Vol.14 No.1. Februari 2013 Jurnal Momentum ISSN : X

dokumen-dokumen yang mirip
Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.17 No.2. Agustus 2015 Jurnal Momentum ISSN : X

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

PENGARUH VARIASI KADAR AGREGAT HALUS TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.16 No.1. Februari 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH BATU KAPUR SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN LASTON LAPIS AUS (AC-WC) ABSTRAK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, penelitian ini

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

PENGARUH PENAMBAHAN FILLER GRANIT DAN KERAMIK PADA CAMPURAN LASTON AC-WC TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHALL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

KAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

aintis Volume 13 Nomor 2, Oktober 2013, 1-9

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN GENTENG KERAMIK SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR DAN ABU TERBANG SEBAGAI PENGISI PADA LASTON AC-BC ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU ABSTRACT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

PENGARUH ABU VULKANIK GUNUNG SINABUNG SEBAGAI BAHAN PENGGANTI FILLER AC-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL.

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

STUDI PENGARUH WAKTU CURING TERHADAP PARAMETER MARSHALL CAMPURAN AC - WC FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

Studi Alternatif Campuran Aspal Beton AC WC dengan Menggunaan Pasir Seruyan Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

APLIKASI GRADASI GABUNGAN DI LABORATORIUM DAN GRADASI HOT BIN ASPHALT MIXING PLANT CAMPURAN LATASTON (HRS - BASE) TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

KARAKTERISTIK MARSHALL DALAM ASPAL CAMPURAN PANAS AC-WC TERHADAP VARIASI TEMPERATUR PERENDAMAN

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

PENGGUNAAN ASPAL BUTON TIPE RETONA BLEND 55 SEBAGAI BAHAN SUSUN CAMPURAN HRS-B

PENGGUNAAN ABU BATUBARA HASIL PEMBAKARAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON (LASTON)

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

PENGARUH LIMBAH KARET BAN SEBAGAI CAMPURAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL, PADA JENIS PERKERASAN LAPIS TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS B

Transkripsi:

PENGARUH VARIASI KADAR AGREGAT KASAR TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-WC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL Oleh : M i s b a h Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang Abstrak Jalan merupakan sarana transportasi yang sangat menentukan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat umumnya dan perekonomian masyarakat khususnya. Dengan biaya pembangunan dan perawatan jalan yang besar, akan lebih baik jika pembangunan jalan dititik beratkan pada peningkatan mutu jalan, baik dari segi biaya, metoda pelaksanaan maupun segi pemeliharaan sehingga diperoleh hasil maksimal dan jalan bisa bertahan lama. Saat ini sering ditemui perkerasan jalan yang mengalami kerusakan sebelum umur rencana tercapai. Faktor penyebab kerusakan diantaranya : pemeliharaan jalan yang belum optimal, muatan kendaraan melebihi kapasitas muat kendaraan, pengaruh faktor aspal dan faktor gradasi agregat, serta pelaksanaan perkerasan yang tidak memenuhi persyaratan spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum. Untuk itu, perlu suatu metoda yang bisa mengetahui terjadinya penyimpangan pelaksanaan yang telah memenuhi persyaratan spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum. Salah satu adalah metode analisa pengaruh variasi kadar agregat kasar terhadap nilai karakteristik campuran Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC). Lapisan perkerasan lentur Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC) adalah lapisan perkerasan yang digunakan sebagai lapis permukaan atau lapis aus, untuk itu diperlukan kepadatan (density) yang memenuhi standar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menaikkan kadar agregat kasar hingga 130 % dan menurunkan kadar agregat kasar hingga 80 % dari kondisi normal ( 100 % ), mengakibatkan nilai Flow dan VFA mengalami penurunan dari kondisi normal ( 100%) dan nilai VIM mengalami kenaikan dari kondisi normal, hal ini mengakibatkan nilai karakteristik campuran Marshall tidak memenuhi spesifikasi campuran. Kata Kunci : Variasi Agregat Kasar, Karakteristik Marshall Abstract The road is a means of transport is crucial in improving the welfare of society in general and the economy in particular. With the cost of building and maintaining the road, it would be better if the construction of the emphasis on improving the quality of roads, both in terms of cost, in terms of the method of implementation and maintenance in order to obtain maximum results and long-lasting way. Currently common pavement were damaged before the age of the plan is achieved. The causes of damage include: maintenance of roads is not optimal, the vehicle load exceeds the load capacity of the vehicle, the influence of asphalt and aggregate gradation factors, as well as the implementation of pavement that does not meet the specification requirements of the Department of Public Work. For that, it needs a method that can determine the deviation of the implementation meets the specification requirements of the Department of Public Work. One is the method of analysis of the influence of variations in the levels of coarse aggregate to the value of the characteristic-mixed Asphalt Concrete Wearing Course (AC- WC). Layer flexible pavement Asphalt-Concrete Wearing Course (AC-WC) is a layer of pavement that is used as the surface layer or wear layer, it is necessary density (density) that meet the standards. The results showed that by increasing the levels of coarse aggregate to 130% and reduce levels of coarse aggregate up to 80% of normal (100%), resulting in the value of Flow and VFA decreased from normal (100%) and VIM value increased from normal conditions, this resulted in the value of the characteristic blend Marshall mix does not meet specifications. Keywords: Coarse Aggregate Variation, Characteristics Marshall 56

PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan jalan di Indonesia akhir-akhir ini sangat meningkat, mulai dari proyek pembangunan jalan baru sampai proyek peningkatan jalan. Perencanaan jalan biasanya dibuat untuk masa pelayanan yang disesuaikan dengan kondisi lalu lintas yang ada, tetapi sering ditemukan perkerasan jalan yang mengalami kerusakan sebelum umur rencana tercapai. Faktor penyebab terjadi kerusakan diantaranya pemeliharaan jalan yang belum optimal, muatan kendaraan berlebih serta pengaruh faktor aspal dan faktor gradasi. Proses pembuatan campuran dilakukan dengan dua kondisi yaitu : pembuatan campuran dilaboratorium dan pembuatan campuran di AMP. Sebelum pembuatan campuran di AMP, sampel terlebih dahulu diuji di laboratorium dengan syarat material harus sesuai standar spesifikasi ideal. Pada proses pembuatan campuran di AMP, material agregat kasar, halus dan filler dimasukkan ke dalam bin dingin, kemudian agregat dialirkan dengan menggunakan ban berjalan dan bergetar kebagian dryer (pengering). Dari dryer, agregat dialirkan ke unit saringan panas (hot screen). Kemudian agregat dialirkan ke bin panas (hot bin). Dari hot bin dialirkan ke bagian penimbangan. Dari penimbangan agregat dialirkan ke bagian pencampuran (mixer pugmill). Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan hasil produksi. berupa batu pecah, kerikil, pasir atau komposisi mineral lain. Agregat merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan (sekitar 90% - 95% berat atau 75% - 85% volume campuran). Berdasarkan besar partikelnya agregat dibedakan menjadi agregat kasar dan agregat halus. Agregat kasar adalah batuan yang tertahan saringan no : 8 (2,38 mm) dan agregat halus adalah batuan yang lolos saringan no. 8 (2,38 mm) dan tertahan saringan no : 200 (0,075 mm). Metodologi Pada penelitian ini metoda pengujian berupa pembuatan dan pengujian sejumlah benda uji standar berbentuk tabung dengan diameter 102 mm (4 inch) dan tinggi 63,5 mm (2.5 inch). Pemadatan dilakukan dengan penumbukan sebanyak 75 kali per bidang di Laboratorium Teknik Sipil Institut Teknologi Padang dengan total benda uji 15 buah (terdapat 5 variasi dan tiap variasi terdiri dari tiga benda uji) dengan penambahan 10%, 20%, 30% dan pengurangan 10% dan 20% kadar agregat kasar. Tinjauan Pustaka Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat, yang mengandung hydrocarbon. Menurut Asphalt Institute, MS- 22 2001, sifat-sifat aspal yang dibutuhkan untuk perkerasan jalan adalah : a. Daya Tahan (Durabilitas) b. Adhesi dan Kohesi c. Kepekaan terhadap campuran d. Kekerasan aspal Agregat atau batuan adalah kumpulan butirbutir mineral alam maupun buatan yang dapat 57

Studi Literatur SHELL BITUMEN (1990) menyatakan bahwa campuran panas aspal agregat harus memiliki kemampuan untuk : Tidak Pengujian Agregat Kasar, halus, filler Spesifikasi Ya Persiapan Material Mix Design AC-WC Pengujian Marshall Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO) Pembuatan Benda Uji Penyimpangan Kadar Agregat Kasar Pengujian Marshall Analisa Data Kesimpulan dan Saran Pengujian Aspal Penetrasi 60/70 Spesifikasi Ya Gambar. 1. Bagan Alir Penelitian a) Memiliki ketahanan terhadap deformasi permanen. b) Ketahanan terhadap retak lelah (fatique) c) Mudah dikerjakan saat penghamparan sampai tingkat yang memungkinkan. d) Bersifat kedap air untuk melindungi lapisan perkerasan dibawahnya terhadap pemasukan air dari luar yang bersifat merusak. e) Tahan lama dan mampu menahan abrasi oleh lalulintas, pengaruh air dan udara. f) Berperan dalam mendukung struktur perkerasan. g) Pemeliharaan mudah dan paling utama harganya murah. Di dalam penelitian, pendekatan empiris yang dipakai yang sesuai dengan perhitungan Marshall adalah sebagai berikut : a) Berat jenis Bulk dari total agregat: P1 P2... Pn Gsb P / Gsb P / Gsb... P / Gsbn 1 2 b) Berat jenis Apparent dari total agregat P1 P2... Pn Gsa P / Gsa P / Gsa... P / Gsan 1 1 2 c) Berat jenis efektif dari total agregat Gsb Gsa Gse 2 d) Isi Bulk dari campuran padat, cc Vbulk = W ssd Ww 1 e. VIM/Rongga didalam campuran (prosentase dari volume total) Gmm - Gmb VIM 100 x Gmm f. VMA/Rongga dalam agregat (prosentase dari volume total) Gmb - Ps VMA 100 Gsb n n g. VFA/Rongga terisi aspal (prosentase dari VMA) 57

VMA - VIM VFA 100 x VMA h. Penyerapan aspal Gse - Gsb Pba 100 x XGb GsexGsb i. Kadar aspal efektif dari total campuran Pba Pbe Pb XPs 100 Dengan maksud, P1,P2,...Pn = prosentase berat agregat Gsb, Gsb n, = berat jenis dari agregat Gsa1,Gsa n,= berat jenis apparent dari agregat Gsa = berat jenis apparent dari total agregat Gsb = berat jenis bulk dari total agregat V bulk = volume bulk campuran dipadatkan Wssd = berat jenis kering permukaan Ww = berat dalam air Gmb = berat jenis bulk pada campuran padat Gmm = berat jenis teoritis maksimum campuran padat Pmm = prosentase berat dari total campuran lepas 100% Pb = kadar aspal Gb Ps VIM VFA VMA Pba Pbe MS MF MSS MSI Pengujian Marshall = berat jenis aspal = prosentase berat agregat VIM rongga dalam campuran = rongga dalam campuran = rongga udara terisi aspal = rongga uddara dalanm agregat = penyerapan aspal, prosentase dari berat agregat = kadar aspal efektif, prosentase dari berat campuran = Stabilitas Marshall, kg = Marshall Flow (mm) = stabilitas Marshall pada kondisi standar (kg) = stabilitas Marshall pada kondisi perendaman (kg) Pengujian Marshal adalah metode pengujian laboratorium untuk bahan dasar perkerasan yang meliputi pengujian karakteristik campuran dan perencanaan kadar aspal optimum. Pengujian ini menghasilkan sejumlah data Marshall properties dan terdiri dari Stabilitas, Flow, Rongga Antar Butir Agregat (VMA), Rongga dalam Campuran (VIM), Rongga Terisi Aspal (VFA), dan Marshall Quotient (MQ). Hasil Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap Agregat Kasar, berat jenis curah (bulk) sebesar : 2.483 gr/cc, berat jenis semu (Apparent) sebesar : 2.594 gr/cc dan penyerapan (Absorption) sebesar : 1.725 %. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap Agregat Halus, berat jenis curah (bulk) sebesar : 2.518 gr/cc, berat jenis semu (Apparent) sebesar : 2.662 gr/cc dan penyerapan (Absorption) sebesar : 2.146 %. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap Filler, berat jenis curah (bulk) sebesar : 2.574 gr/cc, berat jenis semu (Apparent) sebesar : 2.735 gr/cc dan penyerapan (Absorption) sebesar : 2.282 %. Pembahasan Dari pengujian yang telah dilakukan dapat dilihat pembahasan tentang Marshall properties yang terdiri dari Stabilitas, Flow, Rongga Antar Butir Agregat (VMA), Rongga dalam Campuran (VIM), Rongga Terisi Aspal (VFA), dan Marshall Quotient (MQ). Stabilitas Stabilitas merupakan kemampuan lapis perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa mengalami perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur (rutting), maupun mengalami bleeding, nilai stabilitas dipengaruhi oleh kohesi/penetrasi, kadar aspal, gesekan (internal Friction), sifat saling mengunci (interlocking) dari partikel-partikel agregat, bentuk, tekstur permukaan serta gradasi agregat. Nilai stabilitas yang terlalu tinggi menyebabkan campuran menjadi terlalu kaku, hal ini berakibat perkerasan mudah menjadi retak bila menerima beban, tapi bila nilai stabilitas yang terlalu rendah campuran aspal agregat akan mudah mengalami rutting oleh 58

adanya beban lalu lintas. nilai stabilitas dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Nilai Stabilitas (Kgr) 2200 2100 2000 1900 1800 1700 1600 1500 1400 1300 1200 1100 1000 900 800 STABILITAS Gambar 1 : Hubungan Kadar Aggregat Kasar dengan Stabilitas Hasil pemeriksaan memperlihatkan meningkatkan kadar agregat kasar sampai 130 % mengakibatkan nilai stabilitas menurun dari kondisi normal, tetapi nilai stabilitas masih berada diatas nilai minimal stabilitas. Hal ini disebabkan karena rongga yang terbentuk akibat peningkatan persentase agregat kasar masih dapat terisi oleh aspal, sehingga ikatan antar butiran masih baik, dan dengan peningkatan agregat kasar selanjutnya, rongga yang membesar tidak terisi lagi oleh aspal, sehingga bidang ikatan menjadi lebih besar selanjutnya cenderung menurunkan nilai stabilitas, namun masih berada diatas nilai minimal stabilitas. Pada penurunan agregat kasar, dengan berkurangnya agregat kasar, maka persentase agregat halus meningkat, berarti meningkat juga luas permukaan agregat. Peningkatan luas permukaan agregat tidak diiringi oleh peningkatan jumlah aspal, maka total aspal yang menyelimuti permukaan agregat semakin tipis dan cairan aspal semakin sulit terserap yang menyebabkan kekentalan aspal berkurang, dan aspal lebih cepat mengalami proses pendinginan sehingga ikatan aspal yang terjadi kurang baik. Dari kondisi diatas menunjukkan daerah tersebut memenuhi spesifikasi campuran Departemen Pekerjaan Umum (PU) tahun 2010, yaitu diatas 800 Kg. Flow Flow (kelelahan) adalah deformasi vertikal yang terjadi mulai dari awal pembebanan sampai dengan kondisi stabilitas menurun, yang menunjukkan besarnya deformasi yang terjadi pada lapis perkerasan akibat menahan beban yang diterimanya, pengujian dengan alat Marshall. Flow (kelelehan) merupakan besarnya perubahan bentuk plastis suatu benda uji campuran agregat yang terjadi akibat pembebanan yang dilakukan sampai batas keruntuhan, dinyatakan dalam panjang. nilai Flow dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Kelelehan (mm) 3.45 3.20 2.95 2.70 2.45 2.20 1.95 F L O W Gambar 2 : Hubungan Kadar Agregat Kasar dengan Flow Hasil pemeriksaan memperlihatkan jika agregat kasar melebihi persentase normal, nilai flow menurun. Hal ini disebabkan oleh kepadatan berpengaruh erat dengan rongga, jika rongga membesar maka kepadatan akan berkurang. Bertambahnya persentase agregat kasar, tanpa diiringi penambahan agregat halus dan filler, cenderung meningkatkan rongga, karena banyak celah diantara agregat kasar tidak terisi sepenuhnya oleh agregat halus dan filler yang tersedia., sedangkan jika persentase agregat kasar kurang dari kondisi normal mengakibatkan material dalam campuran semakin halus, sehingga permukaan material semakin luas, luasnya permukaan material tidak diiringi dengan peningkatan bidang kontak antar material menyebabkan nilai flow cenderung menurun., kondisi ini mengakibatkan daerah tersebut tidak memenuhi spesifikasi campuran Departemen Pekerjaan Umum (PU) tahun 2010, yaitu min 3 mm. Marshall Quotient Marshall Quotient merupakan hasil bagi Marshall dengan flow. Nilai flow menggambarkan nilai fleksibilitas dari campuran. Semakin besar nilai MQ berarti campuran semakin kaku dan sebaliknya semakin kecil nilai MQ, maka campuran semakin lentur. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil bagi Marshall yaitu nilai stability dan flow, penetrasi, viscositas aspal, 59

kadar aspal campuran, bentuk dan tekstur permukaan agregat, gradasi agregat. nilai Marshall Quotient dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Marshall Quotient (Kgr/mm) 800 700 600 500 400 300 200 MARSHALL QUOTIENT Gambar 3 : Hubungan Kadar Agregat Kasar dengan MQ Hasil pemeriksaan memperlihatkan mengurangi kadar agregat kasar pada campuran sampai 80 % mengakibatkan nilai MQ mengalami kenaikan dari kondisi normal. Hal ini disebabkan karena berkurangnya agregat kasar, maka persentase agregat halus meningkat, berarti meningkatkan luas permukaan agregat. Peningkatan luas permukaan agregat tidak diiringi oleh peningkatan jumlah aspal, maka total aspal yang menyelimuti agregat semakin tipis dan cairan aspal semakin sulit terserap, yang menyebabkan kekentalan aspal berkurang dan aspal lebih cepat mengalami proses pendinginan, sedangkan menaikkan kadar agregat kasar sampai 130 % mengakibatkan nilai MQ menurun dari kondisi normal. Hal ini disebabkan karena rongga yang terbentuk akibat peningkatan persentase agregat kasar masih dapat terisi oleh aspal, sehingga ikatan antar butiran masih baik dan pada peningkatan agregat kasar selanjutnya, rongga yang membesar tidak terisi lagi oleh aspal, sehingga bidang ikatan menjadi lebih besar, selanjutnya cenderung menurunkan nilai MQ. Kondisi diatas menunjukkan daerah tersebut memenuhi spesifikasi campuran Departemen Pekerjaan Umum (PU) tahun 2010, yaitu min 250 kg/mm. Void in mineral aggregate (VMA) Void in mineral agregat (VMA) merupakan rongga udara antar butiran agregat yaitu rongga udara yang ada diantara partikel campuran agregat aspa yang sudah dipadatkan termasuk ruang yang terisi aspal yang dinyatakan dalam persen terhadap total volume campuran aspal agregat, faktor-faktor yang mempengaruhi void in mineral aggregate antara lain gradasi agregat (komposisi campuran agregat dan ukuran diameter butir terbesar), energi pemadat, kadar aspal dan bentuk butiran. nilai VMA dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Nilai VMA (%) 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 V M A Gambar 4 : Hubungan Kadar Agregat Kasar dengan VMA Hasil pemeriksaan menunjukkan menaikkan kadar agregat kasar sampai 130 % mengakibatkan nilai VMA mengalami kenaikan dari kondisi normal, sedangkan menurunkan kadar agregat kasar sampai 80 % mengakibatkan nilai VMA mengalami penurunan dari kondisi normal. Hal ini disebabkan semakin tinggi persentase kadar agregat kasar, rongga bertambah besar sehingga kerapatan campuran berkurang mengakibatkan pengikatan aspal dengan agregat tidak optimal sehingga nilai VMA tinggi, sedangkan jika persentase agregat kasar rendah maka campuran akan kelebihan agregat halus sehingga merapatkan campuran mengakibatkan nilai VMA menurun tetapi masih dalam batas minimal nilai VMA, kondisi diatas menunjukkan daerah tersebut memenuhi spesifikasi campuran Departemen Pekerjaan Umum (PU) tahun 2010, yaitu min. 15 %. Void in the Mix (VIM) Void in the mix (VIM) merupakan prosentase rongga dalam campuran, nilai VIM berpengaruh kepada keawetan dari campuran aspal agregat, semakin tinggi nilai VIM menunjukkan semakin besar rongga dalam campuran sehingga campuran bersifat porous, hal ini mengakibatkan campuran menjadi kurang rapat dimana air dan udara mudah masuk ke rongga-rongga dalam campuran, yang menyebabkan mudah teroksidasi mengurangi keawetannya. Nilai VIM dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 60

V F A Nilai VIM (%) 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 V I M Gambar 5 : Hubungan Kadar Agregat Kasar dengan VIM Hasil pemeriksaan menunjukkan penambahan kadar agregat kasar sampai 130% mengakibatkan nilai VIM meningkat dari kondisi normal. Hal ini disebabkan oleh karena rongga pada campuran semakin besar akibat pemberian agregat kasar yang semakin tinggi sehingga mengakibatkan campuran menjadi kurang rapat sehingga pengikatan antara agregat dengan aspal tidak optimal, sedangkan pengurangan agregat kasar sampai 80% mengakibatkan persentase agregat halus meningkat, berarti meningkat juga luas permukaan agregat. Peningkatan luas permukaan agregat tidak diiringi oleh peningkatan jumlah aspal, maka total aspal yang menyelimuti agregat semakin tipis dan cairan aspal semakin sulit terserap. Hal ini menyebabkan nilai VIM meningkat dari kondisi normal, kondisi diatas menunjukkan daerah tersebut tidak memenuhi spesifikasi campuran Departemen Pekerjaan Umum (PU) tahun 2010, yaitu min. 3,5 5 mm. Void filled with Asphalt (VFA) Mak Void filled with Asphalt (VFA) yaitu rongga terisi aspal pada campuran setelah mengalami pemadatan yang dinyatakan dalam persen campuran setelah mengalami proses pemadatan terhadap rongga butiran agregat (VMA), sehingga nilai VFA dengan VMA mempunyai kaitan yang erat, faktor-faktor yang mempengaruhi VFA antara lain kadar aspal, gradasi agregat, energi pemadat dan temperatur pemadatan, VFA yang terlalu tinggi dapat menyebabkan aspal naik kepermukaan pada temperatur tinggi, sedangkan nilai VFA yang terlalu rendah menyebabkan campuran bersifat porous dan mudah teroksidasi (Roberts et.al, 1991). Nilai VFA dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Nilai VFA (%) 71 67 63 59 55 51 47 43 39 35 Gambar 6 : Hubungan Kadar Agregat Kasar dengan VFA Hasil pemeriksaan menunjukkan mengurangi agregat kasar sampai 80 % mengakibatkan nilai VFA mengalami kenaikan dari kondisi normal. Hal ini disebabkan berkurangnya kadar agregat kasar mengakibatkan filler dan agregat halus lebih banyak pada campuran, sehingga merapatkan campuran yang mengakibatkan kerapatan menjadi lebih tinggi, sedangkan menaikkan kadar agregat kasar nilai VFA mengalami penurunan dari kondisi normal, hal ini disebabkan rongga bertambah besar akibat peningkatan persentase agregat kasar sehingga menurunkan nilai VFA, kondisi diatas menunjukkan daerah tersebut tidak memenuhi spesifikasi campuran Departemen Pekerjaan Umum (PU) tahun 2010, yaitu min. 65 %. Kepadatan (Density) Nilai Density adalah nilai berat volume untuk menunjukkan kepadatan dari campuran beton aspal, faktor-faktor yang mempengaruhi Density yaitu temperatur pemadatan, komposisi bahan penyusun, semakin bertambahnya kadar aspal semakin banyak rongga-rongga udara yang terisi aspal, sehingga kerapatan semakin tinggi. Nilai Density dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Kepadatan (gr/cc) 2.40 2.30 2.20 2.10 2.00 Density Kadar Agr egat Kasar ( % ) Gambar 7 : Hubungan Kadar Agregat Kasar dengan Density Hasil pemeriksaan menunjukkan pengurangan kadar agregat kasar sampai 80 % 61

mengakibatkan nilai Density mengalami kenaikan dari kondisi normal. Hal ini disebabkan berkurangnya kadar agregat kasar mengakibatkan filler dan agregat halus lebih banyak pada campuran, sehingga merapatkan campuran yang mengakibatkan kerapatan menjadi lebih tinggi, sedangkan menaikkan kadar agregat kasar nilai density mengalami penurunan dari kondisi normal, hal ini disebabkan rongga bertambah besar akibat peningkatan persentase agregat kasar sehingga menurunkan nilai VFA. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Menurunkan kadar agregat kasar hingga 80 % dan menaikkan kadar agregat kasar hingga 130 % dari kondisi normal, mengakibatkan nilai Flow dan VFA mengalami penurunan dari kondisi normal (100%) dan nilai VIM mengalami kenaikan dari kondisi normal. 2. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan dengan melihat pada nilai karakteristik Marshall dan variasi kadar agregat kasar, tidak semua nilai karakteristik Marshall memenuhi spesifikasi yang disyaratkan, maka variasi menurunkan kadar agregat kasar hingga 80 % dan menaikkan kadar agregat kasar sampai 130 % tidak boleh dilakukan. Saran 1. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan kajian unsur kimia aspal. 2. Mengkaji efisiensi biaya pemakaian agregat untuk aplikasi di lapangan. 3. Penelitian dapat dilanjutkan dengan mengkaji variasi temperatur pemadatan campuran terhadap nilai karakteristik Marshall. 4. Penelitian juga dapat dilanjutkan dengan mengkaji variasi tumbukan terhadap nilai karakteristik Marshall. Daftar Pustaka Annual Book of ASTM Standart, (1989). American Saciety For Testing Material Philadelphia Balai Pengujian Kanwil PU Prop. Sumbar, Dinas Pekerjaan Umum, 2000, Bahan Kursus Asphalt Mix Training Program, Puslitbang Jalan bandung. Kementerian Pekerjaan Umum, (2010). Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan. Nazir, Moh, (1983). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia Standar Nasional Indonesia, SNI-06-2489- 1991, Pengujian Campuran Beraspal dengan alat Marshall (AASHTO T- 245-1978) Silvia.S, 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung. Suprapto, T, 1998, Model Rancangan Campuran Agregat Aspal Untuk Uji Marshall, Media Teknik, FT-UGM, Yokyakarta. Totomihardjo, S, 2004, Bahan dan Struktur Jalan Raya, Edisi Ketiga, Biro Penerbit Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. The Asphalt Institute, 2001, Construction of Hot Mix Asphalt Pavement, Manual series No. 22, Second Edition : Asphalt Institute Lexington, Kentucky Wardhani Sartono, 1999. Perencanaan Campuran Aspal. 62