I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan suatu bentuk asoasiasi mutualisme antara cendawan (myces)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan sebuah istilah yang mendeskripsikan adanya hubungan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini sejalan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis tanaman. (Harley and Smith, 1983 dalam Dewi, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza merupakan asosiasi mutualistik antara jamur dengan akar

I. PENDAHULUAN. Berbagai upaya perbaikan tanah ultisol yang mendominasi tanah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu primadona tanaman

I. PENDAHULUAN. Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu memberikan

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan

I. PENDAHULUAN. Sektor perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan fungi akar yang memiliki peran dan manfaat yang penting

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit termasuk tanaman tahunan yang mulai menghasilkan pada umur 3

TINJAUAN PUSTAKA. dengan akar tumbuhan tingkat tinggi, yang mencerminkan adanya interaksi

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditi yang sangat

TINJAUAN PUSTAKA. jamur (mykos = miko) dan akar (rhiza). Jamur ini membentuk simbiosa

TINJAUAN PUSTAKA. dapat bersimbiosis dengan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA). Namun pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Mykes (cendawan) dan Rhiza (akar). Kata mikoriza pertama kali dikemukakan

TINJAUAN PUSTAKA. berubah kembali ke asal karena adanya tambahan substansi, dan perubahan bentuk

RESPON TANAMAN RAMI (Boehmeria nivea L.Gaud) TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) PADA ULTISOL

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang berasal dari

MIKORIZA MATERI KULIAH BIOLOGI TANAH UPNVY. Mikoriza (Mycorrhizae): Oleh: Ir. Sri Sumarsih, MP.

I. PENDAHULUAN. Penggunaan pupuk anorganik telah menjadi tradisi pada sistem. pertanian yang ada pada saat ini. Hal ini mulai dilakukan sejak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedelai Varietas Detam-1. Kegunaan utama kedelai hitam di Indonesia yaitu sebagai bahan baku

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk tanaman monokotil tidak

TINJAUAN PUSTAKA. Kakao (Theobroma cacao L.) termasuk salah satu komoditas perkebunan

MIKORIZA & POHON JATI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula, etanol, vetsin dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap trapping mikoriza. jagung pada tiga media tanam yaitu indigenous tanah Mediteran

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Kedelai. diberi nama nodul atau nodul akar. Nodul akar tanaman kedelai umumnya dapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) merupakan asosiasi antara fungi tertentu

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA

Kompos, Mikroorganisme Fungsional dan Kesuburan Tanah

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA. 2. Pemilihan mikroba pelarut fosfat CONTOH ISOLAT DARI TANAH VERTISOL GADING GUNUNG KIDUL

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Syarat Tumbuh Jagung

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Syarat Tumbuh Tembakau Deli. Tembakau termasuk klas Dikotil, famili Solanaceae, genus Nicotiana dan

TINJAUAN PUSTAKA Cendawan Mikoriza Arbuskula

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patologi hutan dari Jerman (Handayanto & Hairiah, 2007). dikelompokkan menjadi ektomikoriza (ECM) dan endomikoriza/arbuscular

TINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza adalah simbiosis mutualistik, hubungan antara fungi dan akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza berasal dari bahasa Yunani yang secara harfiah berarti fungi akar

II. TNJAUAN PUSTAKA. klasifikasinya termasuk famili Meliaceae. Ada dua spesies yang cukup dikenal yaitu:

I. PENDAHULUAN. yang termasuk ke dalam kelompok legum merambat (cover crop). Legum pakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. ini kemudian disepakati oleh para pakar sebagai titik awal sejarah mikoriza.

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. dirusak, baik melalui penebangan pohon, perladangan berpindah maupun

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani dan Persyaratan Tumbuh Kelapa sawit. Kelapa sawit memiliki banyak jenis. Berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa

JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DI LAHAN GAMBUT DESA AEK NAULI, KECAMATAN POLLUNG, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Forastero (bulk cocoa atau kakao lindak), Criolo (fine cocoa atau kakao mulia),

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Botanis Tanaman Pinus (Pinus merkusii) P. merkusii Jungh et De Vriese pertama kali ditemukan dengan nama

Gambar 2. Centrosema pubescens

MIKORIZA DAN PERANANNYA MIKORIZA LABORATORIUM PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT BANYUMAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular merupakan suatu bentuk asosiasi antara fungi dan akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman. penghasil minyak yang berasal dari Afrika Barat.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kakao (Theobrome cacao L.) merupakan tanaman tahunan yang berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum. L) dimanfaatkan sebagai bahan baku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Umum Kacang Tanah. Kacang tanah (Arachis hypogaea,l.) merupakan tanaman polong-polongan atau

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan

TINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza adalah suatu struktur khas pada sistem perakaran yang terbentuk sebagai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mengandung fosfat (P) sebagai salah satu unsur hara makro yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama mikoriza pertama kali digunakan oleh Frank pada tahun 1885 untuk menunjukkan

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

O4-97 '()*+,-. :(,-6+3+) Z(4+H:+,L4()9+=+0 '(=+,-4 <6(4L) 9+)?(4+)L=6(,4+ _+);+ '(=+,-49+=+0 Y9+,+ _(,1-3+

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat mencapai cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

EFEKTIFITAS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DENGAN PROVENAN JARAK PAGAR PADA CEKAMAN KEKERINGAN

IDENTIFIKASI MIKORIZA INDIGENOUS DESA POTERAN, PULAU POTERAN, SUMENEP MADURA DAN APLIKASINYA SEBAGAI BIOFERTILIZER PADA TANAMAN CABAI RAWIT

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku

SULISTIYOWATI A

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang senang mengkonsumsinya. Kebutuhan jagung manis nasional tanun 2015

PENDAHULUAN Latar Belakang

POTENSI PEMANFAATAN MIKORISA VESIKULAR ARBUSKULAR DALAM PENGELOLAAN KESUBURAN LAHAN KERING MASAM

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Tanaman Suren. Sistematika tumbuhan jenis surian atau suren menurut Dephut (2002) diklasifikasikan ke dalam:

METODE PERBANYAKAN DAN EFEKTIVITAS INOKULUM MIKORIZA INDIGENOUS RHIZOSFER PANDAN DARI PANTAI BUGEL KULON PROGO

TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi Lahan Gambut. beserta vegetasi yang terdapat diatasnya, terbentuk di daerah yang topografinya

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah penduduk, sehingga bahan pangan yang tersedia harus

H105. PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) YANG DIINOKULASI DENGAN CAMPURAN MIKORIZA VA DI TANAH ULTISOL.

LAPORAN AKHIR MATA KULIAH TEKNOLOGI PUPUK DAN PEMUPUKAN PUPUK HAYATI MIKORIZA MIRPROB

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. hanya sekitar 7,8% dari 15 TW (terawatt) konsumsi energi dunia yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sangat tergantung pada curah hujan, sehingga produktivitas tanaman di lahan

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan lahan-lahan yang subur lebih banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan bulan-bulan kering untuk pembungaannya. Di Indonesia tanaman kopi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mikoriza merupakan suatu bentuk asoasiasi mutualisme antara cendawan (myces) dan perakaran (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi. Simbiosis mikoriza melibatkan pertukaran fotosintat dengan hara tanah melalui sistem perakaran dan mikoriza. Mikoriza membantu tanaman dalam meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan dan membantu penyerapan hara dan air melalui jaringan miselium dalam tanah (Smith dan Read, 2008). Mikoriza juga dapat melindungi tanaman dari cekaman hayati dan nir-hayati (Gianinazzi et al., 2010). Mikoriza dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu endomikoriza dan ektomikoriza (Kabirun, 1994). Namun, berdasarkan struktur dan cara fungi menginfeksi akar, mikoriza dikelompokkan ke dalam tiga tipe, yaitu: ektomikoriza, ektendomikoriza, dan endomikoriza. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan salah satu jenis endomikoriza yang memiliki tingkat penyebaran tinggi, karena kemampuannya bersimbiosis dengan hampir 90% jenis tanaman (Cruz, Ishii, dan Kadoya, 2000 ). Pengembangan FMA sebagai agen pupuk hayati yang mulai dipasarkan secara komersial dewasa ini semakin meningkat. Pupuk hayati ini memiliki keunggulan

2 yaitu, tidak menimbulakan efek residu pada lingkungan, perbanyakan dan penggunaanya yang mudah, serta meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman di lahan kritis. Namun, masih perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui masa simpan dari inokulum FMA yang mengandung propagul yang berbeda. Simanungkalit et al. (2006) menyatakan bahwa mutu produk pupuk hayati ditentukan oleh beberapa hal yaitu, jumlah populasi mikroba, efektivitas mikroba, bahan pembawa, dan masa kadaluwarsa (umur inokulan). Karakteristik pupuk hayati yang baik adalah apabila inokulan mikroba yang terkandung dalam pupuk hayati tersebut dapat memberi pengaruh positif terhadap tanaman yang diinokulasikan. Selain itu, pupuk tersebut dapat menyediakan jumlah populasi dan mempertahankan viabilitas mikoriza dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Waktu penyimpanan menyangkut umur inokulan apakah masih dapat digunakan. Bila masa kadaluwarsa ini lewat, mutu (keefektifan) inokulan tidak dijamin lagi, karena jumlah mikroba sudah tidak memenuhi syarat minimal lagi. Spora-spora endomikoriza mampu bertahan di dalam tanah tanpa tanaman inang sampai 6 bulan, beberapa spesies seperti Scutelospora sp. dan Gigaspora sp. dapat bertahan satu sampai dua tahun (Brundrett et al., 2008). Namun, kemampuannya bertahan di dalam tanah tanpa tanaman inang belum tentu memiliki daya infeksi yang tinggi dan efektif meningkatkan pertumbuhan tanaman. Melati et al. (2011) menyatakan bahwa tingginya derajat infeksi akar tanaman inang oleh FMA tidak berarti efektif meningkatkan pertumbuhan dan produksinya akan lebih baik. Oleh

3 sebab itu, perlu dilakukannya penelitian mengenai pengaruh lama penyimpanan FMA terhadap daya infeksi dan efektivitasnya dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pada penelitian ini digunakan Gigaspora sp. sebagai salah satu jenis FMA yang banyak digunakan pada beberapa tanaman komersial. Tanaman inang yang digunakan adalah tanaman jagung sebagai salah satu jenis tanaman inang FMA Gigaspora sp. yang terinfeksi hebat oleh mikoriza (Rahmawati, 2003), sehingga baik digunakan untuk melihat daya infeksi dan efektivitasnya. Berdasarkan latar belakang dan masalah tersebut, perlu dilaksanakan suatu penelitian untuk menjawab beberapa permasalahan yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah lama penyimpanan berpengaruh terhadap daya infeksi FMA Gigaspora sp. pada tanaman jagung. 2. Berapakah lama penyimpanan spora FMA Gigaspora sp. yang masih memiliki daya infeksi 50% dan efektif meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung. 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah lama penyimpanan FMA Gigaspora sp. berpengaruh terhadap daya infeksi pada akar tanaman jagung.

4 2. Untuk menentukan berapa lamakah penyimpanan spora FMA Gigaspora sp. yang masih memiliki daya infeksi 50% dan efektif meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung. 1.3 Landasan Teori Dalam rangka menyusun penjelasan teoretis terhadap pertanyaan yang telah dikemukakan, penulis menggunakan landasan teori sebagai berikut: Tanaman yang diberikan FMA akan bersimbiosis mutualisme dengan FMA yang mengakibatkan pertumbuhan dan hasilnya meningkat. FMA akan membantu tanaman menyerap air, mineral, dan unsur hara terutaman hara fosfor. Fosfor merupakan salah satu unsur hara essensial bagi tanaman. Fosfor berfungsi sebagai katalis reaksi-reaksi biokimia penting dalam tanaman. Tanaman menyerap P dari tanah dalam bentuk ion fosfat, terutama H2PO4 - dan HPO4 2- yang terdapat dalam larutan tanah. P dapat berasal dari pelapukan batuan induk dari proses mineralisasi (P anorganik). Bentuk P anorganik ini sebagian besar berkombinasi dengan Al, Fe, Ca, dan juga berikatan dengan liat membentuk komplek fosfat liat tidak larut, sedangkan P organik di dalam tanah sekitar 1% terdapat dalam mikroorganisme sehingga banyak tidak tersedia bagi tanaman. Tetapi hal ini dapat diatasi salah satunya dengan pemberian FMA. FMA memiliki enzim fosfatase yang dapat meningkatkan ketersediaan P bagi tanaman (Hanafiah, 2007 dan Novriani, 2010). Menurut Smith dan Read (2008), terdapat tiga mekanisme FMA dalam meningkatkan serapan P dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan tanaman,

5 yaitu (1) FMA memodifikasi kimia akar tanaman karena FMA dapat mengeluarkan enzim fosfatase dan asam-asam organik. Enzim fosfatase merupakan suatu enzim yang dapat memacu proses mineralisasi P anorganik dengan mengkatalis pelepasan P dari kompleks anorganik; (2) FMA memiliki hifa eksternal yang berfungsi sebagai perluasan akar dan memperpendek jarak difusi ion-ion fosfat sehingga proses difusi menjadi lebih cepat; dan (3) hifa FMA memiliki kemampuan untuk tumbuh melampaui zona deplesi dan mendistribusikan P ke akar tanaman. Efektivitas FMA dipengaruhi oleh kesesuaian jenis genotip tanaman, suhu, media tanam, lama penyimpanan, dan daya kecambah. Lama penyimpanan akan menurunkan viabilitas spora FMA. Spora merupakan propagul yang mampu bertahan hidup lebih lama dibandingkan dengan hifa yang ada di dalam akar ataupun di dalam tanah. Spora terdapat pada ujung hifa eksternal dan dapat hidup selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Perkecambahan spora bergantung pada lingkungan, seperti ph, temperatur, dan kelembaban tanah serta kadar bahan organik (Smith dan Read, 2008). Seperti halnya benih tanaman, semakin lama spora disimpan akan menurun viabilitasnya (Widodo, 1991). Hal ini terjadi karena tingkat vigor benih tidak dapat dipertahankan. Vigor benih adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal pada kondisi sub optimum di lapang, atau sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang sub optimum dan ditanam dalam kondisi lapang yang optimum. Proses penuaan atau mundurnya vigor benih dapat dicirikan dengan menurunnya daya berkecambah, meningkatnya jumlah kecambah abnormal,

6 penurunan perkecambahan di lapangan, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim sehingga menurunkan produktivitas di lapangan (Kuswanto, 1997). Penelitian Hariyanto, Wagiyana, dan Suharto (2010) tentang spora Beauveria bassiana memperlihatkan bahwa semakin lama disimpan dalam bubuk kering, spora mengalami penurunan daya kecambah. Viabilitas spora sangat mempengaruhi pertumbuhan berikutnya. Semakin banyak konidia berkecambah, semakin cepat pertumbuhan jamur tersebut (Prayogo et al., 2005). Sehingga dapat disimpulkan bahwa spora FMA, apabila disimpan terlalu lama dapat menurunkan viabilitas yang berpengaruh terhadap keefektifannya pada tanaman inang. Dengan tingginya viabilitas spora FMA akan meningkatkan daya infeksi dan efektivitasnya. Daya infeksi merupakan kemampuan hifa FMA dalam tumbuh dan berkembang dengan akar tanaman inang. Sedangkan, Efektivitas adalah kemampuan FMA dalam menginfeksi akar dan meningkatkan pertumbuhan serta hasil tanaman (Simanungkalit et al, 2006). Proses terjadinya infeksi mikoriza pada akar tanaman melalui beberapa tahap, (1) Pra infeksi: spora mikoriza berkecambah membentuk appressoria, (2) Infeksi: dengan alat apressoria melakukan penetrasi ke dalam akar tanaman, (3) Pasca infeksi: setelah penetrasi pada akar, maka hifa akan tumbuh secara interselluler, arbuskular terbentuk didalam sel setelah penetrasi. Arbuskular percabangannya lebih kuat dari hifa setelah penetrasi pada dinding sel. Arbuskular hidup hanya 4-15 hari, kemudian mengalami degenerasi dan pemendekan pada sel inang. Pada saat pembentukan arbuskula, beberapa FMA membentuk vesikel pada bagian

7 interselluler. Vesikel merupakan pembengkakan pada bagian apikal atau interkalar hifa, (4) Perluasan infeksi fungi mikoriza dalam akar yang terdiri dari tiga fase yaitu fase awal dimana saat infeksi primer; fase exponential dimana penyebaran, dan pertumbuhannya dalam akar lebih cepat; fase saat pertumbuhan akar dan mikoriza sama, dan (5) setelah terjadi infeksi primer dan fase awal, pertumbuhan hifa keluar dari akar dan di dalam rhizosfer tanah. Pada bagian ini struktur fungi disebut hifa eksternal yang berfungsi dalam penyerapan larutan nutrisi dalam tanah, sebagai alat transportasi nutrisi ke akar, dan melindungi akar tanaman dari patogen. Hifa eksternal tidak bersepta dan membentuk percabangan dikotom (Talanca, 2005). Daya infeksi dan daya kecambah spora FMA dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, jenis kemasan yang dipakai untuk menyimpan inokulum, suhu, media tanam, jenis tanaman inang, jenis FMA, dan lama penyimpanan inokulum (Astiko, 2008). Setiap jenis FMA memiliki daya simpan yang berbeda-beda. Berdasarkan penelitian Astiko (2008), setelah 4 bulan lama penyimpanan inokulum FMA jenis Glomus clarum sudah menampakkan gejala penurunan viabilitasnya, ini terutama terlihat dengan semakin menurunnya derajat infeksi dan potensi inokulum FMA. Daya infeksi akan mempengaruhi efektivitasnya pada tanaman inang. Menurut Abbott dan Robson (1984) dalam Delvian (2006), setiap spesies FMA mempunyai innate effectiveness atau kemampuan spesifik. Keefektifan diartikan sebagai kemampuan FMA dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman pada kondisi tanah yang kurang menguntungkan. Setidaknya ada empat faktor yang

8 berhubungan dengan keefektifan dari suatu spesies FMA, yaitu kemampuan FMA untuk membentuk hifa yang ekstensif dan penyebaran hifa yang baik di dalam tanah, kemampuan FMA untuk membentuk infeksi yang ektensif pada seluruh sistem perakaran yang berkembang dari suatu tanaman, kemampuan FMA untuk menyerap fosfor dari larutan tanah, dan umur dari mekanisme transpor sepanjang hifa ke dalam akar tanaman. 1.4 Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teoretis terhadap rumusan masalah. Tanaman jagung memiliki sistem perakaran serabut yang banyak dan merupakan tanaman inang FMA, sehingga efektif untuk melihat perkembangan FMA. Fungi mikoriza arbuskular dalam berasosiasi dengan tanaman inang dipengaruhi oleh lama penyimpanan. Lama penyimpanan berpengaruh terhadap viabilitas spora FMA. Viabilitas spora akan mengalami penurunan apabila disimpan terlalu lama. Semakin lama dilakukan penyimpanan akan semakin menurun nilai viabilitas spora FMA Gigaspora sp. Viabilitas spora akan berpengaruh terhadap jumlah spora yang aktif menginfeksi akar tanaman. Semakin tinggi viabilitas spora maka hifa yang terbentuk semakin banyak, sehingga meningkatkan daya infeksinya. Daya infeksi merupakan kemampuan hifa FMA dalam tumbuh dan berkembang dengan akar tanaman inang. Hifa tersebut akan memanfaatkan eksudat akar yang dikeluarkan tanaman untuk membentuk apresorium (untuk menempel pada sel bagian luar epidermis

9 akar), kemudian menembus sel epidermis akar dan di jaringan kortek akan berkembang secara interseluler (dalam sel). Hifa akan keluar dari akar untuk perluasan akar tanaman dalam menyerap air dan unsur hara. Hifa ini disebut hifa eksternal. Perluasan akar tanaman dalam menyerap air dan unsur hara serta melindungi serangan patogen oleh hifa FMA akan berpengaruh terhadap efektivitasnya. Efektivitas FMA merupakan kemampuan FMA dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman inang pada kondisi yang kurang baik. Jika pertumbuhan dan perkembangan tanaman baik, maka produksivitasnya pun akan maksimal. Oleh sebab itu, lama penyimpanan berpengaruh terhadap viabilitas spora FMA yang mempengaruhi daya infeksinya dan berdampak pada efektivitasnya dalam meningkatkan hasil produksi tanaman inang. 1.5 Hipotesis Dari landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Lama penyimpanan berpengaruh terhadap daya infeksi FMA Gigaspora sp. pada tanaman jagung.