Jamal Ma mur Asmani, Tips menjadi guru inspiratif kreatif dan inovatif, Diva Press, Jogjakarta, hlm.161

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009), hlm Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 2.

BAB V PEMBAHASAN. A. Kompetensi profesional guru dalam penguasaan materi pembelajaran. untuk meningkatkan minat belajar Al-Qur an Hadits siswa di MTs

BAB I PENDAHULUAN. Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Ar-ruz Media, Yogyakarta, 2013, hlm.18. 2

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun suatu bangsa. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan hal paling penting dalam diri manusia untuk menjadikan kita individu yang patuh dan

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, baik untuk memahami realitas, nilai-nilai dan kebenaran, maupun

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Muhammad, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung: Pedagogiana Press, 2007.

BAB I PENDAHULUAN. bisa kita hindari. Revolusi di berbagai bidang baik dalam bidang teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. Ibid., 4. Ibid., hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2008, hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Roesdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang merupakan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. profesional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: variabel dapat dikatakan memiliki korelasi sedang.

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Serta kini telah diterapkan kurikulum baru

PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM (Studi Kasus di MTs Daruttauhid Malang) Oleh: Aldi Al Bani, M. Pd.I

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm. 37. hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Upaya Guru Bimbingan Dan Konseling Mempersiapkan Peserta Didik Dalam Memilih Sekolah Lanjutan Di Smp Negeri Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN. profesionalitas dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan

KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat utama dalam

I. PENDAHULUAN. Evaluasi merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dengan mengembangkan kemampuan intelektual, potensi, spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan sebagai suatu gejala budaya dalam masyarakat telah berlangsung baik

BAB V PENUTUP. ustadz dalam mata pelajaran fiqih pada Pondok Pesantren Al-Ikhlas Negara Desa. 1. Peran ustadz sebelum kegiatan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 2011, hlm Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi pendidikan, Gava Media, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

PERAN KEDISIPLINAN GURU TERHADAP KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DI SMP TAMAN DEWASA KOTA PROBOLINGGO

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI UNTUK SISWA KELAS VIII B SMPN 2 KECAMATAN

PERANAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENJIPLAK DI KELOMPOK B PAUD CENDEKIA MUDA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA RAYA KABUPATEN GORONTALO UTARA

BAB I PENDAHULUAN. bidang instruksional dan kurikuler, dan bidang pembinaan siswa (bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

PENGARUH KINERJA GURU BK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMK TI PELITA NUSANTARA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, 2005, hlm. 49. hlm , hlm , hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam Dunia Pendidikan. Jogjakarta: Diva Press.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan, pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam pelaksanaan

PERAN PENGAWAS BK UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjalin suatu hubungan antar sesama manusia harus dilandasi dengan

PENGARUH KARAKTERISTIK GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SD NEGERI 6 BULUNGKULON JEKULO-KUDUS TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. kepala madrasah terhadap guru di MTs Kudus, diperoleh kesimpulan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kreatif, mandiri dan profesional pada bidangnya masing-masing. 1

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE DISCOVERY PADA SISWA SMK YPP PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN. jawab guna memasuki kehidupan yang sangat kompetitif ini. Persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, sebab pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membuat. daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabiat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan salah satu lembaga formal pendidikan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 1 Mengajar merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM Disampaikan oleh HARTONO Program Studi BK FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. menjadi petugas pelaksana pelayanan konseling. Sebutan pelaksana pelayanan ini

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 3 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN

Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan dalam menyerap ilmu dalam jumlah yang banyak.

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun mental dalam diri manusia. Sehingga dengan pendidikan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan yang bermutu sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ar-Ruzz Media, 2010) hlm Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, (Yogyakarta:

BAB V PEMBAHASAN. Pada intinya layanan bimbingan karir di MAN Kunir dan MA Ma arif

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dana pembangunan sektor ekonomi, yang satu dan

Jurnal Konseling dan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

KOMPETENSI KONSELOR. Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, Hlm: 28 2

IMPLEMENTASI STANDAR PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA SMA SE-KABUPATEN TORAJA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dep. Agama RI., Al-quran dan terjemah, Jakarta: Dep. Agama RI, 2000, Hal.994.

Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan Kegiatan Belajar Peserta Didik

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR DAN TABEL... vii LANDASAN TEORITIS TENTANG PERANAN GURU BK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan Konseling (BK) merupakan unit yang seharusnya ada disetiap lembaga pendidikan. Sebab upaya mengantarkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya membutuhkan peran dari berbagai pihak, guru saja tidak cukup. Dalam hal ini konselor atau guru BK sangat diperlukan untuk itu. Oleh karena itu pengetahuan dan keterampilan mengenai bimbingan konseling semakin dibutuhkan oleh setiap guru dan konselor. Melalui layanan bimbingan dan konseling, peserta didik memiliki kesempatan lebih besar untuk mencapai kehidupan yang sukses dan bahagia. Sehingga berbagai jenis layanan perlu dilakukan sebagai wujud nyata penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling terhadap sasaran yaitu peserta didik. Pelayanan bimbingan konseling di sekolah masih sangat bervariasi, sebab tidak setiap sekolah memiliki guru bimbingan, demikian pula tingkat profesionalisme guru. Pada sekolah-sekolah tertentu pelaksanaan layanan bimbingan ditangani oleh guru pembimbing yang sekaligus merangkap sebagai guru. Dalam keadaan demikian dituntut guru yang kompeten, guru yang menguasai kompetensi keguruan atau yang biasa disebut guru yang profesional, seorang guru sangat diharapkan akan semakin profesional dalam bidangnya. Guru profesional inilah yang akan menjadi teladan bagi guru yang lain dalam mengembangkan kompetensi dan potensinya disemua bidang kehidupan.1 Pentingnya layanan bimbingan konseling bagi peserta didik sangat berhubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh guru BK itu sendiri. Layanan bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan oleh guru pembimbing dengan aturan-aturan yang jelas dalam petunjuk pelaksanaan bimbingan konseling. Sehingga dalam memberikan layanan tidak asal 1 Jamal Ma mur Asmani, Tips menjadi guru inspiratif kreatif dan inovatif, Diva Press, Jogjakarta, hlm.161 1

2 dijalankan begitu saja akan tetapi ada aturan yang harus ditaati dalam setiap pemberian layanan kepada peserta didik. Layanan bimbingan dan konseling adalah salah satu hal yang penting bagi peserta didik. Bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada peserta didik di sekolah tidak hanya kepada peserta didik yang bermasalah saja, tetapi juga diberikan kepada semua peserta didik dalam rangka mengembangkan potensi yang dimiliki masing-masing peserta didik, baik itu yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah. Dalam hal itu seluruh personil sekolah harus bertanggung jawab atas masalah-masalah yang dihadapi peserta didik terutama seorang konselor yang bertugas untuk mengatasi masalah-masalah peserta didik. Sebab tidak semua guru bisa mengatasinya dengan baik, maka dibutuhkan guru BK yang profesional. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pekerjaan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Profesional adalah: (1) bersangkutan dengan profesi; (2) memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya; dan (3) mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.2 Jadi, dalam pekerjaan profesional digunakan teknik dan prosedur intelektual yang harus dipelajari secara sengaja sehingga dapat diterapkan untuk kemaslahatan kepada orang lain. Pekerjaan profesional harus dibedakan dari pekerjaan seorang tukang karena walaupun sama-sama menguasai teknik dan prosedur kerja tertentu, namun pekerja profesional memiliki informed responsiveness (ketanggapan yang berlandaskan kearifan) terhadap implikasi kemasyarakatan atas obyek kerjanya. Dengan kata lain seorang profesional memiliki filosofi yang menyikapi dan melaksanakan pekerjaannya. 3 Sehingga dari karakteristik diatas dapat dilihat, bahwasanya seorang pendidik khususnya guru BK harus memenuhi kriteria yang sudah ada agar proses belajar mengajar menjadi efektif sesuai dengan kebutuhan peserta didik hal ini 2 Ahmad Barizi dan Muhammad Idris (ed.), Menjadi Guru Unggul, Ar-ruzz Media, Jogjakarta, 2010, hlm. 140 3 Loc.cit., Ahmad Barizi dan Muhammad Idris (ed.),

3 menunjukkan bahwasanya peran guru BK sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kurangnya guru BK yang tidak profesional mengakibatkan layanan yang diberikan kurang maksimal, sehingga banyak peserta didik yang terjerumus kedalam lingkungan kenakalan remaja. Dengan demikian profesionalisme guru BK merupakan faktor penting terhadap keberhasilan peserta didik di sekolah. Untuk mencapai kompetensi guru BK yang baik, maka guru BK harus memiliki kemampuan dasar, kemampuan akademik dan juga non akademik. Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus, pekerjaan tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Profesionalisme dan tenaga kependidikan masih belum memadai terutama dibidang keilmuan. Sebagai contoh, guru fiqih dapat mengajar bahasa arab dan sebagainya. Sehingga dengan keadaan yang demikian tampak sekali banyak guru yang dalam aplikasinya dilapangan tidak sesuai dengan bidang keilmuan yang ditekuni. Selain dari pada itu, banyak juga dijumpai dilapangan bahwa kinerja konselor sekolah lebih pada untuk memenuhi tuntutan formal dari pada memenuhi kebutuhan peserta didik. Konselor merasa sudah bekerja bisa sudah memenuhi tuntutan formal yang berupa tugas-tugas administrasi seperti pengumpulan dan pengisian data dalam berbagai format. Dengan demikian tugas administrasi yang sebenarnya merupakan kegiatan pendukung untuk dapat melakukan layanan dengan baik, dianggap sebagai tugas utama. Oleh sebab itu, diperlukan guru BK yang profesional yang mampu melayani peserta didik yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah. Sehingga layanan bimbingan dan konseling bukan lagi layanan untuk peserta didik yang bermasalah saja, akan tetapi untuk semua peserta didik. Oleh karena itu, peran guru BK dalam memberikan layanan bimbingan disekolah perlu mendapat perhatian yang lebih. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tentang pentingnya profesionalisme guru BK dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling bagi siswa, serta mengingat layanan bimbingan dan konseling

4 merupakan layanan yang penting untuk diberikan kepada peserta didik sehingga dibutuhkan guru pembimbing yang profesional untuk bisa membimbing, sehingga semua peserta didik dapat merasakan layanan yang diberikan oleh guru BK. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang mendalam tentang Profesionalisme Guru BK Dalam Mengimplementasikan Program Bimbingan Dan konseling Islam di MA Nahdlatul Muslimin Undaan Kudus. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan unsur yang penting dalam rangka mengadakan penelitian, karena dengan berbagai problematika dan permasalahan penelitian maka dapat diperoleh arah penelitian, sehingga penelitian ini tidak terjadi kesalahan arah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah Pelaksanaan Program Bimbingan konseling Islam Di MA Nahdlatul Muslimin Undaan Kudus? 2. Bagaimana Profesionalisme Guru BK Di Ma Nahdlatul Muslimin Undaan Kudus? 3. Bagaimana Upaya Guru BK Dalam Meningkatkan Profesionalisme Layanan Bimbingan Konseling Islam Di MA Nahdlatul Muslimin Undaan Kudus? D. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan yang dilakukan dengan sadar tentu memiliki tujuan yang hendak di capai. Demikian pula dengan penelitian ini, penulis juga memiliki tujuan yang hendak dicapai sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Program Bimbingan konseling Islam Di MA Nahdlatul Muslimin Undaan Kudus. 2. Untuk mengetahui Tingkat Profesionalisme Guru BK Di MA Nahdlatul Muslimin Undaan Kudus. 3. Untuk mengetahui Adakah Upaya Guru BK Dalam Meningkatkan Profesionalisme Layanan Bimbingan Konseling Islam Di MA Nahdlatul Muslimin Undaan Kudus.

5 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat baik secara akademis maupun praktis sebagai berikut : 1. Manfaat Akademis a. Untuk menambah pengetahuan kepustakaan mengenai bimbingan dan konseling b. Sebagai bahan dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai bimbingan dan konseling di MA Nahdlatul Muslimin Undaan Kudus 2. Manfaat praktis a. Bagi pihak sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pelaksanaan pembelajaran dan layanan bimbingan terhadap peserta didik. b. Bagi peneliti, bisa di jadikan sumber rujukan dalam rangka melakukan pengembangan penelitian mengenai layanan bimbingan dan konseling.