I. PENDAHULUAN. serta kemampuan untuk berpartisipasi dalam proses politik. Kegiatan menyambut

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. SERTA KEMAMPUAN UNTUK BERPARTISIPASI DALAM PROSES POLITIK. KEGIATAN MENYAMBUT

I. PENDAHULUAN. sosial. Interaksi sosial yaitu hubungan antar individu dengan individu lainnya atau

I. PENDAHULUAN. masing-masing kajian tersebut dikemukakan sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. Pembahasan dalam bab ini difokuskan pada beberapa subbab yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Fakir miskin dan anak terlantar harus dipelihara oleh negara, ini adalah

I. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, kegunaan penelitian, spesifikasi produk yang diharapkan. Untuk

1. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu berupa rumusan

I. PENDAHULUAN. Pembahasan dalam bab I ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yaitu latar

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan

BUDAYA DEMOKRASI PADA OSIS 1

BAB I PENDAHULUAN. memiliki 4 (empat) program studi keahlian yaitu keuangan, tata niaga,

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu. sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar berperan sangat

I. PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar

I. PENDAHULUAN. penelitian. Untuk lebih jelasnya peneliti uraikan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan manusia yang pada dasarnya adalah meningkatkan, mengembangkan

mewujudkan siswa untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru Guru / Karyawan / Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketidak-konsistenan antara pendidikan dan keberhasilan kehidupan

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan

I. PENDAHULUAN. sikap yang sangat diperlukan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang

I. PENDAHULUAN. Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. pengembangan, definisi istilah, dan ruang lingkup penelitian. konsep yang saling berkaitan yaitu belajar (learning) dan pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Besar. Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini masih monoton dan

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan

Silabus. 5. Evaluasi Kehadiran Laporan Makalah Penyajian dan diskusi UTS UAS

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi belajar yang dicapai siswa memiliki tingkatan yang berbeda-beda, ada

BAB I PENDAHULUAN. terampil, bermartabat, bermoral dan berkualitas. Usaha perbaikan mutu

ANALISIS PENGEMBANGAN CIVIC DISPOSITION DALAM KEGIATAN OSIS TAHUN AJARAN (Studi Kasus Pada Siswa SMP Negeri 20 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia baik

AGENDA KEGIATAN SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2016/2017

I. PENDAHULUAN. Kota Metro adalah kota pendidikan, terdapat Sekolah Menengah Tingkat Atas

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

I. PENDAHULUAN. disegala bidang. Salah satu dari pembangunan Nasional di Indonesia adalah di

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR BAGAN... xiii. DAFTAR LAMPIRAN...

I. PENDAHULUAN. secara rinci masing-masing kajian tersebut dikemukakan sebagai berikut. Pendidik di SMK Negeri 1 Candipuro harus mampu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Fokus dan Masalah Penelitian, Tujuan

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. SMA Negeri (SMAN) 9 Pekanbaru, merupakan salah satu Sekolah

MODUL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ILMU SOSIAL

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PKN SD

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu menjadi suatu paradigma yang sangat kental bagi setiap orang tua.

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I MAJELIS PERWAKILAN KELAS (MPK)

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha yang disadari untuk menumbuh-kembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa di sekolah yaitu

Semoga Buku Tanya Jawab ini bermanfaat. Jakarta, Februari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

PENERAPAN TEKNIK OLAH TUBUH UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS GERAK DALAM PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER TARI DI SMP KARTIKA XIX-2 BANDUNG

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Informan pertama bernama Prayoga yang usianya 17 tahun. Informan memeluk

1. PEMBINAAN MAHASISWA

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

PROGRAMKERJA ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) SMA N 1 BATANG PERIODE 2007 / 2008

I. PENDAHULUAN. Sekolah Islam Terpadu pada hakekatnya adalah sekolah yang mengimplementasikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimilik. Menurut. Suryonosubroto (2009; 286) menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler

1. Menyiapkan format pembelajaran yang dibutuhkan Guru Mata Pelajaran

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. olahraga sepakbola ini adalah olahraga yang penuh teka-teki, misalnya dari

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan

I PENDAHULUAN. SMP Negeri 4 Terbanggi Besar yang terletak di jalan Proklamator Raya Link.IV

BAB I PENDAHULUAN. bunyi pasal 31 ayat 1 UUD 1945, yang menyatakan bahwa: Tiap-tiap warga. Negara berhak mendapat pengajaran.

PENDIDIKAN FORMAL PROGRAM INTRAKURIKULER PROGRAM KOKURIKULER PROGRAM EKSTRAKURIKULER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan zaman sebagai efek dari globalisasi yang diakibatkan dari perkembangan

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN

TANYA JAWAB PERTANYAAN UMUM TENTANG

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Hakikat Ekstrakurikuler

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BUKTI FISIK STANDAR KOMPETENSI LULUSAN - SMK BIMBINGAN AKREDITASI SEKOLAH Disusun oleh : ALMAN

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

I. PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru pada tiga sekolah

I. PENDAHULUAN. Kemandirian dan tanggung jawab merupakan pilar penting bagi terwujudnya

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

KONSEPSI KAJIAN PKN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang. maksimal sehingga tercapainya tujuan pendidikan.

PROGRAM KERJA ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) SMPN 1 KARANGDADAP TAHUN 2008/2009

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Perkembangan IPTEK yang begitu cepat akhir-akhir ini mengharuskan pengelola

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME. (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013)

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Beberapa kesimpulan menjawab rumusan masalah tentang pemahaman nilai

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, mengembangkan potensi diri, membentuk pribadi yang bertanggung

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan demokrasi merupakan suatu proses untuk mengembangkan pada diri peserta didik berupa pengetahuan, kesadaran, sikap, keterampilan dan kemauan, serta kemampuan untuk berpartisipasi dalam proses politik. Kegiatan menyambut hari proklamasi di sekolah, dengan membentuk panitia dan berbagai rencana kegiatan merupakan kegiatan politik yang didalamnya terkait dengan unsur demokrasi. Berbicara tentang demokrasi lingkupnya tidak hanya dalam negara maupun masyarakat, bahkan disekolahpun demokrasi dikenalkan terhadap siswa. Siswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari generasi muda. Mereka adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa dan merupakan sumber insan bagi pembangunan nasional. Sekolah merupakan salah satu tempat dalam melaksanakan pendidikan demokrasi. Pendidikan demokrasi disekolah dilaksanakan dengan mengembangkan budaya atau nilai-nilai demokrasi dalam berbagai kegiatan sekolah, baik kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Budaya atau nilai-nilai demokrasi dalam kegiatan intrakurikuler dilakukan melalui proses pembelajaran yang menanamkan nilai-nilai demokrasi kepada siswa.

Sedangkan pelaksanaan 2 budaya atau nilai-nilai demokrasi dalam kegiatan ektrakurikuler dilakukan melalui berbagai kegiatan ekstra disekolah. Organisasi Siswa Intra Sekolah ( OSIS) salah satu dari kegiatan ekstrakurikuler disekolah yang sangat berperan dalam pelaksanaan budaya atau nilai-nilai demokrasi melalui berbagai kegiatannya. Pendidikan demokrasi dapat dilaksanakan melalui OSIS dengan melaksanakan nilai-nilai atau budaya demokrasi pada setiap kegiatan OSIS misalnya dapat diterapkan pada saat pemilihan ketua OSIS, pada kegiatan rapat OSIS, pada pembagian tugas OSIS dan banyak kegiatan OSIS lainnya. Peranan OSIS sebagai salah satu organisasi disekolah sangat penting dalam mengelola kegiatan-kegiatan kesiswaan mulai dari perencanaan program, pengorganisasian, pelaksanaan, koordinasi dan evaluasi. Pada hakekatnya pelaksanaan kegiatan kesiswaan adalah dari siswa, untuk siswa, dan oleh siswa dengan bimbingan guru pembimbing OSIS dan kepala sekolah yang dilaksanakan diluar jam intrakurikuler. Menurut Irwansyah, (2010: 208) kegiatan siswa-siswi terdiri; (1) kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan disekolah sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Kegiatan ini berguna untuk mencapai tujuan masing-masing mata pelajaran. Jadwal kegiatannya disusun sedemikian rupa sesuai tujuan masing-masing pembelajaran; (2) kegiatan kokurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran biasa, yang bertujuan agar siswa lebih memperdalam dan lebih menghayati apa yang akan dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler. Kegiatan kokurikuler dilaksanakan dalam berbagai

3 macam kegiatan diantaranya: mempelajari buku-buku tertentu, melakukan penelitian, membuat makalah atau kliping, pelajaran keterampilan dengan tujuan memperdalam materi pelajaran; (3) kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan diluar jam biasa, dan juga dilakukan diluar jam pelajaran biasa, dan juga dilakukan waktu libur sekolah. Pelaksanaan tempatnya dapat dilakukan disekolah ataupun diluar sekolah dengan tujuan untuk lebih memperluas pengetahuan siswa. Adapun kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut: pramuka, PMR, kesenian, olahraga, pencinta alam dan lainnya. Kegiatan ini dilakukan secara berkala atau hanya waktu-waktu tertentu saja. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara merupakan sekolah rintisan standar nasional (RSN) dengan akreditasi A. SMAN 1 Abung Semuli terdiri atas 24 rombongan belajar yang memiliki siswa 812 orang siswa, 55 tenaga guru dan, 6 orang tenaga tata usaha. Lokasi sekolah terletak di desa Semuli Jaya kecamatan Abung Semuli kabupaten Lampung Utara dengan kondisi input siswa yang berasal dari sekolah menengah pertama negeri maupun swasta disekitar sekolah yang mayoritas pekerjaan orang tua adalah petani dan buruh bangunan. Walaupun SMAN 1 Abung Semuli merupakan sekolah yang terletak dipedesaan namun pihak sekolah selalu berusaha untuk meningkatkan prestasi siswa didiknya. Peningkatan prestasi siswa tidak hanya dalam bidang intrakurikuler akan tetapi juga dalam kegiatan ekstrakurikuler. Pembinaan kegiatan ekstrakurikuler memang sangat penting karena dapat meningkatkan prestasi siswa

4 baik dalam bidang olahraga, seni, ketrampilan, dan kepramukaan, serta dalam bidang kerokhanian dan lain-lain. OSIS SMA Negeri 1 Abung Semuli merupakan sebuah organisasi sebagai induk seluruh kegiatan ekstra kurikuler di SMA Negeri 1 Abung Semuli. Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang dinaungi OSIS adalah sanggar theater akasia, sanggar ini merupakan tempat siswa mengapresiasikan kemampuan dalam berakting. Sanggar akasia berdiri pada tahun 2007 dipelopori oleh Anton kurniawan seorang guru bahasa inggris. Sanggar akasia sebagai tempat menyalurkan bakat siswa telah beberapa kali melakukan pementasan di ibukota kabupaten dalam berbagai acara. Agenda rutin sanggar akasia yang didukung oleh OSIS adalah mengadakan berbagai perlombaan seni dalam rangka bulan bahasa. Kegiatan yang berkaitan dengan seni juga didukung oleh kegiatan seni tari, paduan suara yang mempersiapkan siswa untuk dapat mengikuti beberapa perlombaan-perlombaan dan untuk tampil dalam berbagai acara di sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler berikutnya adalah PASKIBRA yang berdiri pada tahun 2003, berdirinya kegiatan ini kerena kebutuhan sekolah akan petugas pengibar bendera sekolah pada upacara setiap hari senin. Dalam perkembangannya PASKIBRA ditugaskan untuk mengibarkan bendera pada peringatan HUT RI di tingkat kecamatan. Prestasi yang telah diraih PASKIBRA diantaranya adalah dengan mengirimkan wakil-wakilnya untuk menjadi pengibar bendera tingkat kabupaten pada peringatan HUT RI. Prestasi yang diraih pada tahun ini yaitu terpilihnya salah satu anggota PASKIBRA mewakili kabupaten lampung utara menjadi pengibar bendera tingkat propinsi pada HUT RI ke-69 tahun 2014.

5 Kegiatan ekstrakurikuler selanjutnya yang berada dibawah naungan OSIS adalah pramuka. Kegiatan pramuka di SMAN 1 Abung Semuli berdiri bersamaan dengan berdirinya SMAN 1 Abung Semuli yaitu pada tahun 1986, akan tetapi dalam perjalanannya kegiatan pramuka tidak berjalan dengan baik dikarenakan sekolah kekurangan tenaga pembina pramuka dan pada akhirnya pada tahun 2000 kegiatan ekstrakurikuler pramuka dihentikan. Berlakunya kurikulum 2013 yang mewajibkan sekolah mengadakan kegiatan pramuka maka pada tahun 2013 seiring dilaksanakan kurikulum 2013 kegiatan ekstrakurikuler pramuka kembali dilaksanakan di SMAN 1 Abung Semuli. Selain ekstrakurikuler pramuka, PASKIBRA dan sanggar seni yang merupakan kegiatan untuk melatih siswa dan dapat menjadi bekal pada saat terjun kemasyarakat, di SMAN 1 Abung Semuli terdapat kegiatan ekstrakurikuler olahraga yaitu sepak bola dan bola volley. Pada tahun 2010 dan 2011 sepak bola juara ke-2 pada pekan olahraga pelajar tingkat kabupaten, sedangkan bola volley pada tahun 2014 sebagai juara pertama pekan olahraga pelajar tingkat kabupaten yang kemudian mewakili kabupaten pada pekan olahraga tingkat propinsi Lampung dan berhasil meraih juara ke-2. Prestasi olahraga siswa-siswa SMAN 1 Abung Semuli yang berhasil menjuarai beberapa perlombaan menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler olahraga dapat menggali kemampuan siswa yang selama ini terpendam dan terbukti memiliki prestasi. Kegiatan siswa-siswi dalam bidang kerohanian didukung disalurkan melalui rohis dan rokris. Untuk siswa yang beragama islam kegiatan kerohanian melalui rohis sedangkan yang beragama Kristen melalui rokris. Kegiatan kerohanian baik rohis

6 maupun rokris bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME melalui berbagai kegiatan sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh rohis dan rokris yang paling utama adalah mendukung kegiatan sekolah dalam peringatan hari-hari besar agama. OSIS sebagai induk kegiatan ekstrakurikuler melaksanakan berbagai kegiatan di sekolah untuk mengapresiasikan bakat dan minat yang dimiliki siswa dalam bentuk kegiatan lomba-lomba baik seni, olahraga dan kegiatan keagamaan. Bentuk-bentuk kegiatan OSIS disekolah diantaranya sebagai berikut. 1. Class Metting (perlombaan olehraga antar kelas). 2. Peringatan hari besar agama (misalnya, Maulid Nabi, Isra Mi raj, songsong Ramadhan dan lain-lain). 3. Peringatan hari besar nasional (misalnya, HUT RI, hari Kartini, Sumpah Pemuda dan lain-lain). 4. Kegiatan dalam bidang seni (misalnya, peringatan bulan bahasa, pentas seni sekolah). 5. Kegiatan lain misalnya perpisahan siswa kelas XII. Begitu banyak kegiatan organisasi siswa intra sekolah (OSIS) di sekolah, sehingga keberadaan OSIS sangat penting sekali bagi siswa. Pembentukan organisasi intra sekolah (OSIS) di sekolah tidak lepas dari peran Pembina OSIS, mulai dari pemilihan pengurus OSIS sampai dengan pemilihan ketua OSIS yang dilakukan secara demokratis. Sebelum OSIS mengadakan kegiatan-kegiatan di sekolah tentu terlebih dahulu dilakukan persiapan misalnya dalam bentuk rapatrapat OSIS dan kegiatan lainnya.

7 Selama ini peneliti yang merupakan guru di sekolah tersebut melihat terkadang terjadi ketidakpuasan yang dialami oleh beberapa siswa setelah rapat OSIS misalnya, mereka merasa pendapat-pendapatnya tidak didengar pada saat rapat. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang menjadi keinginan atau harapan dari beberapa pengurus OSIS tidak tersalurkan. Terjadi juga setelah rapat mereka berbicara tentang ide-idenya yang tidak mereka sampaikan pada saat rapat karena takut tidak diterima dalam forum rapat. Pernah suatu ketika beberapa pendapat pengurus OSIS tidak diterima pada forum rapat yang mengakibatkan mereka tidak mendukung kegiatan OSIS yang dilaksanakan. Sikap beberapa pengurus OSIS yang tidak mendukung kegiatan tersebut akhirnya menimbulkan hambatanhambatan dalam pelaksanaan kegiatan OSIS. Kejadian-kejadian yang dialami siswa-siswi dalam kepengurusan OSIS seharusnya tidak perlu terjadi apabila siswa-siswi pengurus OSIS memahami dan melaksanakan budaya atau nilai-nilai demokrasi dalam OSIS. Budaya demokrasi harus dilaksanakan dalam kegiatan OSIS demi membentuk siswa-siswi yang demokratis dalam sikap dan perilaku. Melalui OSIS siswa dapat belajar dan berlatih berdemokrasi, dan pada saat terjun kemasyarakat akan menjadi generasigenarasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Jadi budaya demokrasi mutlak dibutuhkan dalam OSIS demi membentuk generasi penerus yang demokratis. Melihat berbagai kegiatan OSIS, sikap dan perilaku pengurus OSIS serta peran dari sekolah dalam pembinaan OSIS, peneliti akan melakukan pengamatan tentang budaya demokrasi pada organisasi siswa intra sekolah tersebut.

8 Permasalahan yang dapat dikemukakan berdasarkan uraian diatas sebagai berikut. 1. Siswa mengalami kesulitan dalam menyampaikan pendapat kepada organisasi siswa intra sekolah (OSIS). 2. Ide-ide dan pemikiran siswa tidak dapat tersalurkan ke-osis dengan maksimal. 3. Kurangnya optimalnya peran sekolah dalam pembinaan OSIS. 4. Kurangnya pemahaman pengurus OSIS tentang demokrasi. 1.2 Fokus Penelitian Mengingat keterbatasan penulis miliki dan kajian penelitian tidak meluas, maka penulis membatasi pada masalah budaya demokrasi pada oraganisasi siswa intra sekolah di SMA Negeri 1 Abung Semuli. Berdasarkan batasan tersebut, maka materi penelitian ini sebagai berikut. 1. Budaya demokrasi pada OSIS di SMA Negeri 1 Abung Semuli. 2. Peran sekolah dalam pelaksanaan budaya demokrasi pada OSIS di SMA Negeri 1 Abung Semuli. 3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan budaya demokrasi pada OSIS di SMA Negeri 1 Abung Semuli. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan fokus penelitian yang digariskan, maka permasalahan yang muncul dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimanakah budaya demokrasi pada OSIS di SMA Negeri 1 Abung Semuli?

9 2. Bagaimanakah peran sekolah dalam pelaksanaan budaya demokrasi pada OSIS di SMA Negeri 1 Abung Semuli? 3. Faktor apa yang mendukung dan menghambat pelaksanaan budaya demokrasi pada OSIS di SMA Negeri 1 Abung Semuli? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan fokus penelitian maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji: 1. Budaya demokrasi yang terdapat pada OSIS di SMA Negeri 1 Abung Semuli dilihat dari sisi pelaksanaan. 2. Peran sekolah dalam pembinaan budaya demokrasi pada OSIS di SMA Negeri 1 Abung Semuli. 3. Faktor yang menghambat dan mendukung pelaksanaan budaya demokrasi pada OSIS di SMA Negeri 1 Abung Semuli. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Untuk menambah khasanah teori-teori yang berkaitan dengan budaya demokrasi pada organisasi Intra Sekolah. 2. Memberikan kontribusi pemikiran akademis berupa analisis kritis tentang budaya demokrasi pada Organisasi Siswa Intra Sekolah. 3. Memberi masukan kepada SMA Negeri 1 Abung Semuli dalam peningkatan budaya demokrasi pada organisasi siswa intra sekolah. 4. Memberi masukan pada pengurus OSIS SMA Negeri 1 Abung Semuli untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan budaya demokrasi.

10 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup subjek, objek, tempat, waktu, dan kajian ilmu. Secara rinci masing-masing ruang lingkup tersebut dapat disajikan sebagai berikut. 1.6.1 Subjek penelitian Subjek penelitian ini adalah wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, pembina OSIS yang terdiri tiga orang dan pengurus OSIS yang terdiri tujuh orang. 1.6.2 Objek penelitian Objek penelitian ini berupa berbagai kegiatan OSIS dan peran sekolah yang berkenaan dengan pengembangan budaya demokrasi pada OSIS. 1.6.3 Tempat Penelitian Tempat yang dijadikan lokasi penelitian yaitu SMA Negeri 1 Abung Semuli kecamatan Abung Semuli kabupaten Lampung Utara. 1.6.4 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Februari tahun 2014. 1.6.5 Kajian keilmuan

11 Pendidikan kewarganegaraan merupakan kajian Social Studies. Menurut Sapriya (2009: 13-14) mulanya ada tiga tradisi Social Studies yang kemudian mengalami perkembangan menjadi lima tradisi. Social Studies tersebut, yaitu: 1. IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (Social Studies as citizenship transmission); 2. IPS sebagai pendidikan ilmu-ilmu social (Social Studies as social sciencies); 3. IPS sebagai penelitian mendalam (Social Studies as reflective inquiry); 4. IPS sebagai kritik kehidupan social (Social Studies as social criticism); dan 5. IPS sebagai pengembangan pribadi individu (Social Studies as personal development of the individual). Berdasarkan kutipan di atas, maka kawasan pendidikan IPS yang berkaitan dengan budaya demokrasi yaitu IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (Social Studies as citizenship transmission), karena demokrasi sebagai bagian dari pendidikan kewarganegaraan yang juga termasuk dalam kawasan IPS karena pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya yang semuanya diproses guna melatih siswa untuk berfikir kritis, analitis bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Lima tradisi Social Studies dalam kurikulum pembelajaran IPS dikembangkan menjadi sepuluh tema. Kesepuluh tema pembelajaran IPS menurut NCSS (1994: 15) dikemukakan sebagai berikut. 1. Budaya (culture). 2. Waktu, kontiunitas, dan perubahan (time, continuity, and change). 3. Orang, tempat, dan lingkungan (people, places and environment).

12 4. Individu, pengembangan, dan identitas (individual, development, and identity). 5. Individu, kelompok, dan lembaga (individual, groups, and institution). 6. Kekuasaan, wewenang, dan pemerintahan (power, outhority and governance). 7. Produksi, distribusi, dan konsumsi (production, distribution and consumtion). 8. Sain, teknologi, dan masyarakat (science, technology and society). 9. Koneksi global (global connections). 10. Cita-cita dan praktek warga negara (civic ideals and practices). Mengacu pada kesepuluh tema di atas, maka posisi pendidikan kewarganegaraan dalam pendidikan IPS masuk pada poin ke sepuluh yaitu cita-cita dan praktek warga negara (civic ideals and practices). Hal ini didukung oleh Barr and Bart (2003) dalam Pargito (2010: 51) yang menyatakan pendidikan kewar ganegaraan termasuk dalam kawasan IPS sebagai pendidikan ilmu-ilmu social (Social Studies as social sciencies education) yaitu suatu program pendidikan tentang ilmu sosial pada kajian ilmu kewarganegaraan sebagai bagian dalam pendidikan IPS di SMA.