PENGGUNAAN MEDIA KULTUR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN Chlorella sp. The Used of Different Culture Medium on the Growth of Chlorella sp ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PADA MEDIA KULTUR PHM TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN Chlorella sp. M. W. Lewaru * ABSTRACT

Pengaruh Pencucian Sel Terhadap Pertumbuhan dan Nilai Nutrisi Chaetoceros gracilis

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KASCING (Bekas Cacing) TERHADAP KELIMPAHAN Nannochloropsis sp. SEBAGAI PAKAN ALAMI

I. PENDAHULUAN. memerlukan area yang luas untuk kegiatan produksi. Ketersediaan mikroalga

Pengaruh Pemberian Kompos Sampah Rumah Tangga Terhadap Pertumbuhan Chlorella vulgaris Pada Skala Laboratorium

The Growth of Chlorella spp Culturing with Some Density of Inoculum. Lady Diana Tetelepta

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

PENGARUH PENGGUNAAN RAGI ROTI, VITAMIN B 12 DAN VITAMIN C SEBAGAI BAHAN PENGKAYA PAKAN TERHADAP PERTAMBAHAN POPULASI Brachionus plicatilis

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi

PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Diamond Interest Grow dengan Dosis Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis)

I. PENDAHULUAN. yang dibutuhkan untuk pertumbuhan larva (Renaud et.al, 1999). Pemberian pakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANAN PEMBERIAN KUNING TELUR DENGAN DOSIS PENGENCERAN YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN MAS

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Bayam

Pengaruh Pemberian Air Cucian Beras dengan Dosis yang Berbeda Terhadap Kepadatan Chlorella

PERBANDINGAN LAJU PERTUMBUHAN Spirulina platensis PADA TEMPERATUR YANG BERBEDA DALAM SKALA LABORATORIUM

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

PERTUMBUHAN Diaphanasoma sp. YANG DIBERI PAKAN Nannochloropsis sp. Sri Susilowati 12 ABSTRAK

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Lampiran 1 Data perhitungan analisis proksimat bahan baku

PERTUMBUHAN Skeletonema costatum PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS MEDIA. The Growth of Skeletonema costatum on Various Salinity Level s Media

Studi Kultur Semi-Massal Mikroalga Chlorella sp Pada Area Tambak Dengan Media Air Payau (Di Desa Rayunggumuk, Kec. Glagah, Kab.

MASPARI JOURNAL Juli 2015, 7(2):33-40

Lampiran 1 dari Kulit Udang serta Transformasi Kitin menjadi Kitosan 1. Gambar Persiapan Bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

I. PENDAHULUAN. Mikroalga merupakan jasad renik dengan tingkat organisasi sel yang

Jawaban Tes Praktikum Pengolahan Data Diklat Metode Penelitian Percobaan dan Pengolahan Data

I. PENDAHULUAN. Benih ikan berkualitas baik dibutuhkan dalam tahapan utama pembesaran ikan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN FITOPLANKTON Tetraselmis sp DI WADAH TERKONTROL DENGAN PERLAKUAN CAHAYA LAMPU TL

KANDUNGAN LEMAK TOTAL Nannochloropsis sp. PADA FOTOPERIODE YANG BERBEDA ABSTRAK

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON CRYSOPHYTA

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembenihan pakan alami telah terbukti baik untuk larva.

VIABILITAS ROTIFER Brachionus rotundiformis STRAIN MERAS PADA SUHU DAN SALINITAS BERBEDA

BABV KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa konsentrasi pupuk

Kata Kunci: Pengaruh, Konsentrasi, Kepadatan Populasi, Pupuk Media Diatom, Pupuk KW21, Tetraselmis sp.

Pemberian Mikroalga Terhadap Pertambahan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis) Pada Skala Laboratorium Di BBPBL Lampung

Lampiran 1 Data panjang dan bobot lobster air tawar yang digunakan sebagai hewan uji

I. PENDAHULUAN. mikroalga dikenal sebagai organisme mikroskopik yang hidup dari nutrien

ABSTRAK. Kata kunci: Brachionus plicatilis, Nannochloropsis sp., salinitas, nitrogen, stres lingkungan

PENGARUH SALINITAS DAN NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TOTAL Nannochloropsis sp. ABSTRAK

PRODUKSI BIOMASSA Spirulina sp. DENGAN VARIASI KONSENTRASI CO2 DAN FOTOPERIODE. Okta Nugraha 1) dan Elida Purba 1)

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya dikenal dengan nama fitoplankton. Organisme ini merupakan

Sel dihitung menggunakan kamar hitung Improved Neaubauer dengan metode perhitungan leukosit (4 bidang sedang) dibawah mikroskop cahaya.

Tabel. Pengamatan Jumlah Mortalitas Larva Instar III Plutella xylostella Hama yang diinfeksikan. Persentase Mortalitas (%)Pengamatan ke-

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp.

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

Lampiran 1 Identifikasi Tumbuhan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari di Balai Besar Pengembangan Budidaya

PERTUMBUHAN Spirulina platensis YANG DIKULTUR DENGAN PUPUK INORGANIK (Urea, TSP dan ZA) DAN KOTORAN AYAM

Potensi Rumput Laut Eucheuma sp. Terhadap Kepadatan Fitoplankton Chlorella sp.

Kultur Nannochloropsis

Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit. Tulang dan daging dipisahkan untk mempermudah pengeringan. Dioven pada suhu 40 0 C

PERGANTIAN PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN PANJANG LARVA IKAN SEPAT COLISA (Trichogaster lalius)

I. PENDAHULUAN. kesuksesan budidaya. Kebutuhan pakan meningkat seiring dengan meningkatnya

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama

Daftar Komposisi Buah dan Sayur (per 100 gram)

PRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN

I. PERTUMBUHAN MIKROBA

I. PENDAHULUAN. dibudidayakan dan memiliki nilai gizi tinggi yaitu, kandungan protein 74%, lemak

PENGARUH JENIS MEDIA TERHADAP KONSENTRASI BIOMASSA. DAN KANDUNGAN PROTEIN MIKROALGA Chaetoceros calcitrans SKRIPSI

PENGARUH BEBERAPA JENIS PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA (Brachionus sp)

PEMANFAATAN KOMPOS KULIT KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK BUDIDAYA Daphnia sp. ABSTRAK

BAB 3 BAHAN DAN METODE

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Keterangan : E = L 2 + a 2 + b 2 E = intensitas warna L, a, b = dapat dilihat dari hasil pengukuran menggunakan chromameter

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

Gambar 8. Kelimpahan Sel Chlorella Selama Kultur

SIDANG TUGAS AKHIR SB

Pengaruh Penggunaan Madu Untuk Pengkayaan Pakan Terhadap Laju Pertumbuhan Rotifera (Brachionus plicatilis)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan dibagi menjadi dua jenis, pakan buatan dan

Lampiran 1. Prosedur uji

Perlakuan Lama Waktu 2 minggu. 4 Minggu. Ket: (I). Inti, (S).Sinusoid. Ket: (I). Inti, (L).Lemak. Ket: (I). Inti, (S).Sinusoid

Lampiran 1 Perhitungan konsentrasi Perhitungan temephos 1 ppm

LAJU PERTUMBUHAN SPESIFIK Chlorella sp. DAN Dunaliella sp. BERDASARKAN PERBEDAAN NUTRIEN DAN FOTOPERIODE 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikroalga Tetraselmis sp. merupakan salah satu mikroalga hijau.

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

Pembuatan Ekstrak Menggunakan Pelarut Organik

Perhitungan dosis ekstrak etanol buah mengkudu (EEBM) (Morinda citrifolia)

Lampiran 1: Data Sebelum Dan Sesudah Perlakuan. Kadar Glukosa Darah Puasa (mg%) Setelah Induksi Aloksan. Setelah Perlakuan

Lampiran 1. Hasil Skrining Fitokimia Kecombrang (Etlingera elatior Jack R. M. Sm) tanin dan triterpenoid/steroid, dapat dilihat pada Tabel 1.

Lampiran 1. Dosis infusa rimpang kunyit yang dipakai pada percobaan sebelumnya untuk mencit = 7,8 mg / 0,5 ml (Joao M.C.Ximenes, 2010).

Pengaruh Limbah Cair Tambak Udang Terhadap Kepadatan Sel dan Laju Pertumbuhan Spesifik Chlorella sp.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam habitat akuatik/perairan maupun terestrial/daratan. Keanekaragaan

PROSEDUR PEMBUATAN INFUSA KULIT KAYU RAPAT (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke)

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Skema pembuatan ODF metoklopramid. Sorbitol + Sukralosa + As.askorbat

I. PENDAHULUAN. Pakan utama bagi larva ikan yaitu pakan alami. Pakan alami, seperti

Lampiran 1: Data Mentah Pengamatan Sebelum Dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:

LAMPIRAN A. HASIL STANDARISASI SPESIFIK EKSTRAK TEH (Camellia sinensis Linn.) 1 5,40 2 5,42 3 5,42 x ± SD 5,41 ± 0,01.

V. SIMPULAN DAN SARAN. dan kelangsungan hidup larva ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus Ham.

Lampiran 1.Surat Hasil Identifikasi Daun Bangun-bangun

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA

TINJAUAN PUSTAKA. fotosintesis (Bold and Wynne, 1985). Fitoplankton Nannochloropsis sp., adalah

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS. Perhitungan dosis pembanding (Andriol)

KUISIONER KESUKAAN TERHADAP PRODUK OLAHAN SUSU

Transkripsi:

PENGGUNAAN MEDIA KULTUR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN Chlorella sp The Used of Different Culture Medium on the Growth of Chlorella sp Diana Chilmawati 1 dan Suminto 1 1 Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Jl. Hayam Wuruk No. 4A Semarang Diserahkan :15 Maret 2008; Diterima : 14 Juni 2008 ABSTRAK Usaha budidaya ikan di perairan payau dan laut semakin berkembang dan tidak dapat terlepas dari tahap pembenihan. Diperlukan budidaya benih dengan pemberian pakan alami yang cukup dan berkualitas. Pakan alami belum dapat digantikan oleh pakan buatan terutama pada saat awal pemeliharaan larva. Salah satu jenis pakan alami adalah Chlorella sp. yang diberikan kepada jenis zooplankton maupun langsung kepada kultivan ikan atau udang. Media kultur Walne, Gullard s f/2 dan Erdschreiber merupakan media yang cocok digunakan untuk mengkultur phytoplankton. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh penggunaan media Walne, Gullard s f/2 dan media Erdschreiber terhadap pertumbuhan Chlorella sp dan mengetahui media terbaik dari ketiga media tersebut terhadap pertumbuhan Chorella sp. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan 3 kali ulangan, yaitu perlakuan A menggunakan Media Walne, perlakuan B menggunakan Media Guillard s f/2, dan perlakuan C menggunakan Media Erdschreiber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media kultur yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap waktu lag phase dan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konstanta pertumbuhan spesifik, puncak populasi dan kepadatan akhir Chlorella sp. Media Guillard f/2 memberikan pertumbuhan Chlorella sp terbaik dengan waktu lag phase tercepat (0,290 hari), konstanta pertumbuhan spesifik terbaik (0,655), puncak populasi tertinggi (8,53 x 10 7 sel/ml) dan kepadatan akhir tertinggi (2,77 x 10 6 sel/ml) Kata Kunci : media, kultur, pertumbuhan, Chlorella sp ABSTRACT The effort of aquaculture especially in the brackish and marine water becomes more develope,. That development cannot be separated from seeding phase. To sufficient the needed of seed, it is needed seed aquaculture by giving sufficient and quality life food, because it cannot be replace yet by the imitation food on the early of larvae seedling. One of the life food is Chlorella sp that given to zooplankton variety directly to the fish or shrimp cultivan. Therefore the Walne, Guillard s f/2, and Erdschreiber culture mediums are suitabel medium used to phytoplankton culture. The purpose of this research is to know the influence of medium of usage of Walne, Guillard s f/2, and Erdschreiber on the growth of Chlorella. Also to know the best medium from those three medium on the growth of Chlorella sp the research was Laboratories experimental character. The effort scheme used is completely randomized design 3 treatments and 3 times repetitions, Those 3 treatments are as follows: A. Walne Medium, B. Guillard s f/2 Medium, and C. Erdschreiber Medium. The result of the research shows that the used of different culture medium effect on the growth of Chlorella sp, that is significant difference (P<0,05) on the Lag Phase time with best treatment B (0,290 days), great significant difference (P<0,01) on the specific growth rate with best treatment B (0.655). Thus on the maximum density and final density (on Log No. sel/ml) is great significant differences with best treatment B (Guillard s f/2) each are 7.931 and 6.443. The best medium for Chlorella sp. from those three mediums used in this research is Guillard s f/2 medium. Key Words : medium, culture, growth, Chlorella sp 42

PENDAHULUAN Usaha budidaya ikan di Indonesia semakin berkembang seiiring kemajuan di bidang lain. Pengembangan usaha budidaya tersebut tidak hanya dilakukan di perairan tawar tetapi juga dilakukan di perairan payau maupun laut. Usaha pengembangan budidaya ini tidak dapat terlepas dari tahap pembenihan. Pembenihan merupakan titik awal dalam usaha pengembangan usaha budidaya karena usaha ini berkaitan erat dengan ketersediaan faktor produksi yang memegang peranan kunci agar usaha budidaya dapat berjalan. Tahap pembenihan biasanya masih terdapat kendala-kendala tertentu dudalamnya. Salah satu kendala yang dirasakan cukup serius untuk mengatasi masalah mortalitas larva ikan adalah kurangnya ketersediaan pakan alami, baik dalam jumlah maupun mutunya (jenis, ukuran, nilai gizi dan kecocokan bagi kultivan). Secara kualitatif pakan ikan alami tidak dapat digantikan dengan pakan ikan buatan macam apapun. Hal ini disebabkan karena tingginya tingkat mortalitas ikan seringkali dikaitkan dengan tidak cocoknya pakan ikan buatan yang diberikan. Pakan alami, terutama phytoplankton, menurut Sachlan (1982), adalah jasad-jasad renik yang melayang dalam air tidak bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti arus. Salah satu pengembangan budidaya pakan alami adalah phytoplankton dari jenis Chlorophyceae yaitu Chlorella sp. Jenis Phytoplankton ini banyak digunakan dalam pembenihan organisme laut di hampir semua hatchery sebagai pakan yang langsung diberikan pada benih ikan atau udang maupun sebagai tidak langsung dengan diberikan ke zooplankton terlebih dahulu yang selanjutnya zooplankton diberikan sebagai pakan pada benih ikan atau udang. Pertumbuhan Chlorella sp sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, diantaranya unsur hara dalam media kultur serta kualitas air seperti salinitas, ph, suhu, intensitas cahaya yang optimum. Untuk mendapatkan persediaan Chlorella sp sebagai pakan alami, maka diperlukan suatu studi tentang penggunaan media kultur yang memberikan hasil tebaik terutama mengenai jumlah sel atau kepadatan Chlorella sp yang dihasilkan. Hal ini karena setiap media mempunyai komposisi unsur hara yang berbedabeda antara satu media dengan yang lain, dimana masing-masing unsur hara tersebut juga mempunyai fungsi yang berbeda pula bagi phytoplankton yang akan dibudidayakan. Selain itu, praktek dilapangan selama ini dalam memberikan pakan alami pada larva adalah pada saat pertumbuhan phytoplankton ada pada fase stasioner dimana pada fase ini jumlah phytoplankton relative tetap. Namun kandungan nutrisi terbaik dalam phytoplankton adalah pada saat pertumbuhannya ada pada fase eksponensial dimana laju pertumbuhannya maksimal. Banyak media kultur yang sudah dikenal, beberapa diantaranya dapat digunakan untuk budidaya Chlorella sp. Media Walne, Media Guillard s f/2 dan Media Erdscheiber adalah media kultur yang cocok digunakan untuk budidaya phytoplankton jenis Chlorophyceae seperti Chlorella sp. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media kultur yang berbeda (media Walne, media Guillard s f/2 dan media Erdscheiber) terhadap pertumbuhan Chlorella sp dan mengetahui media yang terbaik di antaranya yang dapat memberikan pertumbuhan Chlorella sp terbaik. METODE PENELITIAN Pakan alami Chlorella sp diperoleh dari stok murni yang telah dilakukan pemurnian berulang dan telah dikembangkan kultur bibit dalam skala laboratorium di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara. Air laut sebagai media hidup Chlorella sp didapat setelah melalui tahap sterilisasi dengan perebusan. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah eksperimental laboratories dan rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 kali ulangan, yaitu: 1) perlakuan A menggunakan Media Kultur Walne; 2) perlakuan B menggunakan Media Kultur Guillard s f/2; dan 3) perlakuan C menggunakan Media Kultur Erdschreiber. Penanaman bibit Chlorella sp. dilakukan setelah menghitung kepadatan stok dengan cara mengambil sampel plankton dari media stok dan kemudian dihitung dibawah mikroskop dengan haemocytometer. Untuk menentukan volume bibit yang ditambahkan dapat digunakan rumus sebagai berikut : V1.N1 = V2.N2 Dimana : V1 : Volume bibit yang ditanam N1 : Kepadatan stok V2 : Volume media kultur N2 : Kepadatan dibutuhkan Pemanenan dilakukan pada saat sel Chlorella sp mencapai puncak populasi dan masuk fase 43

stasioner karena pada saat fase ini sel Chlorella sp mengandung nutrisi yang tinggi (Hoff anf Snell, 1987). Data yang diambil meliputi pola pertumbuhan Chlorella sp yaitu lag phase, konstantan pertumbuhan spesifik (Specific Growth Rate), puncak populasi (Maximum Cell Density) dan Kepadatan akhir (Final Cell Density). Perhitungan waktu lag phase adalah dengan cara mengitung regresi linear selama fase eksponensial (Suminto dan Hirayama, 1996), dengan rumus : Y = A + B Dimana : Y : Logaritma kepadatan sel A : Waktu (hari) B : Konstanta Waktu lag phase (A) dihitung kemudian dengan Y = kepadatan awak kultur, sehingga rumus tersebut kemudian digunakan untuk menghitung A menjadi : Y = Ak +B Dimana : Y : logaritma kepadatan sel pada hari ke-0 B dan k : hasil perhitungan regresi linear selama fase eksponensial A : Waktu lag phase (Suminto dan Hirayama, 1996) Konstantan pertumbuhan spesifik dihitung dari data kelimpahan populasi pada hari ke-0 sampai pada puncak populasi dengan rumus (Fogg, 1965) : Log Wt Log Wo k = Δt Dimana : k : konstanta pertumbuhan spesifik Wt : Jumlah populasi pada hari ke- t Wo : Jumlah populasi pada hari ke-0 Δt : waktu dari 0 t (hari) Data yang dianalisis secara statistik meliputi waktu lag phase, konstanta pertumbuhan spesifik, puncak populasi, dan kepadatan akhir. Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan beberapa media kultur terhadap parameter pertumbuhan (lag phase, konstanta pertumbuhan spesifik, puncak populasi, dan kepadatan akhir) Chlorella sp. Jika didapat perbedaan efek nyata maka analisis dilanjutkan dengan uji Wilayah ganda Duncan untuk mengetahui perbedaan pengaruh antar perlakuan dan perlakuan mana yang memberikan efek terbaik (Srigandono, 1990). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Grafik pertumbuhan Chlorella sp selama 10 hari dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Chlorella sp pada Media Kultur yang Berbeda Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa kelimpahan tertinggi selama pengamatan adalah pada perlakuan B (media Kultur Guilard s f/2) diikuti oleh perlakuan A (Media Walne), dan perlakuan C (Media Erdschreiber). Berdasarkan hasil analisis ragam, perbedaan media kultur Chlorella sp memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap waktu lag phase. Perlakuan terbaik dapat dilihat dari Uji Wilayah Ganda Duncan dimana perlakuan B dengan nilai waktu lag phase terkecil merupakan perlakuan terbaik. Hasil perhitungan konstanta pertumbuhan spesifik Chlorella sp terbaik didapatkan dari perlakuan B dengan nilai k adalah 0,655. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan media kultur yang berbeda berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap konstanta pertumbuhan spesifik Chlorella sp. Berdasarkan hasil uji wilayah ganda Duncan, diketahui bahwa perlakuan B sebagai perlakuan terbaik. Kelimpahan populasi Chlorella sp pada puncak populasi dicapai pada hari ke-6 pada perlakuan A (3,18 x 10 7 sel/ml) dan perlakuan B (8,53 x 10 7 sel/ml) dan pada hari ke-7 pada perlakuan C (4,92 x 10 6 sel/ml). Berdasarkan uji analisis ragam, media kultur yang berbeda berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap puncak populasi Chlorella sp. Perlakuan terbaik dapat dari hasil uji Wilayah Ganda Duncan menunjukkan bahwa puncak populasi tertinggi dicapai oleh perlakuan B diikuti perlakuan A dan perlakuan C. 44

Kepadatan akhir Chlorella sp pada penelitian ini dihitung pada hari pengamatan ke-10. Pada pengamatan terekhir ini kepadatan sel Chlorella sp pada media Guillard s f/2 (perlakuan B) masih yang tertinggi dengan nilai 2,77 x 10 6 sel/ml diikuti oleh perlakuan A (media Walne) 9,29 x 10 5 sel/ml dan perlakuan C (media Erdschreiber) 2,12 x 10 5 sel/ml. Hasil analisis ragam (Tabel 8), penggunaan media kultur yang berbeda ternyata berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap kepadatan akhir pengamatan Chlorella sp. Perlakuan terbaik dapat dilihat dari Uji Wilayah Ganda Duncan dimana perlakuan B dengan nilai kepadatan akhir sel Chlorella sp terbesar merupakan perlakuan terbaik. Pembahasan Pertumbuhan Chlorella sp. ditandai dengan fase pertumbuhan dengan parameterparameternya adalah waktu lag phase, konstanta pertumbuhan spesifik, kelimpahan pada puncak populasi dan kepadatan akhir pengamatan. Perlakuan dengan menggunakan beberapa media kultur memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada waktu lag phase, dengan perlakuan terbaik adalah perlakuan B dimana perlakuan B memberikan waktu lag phase terkecil (0,290 hari atau 6,96 jam). Waktu lag phase menunjukkan lamanya adaptasi Chlorella sp dengan media barunya. Perbedaan lamanya masa adaptasi diduga karena adanya perbedaan kepekatan antara media kultur dengan cairan tubuh sel alga, dalam masa adaptasi sel-sel memulihkan enzim dan konsentrasi substrat ke tingkat yang diperlukan untuk pertumbuhan serta masukya unsur hara ke dalam sel phytoplankton terjadi melalui proses difusi sebagai akibat perbedaan konsentrasi antara media kultur dengan cairan tubuh. Perlakuan B dikarenakan kepekatan antara media kultur dengan cairan tubuh hampir sama sehingga masa adaptasinya lebih cepat. Sedangkan pada perlakuan C dan A disebabkan karena kepekatan antara cairan tubuh dengan media barunya berbeda, sehingga masa adaptasi sedikit lebih lama dibandingkan dengan perlakuan B. Setelah masa adaptasi berakhir terjadi pertumbuhan yang dipercepat pada fase ekspnensial hal ini tercermin dalam nilai konstanta pertumbuhan spesifik (k). Suminto dan Hirayama (1996), dalam penelitiannya menyatakan bahwa nilai k yang lebih besar mempunyai arti bahwa proses pembelahan sel alga menjadi lebih cepat, sehingga pertambahan sel per satuan waktu akan lebih besar dari pada pertambahan waktu itu sendiri. Fase eksponensial pada perlakuan A dan perlakuan B mengalami penekanan (melenceng dari garis linear fase eksponensial) pada hari ke-3 dan pada perlakuan C terjadi pada hari ke-4. Hal ini disebabkan selain sel-sel dalam perlakuanperlakuan media tersebut masih dalam penyesuaian dengan media barunya juga karena sel-sel tersebut belum optimal (maksimal) dalam memanfaatkan unsur hara yang ada pada media kultur. Penekanan jumlah sel pada fase eksponensial ini juga disebabkan karena perubahan kondisi lingkungan seperti suhu dan salinitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai konstanta pertumbuhan spesifik (k) tertinggi adalah pada perlakuan B (0,655). Hal ini karena pada perlakuan B (media Guillard s f/2) selain mempunyai komposisi unsur hara makro juga mempunyai unsur hara mikro yang lebih lengkap dan lebih tersedia dalam jumlah yang cukup dibandingkan dengan perlakuan A (media Walne) dan perlakuan C ( media Erdschreiber). Unsurunsur yang terkandung dalam media Guillard s f/2 memiliki komposisi yang lebih kompleks sehingga sel Chlorella sp dapat tumbuh dengna cepat. Pada media ini unsur-unsur Fe, Mn, Cl, dan Zn lebih banyak tersedia dari pada media yang lainnya. Unsur-unsur tersebut digunakan Chlorella sp untuk proses fotosintesis, dimana hasilnya digunakan untuk pertumbuhan (Fogg, 1965). Pada media ini juga mengandung vitamin lengkap yang digunakan sebagai pemacu pertumbuhan terutama vitamin B12, dimana pada perlakuan B unsur lebih lengkap. Beberapa strain Chlorella sp mampu menyerap vitamin B12 yang terdapat dalam media kultur lebh banyak dari jenis lain (Yu et.al, 1994). Seperti yang dinyatakan Maruyama (1989) dalam Yu et.al (1994) bahwa ia menemukan vitamin B12 pada strain Chlorella sp tidak kurang dari 0,26 µg/100g kering. Selain itu media ini mempunyai unsur Si yang digunakan dalam pembentukan dinding sel selain untuk pemacu pertumbuhan. Perlakuan A (media Walne), konstanta pertumbuhan spesifik Chlorella sp 0,584 lebih rendah dari pada perlakuan B. namun masih lebih tinggi dari perlakuan C. seperti pada perlakuan B, perlakuan A (media Walne) mempunyai komposisi unsur hara yang lengkap. Pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan pada perlakuan B disebabkan karena jumlah unsur yang tersedia lebih sedikit. Kelebihan media Walne ini adalah terdapatnya unsur Boron yang berfungsi untuk mempertahankan pigmen. Hal ini terbukti dengan lebih hijaunya sel Chlorella sp yang dikultur pada media ini. menurut Round (1973), kekurangan 45

Boron dapat menyebabkan sel alga kehilangan pigmen. Perlakuan C (media Erdschreiber) pertumbuhan paling rendah (0,385). Hal ini desebabkan sangat sedikitnya unsur hara mikro yang tersedia walaupun unsur Nitrogen dan Fosfor sudah tinggi dan sudah terdapat pula unsur vitamin sebagai pemacu pertumbuhan. Unsur hara mikro yang tersedia dalam ekstrak tanah yang ditambahkan disebabkan sangat sedikit jumlahnya sehingga kurang mendukung pertumbuhan, sedangkan peranan unsur mikro nutrien dalam laju pertumbuhan sangat besar yaitu bersamasama makro nutrien melakukan proses respirasi dan metabolisme. Puncak populasi pada perlakuan A adalah 7,503 log sel/ml (3,184x10 7 sel/ml) dan pada perlakuan B adalah 7,931 log sel/ml (8,531 x10 7 sel/ml) terjadi pada hari ke-6, sedangkan pada perlakuan C kelimpahan sel pada puncak terjadi pada hari ke-7 yaitu sebesar 6,692 log sel/ml (4,92 x10 6 sel/ml). perlakuan C lebih lambat mencapai puncak populasi ini disebabkan karena unsur hara yang terdapat pada media Erdschreiber kurang dimanfaatkan secara optimal pada fase eksponensial. Terhentinya fase eksponensial menurut Fogg (1965), disebabkan berkurangnya nutrien. Jumlah nutrien yang semakin berkurang dengan meningkatnya jumlah populasi. Pada perlakuan B kelimpahan sel saat puncak sangat tinggi. Hal ini sangat menguntungkan bagi kultur pakan alami yang membutuhkan jumlah pakan yang cukup dan waktu yang cepat. Fase kematian terjadi setelah masing-masing perlakuan media mencapai puncak populasi. Pengurangan populasi ini disebabkan karena kultur yang dilakukan pada volume yang terbatas yang menyebabkan jumlah nutrien yang terkandung dalam media juga terbatas sehingga Chlorella sp tidak mampu lagi mempertahankan kepadatan selnya, Hasil penelitian menunjukkkan kepadatan akhir perlakuan A adalah 9,289 x10 5 sel/ml, perlakuan B adalah 2,831 x10 6 sel/ml dan perlakuan C adalah 2,118 x10 5 sel/ml. Secara umum pada waktu kematian sel secara drastis ini diduga ada hubungan tertutup dengan bakteri dan kandungan nutrien yang semakin sedikit, baik di dalam sel maupun media (Suminto dan Hirayama, 1996). KESIMPULAN Kesimpulan yang didapatkan bahwa penggunaan media kultur yang berbeda (media Walne, media Guillard s f/2 dan media Erdscheiber) mempunyai pengaruh nyata terhadap pertumbuhan Chlorella sp serta perlakuan B (media Guillard s) memiliki pengaruh yang paling baik terhadap pertumbuhan Chlorella sp. Saran yang diberikan adalah perlu adanya penelitian dan pengembangan lebih lanjut mengenai media kultur yang paling baik untuk kultur Chlorella sp dan jenis alga-alga yang lain untuk mendapatkan pakan alami yang cukup jumlah dan mutunya. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Hartati dan semua staf Laboratorium Budidaya Perairan FPIK Universitas Diponegoro Semarang yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Dan semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu. DAFTAR PUSTAKA Fogg, G.E. 1965. Algae Culture and Phytoplankton Ecology. The University of Winconsin Press. Madisson, Milk Wauhe. Hoff, F.H. and T.W. Snell, 1987. Plankton Culture Manual. Fourth Edition. Ralard Printers, San Antonio, Florida. Round, F.E. 1973. The Biology of Algae. By Edward Arnold Ltd., London Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Jurusan Perikanan Universitas Diponegoro, Semarang. Srigandono, B. 1990. Rancangan Percobaan. Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang. Suminto dan K. Hirayama. 1996. Effect on Bacterial Coexsistence on The Growth of Marine Diatom Chaetoceros gracillis. Fisheries Science 62 (1), 40-43 (1996), Nagasaki University. Yu, J.P., K. Hirayama dan A. Hino. 1994. The Role Bacterial in Mass Culture of The Rotifer (Brachionis plicatilis). Bulletin Natl. Res. Inst. Aquaculture, Suppl. 1 : 67-70, Japan. 46

LAMPIRAN Tabel 1. Pola Pertumbuhan Chlorella sp dengan Media Kultur yang Berbeda pada Masing-masing Fase Pertumbuhan Pola Pertumbuhan Perlakuan Durasi Waktu Lag (hari) Laju Pertumbuhan Spesifik (per hari) Kepadatan Sel Maksimum (Log jumlah sel/ml) Kepadatan Akhir Penelitian (Log jumlah sel/ml) Media Walne 0,401± 0,026 0,584 ± 0,019 7,503 ± 0,115 5,986 ± 0,243 Media Guillard s f/2 0,290 ± 0,007 0,655 ± 0,019 7,931 ± 0,114 6,443 ± 0,307 Media Erdschreiber 0,407 ± 0,061 0,385 ± 0,004 6,692 ± 0,026 5,326 ± 0,063 Tabel 2. Analisis Ragam Waktu Lag Phase Sel Chlorella sp ANOVA lag phase Between Groups Within Groups Total Sum of Squares df Mean Square F Sig..026 2.013 9.009.016.009 6.001.035 8 Tabel 3. Uji Wilayah Ganda Duncan Waktu Lag Phase Sel Chlorella sp Duncan a perlakuan 2 1 3 Sig. lag phase Subset for alpha =.05 N 1 2 3.28967 3.40100 3.40733 1.000.846 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000. Tabel 4. Analisis Ragam Konstanta Pertumbuhan Spesifik (SGR) Sel Chlorella sp ANOVA SGR Between Groups Within Groups Total Sum of Squares df Mean Square F Sig..118 2.059 232.890.000.002 6.000.120 8 47

Tabel 5. Uji Wilayah Ganda Duncan Konstanta Pertumbuhan Spesifik (SGR) Chlorella sp Duncan a perlak uan 3 1 2 Sig. SGR Subset for alpha =.05 N 1 2 3 3.38467 3.58367 3.65533 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subs ets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000. Tabel 6. Analisis Ragam Kepadatan Puncak (MCD) Sel Chlorella sp ANOVA MCD Between Groups Within Groups Total Sum of Squares df Mean Square F Sig. 2.374 2 1.187 132.119.000.054 6.009 2.428 8 Tabel 7. Uji Wilayah Ganda Duncan Kepadatan Puncak (MCD) Sel Chlorella sp Duncan a perlak uan 3 1 2 Sig. MCD Subset for alpha =.05 N 1 2 3 3 6.69233 3 7.50267 3 7.93100 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subs ets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000. Tabel 8. Analisis Ragam Kepadatan Akhir (FCD) Sel Chlorella sp ANOVA FCD Between Groups Within Groups Total Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1.884 2.942 17.979.003.314 6.052 2.199 8 48

Tabel 9. Uji Wilayah Ganda Duncan Kepadatan Akhir (FCD) Sel Chlorella sp Duncan a perlak uan 3 1 2 Sig. FCD Subset for alpha =.05 N 1 2 3 3 5.32600 3 5.96767 3 6.44267 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subs ets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 4, No. 1, 2008 : 42-49 49