PRINSIP-PRINSIP DASAR, KEBIJAKAN UMUM, ETIKA, TATA CARA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK SERTA ASPEK HUKUM DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH

dokumen-dokumen yang mirip
TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

PROSES. Bahan Kajian

barang dan jasa yang dibutuhkan, untuk mendapatkan mitra kerja yang sesuai dengan kriteria perusahaan diperlukan suatu proses untuk pemilihan

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR I -E TAHUN 2017 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG

PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH ABSTRAK

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 14 SERI E

LAPORAN KINERJA KANTOR LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KABUPATEN BOGOR TAHUN 2015

Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik RINA KURNIAWATI, SHI, MH

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber : UNDP tentang indeks pembangunan manusia indonesia

POKOK KEBIJAKAN DAN IMPLIKASI HUKUM PENGADAAN jasa konsultansi PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang masalah. Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melaksanakan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik good governance, telah mendorong pemerintah pusat dan

PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA

1. Latar Belakang I /1-17

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGELOLAAN TENDER PENGADAAN BARANG DAN JASA YANG BERSIH DAN TRANSPARAN

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

V. KESIMPULAN DAN SARAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PENJELASAN ATAS UNDANGUNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

Disampaikan Dalam Kegiatan Peningkatan Kapasitas Aparat Pengawasan Internal dalam Melakukan Audit PBJ Hotel Lor In Sentul Jawa Barat

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. Tata pemerintahan yang baik dan bersih (Good Governance and Clean

Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesarbesarnya.

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan keuangan negara di Indonesia yang ditandai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PENATAAN KELEMBAGAAN LPSE DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH. Biro Organisasi Kementerian Dalam Negeri

BAB II. Landasan Teori mengenai Pengadaan Barang dan Jasa melalui. Sistem Elektronik pada Kementrian Komunikasi dan Informasi

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. yang diwujudkan dalam bentuk penerapan prinsip good governance. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pengadaan barang/jasa pemerintah diperlukan untuk menunjang

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

ASAS DAN PRINSIP PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri dan pertahanan, (2) untuk menyelenggarakan peradilan,

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Prosedur Lelang Jasa Konstruksi. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

BUPATI KARAWANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA DAERAH

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

PERSAINGAN USAHA dan JASA KONSTRUKSI

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

Pendidikan Kewarganegaraan

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. negara seperti rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat dan pemerintahan

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

WALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

MEKANISME UNTUK MEMPEROLEH INFORMASI PUBLIK Oleh.: Yunus,S.Pd.,M.Si i

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan pertumbuhan bisnis nasional. Dalam melakukan pengadaan barang

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. "Terwujudnya peningkatan kualitas kinerja Biro Pemerintahan Provinsi

LAPORAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK TAHUN 2015 PPID PPATK

KEPUTUSAN KOMISI NO. 89/2009. Tentang Pengaturan Monopoli Badan Usaha Milik Negara

Transkripsi:

PRINSIP-PRINSIP DASAR, KEBIJAKAN UMUM, ETIKA, TATA CARA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK SERTA ASPEK HUKUM DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH Oleh : Karmilasari

Tujuan Pengadaan Barang/Jasa Memperoleh barang atau jasa dengan harga yang dapat dipertanggungjawabkan, dengan jumlah dan mutu yang sesuai, serta selesai tepat waktu. 2

Prinsip Dasar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 1. Efisien 2. Efektif 3. Terbuka dan Bersaing 4. Transparan 5. Adil/tidak diskriminatif 6. Akuntabel 3

Prinsip Dasar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 1. Efisien: berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkatsingkatnyadandapatdipertanggungjawabkan; 2. Efektif: berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yangsebesar-besarnyasesuaidengansasaranyangditetapkan; 3. Terbuka dan bersaing: berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yangjelasdantransparan; 4

Prinsip Dasar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 4. Transparan: semuaketentuandaninformasimengenai pengadaanbarang/jasa, termasuksyaratteknisadministrasi pengadaan, tatacaraevaluasi, hasilevaluasi, penetapancalon penyediabarang/jasa, sifatnyaterbukabagipesertapenyedia barang/jasayang berminatsertabagimasyarakatluaspada umumnya; 5. Adil/tidakdiskriminatif: memberikanperlakuanyang samabagisemuacalonpenyediabarang/jasadantidakmengarah untukmemberikeuntungankepadapihaktertentu, dengancara dan ataualasanapapun; 5 6. Akuntabel: harusmencapaisasaranbaikfisik, keuanganmaupun manfaatbagikelancaranpelaksanaantugasumumpemerintahandan pelayananmasyarakatsesuaidenganprinsip-prinsipsertaketentuan yang berlakudalampengadaanbarang/jasa.

Latar Belakang Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Belanja melalui pengadaan barang/jasa Untuk menyediakan barang/jasa publik Kinerja : -Efisiensi -Efektivitas Dalam rangka kebijakan fiskal untuk menggerakan perekonomian nasional Kinerja : Pertumbuhan ekonomi, daya saing, lapangan kerja 6

Tujuan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Besarnya volume belanja melalui pengadaan barang/jasa Pendekatan dan pengaturan proses Lebih Efisien Instrumen bagi pengembangan good governance (Public dan Corporate) Pendekatan dan pengaturan lingkungan usaha pengadaan Peran belanja bagi perekonomian lebih besar 7

Faktor yang mendukung Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Legal framework Adanya peraturan perundangan dan sistem pengadaan yang lebih memadai Human resources Adanya SDM yang mencukupi dalam kapasitas dan profesionalitas Institutional Adanya setting kelembagaan dalam rangka monitoring, pengembangan kebijakan, dan enforcement 8

Lingkungan Strategis Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Demokratisasi Otonomi Daerah Liberalisasi Perdagangan 9

Permasalahan Inefisiensi Lemahnya daya saing nasional Governance. 10

Permasalahan Inefisiensi: Proses dan tatacara yang tidak sederhana Persaingan tidak sempurna dalam suatu lingkungan usaha Rendahnya daya saing barang/jasa domestik Bagaimana belanja menjadi lebih efisien? 11

Permasalahan Kurangmaksimalnya peranbelanja: Belanja yang inefisien dan inefektif Kurang termanfaatkannya belanja sebagai pasar bagi usaha domestik pada bidang usaha yang efek penggandanya besar Kurang mendorong keinginan peningkatan kemampuan usaha Pasar yang pasti untuk tumbuhnya industri dan usaha jasa baru Bagaimana memaksimalkan peranbelanja pemerintah bagi pertumbuhan perekonomian, khususnya mendorongpeningkatan daya saing? 12

Permasalahan Governance: Kurangnya transparansi bagi semua stakeholder Kurangnya partisipasi seluruh komponen masyarakat dalam rangka checks and balances Kurangnya akuntabilitas Bagaimana meningkatkan governance menjadi lebih baik? 13

Peraturan yang Mendasari Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Peraturan Jasa Konstruksi UU no.18 tahun 1999 (tentang Jasa Konstruksi) dan Peraturan Pemerintah no.29 tahun 2000 (tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi), merupakan peraturan jasa konstruksi yang mendasari proses pengadaan barang dan jasa. Sebagian besar anggaran pemerintah terserap oleh pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan, gedung layanan umum, bendungan). Jasa konstruksi terdiri dari : jasa konsultansi, jasa manajemen proyek dan jasa pelaksanaan pembangunan. 14

Peraturan yang Mendasari Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Peraturan Perbendaharaan Negara UU no.1 tahun 2004 mengenai Perbendaharaan Negara menjelaskan bahwa penyelenggaraan keuangan negara dilakukan secara terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pengadaan barang dan jasa yang menggunakan anggaran negara harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara administrasi dan memberikankontribusidalammemakmurkanrakyat. 15

Peraturan yang Mendasari Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Peraturan Pengelolaan Barang Milik Pemerintah Daerah Peraturan Pemerintah no.6 tahun 2006 mengenai Pengelolaan Barang Milik Daerah menjelaskan bahwa pengelolaan barang milik daerah dapat dilakukan dengan beberapa cara : Perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, penilaian, pengapusan, pemindahtanganan, penatausahaan dan pembinaan. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, proses pengadaan merupakan salah satu bagian dari pengelolaan yang diatur oleh pemerintah dan penangangan pengadaan barang dan jasa harus transparan, efektif, efisien, akuntabel dan tidak diskriminatif. 16

Peraturan yang Mendasari Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 Perpres no. 54 tahun 2010 merupakan penyempurnaan dari Kepres no. 80 tahun 2003. Menurut Perpres no.54 tahun 2010, pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Keraja Prangkat Daerah/Institusi lainnya, yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Baik dalam Kepres no. 80 tahun 2003 maupun Perpres no. 54 tahun 2010, tujuan diberlakukan peraturan tentang pengadaan barang dan jasa agar pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai APBN/APBD dilakukan secara efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel. Juka tujuan tercapai, maka Pemerintah akan diuntungkan dari sisi pengguna anggaran. 17

Kebijakan Umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (berdasarkan Perpres no.54 tahun 2010) a. peningkatan penggunaan produksi Barang/Jasa dalam negeri yang sasarannya untuk memperluas kesempatan kerja dan basis industri dalam negeri dalam rangka meningkatkan ketahanan ekonomi dan daya saing nasional; b. kemandirian industri pertahanan, industri alat utama sistem senjata (Alutsista) dan industri alat material khusus (Almatsus) dalam negeri; c. peningkatan peran serta Usaha Mikro, Usaha Kecil, koperasi kecil dan kelompok masyarakat dalam Pengadaan Barang/Jasa; d. Perhatian terhadap aspek pemanfaatan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup secara arif untuk menjamin terlaksananya pembangunan berkelanjutan; e. Peningkatan penggunaan teknologi informasi dan transaksi elektronik; f. Penyederhanaan ketentuan dan tata cara untuk mempercepat proses pengambilan keputusan dalam Pengadaan Barang/Jasa; 18

Kebijakan Umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (berdasarkan Perpres no.54 tahun 2010) g. Peningkatan profesionalisme, kemandirian, dan tanggung jawab para pihak yang terlibat dalam perencanaan dan proses Pengadaan Barang/Jasa; h. Peningkatan penerimaan negara melalui sektor perpajakan; i. Penumbuhkembangan peran usaha nasional; j. Penumbuhkembangan industri kreatif inovatif, budaya dan hasil penelitian laboratorium atau institusi pendidikan dalam negeri; k. Memanfaatkan sarana/prasarana penelitian dan pengembangan dalam negeri; l. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk di Kantor Perwakilan Republik Indonesia; dan m. Pengumuman secara terbuka rencana dan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di masing-masing Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja PemerintahDaerah/Institusi lainnya kepada masyarakat luas. 19

Etika Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggungjawab untuk mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa; bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga kerahasiaan dokumen pengadaan barang dan jasa yang seharusnya dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa; tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah dan menghindari terjadinya persaingan tidak sehat; menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan para pihak; 20

Etika Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait, langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang/jasa (conflict of interest); menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa; menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara; tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah, imbalan berupa apa saja kepada siapapun yang diketahui atau patut dapat diduga berkaitan dengan pengadaan barang/jasa. 21

Tata Cara KepemerintahanYang Baik Tata kepemerintahan yang baik merupakan suatu konsepsi tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, demokratis, dan efektif sesuai dengan cita-cita terbentuknya suatu masyarakat madani. Tata kepemerintahan yang baik terkait erat dengan kontribusi, pemberdayaan, dan keseimbangan peran antara tiga pilarnya (pemerintah, dunia usaha swasta, dan masyarakat). Tata kepemerintahan yang baik juga mensyaratkan adanya kompetensi birokrasi sebagai pelaksana kebijakan politik/publik atau sebagai perangkat otoritas atas peran-peran negara dalam menjalankan amanat yang diembannya. Walaupun demikian, penerapan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik pada kenyataannya sering mengalami kendala yang pada umumnya disebabkan kurangnya pemahaman, kesadaran, dan kapasitas ketiga pilar tersebut. 22

Tata Cara KepemerintahanYang Baik Apabila ketiga pilar menerapkan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik, maka akan terjadi proses yang sinergis dan konstruktif antar ketiganya sehingga secara umum sumber daya yang tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal untuk dapat mencapai tujuan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Dengan demikian, sesungguhnya penerapan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik untuk sektor publik harus melibatkan ketiga pilar tersebut. Namun demikian, penggerak utama seharusnya dimulai dari lingkungan pemerintahan (legislatif, eksekutif, dan yudikatif). 23

24 Tata Cara KepemerintahanYang Baik Beberapa gambaran situasi dan kondisi yang terjadi bilamana tata kepemerintahan yang baik diterapkan antara lain sebagai berikut: 1. Berkurangnya secara nyata praktik KKN di birokrasi yang antara lain ditunjukkan adanya beberapa hal berikut: (i) Tidak adanya manipulasi pajak; (ii) Tidak adanya pungutan liar; (iii) Tidak adanya manipulasi tanah; (iv) Tidak adanya manipulasi kredit; (v) Tidak adanya penggelapan uang negara; (vi) Tidak adanya pemalsuan dokumen; (vii) Tidak adanya pembayaran fiktif; (viii) Berjalannya proses pelelangan (tender) dengan fair; (ix) Tidak adanya penggelembungan nilai kontrak (mark-up); (x) Tidak adanya uang komisi; (xi) Tidak adanya penundaan pembayaran kepada rekanan; (xii) Tidak adanya kelebihan pembayaran; (xiii) Tidak adanya defisit biaya; (xiv) Adanya kepastian hukum. 2. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang bersih, efisien, efektif, transparan, profesional dan akuntabel.

Tata Cara KepemerintahanYang Baik 3. Terhapusnya peraturan perundang-undangan dan tindakan yang bersifat diskriminatif terhadap warga negara, kelompok, atau golongan masyarakat. 4. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik yang ditunjukkan dengan berjalannya mekanisme dialog dan musyawarah terbuka dengan masyarakat dalam perumusan program dan kebijakan layanan publik (seperti forum konsultasi publik). 5. Terjaminnya konsistensi dan kepastian hukum seluruh peraturan perundangundangan,baik di tingkat pusat maupun daerah. Dengan demikian, hukum menjadi landasan bertindak bagi aparatur pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan pelayanan publik prima. 25

LANJUTKAN KE MATERI BERIKUTNYA... 26