BAB I PENDAHULUAN. harus diselesaikan atas hukum yang berlaku. Hukum diartikan sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS.

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah suatu permasalahan yang terjadi tidak hanya di dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

Tinjauan tentang disparitas putusan hakim pada tindak pidana perkosaan (studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

III.METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasari pada metode

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. penulis akan melakukan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan. penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini penulis melakukan dua pendekatan yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

III. METODE PENELITIAN. hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas, konsepsi,

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan masalah guna memberikan petunjuk pada permasalahan yang

III. METODE PENELITIAN. dalam melakukan penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. langsung merugikan keuangan Negara dan mengganggu terciptanya. awalnya muncul Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang

III. METODE PENELITIAN. penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. melalui media cetak tetapi juga media kominikasi elektronik. oleh masyarakat untuk mencari dan mengetahui informasi

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

BAB I PENDAHULUAN. mengatur suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dipertegas dalam Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke-3 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

Kajian yuridis terhadap putusan hakim dalam tindak pidana pencurian tanaman jenis anthurium (studi kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar)

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dan hendak dilaksanakan oleh bangsa ini tidak hanya hukum

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

PELAKSANAAN PUTUSAN PIDANA PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisa (Soerjono Soekanto,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

III. METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan yuridis normatif, yuridis empiris dan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

PEMIDANAAN TINDAK PIDANA PENODAAN AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan rasa kekhawatiran yang mendalam pada masyarakat. Berbagai

BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP

BAB I PENDAHULUAN. Penegakan hukum pidana merupakan sebagian dari penegakan hukum di

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan timbul dalam kehidupan masyarakat karena berbagai faktor

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

I. METODE PENELITIAN

I. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan. ini dikarenakan seorang hakim mempunyai peran yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung lurus

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan sampai meninggal dunia selalu hidup bersama-sama. 1 Untuk itu. menurut Roeslan Saleh, adalah Hukum Pidana.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan saat ini dimana moralitas masyarakat telah dihegomoni oleh perkembangan budaya negatif yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja di Indonesia mulai dari usia sekolah hingga perguruan tinggi.

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengeluarkan pendapatnya secara bebas. Hal ini tertuang dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, sehingga segala sesuatu permasalahan yang melanggar kepentingan warga negara indonesia (WNI) harus diselesaikan atas hukum yang berlaku. Hukum diartikan sebagai seperangkat norma atau aturan yang berlaku di suatu negara. Sehingga hukum itu bersifat mengikat bagi setiap tindakan yang dilakukan oleh WNI dari tingkat penyelenggara negara maupun rakyat jelata 1. Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem hukum campuran dengan sistem hukum utama yaitu sistem hukum eropa kontinental, sistem hukum eropa kontinental adalah suatu sistem hukum dengan ciri-ciri adanya berbagai ketentuan-ketentuan hukum di kodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan ditafsir lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya 2. Bekerjanya hukum tersebut dapat dilihat dari proses penegakan hukum itu sendiri. Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau fungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalulintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Penegakan hukum dapat di lakukan salah satunya dengan memberikan perlindungan baik kepada korban dari suatu 1 Daftar Alamat Tempat Pejabat Negara Republik Indonesia, 1980, Jakarta : Departemen Penerangan RI, hal. 225 2 http://id.wikipedia.org/

2 perbuatan atau penganiayaan yang dideritanya maupun terhadap pelaku atas perbuatannya. Berkaitan dengan sikap tindak atau perilaku, apabila kita melihat kekerasan yang terjadi dalam masyarakat maka akan muncul dua kekerasan yang nyata terjadi di masyarakat, yaitu kekerasan yang bersifat publik atau biasa disebut dengan kekerasan publik dan kekerasan yang bersifat domestik atau biasa disebut dengan kekerasan domestik. Kekerasan publik adalah suatu kekerasan yang dilakukan oleh kelompok atau golongan tertentu bahkan mungkin dilakukan oleh pemerintah kepada suatu kelompok atau golongangolongan tertentu pula. 3 Kekerasan domestik, adalah Kekerasan yang menunjukkan karakteristik kekerasan itu sendiri yang tidak semata-mata melihat aspek locus (tempat terjadinya perbuatan pidana), tetapi meletakkan kekerasan domestik dalam konteks penyelenggaraan hubungan sosial yang subordinat. Subordinat diartikan sebagai bagian yang mengubah, memperinci atau membatasi induk. 4 Jadi subordinat diartikan menurut kalimat yang melekat pada kalimat subordinat itu sendiri. Pada penulisan skripsi ini, penulis hanya membahas mengenai kekerasan ruang lingkup domestik, jadi sesuai kalimat di atas tindak pidana yang dilakukan oleh anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang yang lain bisa di kategorikan sebagai kekerasan domestik. Dengan demikian, kekerasan publik lebih luas cakupannya ketimbang kekeraan domestik. 3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Hal 705. 4 Ibid, hal 967.

3 Sedangkan kekerasan domestik lebih luas cakupannya ketimbang kekerasan rumah tangga. 5 Tindak pidana kekerasan dapat menyebabkan penderitaan yang cukup berat bagi korbannya, karena tidak hanya secara fisik saja tetapi juga dapat menyebabkan penderitaan spikologis, apabila yang melakukan tindak pidana itu adalah anggota keluarganya sendiri. Perlindungan hukum di Indonesia bagi korban tindak pidana kekerasan yang dilakukan anggota keluarga nampaknya belum bisa memberikan perlindungan bagi korban, bahkan pelaku mendapat keringanan hukuman sampai-sampai dalam Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RUU KUHP) yaitu pasal 74 atau 63 huruf (n) menyatakan bahwa pidana penjara sejauh mungkin tidak dijatuhkan jika tindak pidana yang terjadi dikalangan keluarga. Dalam hal ini terjadi kontradiktif dengan hukum positif kita yaitu kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) pasal 356 ayat (1) yang menyatakan ancaman pidana ditambah sepertiga bagi yang melakukan kejahatan tersebut terhadap ibunya, bapaknya, menururt undangundang, istrinya atau anaknya. Namun dalam prakteknya pun ternyata si pelaku justru mendapat keringanan atau pidana yang lebih ringan. Ini berarti kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) dikesampingkan, walaupun kita tahu hakim mempunyai pertimbangan-partimbangan dalam memutus suatu perkara. Sejauh ini penyelesaian kekerasan domestik di kalangan masyarakat sebenarnya dalam peraturan perundang-undangan telah diatur dengan jelas 5 www. Pemantau Peradilan. Com.

4 mengenai tindak pidana tersebut, yaitu pasal 356 ayat (1 dan 2) Kitab Undangundang Hukum Pidana (KUHP), bahkan diatur pula secara khusus dalam UUPKDRT (Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Tindak pidana kekerasan domestik tidak dapat diabaikan di Indonesia karena dari kekerasan inipun dapat menimbulkan akibat yang fatal, yaitu luka-luka, memar, cacatnya salah satu anggota badan bahkan menyebabkan hilangnya nyawa seseorang, Meskipun belum maksimal penanggulangannya tetapi dengan adanya UUPKDRT merupakan suatu kemajuan yang pesat dalam menangani kekerasan terhadap anggota keluarga di Indonesia. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui sejauh mana perlindungan hukum pidana yang di berikan kepada korban tindak pidana kekerasan domestik. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis memilih judul : PERLINDUNGAN HUKUM PIDANA TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DOMESTIK. B. Pembatasan masalah Maksud pembatasan dalam penulisan skripsi adalah mempertegas ruang lingkup pembahasan, maka penulis akan membahas bentuk perlindungan hukum yang bagaimana yang diberikan terhadap korban dan pelaku tindak pidana kekerasan domestik dalam lingkup rumah tangga. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka penulis merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut :

5 1. Bagaimana dasar peraturan perlindungan hukum terhadap korban dan pelaku tindak pidana kekerasan domestik. 2. Bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana kekerasan domestik yang terjadi dalam lingkup rumah tangga. 3. Dan kendala-kendala yang ditempuh oleh aparat kepolisian dalam melindungi korban dan pelaku tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga. D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan obyektif a. Untuk mengetahui dasar peraturan mengenai perlindungan terhadap korban dan pelaku tidak pidana kekerasan domestik dalam lingkup rumah rumah tangga. b. Untuk mengetahui pelaksanaan perlindungan hukum terhadap korban dan pelaku tindak pidana kekerasan domestik dalam lingkup rumah tangga. c. Untuk mengetahui upaya-upaya apa yang di lakukan oleh aparat kepolisian dalam melindungi korban dan pelaku tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga. 2. Tujuan Subyektif a. Untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan jelas sebagai bahan untuk menyusun penulisan hukum, sebagai persyaratan dalam mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

6 b. Untuk lebih meningkatkan serta mendalami berbagai teori yang telah penulis dapatkan pada saat mengikuti perkuliahan khususnya di bidang hukum pidana. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya terutama hukum pidana. b. Mendapatkan masukan yang diharapkan serta dapat digunakan untuk almamater dalam mengembangkan bahan perkuliahan yang telah ada. 2. Manfaat Praktis a. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai adanya perlindungan hukum terhadap korban dan pelaku tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga b. Dapat dipakai sebagai masukan bagi pemerintah dalam hal sumbangan pemikiran hukum yang berhubungan dengan perlindungan hukum terhadap korban dan pelaku tindak pidana kekerasan domestik. F. Kerangka pemikiran Hukum pidana sebagai obyek ilmu hukum pidana, pada dasarnya merupakan obyek yang abstrak, sedangkan obyek pidana yang lebih kongkrit sama dengan ilmu hukum pada umumnya, ialah tingkah laku (perbuatan) manusia dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Hanya saja yang menjadi obyek adalah perbuatan manusia yang termasuk di dalam ruang lingkup

7 sasaran dari hukum pidana itu sendiri, yaitu perbuatan dari warga masyarakat pada umumnya maupun perbuatan dari penguasa atau aparat penegak hukum. 6 Bekerjanya hukum pidana, pemberian pidana atau pemidanaan dalam arti kongkrit, yakni pada terjadinya perkara pidana, bukanlah tujuan akhir. Fungsi umum hukum pidana adalah mengatur hidup kemasyarakatan atau menyelenggarakan tata dalam masyarakat. Sementara itu, fungsi khusus hukum pidana adalah melindungi kepentingan hukum dari perbuatan yang hendak merugikannya dengan menggunakan sanksi yang berupa pidana yang sifatnya lebih tajam dibandingkan dengan sanksi yang terdapat dalam bidang hukum lainnya. 7 Hukum pidana dapat dikatakan menyaring dari sekian banyak perbuatan yang tercela, yang tidak susila atau yang merugikan masyarakat, sejumlah perbuatan yang dijadikan tindak pidana yang relatif kecil jumlahnya. Memang tidak mungkin semua perbuatan tercela dan sebagainya dan sebagainya itu dijadikan tindak pidana. oleh karena itu, kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut sebelum memberikan ancaman pidana, yaitu: (1) tujuan hukum pidana, (2) penetapan perbuatan yang tidak dikehendaki, (3) perbandingan antara sarana dan hasil dan, (4) kemampuan badan penegak hukum. 6 Sudaryono dan Natangsa Surbakti. 2005. Hukum Pidana. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Hal. 7. 7 Sudarto. 1986. Hukum dan Hukum Pidana. Bandung: Alumni Hal 21.

8 Dengan memperhatikan empat hal dalam hubungannya dengan persoalan kriminalitas maka dapat kita lihat bahwa penanggulangan kejahatan belum terwujud hanya dengan terbentuknya undang-undang pidana saja. Secara yuridis, persoalan kekerasan terhadap anggota keluarga hanya mengacu pada undang-undang yang pada dasarnya menjadi hukum positif di Indonesia yaitu KUHP dan UUPKDRT. Dengan kata lain, setiap bentuk kekerasan yang dialami oleh anggota keluarga sebenarnya merupakan bentuk kejahatan yang jelas sanksi pidananya dan jelas pula pengaturannya dalam Undang-undang, dan sanksi tersebut berlaku untuk seluruh warga negara Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan karena kedudukan kita dalam hukum adalah sama. G. Metodologi Penelitian Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan hukum ini yang memenuhi kualitas, maka digunakan metode penelitian tertentu yang sesuai. Metodologi berasal dari kata metode yang berarti jalan ke, namun demikian menurut kebiasaan metode dirumuskan dengan kemungkinankemungkinan sebagai berikut : 1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian. 2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan. 3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur. 8

9 1. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif. Menurut pendapat Soerjono Soekanto, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksud dari penelitian deskriptif adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat membantu di dalam memperkuat teori-teori lama atau didalam kerangka menyusun teori-teori baru, sedangkan ditinjau dari tujuannya termasuk dalam penelitian hukum empiris atau non dokrinal. 9 2. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yang bersifat yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis dimanfaatkan untuk meneliti peraturan-peraturan atau aliran-aliran hukum yang berhubungan dengan. 10 Hal ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan perlindungan hukum terhadap korban dan pelaku dalam tindak pidana kekerasan domestik dalam lingkup rumah tangga di wilayah Surakarta. 3. Jenis data Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : 8 Opcit. Pengantar Penelitian Hukum ( cetakan ke 3 ). 1986. Jakarta. UI Press. Hal 5. 9 Ibid. hal 10. 10 Suryono Sukanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia Press. 1984. Hal 42.

10 a. Data Primer Merupakan keterangan atau fakta yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama atau melalui penelitian lapangan. Dalam penulisan ini penulis melakukan interview dengan: 1) Korban, 2) Pelaku, 3) Aparat kepolisian, 4) Petugas pengadilan, 5) LSM-LSM b. Data Sekunder Adalah data atau fakta atau keterangan yang di peroleh tidak secara langsung antara lain berupa : 1. Bahan hukum Primer Yaitu bahan hukum yang berasal dari peraturan perundangundangan yang terdiri dari : a) KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) b) UU No: 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah tangga (UUPKDRT) c) KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) 2. Bahan hukum sekunder Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung yang memberi keterangan sebagai sumber yang mendukung sumber data primer.

11 Yang menjadi sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah, a. Dokumen-Dokumen b. Putusan Pengadilan Negeri Surakarta c. Bahan seminar d. Artikel-Artikel, dan e. Literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. 3. Bahan hukum tersier Yaitu sebagai bahan penjelas dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang berupa kamus, eksiklopedi hukum, dan lainlain. 11 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam mencari dan mengumpulkan data untuk berhasilnya penulisan hukum ini menggunakan metode : a. Penelitian Lapangan Yaitu melakukan wawancara dengan korban, pelaku, pengadilan, aparat penegak hukum beserta LSM-LSM. b. Studi Kepustakaan Untuk mendapatkan data yang bersifat teoritis, yaitu berupa data yang diperoleh melalui peraturan perundang-undangan, buku-buku atau literature, tulisan ilmiah dan dokumen-dokumen maupun dari rangkuman kuliah yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang diteliti.

12 5. Metode Analisis Data Penulis menggunakan metode normatif empiris yaitu suatu analisis data yang bertitik tolak dari peraturan perundangan yang ada sebagai norma hukum positif, sedang empiris bertitik tolak pada pelaksanaan atau penerapan norma hukum positif tersebut. 12 Metode analisis data normatif empiris dilakukan dengan cara melihat norma hukum atau perundangan yang berlaku atau yang mengatur mengenai perlindungan terhadap korban dan pelaku tidak pidana kekerasan domestik dalam lingkup rumah tangga kemudian, melihat juga apakah peraturan perundangan tersebut diterapkan dalam kehidupan di masyarakat. H. Sistematika Skripsi Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh, maka penulis membuat sistematika skripsi, yang terdiri dari 4 (empat) bab ditambah dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran. Adapun sistematika yang akan di susun adalah sebagai berikut : PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, kerangka teori, kegunaan penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. 11 Lexy J. Moleong, 1998, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remadja Rosdjakarya Offset. Hal: 112. 12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Hal 229, 618.

13 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka dalam bab ini menguraikan mengenai tinjauan umum yaitu tinjauan tentang korban, pelaku, bentuk perlindungan korban dan pelaku dalam tindak pidana kekerasan domestik dalam lingkup rumah tangga, tinjauan umum tentang tindak pidana kekerasan domestik, serta kriteriakriteria tindak pidana kekerasan domestik HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, penulis akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan berisi pelaksanaan perlindungan hukum terhadap korban dan pelaku tindak pidana kekerasan domestik dalam lingkup rumah tangga, beberapa kasus tindak pidana kekerasan domestik dalam lingkup rumah tangga, langkah-langkah dan kendala-kendala yang dihadapi untuk mengatasi tindak pidana kekerasan domestik, dengan menggunakan data yang di peroleh dalam penelitian baik data primer dan sekunder. PENUTUP Berisi tentang simpulan dari hasil penelitian, beserta saran-saran yang hendak penulis sampaikan menjadi penutup dari skripsi ini.