EVALUASI PENERIMAAN PAJAK TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
B. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu. yang berguna bagi kepentingan bersama Waluyo (2008:2).

SEKILAS TENTANG PEREKONOMIAN DAN FISKAL INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENERIMAAN PERPAJAKAN SEKTOR EKONOMI TRADABLE DAN NON TRADABLE

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.

Meningkatkan Tax Ratio Indonesia

Kajian Potensi Penerimaan Perpajakan Berdasarkan Pendekatan Makro. Ringkasan eksekutif

KERTAS POSISI MASYARAKAT SIPIL INDONESIA 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Ah. Maftuchan, Perkumpulan Prakarsa Lokakarya Ketimpangan di Indonesia: Trend dan Penyebab INFID - Jakarta, 26 Februari 2014

REALISASI PENDAPATAN NEGARA SEMESTER I 2012

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut tertuang dalam Anggaran Penerimaan

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

B.2. PENJELASAN PER POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

B.2. PENJELASAN PER POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN (BRUTO)

BAB III PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH

B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN B.1. PENJELASAN UMUM LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

KINERJA PENERIMAAN PERPAJAKAN DAN PERTIMBANGAN APBN-P 2010

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DANA BAGI HASIL. Novotel, Bogor, 06 September 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran rakyat, penetapan APBN sendiri dilakukan setelah ada pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9)

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

Laporan Keuangan KEMENTERIAN/SATKER.../Tahun 200X (Unaudited/Audited) B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Realisasi Penerimaan Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar dibandingkan penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Pengertian Produk Domestik Bruto

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. untuk mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi pada perusahaan

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM (DBH SDA)

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

Strategi & Tantangan Pengamanan Penerimaan Pajak Tahun 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 165/PMK.07/2012 TENTANG PENGALOKASIAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN PERENCANAAN PENERIMAAN PERPAJAKAN DAN REALISASINYA D R A F T I. Oleh : Kelompok II. M. Yus Iqbal Eny Sulistiowati Ikawati Martiasih Nursanti

BAB I PENDAHULUAN. dan komponen terbesar dalam negeri untuk menopang pembiayaan operasional

Executive Summary Model Proyeksi Penerimaan Perpajakan

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

PENTINGNYA MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Jogjakarta, 7 Agustus 2017

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dibayarkan memiliki fungsi tertentu yaitu fungsi Budgetair (sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BABl PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita makin dominan sehingga

Makalah Penerimaan Negara

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Negara ( Milyar rupiah ) Tahun Sumber Penerimaan. Penerimaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki berbagai permasalahan perpajakan yang umumnya

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

Diskusi Post event Feedback G20 Summit. INFID, 3 Oktober 2013

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI MENGGALI PAJAK SEKTOR PERTAMBANGAN MIGAS DAN NON MIGAS. I. Latar Belakang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber migas dan non migas. Optimalisasi penerimaan pajak dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan pemerintahannya. Terlebih lagi pemerintahan yang bersih

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Diterapkannya..., Cantiur, Fakultas Ekonomi 2015

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. sistem administrasi perpajakan dengan sistem self assessment, diharapkan dengan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa dekade lalu, pajak hanya dianggap sebagai pelengkap

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

BAB III PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya. Perubahan sistem pemungutan pajak ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

TABEL 2 RINGKASAN APBN, (miliar rupiah)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

KEBIJAKAN KONVERSI PENYALURAN DBH DAN/ ATAU DAU DALAM BENTUK NON TUNAI

ANALISIS POTENSI PAJAK NEGARA DI INDONESIA

Transkripsi:

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK TAHUN 2013 DISKUSI PUBLIK Jakarta, 19 Desember 2013 WIKO SAPUTRA Peneliti Kebijakan Ekonomi dan Publik PERKUMPULAN PRAKARSA

PENDAHULUAN Penerimaan pajak berkontribusi sebesar 72 75 % terhadap total penerimaan negara. Setiap tahun penerimaan pajak selalu tidak mencapai target yang ditetapkan. Tahun 2013, diprediksi penerimaan pajak hanya sebesar 91,31% dari target yang ditetapkan dalam APBN-P 2013, terendah dalam tiga tahun terakhir. Indonesia merupakan negara lower middle income dengan tax rasio terendah. Perlu ada perbaikan yang lebih substansial terhadap kebijakan perpajakan di Indonesia.

PERKEMBANGAN PENERIMAAN NEGARA Sumber: Kemenkeu berbagai tahun (diolah)

SUMBER PENERIMAAN NEGARA Total Penerimaan Negara: Rp. 1.210,56 Triliun Total Penerimaan Negara: Rp. 1.358,13 Triliun Sumber: Kemenkeu, 2011-2012

TARGET PENERIMAAN NEGARA DALAM APBN-P 2013 Sumber Penerimaan Negara APBN - P 2013 Persentase Penerimaan Pajak 1,139.34 76.55 Penerimaan Sumberdaya Alam 201.70 13.55 Bagian Laba BUMN 35.45 2.38 PNBP Lainnya 83.83 5.63 Pendapatan BLU 23.49 1.58 Hibah 4.48 0.30 TOTAL 1,488.29 100.00 Sumber: Kemenkeu, APBN P 2013

PERKEMBANGAN PENERIMAAN PAJAK Sumber: Direktorat Jenderal Pajak, 2008-2013

PERKEMBANGAN PENERIMAAN PAJAK DALAM NEGERI Sumber: Direktorat Jenderal Pajak, 2007-2012

PERKEMBANGAN PENERIMAAN PPh NON MIGAS

PERKEMBANGAN PENERIMAAN PAJAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL Sumber: Direktorat Jenderal Pajak, 2007-2012

PERKEMBANGAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH Sumber: Badan Kebijakan Fiskal, 2007-2012

REALISASI PENERIMAAN PAJAK, 2011 2013 No Jenis Pajak 2011 2012 2013 Realisasi (Rp. Triliun) Target (Rp. Triliun) Pencapaian (%) Realisasi (Rp. Triliun) Target (Rp. Triliun) Pencapaian (%) Realisasi* (Rp. Triliun) Target (Rp. Triliun) Pencapaian (%) 1 PPh Migas 73.09 65.23 112.05 83.46 64.59 129.22 80.06 70.76 113.15 2 PPh Non Migas 358.02 366.74 97.62 381.29 445.73 85.54 416.14 459.98 90.47 3 PPn dan PPnBM 277.80 298.44 93.08 337.58 335.24 100.70 369.70 423.70 87.26 4 PBB 29.89 29.05 102.89 28.96 29.68 97.57 25.79 27.34 94.31 5 Cukai 77.01 68.07 113.13 95.02 83.26 114.12 101.86 103.72 98.21 6 Pajak Lainnya 3.92 4.19 93.56 4.21 5.26 80.04 5.06 5.40 93.75 7 Pajak Perdagangan Internasional 54.09 46.93 115.26 49.65 47.94 103.57 41.71 48.42 86.14 Total 873.82 878.65 99.45 980.17 1,011.70 96.88 1,040.32 1,139.32 91.31 Keterangan: * Hasil estimasi Prakarsa, 2013 Sumber: Direktorat Jenderal Pajak, 2011-2013

ESTIMASI PENERIMAAN PAJAK 2013 Keterangan: * Realisasi dari hasil estimasi Prakarsa **Target yang ditetapkan dalam APBN P 2013 Sumber: Hasil Estimasi Prakarsa, 2013

PERMASALAHAN DALAM REALISASI PENERIMAAN PAJAK TAHUN 2013 1. Otoritas perpajakan masih lemah, baik dari sisi kemampuan menjangkau wajib pajak maupun dari sisi inovasi atau terobosan kebijakan perpajakan. Sehingga wajar jika sumber-sumber penerimaan pajak potensial belum banyak yang tergali. Jumlah wajib pajak (perorangan dan badan) tidak kunjung naik secara signifikan. 2. Sumberdaya manusia di otoritas perpajakan masih kurang memadai, baik dari sisi jumlah maupun dari sisi kemampuan. Hal ini diperparah dengan banyaknya oknum pegawai dan pejabat perpajakan yang terlibat dalam praktik korupsi perpajakan. 3. Lemahnya sistem perencanaan, implementasi dan pengawasan di otoritas perpajakan sehingga target penerimaan tiap tahun sulit tercapai. Posisi otoritas perpajakan yang berada di bawah Kementerian Keuangan dan tidak berdiri sendiri juga mempengaruhi kinerja otoritas perpajakan.

LANJUTAN.. 4. Tingginya praktik penghindaran pajak (tax avoidance) dan penggelakan pajak (tax evasion) oleh wajib pajak badan dan pribadi. Banyak perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia yang melakukan praktik ini. Global Financial Integrity (2011) merilis bahwa Indonesia menempati urutan kesembilan terbesar praktik haram tersebut. 5. Tekanan krisis ekonomi global yang berdampak pada pelemahan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menyebabkan penerimaan pajak mengalami penurunan dari target yang ditetapkan. Meskipun potensi penerimaan sejatinya masih tinggi, namun pemerintah memberikan berbagai paket insentif pajak kepada perusahaan-perusahaan besar sehingga penerimaan pajak sulit dicapai. 6. Terjadinya goncangan pada sisi neraca perdagangan yang berdampak pada depresiasi mata uang rupiah menyebabkan munculnya kebijakan fiskal untuk menjaga keseimbangan makro ekonomi dan ini menyebabkan pemerintah mengeluarkan insentif perpajakan

TAX RASIO RENDAH, RUANG FISKAL SEMAKIN SEMPIT Tax Rasio Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Total Penerimaan Pajak Pusat + Daerah 14.1 11.9 12.0 12.6 13.3 A. Pajak Pusat 13.3 11.1 11.2 11.8 12.3 1. Pajak Dalam Negeri 12.6 10.7 10.8 11.0 11.7 PPh 6.6 5.7 5.5 5.8 6.2 o PPh Orang Pribadi 1.1 1.0 0.9 0.9 1.2 o PPh Badan 2.2 2.1 2.0 2.1 2.3 o PPh Lainnya 3.4 2.5 2.6 2.7 2.8 PPN 4.2 3.4 3.6 3.7 4.1 Pajak Lainnya 1.7 1.6 1.7 1.5 1.4 2. Pajak Perdagangan Internasional 0.7 0.3 0.4 0.7 0.6 B. Pajak Daerah 0.7 0.8 0.7 0.9 1.0 Sumber: Direktorat Jenderal Pajak dan Badan Kebijakan Fiskal, 2008 2012 (diolah)

PERBANDINGAN TAX RATIO INDONESIA DENGAN NEGARA NEGARA LAIN Keterangan: *Hasil kalkulasi Prakarsa dengan Pendekatan Tax Ratio dalam arti luas Sumber: IMF 2011 (diolah)

PERLU ADANYA PENGAWASAN TERHADAP SEKTOR SEKTOR YANG RAWAN TAX AVOIDANCE DAN TAX EVASION Klasifikasi Lapangan Usaha Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Pertanian 1.8 1.7 1.4 1.3 1.2 Pertambangan dan Penggalian 12.6 5.7 8.1 8.1 6.3 Industri Pengolahan 9.7 10.8 11.2 12.5 12.6 Listrik, Gas dan Air Bersih 15.5 14.0 19.1 20.0 13.5 Konstruksi 4.3 3.6 3.5 3.8 3.2 Perdagangan, Hotel dan Restoran 9.7 9.5 9.6 10.4 10.3 Pengangkutan dan Komunikasi 10.6 8.4 7.9 7.5 7.1 Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 19.4 19.7 19.8 18.3 18.0 Jasa-jasa 5.4 5.3 4.5 4.5 4.2 TOTAL MENURUT SEKTOR 8.9 7.9 8.1 8.5 8.0 Sektor sektor perlu pengawasan: Pertanian (terutama di sub sektor kehutanan dan perkebunan) Pertambangan dan penggalian (ekstraktif) terutama di sub sektor Migas dan Minerba Konstruksi Pengangkutan dan komunikasi terutama industri IT Contoh kasus: Asian Agri Group Sumber: Direktorat Jenderal Pajak dan Badan Kebijakan Fiskal, 2008 2012 (diolah)

REKOMENDASI KEBIJAKAN 1. Penguatan, pembenahan dan penambahan sumberdaya manusia di otoritas perpajakan harus segera dilakukan. 2. Penguatan kelembagaan dan sumber daya pemerintah daerah dalam meningkatkan optimalisasi penerimaan pajak daerah. 3. Mengejar peningkatan tax ratio sebesar 19-26 % sesuai dengan rata-rata tax ratio negara lower middle income. Peningkatan tax ratio sebesar 1 % setiap tahun dan didistribusikan langsung untuk program-program jaminan sosial dan pelayanan dasar sehingga fungsi pajak sebagai barang publik menjadi sangat efektif. 4. Harus ada kebijakan yang sinkron antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal untuk mencapai keseimbangan ekonomi sehingga potensi penerimaan pajak tidak hilang akibat kebijakan yang kontra-produktif terhadap upaya peningkatan penerimaan pajak. 5. Pengawasan dan penindakan praktik korupsi perpajakan, tax avoidance dan tax evasion yang dilakukan oleh banyak perusahaan (dalam negeri dan asing). Meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) secara khusus membentuk taskforce pajak dan transfer pricing untuk menangani kasus ini dengan bekerja sama dengan orotitas perpajakan. 6. Harus melakukan penguatan kerjasama bilateral dan multilateral mengenai sistem perpajakan antar negara, pertukaran informasi perpajakan dan lain-lain sehingga praktik-praktik tax avoidance dan tax evasion dapat diminimalisir dan ditindak secara cepat. 7. Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) harus melakukan konsolidasi yang kuat untuk pengawasan dan advokasi perpajakan di Indonesia.

TERIMA KASIH Jln. Rawa Bambu I Blok A No. 8-E Rt. 010 Rw. 06 Kel./Kec. Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520, Indonesia Ph. +62 21 7811 798 Fax +62 21 7811 897 www.theprakarsa.org