Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Oleh GM Djoko Hanantijo (dosen PNS dpk Universitas Surakarta) ABSTRACT Consumption expenditure is part of a person's disposable income. At the macro (aggregate) private consumption is directly proportional to the national income. The greater the income, the greater the consumption expenditure. Consumption expenditure consists of government consumption and household consumption. economic growth is essentially defined as a process in which the Gross Domestic Product (GDP) per capita real or real income increases continuously through increased productivity per capita. In general, economic growth means an increase in the Gross Domestic Product (GDP) of a country. Keywords: government consumption, household consumption, Gross Domestic Product A. Pendahuluan Salah satu wacana yang menonjol dalam perekonomian Indonesia adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau pencapaian perekonomian bangsa tersebut, meskipun tidak bisa dinafikan ukuran-ukuran yang lain. Isu mengenai pertumbuhan ekonomi yang selalu diperhatikan dalam analisis ekonomi makro adalah masalah kelesuan pertumbuhan ekonomi dari waktu ke waktu. Mengingat konsep pertumbuhan ekonomi sebagai tolok ukur penilaian pertumbuhan ekonomi nasional sudah terlanjur diyakini serta diterapkan secara luas, maka kita tidak boleh ketinggalan dan mau tidak mau juga harus berusaha mempelajari hakekat dan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi tersebut. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi ialah usaha meningkatkan pendapatan per kapita
A. Pendahuluan Salah satu wacana yang menonjol dalam perekonomian Indonesia adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau pencapaian perekonomian bangsa tersebut, meskipun tidak bisa dinafikan ukuran-ukuran yang lain. Isu mengenai pertumbuhan ekonomi yang selalu diperhatikan dalam analisis ekonomi makro adalah masalah kelesuan pertumbuhan ekonomi dari waktu ke waktu. Mengingat konsep pertumbuhan ekonomi sebagai tolok ukur penilaian pertumbuhan ekonomi nasional sudah terlanjur diyakini serta diterapkan secara luas, maka kita tidak boleh ketinggalan dan mau tidak mau juga harus berusaha mempelajari hakekat dan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi tersebut. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi ialah usaha meningkatkan pendapatan per kapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen. Tingkat pendapatan masyarakat yang dibarengi dengan tingkat konsumsi masyarakat bisa menjadi masalah tersendiri bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Peningkatkan aktivitas konsumsi dalam negeri dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa. Peningkatan konsumsi nasional secara tidak langsung akan membuat industri ekonomi dalam negeri akan tumbuh dengan baik. B. Konsumsi Nasional 1. Definisi Konsumsi Nasional
Pengeluaran konsumsi masyarakat/rumah tangga merupakan salah satu variabel makro ekonomi. Dalam identitas pendapatan nasional menurut pendekatan pengeluaran, variabel ini lazim dilambangkan dengan huruf C, inisial dari kata Consumption. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatan yang dibelanjakan. Apabila pengeluaranpengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan. Secara makro (agregat) pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan nasional. Semakin besar pendapatan maka semakin besar pula pengeluaran konsumsi. Perbandingan besarnya tambahan pengeluaran konsumsi terhadap pendapatan disebut hasrat marginal untuk berkonsumsi (Marginal Propensity to Consume: MPC). Pada masyarakat yang kehidupan ekonominya relatif belum mapan biasanya angka MPC mereka relatif besar, sementara angka MPS mereka relatif kecil, artinya jika memperoleh tambahan pendapatan maka sebagian besar tambahan pendapatan tersebut akan teralokasi untuk konsumsi. Hal ini sebaliknya berlaku pada masyarakat yang kehidupan ekonominya relatif lebih mapan. Menurut Rahardja (2001: 45), pengeluaran konsumsi terdiri atas konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi masyarakat atau rumah tangga (household consumption). Beberapa alasan yang mendasari tingkat konsumsi masyarakat atau rumah tangga adalah: a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki posisi terbesar dalam total pengeluaran agregat. b. Konsumsi rumah tangga bersifat endogenous dalam arti besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan dengan faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhinya. Karena itu kita dapat menyusun model dan teori ekonomi yang menghasilkan pemahaman tentang hubungan tingkat konsumsi dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Teori dan
model tersebut dikenal dengan teori model konsumsi yang telah terbukti bermanfaat bagi pengelola perekonomian makro. c. Perkembangan masyarakat yang begitu cepat mengakibatkan perilakuperilaku konsumsi juga berubah cepat. Hal ini merupakan alasan lain yang memuat studi tentang konsumsi rumah tangga tetap relevan. 2. Teori Konsumsi a. Teori Konsumsi Menurut Keynes (Absolute Income Hypothesis) Teori konsumsi konsumsi agregatif ini mulanya dikemukan oleh Jhon Maynard Keynes dalam bukunya The General Theory Of Employment dan Interest and Money yang diterbitkan pada tahun 1936. Melalui teori konsumsi ini J.M Keynes mengungkapkan bahwa besar kecilnya konsumsi pada suatu waktu ditentukan oleh nilai absolute dari pendapatan masyarakat yang siap untuk dibelanjakan (disposible income) pada waktu berlangsung. Pola tingkah laku konsumsi masyarakat meningkat sejalan dengan pertambahan nilai pendapatan dan sebaliknya. b. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif (Relative Income Hypothesis). Teori konsumsi ini dikemukakan oleh James Dusenberry dimana dalam bukunya Income, Saving and The Theory of Consumer Behavior pada tahun 1949. Teori konsumsi yang diajukan oleh James Dussenbery didasarkan kepada anggapan utama atau asumsi sebagai berikut: 1) Tingkat konsumsi adalah interdependent terhadap tingkat pendapatan tinggi atau kebiasaan yang terjadi sebelumnya. Disamping itu unsur status sosial seseorang juga turut menentukan tingkat konsumsinya. Dengan demikian tingkat pendapatan yang akan mempengaruhi konsumsi adalah nilai pendapatan relatif terhadap tingkat pendapatan tertinggi yang pernah dimiliki sebelumnya.
2) Tingkat konsumsi bersifat irreversible yang bermakna bahwa apa yang terjadi pada waktu pendapatan naik, tidak akan selalu merupakan kebalikan bila terjadi penurunan pendapatan. c. Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (Permanent Income Hyphotesis). Teori Konsumsi permanent income hypotesis ini dikembangkan oleh Milton Friedman pada tahun 1957. Menurut beliau perlu dibedakan dalam pembahasan konsumsi antara mesured income dengan permanent income. Measured income adalah pendapatan yang diterima pada suatu waktu tertentu, sedangkan permanent income adalah pendapatan yang diramalkan oleh konsumen akan dapat diterima pada masa yang akan datang (expexted income). d. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup (Life Cycle Hypothesis) Perkembangan pada teori konsumsi berikutnya dikemukakan oleh A. Ando dan Franco Modigliani pada tahun 1963 yang lazim disebut sebagai Life Cycle Hypothesis. Melalui teori ini sumberdaya yang dimiliki oleh si konsumen dalam hidupnya (life time resources) dipandang sebagai faktor penentu tingkat konsumsi agregatif adalah sumber daya yang dimiliki oleh konsumen, tingkat pengembalian modal (rate of return on capital) dan usia hidup konsumen itu sendiri. Sumberdaya yang dimiliki oleh konsumen diwakili oleh jumlah kekayaan (wealth) ditambah dengan nilai sekarang dari seluruh upah yang akan diterima selama hidunya. Konsumen dalam menentukan konsumsinya dengan memperhitungkan seluruh sumberdaya yang dimiliki sehingga tingkat konsumsi agregatif bukan hanya ditentukan oleh jumlah pendapatan yang diterima suatu waktu, akan tetapi nilai kekayaan yang dimiliki. B. Pertumbuhan Ekonomi 1. Pengertian dan Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Istilah pertumbuhan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lain, negara satu dengan negara lainnya. Penting bagi kita untuk dapat memiliki definisi yang sama dalam mengartikan pertumbuhan. Secara umum pertumbuhan ekonomi memiliki arti peningkatan pada Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Pendapat mengenai definisi pertumbuhan ekonomi menurut beberapa ilmuwan adalah sebagai berikut : a) Kuncoro (2004) berpendapat bahwa suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi daripada apa yang dicapai pada masa sebelumnya. b) Todaro (2003) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu proses yang mantap dimana kapasitas produksi dari suatu perekonomian meningkat sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan nasional yang semakin besar. c) Menurut Budiono (1994), pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses pertumbuhan output perkapita jangka panjang yang terjadi apabila ada kecenderungan (output perkapita untuk naik) yang bersumber dari proses intern perekonomian tersebut (kekuatan yang berada dalam perekonomian itu sendiri), bukan berasal dari luar dan bersifat sementara. d) Sukirno (2004) berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahun. Sehingga untuk mengetahuinya harus diadakan perbandingan pendapatan naional dari tahun ke tahun, yang dikenal dengan laju pertumbuhan ekonomi. Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada dasarnya diartikan sebagai suatu proses dimana GDP riil atau pendapatan riil perkapita meningkat secara terus-menerus melalui kenaikan produktivitas perkapita. 2. Faktor Faktor yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi a. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya
Apabila Negara tersebut mempunyai kekayaan alam yang dapat diusahakan dengan menguntungkan, hambatan diluar sektor utama (pertanian dan Pertambangan) dapat diatasi dan pertumbuhan ekonomi dapat dipercepat. b. Jumlah dan Mutu dari Penduduk dan Tenaga Kerja Apabila dalam perekonomian sudah berlaku keadaan di mana pertambahan tenaga kerja tidak dapta menaikkan produksi nasional yang tingkatnya adalah lebih cepat dari tingkat pertambahan penduduk, pendapatan per kapita akan menurun. Dengan demikian penduduk yang berlebihan akan menyebabkan kemakmuran masyarakat merosot. c. Barang-Barang Modal dan Tingkat Teknologi Tanpa adanya perkembangan teknologi, produktivitas barang-barang modal tidak akan mengalami perubahan dan tetap berada pada tingkat yang sangat rendah. d. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat Dalam menganalisis mengenai masalah-masalah pembangunan di negtanegara berkembang ahli-ahli ekonomi telah menunjukkan bahwa sistem sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius kepada pembangunan. Adat istiadat yang tradisional dapat mengahambat masyarakat untuk menggunakan cara memproduksi modern dan produktivitas yang tinggi. Oleh karenanya pertumbuhan ekonomi tidak dapat di percepat. Juga dalam sistem sosial di mana sebagian besar tanah dimiliki oleh tuan-tuan tanah, atau di mana luas tanah yang dimiliki adalah sangat kecil dan tidak ekonomis, pembangunan ekonomi tidak akann mencapai tingkat yang diharapakan. C. Pengaruh konsumsi nasional terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia Konsumsi merupakan salah satu faktor penentu pertumbuhan ekononomi Indonesia yang sekaligus juga indikator kesejahteraan penduduk Indonesia. Sebagai indikator kesejahteraan, tingkat konsumsi akan menentukan kualitas pembangunan manusia Indonesia yang terekam dalam Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yang sampai saat ini peringkatnya masih jauh dibawah negaranegara tetangga, seperi Singapura, Malaysia, Thailand, filipina, dan bahkan dengan Vietnam. Pemahaman terhadap konsumsi penduduk Indonesia selain berguna untuk memahami kondisi kesejahteraan penduduk Indonesia, juga untuk mempercepat pencapaian Millinium Development Goals (MDGs) yang sudah dicanangkan oleh pemerintahaan Konsumsi penduduk Indonesia sebagian besar merupakan konsumsi rumah tangga menjadi prasyarat penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, mengingat kondisi wilayah yang tersebar dengan beragam potensi sumberdaya alam dan beragam kesenjangan yang terjadi antar wilayah maupun antar sektor. Selain itu, keberagaman sosial ekonomi penduduk Indonesia yang sangat tinggi menjadi penghambat dalam mengukur tingkat konsumsi. Jika keberagaman geografis wilayah dan potensi sumberdaya terkait dengan indikator-indikator pendapatan, inflasi, hargaharga, dan IPM antar wilayah, maka keberagaman sosial ekonomi penduduk Indonesia terkait dengan pola konsumsi dan preferensinya. Tabel 1 Petumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2004 sd 2012 Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%) 2004 5,5 2005 5,7 2006 5,5 2007 6,3 2008 6,1 2009 4,5 2010 6,1 2011 6,5 2012 6,2 Sumber: Biro Pusat Statistik Pemerintahan telah mengklaim bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggi dibandingkan negara Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina, yakni rata-rata sekitar 6,0 persen, masih terus bekerja keras untuk keluar dari
makin melemahnya indikator-indikator makro ekonomi, seperti pertumbuhan ekspor yang makin melambat, dan dampak krisis global. Salah satu target utama yang digerakkan oleh pemerintah adalah pasar domestik melalui peran dari konsumsi rumah tangga. Hal ini karena proporsi konsumsi rumah tangga terhadap Gross Domestic Produk (GDP) atau produk domestik bruto (PDB) paling besar, lebih dari 60 persen. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang rendah saja akan mampu memacu pertumbuhan ekonomi dari konsumsi rumah tangga cukup besar. Hal ini menjadi alasan pentingnya menganalisis konsumsi Indonesia. Data menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu terjadi pertumbuhan positif, baik pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto ataupun investasi fisik serta ekspor neto barang dan jasa. Bahkan, ada kecenderungan mengalami pertumbuhan yang semakin meningkat, dimana pengeluaran konsumsi rumah tangga sebagai sumber pertumbuhan dan sekaligus penyumbang terbesar dalam penggunaan GDP Indonesia. Oleh karena itu, pemerintahan melalui berbagai kebijakannya terus difokuskan untuk mempertahankan konsumsi rumah tangga tetap tinggi, yakni dengan merealisasikan berbagai proyek-proyek pembangunan infrastruktur, khususnya yang padat karya. Berbagai proyek ini akan membuka lapangan kerja dan mengurangi tingkat pengangguran akibat gelombang pemutusan hubungan kerja yang mungkin terjadi di masa mendatang. Pentingnya memahami perilaku konsumsi penduduk Indonesia sebagai indikator makroekonomi esensial oleh pemerintah Indonesia, seperti yang dijelaskan di atas, tidak terlepas dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi atau faktor-faktor pembentuknya. Dalam konteks nasional, konsumsi penduduk Indonesia, dipengaruhi oleh faktor ekonomi, faktor demografi, dan faktor non-ekonomi. Faktor-faktor tersebut meliputi pendapatan atau Produk Domestik Bruto, inflasi, kekayaan rumat tangga, harga-harga, tingkat bunga, IPM, ekspektasi masa depan, dan lainnya. Dengan
demikian, menganalisis konsumsi penduduk Indonesia akan sangat terkait dengan beberapa faktor-faktor tersebut D. Kesimpulan Konsumsi nasonal adalah penjumlahan dari pengeluaran-pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh semua orang dalam suatu negara Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dimana GDP riil atau pendapatan riil perkapita meningkat secara terus-menerus melalui kenaikan produktivitas perkapita. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu terjadi pertumbuhan positif, baik pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto ataupun investasi fisik serta ekspor neto barang dan jasa. Terdapat kecenderungan mengalami pertumbuhan yang sedikit mengalami meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 6,0% per tahun. Nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan dan sekaligus penyumbang terbesar dalam penggunaan GDP Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam. Referensi Boediono, 1982, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta, BPFE http://nanxsu.blog.com/2012/03/27/pertumbuhan-ekonomi-dan-pemerataanpendapatan/ diunduh tanggal 22 November 2013. Rahardja, Pratama, 2008, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan Makroekonomi, Edisi Ketiga,,FEUI. Sukirno, Sadorno. 2011, Makro Ekonomi Teori Pengantar, edisi ke tiga. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.