VARIATION OF FLEKINESS INDEX AGGREGATE AS COARSE AGGREGATE ON THE CHARACTERISTICS OF ASPHALT CONCRETE (LASTON)

dokumen-dokumen yang mirip
VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

AGGREGATE GRADING INFLUENCE ON THE CHARACTERISTICS OF MIXED LASTON

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

III. METODOLOGI PENELITIAN

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

NASKAH SEMINAR INTISARI

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BAB IV. HASIL dan ANALISA Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB III METODE PENELITIAN. aspal dan bahan tambah sebagai filler berupa abu vulkanik.

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

BAB III METODE PENELITIAN

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERENCANAAN GRADASI AGREGAT CAMPURAN. dari satu fraksi agregat yang penggabungannya menggunakan cara analitis.

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

BAB III METODOLOGI 3.1 Umum 3.2 Tahapan Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB III METODE PENELITIAN

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Variasi Jumlah Tumbukan Terhadap Uji Karakteristik Marshall Untuk Campuran Laston (AC-BC) Antonius Situmorang 1) Priyo Pratomo 2) Dwi Herianto 3)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

ABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010.

KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL

Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal

PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA (LANJUTAN STUDI SEBELUMNYA)

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

STUDI PERBANDINGAN PARAMETER MARSHALL BETON ASPAL STANDAR DENGAN BETON ASPAL HASIL PEMANASAN ULANG AMRI NOVRIANTO

KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

STUDI PENGGUNAAN ABU SEKAM PADI PADA CAMPURAN LASTON

ANALISIS PROPORSI BATUAN ALAMI SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA ASPHALT CONCRETE (AC) TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL DAN NILAI STRUKTURAL

KAJIAN EKSPERIMENTAL CAMPURAN HRS-WC DENGAN ASPAL MINYAK DAN PENAMBAHAN ADITIF LATEKS SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

PENGGUNAAN ABU DASAR BATUBARA SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN LATASIR B TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL.

Zeon PDF Driver Trial

PENGGUNAAN SPEN KATALIS PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRTE-WEARING COURSE ABSTRAK

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

Karakteristik Campuran AC-WC dengan Penambahan Limbah Plastik Low Density Polyethylene (LDPE)

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PERENCANAAN PERSENTASE AGREGAT CAMPURAN. Dalam memperoleh gradasi argegat campuran yang sesuai dengan spesifikasi

Transkripsi:

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 1, Januari 211 VARIASI AGREGAT PIPIH SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan Dosen Pada Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana E-mail : agusariawan17@yahoo.com Abstrak: Laston merupakan campuran antara agregat yang bergradasi menerus dan aspal sebagai bahan pengikat. Berdasarkan bentuknya, agregat yang digunakan dikelompokkan sebagai agregat berbentuk bulat, kubus, lonjong, pipih dan tak beraturan. Bentuk agregat pipih kurang baik digunakan sebagai bahan Laston, karena sifatnya mudah patah sehingga dapat mempengaruhi gradasi agregat dan interlockingnya lemah. Oleh karena itu, Determination of Flekiness Indexs BS.812 membatasi indeks agregat pipih dalam Laston maksimum 25% sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh variasi agregat pipih sebagai agregat kasar terhadap nilai-nilai karakteristik campuran Laston. Variasi agregat pipih sebagai agregat kasar adalah %, 15%, 2%, 25%, 3%, dan 35% dari berat agregat total. Dengan menggunakan KAO 6,25% didapatkan karakteristik campuran Laston, yaitu penurunan nilai stabilitas dari 1144 kg menjadi 196,9 kg, nilai MQ dari 313,21 kg/mm menjadi 15,52 kg/mm, nilai VMA dari 16,48% menjadi 13,68%, nilai VIM dari 5,9% menjadi 2,73%, sedangkan peningkatan terjadi terhadap nilai flow dari 3,65 mm menjadi 7,21 mm, nilai VFB dari 64,2% menjadi 8,1%. Berdasarkan analisis regresi dan korelasi, penambahan kadar agregat pipih sangat kuat mempengaruhi nilai karakteristik campuran Laston. Ini dapat dilihat dari angka korelasi (r) masing-masing karakteristik >,97. Berdasarkan analisis varian, nilai f hitung untuk masing-masing karakteristik campuran Laston lebih besar dari f tabel = 3,11 dengan tingkat kesalahan (α) 5%, derajat kebebasan perlakuan v 1 = 5 dan derajat kebebasan acak v 2 = 12. Hal ini membuktikan adanya perubahan perlakuan yaitu dengan memvariasikan kadar agregat pipih membuat adanya perbedaan nilai karakteristik campuran Laston. Kata kunci: Laston, Agregat pipih, Karakteristik Campuran Laston VARIATION OF FLEKINESS INDEX AGGREGATE AS COARSE AGGREGATE ON THE CHARACTERISTICS OF ASPHALT CONCRETE (LASTON) Abstract: Laston is a mixture of continuously graded aggregates and asphalt as a binder. Based on its form, the used aggregate is classified as spherical, cube, oval, flaky and irregular. A flaky aggregate is unfavorable to be used as Laston ingredient, because it is broken easily that could affect gradation of aggregate and the interlocking is weak. Therefore, the Determination of Flekiness indexs BS.812 limits aggregate index flaky in the Laston for a maximum of 25%. Research is carried out to study how the effect of flaky aggregate as coarse aggregate on the characteristic of Laston mixture where the Flaky Aggregate used are varied namely %, 15%, 2%, 25%, 3%, 35% of the total aggregate. By using 6.25% of KAO, the characteristics of the Laston are as follows. Decreases in the value of stability from 1144 kg to 196.9 kg, the value of MQ from 313.21 kg/mm to 15.52 kg/mm, the value of VMA from 16.48% to 13.68%, and the value of VIM from 5.9% to 2.73%, increases in the flow from 3.65 mm to 7.21 mm, and the value of VFB from 64.2% to 8.1% are obtained. Based on regression and correlation analyses, the addition of flaky aggregate strongly affects the value of the Laston characteristic. The correlation values (r) of each characteristic are greater than.97. Based on the analysis of variance, the value of F count for each Laston characteristic is greater than F table of 3.11 with an error rate (α ) of 5%, the degree of freedom treatment 38

Variasi Agregat Pipih Sebagai Agregat Kasar...... Ariawan v1 = 5 and degrees of freedom random v2 = 12. This proves that by varying the level of flaky aggregate makes the difference in the values of the Laston mixture characteristics. Keywords: Laston, Flaky aggregates, Characteristics of Mixed Laston PENDAHULUAN Laston merupakan salah satu bahan lapisan permukaan jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihamparkan, dan dipadatkan pada suhu tertentu (DPU, 1983). Campuran Laston menggunakan agregat yang memiliki ukuran dan diameter yang berbeda-beda. Jenis agreagat yang umum digunakan adalah agregat dari batu pecah. Berdasarkan bentuknya agregat dari batu pecah dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok, yaitu: berbentuk bulat, kubus, pipih, dan tak beraturan (Sukirman, 23). Bentuk agregat akan mempengaruhi karakteristik campuran Laston yang dihasilkan. Bentuk agregat pipih kurang baik digunakan untuk struktur perkerasan jalan, karena sifatnya mudah patah sehingga dapat merubah gradasi campuran agregat dan interlocking lemah. Agregat pipih adalah agregat yang lebih tipis dari,6 kali diameter rata-rata. Oleh karena itu, Determination of Flekiness Indexs BS.812 membatasi indeks agregat pipih dalam campuran Laston maksimum 25%. Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh variasi agregat pipih terhadap karakteristik campuran Laston. Variasi agregat pipih yang digunakan adalah %, 15%, 2%, 25%, 3%, dan 35%. Pengujian karakteristik campuran dilakukan dengan test Marshall berdasarkan spesifikasi Bina Marga. METODE Lapisan Aspal Beton (Laston) Laston adalah beton aspal bergradasi menerus yang umum digunakan untuk jalan-jalan dengan beban lalu lintas berat. Laston dikenal pula dengan nama AC (Asphalt Concrete). Karakteristik yang terpenting pada campuran ini adalah stabilitas. Tebal nominal minimum Laston 4-6 cm. Persyaratan teknis yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan persyaratan teknis campuran aspal beton yang dikeluarkan oleh DPU. Campuran Laston yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan seperti yang tercantum di dalam Tabel 1. Gradasi yang dipakai dalam campuran Laston menggunakan persyaratan Laston tipe II seperti pada Tabel 2. Tabel 1 Persyaratan campuran Laston Lalu Lintas Lalu Lintas Lalu Lintas Sifat Campuran Berat Sedang Ringan Min Max Min Max Min Max Stabilitas (Kg) 75-65 - 46 - Kelelehan/flow (mm) 2 4 2 4,5 2 5 Marshall Quotient 2 35 2 35 2 35 Rongga dalam campuran/vim (%) 3 5 3 5 3 5 Rongga dalam agregat/vma (%) 15-15 - 15 - Rongga terisi aspal/vfb (%) 63-63 - 63 - Jumlah tumbukan 2 x 75 2 x 5 2 x 35 Sumber : SNI 3-1737-1989 Tabel 2 Gradasi Kombinasi Agregat dalam Campuran Laston (Tipe II) Ukuran Ayakan Gradasi ASTM (mm) (% berat yang lolos) 3/4" (19,) 1 1/2" (12,7) 75-1 3/8" (9,5) 6-85 No. 4 (4,75) 35-55 No. 8 (2,36) 2 35 No. 3 (,59) 1-22 39

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 1, Januari 211 No. 5 (,279) 6 16 No. 1 (,149) 4 12 No. 2 (,74) 2 8 Sumber : SNI 3-1737-1989 Pencampuran agregat dengan pendedengan pen- katan proporsional Pencampuran dilakukan dekatan proporsional untuk memperoleh proporsi agregat campuran sesuai dengan gradasi spesifikasi yang dituju. Dalam penelitian ini spesifikasi yang dituju ada- lah batas tengah dari gradasi Laston tipe II, seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Proporsi Agregat Berdasarkan Tengah Laston Tipe II Ukuran Proporsi Agregat Ayakan ASTM mm Tengah (% lolos) 3/4" 19 1 % tertahan 12 gram 1/2" 12.7 87.5 12.5 15 3/8" 9.5 72.5 15 18 No.4 4.75 45 27.5 33 No.8 2.36 27.5 17.5 21 N.3.59 16 11.5 138 N.5.279 11 5 6 N.1.149 8 3 36 N.2.74 5 3 36 Pan Jumlah 5 1 6 12 Pencampuran Agregat Untuk Mencari KAO (Kadar Aspal Optimum) Grafik gradasi campuran dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil proporsi yang dipe- roleh untuk masing-masing agregat: Agregat kasar 66,5%, Agregat halus 28,5% dan filler 5%. Berdasarkan komposisi tersebut, gradasi campuran berada di tengah-tengah batas spesifikasi gradasi campuran laston, karena itu gradasi campuran merupakan gradasi ideal Gambar 1. Grafik Gradasi Campuran Perhitungan Kadar Aspal Optimum Perkiraan Perhitungan kadar aspal optimum per- sebagai kiraan yang nantinya digunakan acuan dalam menentukan variasi kadar aspal digunakan berdasarkan ketentuan empiris sebagai berikut: Pb =,35(%CA) +,45(%FA)+,18 (%FF) + konstanta Konstanta untuk campuran laston antara,5-1, diambil 1 maka: Pb =,35 (66,5) +,45 (28,5) +,18(5) + 1 = 5,51% 5,5% Rancangan Campuran Benda Uji Berdasarkan komposisi agregat dan variasi kadar aspal, maka dibuat rancangan campuran benda uji pada setiap variasi kadar aspal. Untuk masing-masing 4

Variasi Agregat Pipih Sebagai Agregat Kasar...... Ariawan kadar aspal dibuat tiga buah benda uji. Rancangan campuran benda uji dibuat pada variasi kadar aspal 4,5%, 5%, 5,5%. 6%, 6,5% untuk menentukan kadar aspal optimum. Pemeriksaan Campuran Dengan Alat Marshall Kinerja campuran aspal diperiksa dengan menggunakan alat pemeriksaan Marshall, mengikuti prosedur PC-21-6 atau AASHTO 245-74 atau ASTM 1559-62T. Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring (cincin penguji) yang berkapasitas 25 kg atau 5 pon. Proving ring dilengkapi dengan arloji pengukur stabilitas campuran. Di samping itu terdapat arloji kelelehan (flow meter) untuk mengukur kelelehan plastis (flow). Analisis regresi Persamaan garis dari titik-titik yang didapat dari korelasi variasi agregat pipih dengan nilai karasteristik Laston seperti Stabilitas, Flow, VIM, VMA, VFB, Marshall Quotien didekati dengan persamaan regresi non linier (polynomial pangkat dua). Y' = a + bx + cx 2 Dimana X = kadar agregat pipih, Y= nilai karasteristik Laston, a,b,c = koefisien regresi. Analisis korelasi Besarnya hubungan antara kadar agregat pipih dengan nilai-nilai karakteristik campuran Laston, dianalisis dengan model analisis korelasi sederhana menurut Sugiono (26) : r= ( ) ( )( ) ( ) ( ) Dimana X = kadar agregat pipih dan Y = variabel terikat (nilai karakteristik Laston) HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik material agregat Karakteristik material agregat dirangkum dalam Tabel 4 dan Tabel 5. Semua karakteristik agregat memenuhi spesifikasi (DPU) yang ditentukan dan dapat digunakan sebagai bahan campuran Laston. Tabel 4 Hasil pemeriksaan berat jenis agregat Agregat Berat Jenis Bulk SSD Apparent Kasar 2,492 2,537 2,612 Halus 2,561 2,581 2,614 Abu Batu 2,941 2,953 2,974 Spesifikasi Berat Jenis Apparent Minimum 2,5 Tabel 5. Karakteristik lainnya dari agregat Karakteristik Ag. Ag. Spec. Kasar Halus Abrasi 32,89% - < 4% Penyerapan air 1,843%,87% 3% Sand - 86,61 equivalent % 5 % Soundness Test 1,5% - 12% Kadar lumpur,15 % -,25 Karakteristik Aspal Ringkasan hasil pemeriksaan aspal dituangkan pada Tabel 6. Dari tabel tersebut terlihat bahwa hasil pengujian aspal penetrasi 6/7 secara umum memenuhi persyaratan spesifikasi, kecuali titik lembek nilainya 44,5 C dibawah nilai spesifikasi yaitu minimum 48 C. Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Aspal Penetrasi 6/7 Pengujian Hasil Spesifikasi Penetrasi 65,1 6 79 Titik Nyala 325 C 2 C Titik Lembek 44,5 C 48-58 C Berat Jenis 1,16 Min. 1, Daktilitas 122,5 cm Min. 1 cm Kehilangan Berat Aspal Penetrasi Setelah Kehilangan berat,36 % Maks. 1 % 8,34% 54% semula Karakteristik Campuran Laston Ringkasan karakteristik campuran Laston berupa korelasi antara variasi kadar aspal 4,5% hingga 6,5% terhadap 41

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 1, Januari 211 nilai stabilitas, flow, Marshall Quotient, VIM, VMA dan VFB dapat dilihat pada Tabel 7 dan pola korelasinya dapat dilihat pada Gambar 3 sampai Gambar 8. Terlihat Bagan alur penelitian bahwa hanya pada kadar aspal rentang 6%-6,5% yang memenuhi semua standar spesifikasi. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Pemeriksaan Material Agregat Aspal Proses Pengujian 1. Analisa Saringan Agregat 2. Pemilahan Agregat Pipih 3. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar 4. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus 5. Keausan Agregat 6. Sand Equivalent Test 7. Soundness Test 8. Kadar Lumpur 9. Kelekatan Agregat Terhadap Aspal Proses Pengujian 1. Penetrasi Aspal 2. Titik Lembek 3. Titik Nyala dan Titik Bakar 4. Daktilitas 5. Berat Jenis 6. Tes Kehilangan Berat Aspal Agregat Kasar Agregat Halus Filler Spesifikasi Bleending Campuran Agregat Spesifikasi Tidak Tida k Spesifikas i Proporsi Agregat Ideal disyaratkan Y a Ulangi Pengujian/ Mengganti Aspal Y a Pb =,35 (%CM) +,45 (%FA) +,18 (%FF) + k A B Gambar 2 merupakan urutan-urutan kegiatan dalam bentuk bagan alur penelitian. 42

Variasi Agregat Pipih Sebagai Agregat Kasar...... Ariawan A B Mixing Agregat + Pembuatan Benda Uji dengan Variasi Kadar Optimum Marshall Standar 2 X 75 Kadar Aspal (Pb - Kadar Aspal (Pb - Kadar Aspal (Pb Kadar Aspal (Pb + Kadar Aspal (Pb + Nilai VMA, VIM, VFB. Stabilitas, Kelelehan, Kadar Aspal Pembuatan Benda Uji dengan KAO Variasi Kadar Agregat Pipih pada Persentase Agregat Marshall Standar 2 X 75 Kadar Pipih Kadar Pipih 15 Kadar Pipih 2 Kadar Pipih 25 Kadar Pipih 3 Nilai VMA, VIM, VFB. Stabilitas, Kelelehan, Analisis dan Uji Kesimpula Gambar 2. Bagan Alur Penelitian Tabel 7. Nilai Karakteristik Campuran Laston Karakteristik Standar Campuran 4,5 5 5,5 6 6,5 Mutu Stabilitas (kg) 1174,57 1169,52 1147,33 1133,5 113,21 75-125 Flow (mm) 3,18 3,69 4,283 4,64 4,96 2 Marshall 18-5 Quotient (kg/mm) 369,35 317,32 268,4 244,34 222,45 VIM Marshall 4-6 7,118 6,828 6,472 5,882 5,463 (%) VMA (%) 14,31 14,98 15,6 16 16,57 15 VFB (%) 5,26 54,44 58,5 63,25 67,3 63 43

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 1, Januari 211 Stabilitas (Kg) 15 1 5 4.5 5 5.5 6 6.5 Minimu m Maksim um Flow (mm) 6 4 2 4.5 5 5.5 6 6.5 Minimum Nilai Flow Gambar 3. Kadar aspal vs stabilitas Marshall Quotient (Kg/mm) 6 4 2 4.5 5.5 6.5 Minimum Maksimum Nilai MQ VIM (%) Gambar 4. Kadar aspal vs flow 8 6 4 2 4.5 5 5.5 6 6.5 Minimum Maksimum Nilai VIM VMA (%) Gambar 5. Kadar aspal vs MQ 17 16 15 14 13 4.5 5 5.5 6 6.5 Minimum Nilai VMA Gambar 7. Kadar aspal vs VMA Penentuan Kadar Aspal Optimum Kadar aspal optimum diperoleh 6,25%, ditentukan dengan menggunakan Metode Bar-chart seperti pada Gambar 9. Nilai kadar aspal optimum ditentukan VFB (%) Gambar 6. Kadar aspal vs VIM 8 6 4 2 4.5 5.5 6.5 Minimum Nilai VFB Gambar 8. Kadar aspal vs VFB sebagai nilai tengah dari rentang kadar aspal maksimum dan minimum yang memenuhi persyaratan nilai stabilitas, flow, marshall Quotient, VMA, VIM, dan VFB. Karakteristik 4,5 5 5,5 6 6,5 Stabilitas Flow Marshall Quotient (MQ) VIM Marshall VMA VFB Gambar 9. Penentuan Kadar Aspal Optimum 6,25% 44

Variasi Agregat Pipih Sebagai Agregat Kasar...... Ariawan Variasi Kadar Agregat Pipih Memvariasikan kadar agregat pipih untuk melihat pengaruhnya terhadap karakteristik campuran Laston, dilakukan 6 variasi agregat pipih, masing-masing %, 15%, 2%, 25%, 3%, 35% terhadap berat total agregat kasar. Tabel 8 menunjukkan nilai karakteristik Laston dengan variasi agregat pipih (%-35%). Tabel 8. Nilai karakteristik campuran Laston dengan variasi kadar agregat pipih Karakteristik Kadar Agregat Pipih Campuran % 15% 2% 25% 3% 35% Standar Mutu Stabilitas (kg) 1144 1136,1 1129,6 1119,9 114,7 196,9 75-125 kg Flow (mm) 3,653 4,33 4,97 5,953 6,373 7,213 2-4 mm Marshall Quotient (kg/mm) 313,21 282,3 233,24 188,41 175,51 15,52 18-5 kg/mm VIM (%) 5,9 5,15 4,67 4,32 3,31 2,73 3-6 % VMA (%) 16,48 15,82 15,4 15,8 14,19 13,68 15 % VFB (%) 64,2 67,5 69,7 71,4 76,7 8,1 63 % Karakteristik Campuran Kadar agregat pipih % 15% 2% 25% 3% 35% Stabilitas (kg) Flow (mm) Marshall Quotient (kg/mm) VIM (%) VMA (%) VFB (%) Kadar agregat pipih maksimum 25% Gambar 9. Grafik Barchart karakteristik Laston dengan Variasi Agregat Pipih Analisis variasi kadar agregat pipih terhadap karakteristik Laston Pengaruh variasi agregat pipih terhadap karakteristik Laston dianalisis dengan analisis regresi, dan korelasi. Stabiltas (%) 13 11 9 7 5 y = -.41x 2 +.52x + 1144 R² =.988 1 2 3 4 Kadar Agregat Pipih (%) Gambar 1. Kadar Agregat Pipih vs Stabilitas stabilitas Tampak pada Gambar 1 sampai dengan Gambar 15 kecenderungan korelasi antara variasi agregat pipih dengan nilai-nilai karakteristik Laston. Flow (%) 8 y = 6.2x 2 +.1x + 3.58 4 R² =.97 2 2 4 Kadar Agregat Pipih (%) Gambar 11. Kadar Agregat Pipih vs Flow 45

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 1, Januari 211 Marshall Quotient (kg/mm) 4 3 2 1 y = -.6x 2-2.864x + 317.7 R² =.953 2 4 Kadar Agregat Pipih (%) MQ Gambar 12. Kadar Agregat Pipih vs MQ VIM (%) 8 6 4 2 y = -.2x 2 -.16x + 5.896 R² =.99 2 4 Kadar Agregat Pipih (%) VIM Gambar 14. Kadar Agregat Pipih vs VIM Berdasarkan model Y' =,41X 2 +,52X + 1144, nilai stabilitas pada kadar agregat pipih sebesar %, 15%, 2%, 25%, 3%, 35% berturut-turut adalah 1144 kg, 154,55 kg, 984,64 kg, 784,66 kg, 654,59 kg. Berdasarkan analisis korelasi, r xy = -,994. Berarti hubungan antara kadar agregat pipih terhadap nilai stabilitas sangat kuat dan negatif dengan koefisien determinasi (r 2 ) =,988. Artinya penurunan stabilitas pada variasi kadar agregat pipih, sebesar 98,8% disebabkan oleh panambahan kadar agregat pipih dan sisanya oleh faktor lain. Berdasarkan model Y' =,2X 2 -,1X + 3,58, nilai flow pada kadar agregat pipih %, 15%, 2%, 25%, 3%, 35% berturut-turut adalah 3,58 mm, 4,18 mm, 4,58 mm, 5,8 mm, 5,68 mm dan 6,38 mm. Berdasarkan analisis korelasi, r xy =,985. Berarti hubungan antara kadar agregat pipih terhadap nilai flow sangat kuat dan positif dengan koefisien determinasi (r 2 ) =,97. Artinya penambahan nilai flow pada variasi kadar agregat pipih, sebesar 97,% disebabkan oleh penambahan kadar agregat pipih dan sisanya faktor lain. Berdasarkan model Y' = -,6X 2-2,864X + 317,7, nilai MQ pada kadar VMA (%) 17. 16.5 16. 15.5 15. 14.5 14. y = -.1x 2 -.15x + 16.49 R² =.99 2 4 Kadar Agregat Pipih (%) Gambar 13. Kadar Agregat Pipih vs VMA VFB (%) 9 8y =.13x 2 -.2x 7 + 64.27 6 R² =.99 5 2 4 Kadar Agregat Pipih (%) VMA VFB Gambar 15. Kadar Agregat Pipih vs VFB agregat pipih %, 15%, 2%, 25%, 3%, 35% berturut-turut adalah 317,7 kg/mm, 261,24 kg/mm, 236,42 kg/mm, 28,6 kg/mm, 177,78 kg/mm, 143,96 kg/mm. Berdasarkan analisis korelasi r xy = -,976. Ini berarti hubungan antara kadar agregat pipih terhadap nilai MQ sangat kuat dan negatif dengan koefisien determinasi (r 2 ) =,953. Artinya penurunan nilai MQ pada variasi kadar agregat pipih, sebesar 95,3% disebabkan oleh penambahan kadar agregat pipih dan sisanya oleh faktor lain. Berdasarkan model Y' = -,1X 2,15X + 16,49, nilai VMA pada kadar agregat pipih %, 15%, 2%, 25%, 3%, 35% berturut-turut adalah 16,49%, 16,4%, 15,79%, 15,49%, 15,15%, 14,74%. Berdasarkan analisis korelasi r xy = -,995. Ini berarti hubungan antara kadar agregat pipih terhadap nilai VMA sangat kuat dan negatif dengan koefisien determinasi (r 2 ) =,99. Artinya penurunan nilai VMA pada variasi kadar agregat pipih, sebesar 99,% disebabkan oleh penambahan kadar agregat pipih dan sisanya faktor lain. Berdasarkan model Y' = -,2X 2,16X + 5,896, nilai VIM pada kadar agregat pipih %, 15%, 2%, 25%, 3%, 35% berturut-turut adalah 5,98%, 5,2%, 46

Variasi Agregat Pipih Sebagai Agregat Kasar...... Ariawan 4,77%, 4,24%, 3,61%, 2,88%. Berdasarkan analisis korelasi didapat angka korelasi r xy = -,995. Ini berarti hubungan antara kadar agregat pipih terhadap nilai VIM sangat kuat dan negatif dengan koefisien determinasi (r 2 ) =,99. Artinya penurunan nilai VIM pada variasi kadar agregat pipih, sebesar 99,% disebabkan oleh penambahan kadar agregat pipih dan sisanya faktor lain. Berdasarkan model Y' =,13X 2,2X + 64,27, nilai VFB pada kadar agregat pipih %, 15%, 2%, 25%, 3%, 35% berturut-turut adalah 64,27%, 67,16%, 69,43%, 72,34%, 75,91%, 8,12%. Berdasarkan analisis korelasi r xy =,995. Ini berarti hubungan antara kadar agregat pipih terhadap nilai VFB sangat kuat dan positif dengan koefisien determinasi (r 2 ) =,99. Artinya penurunan nilai VFB pada variasi kadar agregat pipih, sebesar 99,% disebabkan oleh penambahan kadar agregat pipih dan sisanya oleh faktor lain. Analisis Varian Uji kebenaran hipotesa ada atau tidaknya pengaruh variasi agregat pipih dalam agregat kasar terhadap karakteristik campuran Laston digunakan análisis varian. Analisis selengkapnya terhadap karakteristik Laston (stabilitas, flow, MQ, VMA, VIM, VFB) ditampilkan pada Gambar 17 sampai dengan Gambar 22. Terlihat bahwa pada tingkat kesalahan (α ) 5%, terhadap semua nilai karak-teristik Laston mempunyai perbedaan nilai, akibat adanya perubahan perlakukan (variasi agregat pipih dalam agregat kasar). Dimana perbandingan rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok dengan rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok lebih besar. Daerah penerimaan Ho Da erah penol akan Ho f tabel = 3,11 f hitung = 4,22 Gambar 17. Kurva uji distribusi F untuk nilai stabilitas Daerah penerimaan Ho Daerah penolakan Ho f tabel = 3,11 f hitung = 21,537 Gambar 18. Kurva uji distribusi F untuk nilai flow 47

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 1, Januari 211 D aerah pener im aan Ho Daer ah p enol akan H o f t abel = 3,1 1 f hitu ng = 34,189 Gambar 19. Kurva uji distribusi F untuk nilai MQ Dae rah penerimaan H o D aerah pen olak an Ho f tab el = 3,1 1 f hi tun g = 43,39 Gambar 2. Kurva uji distribusi F untuk nilai VMA Daer ah penerim aan Ho Daerah peno lakan Ho f tabel = 3,11 f hitung = 43,57 4 Gambar 21. Kurva uji distribusi F untuk nilai VIM Daerah penerimaan Ho Daerah penolakan Ho f t abel = 3,11 f hit ung = 34,23 Gambar 22. Kurva uji distribusi F untuk nilai VFB 48

Variasi Agregat Pipih Sebagai Agregat Kasar...... Ariawan SIMPULAN Memvariasikan agregat pipih %, 15%, 2%, 25%, 3%, 35% dengan menggunakan KAO 6,25% didapatkan karakteristik campuran Laston sebagai berikut: nilai stabilitas cenderung menurun dari 1144 kg menjadi 196,9 kg, nilai flow cenderung meningkat dari 3,65 mm menjadi 7,21 mm, nilai MQ cenderung menurun dari 313,21 kg/mm menjadi 15,52 kg/mm, nilai VMA cenderung menurun dari 16,48% menjadi 13,68%, nilai VIM cenderung menurun 5,9% menjadi 2,73% dan nilai VFB cenderung meningkat dari 64,2% menjadi 8,1%. Seiring dengan bertambahnya agregat pipih yang digunakan dalam campuran Laston, kecenderungan menurunkan ketahanan campuran terhadap depormasi. Berdasarkan analisis statistik disimpulkan hal-hal sebagai berikut : - Pengaruh variasi agregat pipih dalam agregat kasar pada karakteristik campuran Laston sangat kuat. Ini dapat dilihat dari nilai korelasi (r) >,97 dan nilai koefisien determinasi (r2) >,95 terhadap semua karakteristik campuran Laston. - Berdasarkan analisis varians dengan tingkat signifikansi 5% (α=5%), nilai f hitung untuk masing-masing karakteristik campuran Laston (stabilitas = 4,22, flow = 21,537, MQ = 34,189, VMA = 43,39, VIM = 43,574, VFB = 34,23) lebih besar dari f tabel 3,11. Ini membuktikan dengan adanya perubahan perlakukan yaitu dengan memvariasikan agregat pipih pada agregat kasar membuat adanya perbedaan karakteristik campuran Laston. DAFTAR PUSTAKA ASTM. Standard Test Method for Flat Particles, Elongated Particles, or Flat and Elongated Particles in Coarse Aggregate, D 4791-95, ASTM Committee on Standards. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga No. 1/MN/BM/1976, Manual Pemeriksaan Bahan Jalan. Departemen Pekerjaan Umum. 1983. Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (LASTON) No. 13/pt/b/1983. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. Departemen Pekerjaan Umum. 1989. Tata Cara Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) untuk Jalan Raya, SNI 3-1737-1989. Badan Penelitian dan Pengembangan PU, Standar Nasional Indonesia. Departemen Pekerjaan Umum. 1991. Metode Campuran Aspal Dengan Alat Marshall, SNI 6-2489-1991. Badan Penelitian Dan Pengembangan PU, Standar Nasional Indonesia. Departemen Pekerjaan Umum. 25. Cara Uji Butiran Agregat Kasar Berbentuk Pipih, Pipih, Atau Pipih dan Pipih, RSNI-1-25.Badan Penelitian Dan Pengembangan PU, Standar Nasional Indonesia. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 22. Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas, Buku 1: Petunjuk Umum, Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah Direktorat Jendral Prasarana Wilayah. Sugiono. 26. Statistika Untuk Penelitian. Bandung. CV. Alfabeta. Usaini, U. 26. Pengantar Statistika. Yogyakarta. Bumi Aksara. 49