BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit serebrovaskular merupakan kelainan pada suatu area di otak baik secara permanen maupun sementara yang diakibatkan oleh kejadian iskemik atau perdarahan. Stroke merupakan istilah umum yang digunakan untuk suatu kelompok kelainan serebrovaskular yaitu infark serebral, perdarahan serebral, dan perdarahan subaraknoid. Pernyataan tersebut dijelaskan oleh Mathers (Llibre et al, 2010). Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Sementara itu, telah dilaporkan bahwa di Amerika, stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kanker dan serangan jantung (Ingall, 2004). Hasil riset kesehatan dasar menemukan bahwa prevalensi stroke di Indonesia adalah sebesar 8,3 per 1000 penduduk, dan yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa ada sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan (RisKesDas, 2007). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa faktor risiko stroke secara signifikan dipengaruhi oleh adanya riwayat tekanan darah tinggi, kadar HDL-kolesterol rendah, jenis kelamin laki-laki, anemia, penyakit jantung, pembawa APOE ε4 alleles, dan usia (Llibre et al, 2010). Stroke merupakan masalah kesehatan yang besar di mana seiring dengan bertambahnya usia populasi, maka tingkat pertumbuhannya juga akan signifikan. Dari total populasi 1
2 pasien stroke ditemukan ada sekitar 20% yang mengalami stroke hemoragik yang masih dibagi lagi menjadi stroke karena perdarahan intraserebral dan perdarahan subaraknoid. Sisanya, ada sekitar 80% pasien mengalami stroke iskemik (Ingall, 2004). Pada suatu kesempatan, Samsa (Yalҫ in, 2008) mengatakan bahwa pasien yang telah mengalami proses penyembuhan dari stroke, memiliki risiko tinggi untuk mengalami stroke ulang, cacat secara fisik dan intelektual, perawatan jangka panjang, bahkan kematian. Pada kebanyakan pasien meskipun telah mendapatkan penanganan yang sesuai, stroke berulang bukanlah sesuatu yang dapat dihindari (Modrego, 2000). Pernyataan tersebut telah dibuktikan melalui temuan bahwa pasien yang telah mengalami stroke iskemik, dimungkinkan akan mengalami risiko stroke berulang yang diperkirakan ada sekitar 10% sampai 15% pada tahun pertama dan 4% sampai 9% per tahun pada 5 tahun pertama (Filippi et al, 2003). Kira-kira seperempat dari 795.000 pasien stroke di Amerika mengalami stroke berulang tiap tahunnya (Furie et al, 2011). Pada dasarnya, stroke berulang sendiri didefinisikan sebagai kejadian serebrovaskular baru yang terjadi setelah stroke sebelumnya telah stabil. Risiko dari stroke berulang bervariasi bergantung pada tipe penyakit serebrovaskular atau faktor risikonya. Stroke berulang ini juga meningkatkan risiko kecacatan dan kematian seperti yang dikatakan oleh Mondrego (Demirci et al, 2010). Meskipun sudah ada berbagai penelitian tentang kejadian stroke pertama, namun penelitian tentang kejadian stroke berulang masih belum meluas.
3 Pernyataan tersebut didukung oleh ungkapan yang mengatakan bahwa belum jelas faktor risiko utama mana yang menyebabkan kejadian stroke berulang dan apakah upaya preventif yang cukup telah diberikan bagi para pasien yang mempunyai risiko stroke berulang (Leoo et al, 2008). Pada beberapa tahun terakhir, faktor risiko stroke berulang seperti usia, jenis kelamin, hipertensi, penyakit jantung, transient ischemic attacks (TIA), atrial fibrilasi, diabetes melitus, hiperlipidemia, alkhohol, dan merokok diteliti untuk dinilai hubungannya dengan kejadian stroke iskemik berulang. Hasil yang berlawanan pada tiap penelitian sering membatasi pembuatan strategi penanganan stroke berulang yang ideal dalam praktek seharihari (Yalҫ in, 2008). Dari beberapa faktor risiko stroke berulang yang telah ditemukan, yang masih menjadi salah satu faktor risiko yang dapat memicu timbulnya stroke berulang adalah dislipidemia (Leoo et al, 2008). Dislipidemia atau sering juga disebut sebagai hiperlipidemia diartikan sebagai rendahnya kadar high density lipoproteins (HDL), peningkatan kadar kolesterol total, kadar low density lipoproteins (LDL), dan trigliserid (Adams, 2005). Pada suatu kesempatan Baluch et al (2008), menyimpulkan bahwa 15,4% sampai 30% dari penderita dislipidemia menderita stroke iskemik. Sementara itu, tidak hanya peningkatan kadar kolesterol total, kadar low density lipoproteins (LDL), dan trigliserid saja, namun rendahnya kadar high density lipoproteins (HDL) juga berhubungan dengan pembentukan atherosklerosis yang akan menjadi stroke pertama. Hasil temuan tersebut sejalan dengan Barclay yang menyatakan bahwa, hiperlipidemia merupakan salah satu faktor penting pada kejadian stroke
4 pertama, namun efeknya masih belum cukup jelas pada stroke berulang (Demirci et al, 2010). Dalam penelitiannya, Siswanto (2005) juga menemukan bahwa terdapat empat faktor risiko yang secara signifikan berpengaruh pada stroke berulang yaitu tekanan darah sistolik > 140 mmhg, kadar gula darah sewaktu > 200mg/dl, kelainan jantung, dan ketidak teraturan berobat. Sementara itu, temuannya menunjukkan bahwa dislipidemia tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap stroke berulang. Pernyataan tersebut sejalan dengan temuan yang dilakukan oleh Yalҫ in (2008) yang juga menemukan bahwa dislipidemia tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap stroke berulang, sementara itu riwayat hipertensi, atrial fibrilasi dan transient ischemic attack memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stroke berulang. Ghandehari et al (2012) juga menyatakan dalam penelitiannya bahwa hiperlipidemia tidak memiliki hubungan yang signifikan sebagai faktor risiko stroke berulang. Temuan lain yang bertolak belakang dari hasil penemuan di atas telah ditemukan oleh beberapa peneliti di antaranya Moroney (1998) menemukan bahwa mekanisme stroke atherotrombotik merupakan salah satu faktor risiko stroke berulang awal setelah stroke iskemik. Dalam penelitiannya, Leoo (2008) menyatakan bahwa hiperlipidemia memiliki hubungan yang signifikan terhadap stroke berulang. Sirimarco et al (2011) dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa atherogenik dislipidemia memiliki kontribusi yang signifikan terhadap
5 risiko stroke berulang. Sementara itu, Clinical Guidlines for Stroke Management 2010 menyatakan bahwa terapi penurunan kadar kolesterol dengan menggunakan statin dapat secara signifikan menurunkan risiko stroke berulang. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan penelitian yang ada tentang pro dan kontra di antara temuan para ahli mengenai hubungan antara dislipidemia dengan kejadian stroke berulang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menganggap bahwa pertama, untuk sementara penelitian yang tidak signifikan antara dislipidemia dengan stroke berulang masih ditemukan. Kedua, bahwa penelitian yang sifatnya replikasi masih relevan diadakan di Indonesia karena masih belum banyak penelitian yang dilakukan mengenai dua variabel tersebut. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan permasalahan tersebut, dapat diangkat pertanyaan penelitian : Apakah terdapat hubungan antara dislipidemia terhadap kejadian stroke berulang? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara dislipidemia terhadap kejadian stoke berulang.
6 1.5 Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran, terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelum ini: Tabel 1. Keaslian Penelitian Peneliti Judul Metode Hasil Sirimarco et al, 2011 Atherogenic Dyslipidemia in Patient With Transient Ischemic Attack. Leoo et al, 2008 Yalҫ in et al, 2008 Siswanto, 2005 Moroney et al, 1998 Risk Factor and Treatment at Reccurent Stroke Onset : Result from the Reccurent Stroke Quality and Epidemiology (RESQUE) Study. Risk factor for Reccurent Ischemic Stroke inturkey. Beberapa Faktor Risiko yang Mempengaruhi Stroke Berulang. Risk factor for early reccurence after ischemic stroke: The role of stroke syndrome and subtype. Studi Kohort Studi Kohort Studi Kohort Retrospektif Kasus Kontrol Studi Kohort Atherogenik dislipidemia memiliki kontribusi yang signifikan terhadap risiko stroke berulang. Terdapat hubungan yang signifikan antara dislipidemia terhadap stroke berulang dimana dari sampel 899 orang, 56% mengalami stroke berulang karena dyslipidemia. Tidak ada hubungan yang signifikan antara dislipidemia dan stroke berulang. Tidak ada hubungan yang signifikan antara dislipidemia dan stroke berulang. Stroke Atherotrombotik merupakan faktor resiko stroke berulang awal setelah stroke iskemik.
7 Dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan seperti yang tercantum dalam tabel di atas, penulis beranggapan bahwa masih terdapat beberapa perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Tujuan penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan tujuan penelitian yang dilakukan oleh Sirimarco et al (2011) yaitu menilai hubungan dislipidemia dengan TIA dimana TIA merupakan salah satu faktor terjadinya stroke berulang. Pada penelitian ini, penulis ingin langsung menghubungkan antara dislipidemia dengan kejadian stroke berulang dengan menggunakan metode potong lintang. Pada penelitiannya, Leoo et al (2008) mencari hubungan beberapa faktor risiko terhadap terjadinya stroke berulang sedangkan penulis hanya akan memfokuskan penelitian tentang hubungan dislipidemia terhadap terjadinya stroke berulang sebagai faktor risiko. Penelitian yang dilakukan Yalҫ in et al (2008) dan Siswanto (2005) memiliki tujuan yang sama dengan penelitian Leoo et al (2008) namun memiliki metode penelitian yang berbeda, dimana Yalҫ in et al (2008) menggunakan metode studi kohort retrospektif dan Siswanto (2005) menggunakan metode kasus kontrol. Penelitian yang dilakukan Moroney et al (1998) juga memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis dimana penelitian Moroney et al (1998) bertujuan untuk melihat faktor risiko stroke berulang setelah stroke iskemik yang pertama. Penulis ingin melihat faktor risiko stroke berulang khususnya dislipidemia setelah kejadian stroke iskemik atau stroke hemoragik. Selain metode dan tujuan penelitian yang berbeda, penelitian yang dilakukan
8 penulis juga memiliki tempat, subjek dan demografi yang berbeda pula sehingga penelitian yang dilakukan penulis masih layak untuk diakukan. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat teoritis Untuk pengembangan ilmu khususnya di bidang neurologi yang berhubungan dengan dislipidemia dan stroke berulang 1.6.2 Manfaat praktis a. Bagi penderita diharapkan dapat mencegah terjadinya stroke berulang, dengan memperhatikan faktor risiko yang berhubungan dengan dislipidemia b. Memberi informasi untuk merencanakan penelitian lebih lanjut baik dalam hal promotif, preventif, kuratif, maupun prognosis.