupuku satu-satunya yang ada di kota kecil ini. Sementara ayah ibuku dan keluarga lainnya tinggal di luar kota
kecil ini, sesekali aku mengunjungi ayah dan ibuku. Satu hal lagi yang membuatku betah di tempat ini, Internet disini tidak cukup bermasalah RT-RWnet pun sudah menjangkau dan kecepatannya tidak perlu diragukan dan tentunya muraaaaaaahhhhhhh!!!. Dengan cepat dan mudah essay dari Indonesia Mengajar terdownload. Essay elektroniknya terdiri dari beberapa halaman dan beberapa pertanyaan yang setiap pertanyaannya memiliki aturan tertentu. Aku menjawab pertanyaan-pertanyaan essay tersebut sungguh apa adanya diriku, satu dua pertanyaan kutambahkan dengan foto sebagai evidence yang mungkin bisa memperkuat jawaban-jawabanku. Aku yang tak berpengalaman menulis ataupun menjawab essay akan berkompetisi dengan anak muda yang lainnya di negeri ini, yang tentunya mereka sarjana-sarjana terbaik dari almamaternya. Modal pede dan nekat aja nih, sama satu lagi niat, aku kemudian tetap melanjutkan menjawab pertanyaanpertanyaan yang ada pada essay ini. Tiga hari berlalu, essayku belum final, terkadang aku bingung antara menyelesaikan pekerjaan kantor ataukah menuntaskan jawaban yang sepertinya belum kelihatan mantap di essay ini (padahal harusnya kan gak gitu yah :P). Kebiasaan burukku yang sering menunda terkadang membuatku susah sendiri sih, di hari terkahir pengiriman essay, aku harus meninjau ke lapangan bertemu dengan beberapa relasi kantor dan semuanya di luar kantor. Sore itu aku pulang lebih lambat dari biasanya, akumulasi kelelahan seolah aku dibisikkan untuk mengurungkan niatku menyelesaikan dan mengirim essay tersebut. Kunyalakan laptop yang seharian tak kusentuh, kubuka file essay yang sepertinya nanggung dan apa? Aku stuck tidak bisa berpikir apapun, tidak mampu menutup alinea-alinea essay yang berhari-hari kutulis, tak mampu menulis sebuah kesimpulan. Aku mungkin lelah dan lapar, kuputuskan untuk istirahat sejenak lalu mandi dan sholat maghrib. Sedikit melegakan, kucoba melanjutkan kembali untuk menutup alineaalinea, masih stuck, bisikan untuk mengurungkan niat pun semakin besar, namun lagi-lagi surat elektronik memberikan dorongan yang besar, kubayangkan wajah-wajah dengan binar-binar mata indah anak-anak hebat di ujung-ujung negeri, dan hap hap hap rasarasanya aku menemukan inspirasi untuk menutup setiap alinea di essayku. Waktu tak berhenti, sekitar dua jam lagi batas akhir pengiriman, kulupakan lelahku, kunikmati imajinasi
tentang tempat-tempat baru, kehidupan-kehidupan baru dan tentunya cerita-cerita baru nantinya (jika memang dikasih kesempatan untuk bisa bergabung).waktuku sisa satu jam lagi, kucek kata per kata, merevisi beberapa kalimat dan traaadaaaaaaaa email berhasil kukirim dengan isi badan email yang dalam waktu sangat singkat kuketik :D. Emailnya tentunya berisi lampiran dokumen essay. Seminggu berlalu, aku diminta menjadi panitia acara hari anak di kantor, pada saat istirahat sejenak menanti kegiatan berikutnya seorang teman kuliah mengirimkanku sebuah pesan singkat, isinya kurang lebih seperti ini yun, selamat ya, nama kamu ada di pengumuman Indonesia Mengajar. Waktu terasa berhenti sejenak apaaaaaa? aku berteriak sendiri, beberapa orang memandangku keheranan seolah-olah mereka berkata apa-apaan sih orang ini?. Kucoba membuka link pengumuman dari handphoneku, Alhamdulillah satu step terlalui, rasanya sungguh terharu melihat ada nama yang kukenal selama 23 tahun ada di daftar pengumuman tersebut. Ada namaku di sana : ). Dengan cepat kubaca pengumuman tersebut hingga selesai, dan aku masuk dalam kelompok peserta yang akan melalui proses asesmen langsung di kampus ITS Surabaya. Ada satu orang lagi peserta yang berasal Makassar, namun aku sepertinya belum pernah bertemu dengannya. Aku butuh waktu sekitar satu minggu untuk mempersiapkan semuanya, mental, alat-alat peraga sederhana dan satu lagi : alasan yang tepat pada kedua orang tuaku. Aku tahu ibuku berat untuk membiarkanku pergi walaupun sebentar. Tapi dengan modal wajah memelas aku diizinkan, dengan sedikit meyakinkan bahwa aku sudah punya teman di Surabaya yang akan menemaniku selama aku di sana akhirnya aku berangkat dengan sebuah ransel. Idham, teman yang juga akan mengikuti seleksi berikutnya di Surabaya menawariku tempat tinggal selama dua hari aku di sana. Dan, Idham menepati janjinya, saudaranya sangat baik.jika ditanya kenapa bisa begitu?mungkin jawabannya orang baik emang ada dimana-mana. Aku berkenalan dengan idham pada saat ia menjemputku di masjid yang tak jauh dari rumah saudaranya. Pertama kali dan kali itu pun kedatangan pertamaku ke kota yang dijuluki sebagai kota pahlawan. Semoga ibuku tidak protes ketika ia tahu bahwa sebenarnya aku sedikit berbohong demi restu dan izinnya (mungkin yang ini kurang baik untuk ditiru apalagi diikuti).
Sebelum berangkat aku meyakinkan ibu bahwa aku punya teman baik di Surabaya yang sudah bersedia menampungku selama tes. Hari tes yang ditentukan pun tiba, aku mengikuti proses seleksinya sama seperti peserta lainnya, menjawab pertanyaan interviewer bener-bener apa adanya, ya walaupun agak menyerah pada simulasi mengajar yang nampaknya lebih heboh dibandingkan dengan kondisi kelas di sekolah beneran :D. Hari yang sungguh berkesan, bisa bertemu dengan banyak anak muda yang sepertinya dijanjikan kemapanan karena potensi yang mereka miliki namun memilih untuk bersaing dengan banyak anak muda lainnya demi kesempatan berbuat sesuatu untuk negeri.