ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB III ISU STRATEGIS

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan...

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERENCANAAN KINERJA TAHUN 2015 BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

PERAN PEMERINTAH KOTA DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB IV TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Umum

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN, STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung

Makna yang terkandung dalam visi tersebut dijabarkan sebagai berikut:

BAB II RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS UNTUK EKOSISTEM TERPADU RIMBA ASISTEN DEPUTI KAJIAN KEBIJAKAN WILAYAH DAN SEKTOR KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA TAHUN 2012

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

JO~ ~I~~~JA ~JAMA II~~I ra~~~ ~~1~ ~A~AN li~g~~~gan ~m~f frovin~1 JAWA rim~r

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

Perencanaan Perjanjian Kinerja

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015

PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH)

BUPATI PONOROGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PONOROGO NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

TABEL 5.1 RENCANA PEMBIAYAAN PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP JAWA BARAT

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

LAPORAN KINERJA KLHK BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2014

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PENUTUP. 1. Ketercapaian target dari masing-masing sasaran adalah sebagai berikut : - Meningkatnya indeks kualitas lingkungungan hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PAREPAREIKOTA PAREPARE

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

Knowledge Management Forum April

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR 1-1

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 54 TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KOTA DEPOK

Transkripsi:

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi 3.1.1. Permasalahan Umum Dalam mencapai peran yang diharapkan pada Visi dan Misi Kepala Daerah, BLH Provinsi Jawa Timur berusaha mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi, seperti cepatnya pertumbuhan industri atau jasa serta pemukiman yang menyebabkan berkurangnya daya dukung akibat pembuangan limbah ke media air, tanah dan udara. Selain itu adanya perubahan fungsi lahan yang tanpa memperhatikan fungsi ekologis sekitarnya, sehingga mengakibatkan kerusakan ekosistem hutan/lahan. Selain dari pada permasalahan tersebut, BLH Provinsi Jawa Timur juga harus menghadapi permasalahan keterbatasan SDM dengan kapasitas yang memadai dalam pengembangan pengetahuan di bidang pengawasan dan pengendalian pencemaran. Pengembangan SDM ini memerlukan proses pendidikan dan pelatihan yang intensif dan berkelanjutan sehingga dapat memberikan hasil yang signifikan. 3.1.2. Permasalahan Khusus Permasalahan khusus yang dihadapi oleh BLH Provinsi Jawa Timur yaitu terletak pada pelibatan dan keikutsertaan instansi terkait dalam koordinasi, komunikasi dan sinkronisasi program pembangunan bidang. Yang menyebabkan hal tersebut menjadi permasalahan khusus adalah karena adanya kepentingan yang berbeda-beda dari para pengambil kebijakan di masing-masing instansi. Namun, permasalahan tersebut harus terus didalami dan diberikan solusi secara proporsional dan intens guna mencapai tujuan yang tertuang dalam RPJMD. Tabel 3. 1 Aspek Kajian Hasil analisis gambaran pelayanan Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Capaian/Kondi si Saat Ini informasi status mutu air (100%) informasi status mutu udara (100%) Standar yang Digunakan SPM SPM Faktor yang Mempengaruhi Internal (Kewenangan ) 1. Belum lengkapnya ketersediaan data inventarisasi potensi Lingkungan Eksternal (Diluar Kewenangan ) 1. Rendahnya kesadaran dalam perlindungan dan Permasalahan Kapasitas dan kompetensi SDM yang terbatas 31

Aspek Kajian Capaian/Kondi si Saat Ini informasi tindak lanjut pengaduan (100%) rekomendasi dokumen Penegakan hukum Standar yang Digunakan SPM - Permendagri 54/2010 Faktor yang Mempengaruhi Internal (Kewenangan ) Hidup 2. Masih terbatasnya tenaga teknis (jabatan fungsional) Eksternal (Diluar Kewenangan ) 2. Masih mahalnya teknologi pengolahan limbah 3. Belum terimplementasi nya penegakan hukum berdasarkan UU 32/2009 Permasalahan Hasil analisis Renstra K/L Penurunan beban pencemar Pengendalian kerusakan Peningkatan kapasitas sumber daya alam dan 1. Tingginya potensi investasi di bidang sumber energi terbarukan 2. Tersedianya regulasi terkait perlindungan dan 3. Makin banyak Indonesia ikut serta dalam gerakan dukungan penanganan perubahan iklim dan gaya ramah 1. Kecenderungan saat ini masih mengkonversi lahan pertanian dan hutan untuk pengembangan sumber energi terbarukan 2. Otonomi daerah dan orientasi pembangunan yang bersifat sektoral dan parsial mempersulit sinkronisasi kebijakan 3. Penanganan isu sosial terkait: persoalan dan bencana, masih superfisial akibat rendahnya, pengetahuan dan kapasitas 32 Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Tahun 2014-2019

Aspek Kajian Hasil telaahan RTRW Capaian/Kondi si Saat Ini Standar yang Digunakan Faktor yang Mempengaruhi Internal (Kewenangan ) 1. Pola penggunaan lahan berkembang sampai ke pedesaan 2. Tingginya tingkat pembangun an perkotaan 3. Belum optimalnya sumber daya alam dan 4. Nilai ekonomi lahan yang cenderung meningkat Eksternal (Diluar Kewenangan ) 1. Peningkatan kesadaran terhadap 2. Perubahan iklim yang ekstrim 3. Semakin meningkatnya lahan kritis 4. Tingginya tingkat pencemaran industri 5. Tingginya tingkat alih fungsi lahan Permasalahan Hasil analisis KLHS Pengaruh perkembangan perkotaan yang pesat terhadap ketersediaan lahan pertanian, gangguan dan sejenisnya Tabel 3. 2 No Dinamika Internasional 1 Transformatif perubahan perilaku manusia terhadap 2 Mengintegrasikan keanekaragaman hayati di dan agenda ekonomi 3 Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim Identifikasi Isu-Isu Strategis (Lingkungan Eksternal) Isu Strategis Dinamika Nasional Penurunan beban pencemaran Pengendalian kerusakan Peningkatan kapasitas sumber daya alam dan Dinamika Regional/Lokal Perubahan budaya tingkah laku Pemanfaatan sumber daya alam yang melampaui daya dukung. Pencemaran dari sektor industri, domestik dan Lain-lain Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Tahun 2014-2019 33

4 Kota yang berkelanjutan baik untuk dan kean kegiatan lain baik ke media air, tanah dan udara. Pengelolaan sampah, banjir, emisi kendaraan bermotor, limbah cair domestik, ruang terbuka hijau dan penataan ruang 3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih Untuk melakukan analisis terhadap tugas pokok dan fungsi BLH Provinsi Jawa Timur yang terkait dengan visi, misi dan program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih, perlu dilakukan telahaan terhadap visi, misi dan program tersebut. Adapun visi dan misi dari Kepala Daerah (KDH) dan Wakil KDH Terpilih adalah sebagai berikut: Tabel 3. 3 Visi dan Misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih Visi: Jawa Timur Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berdaya Saing, dan Berakhlak Misi: Makin Mandiri dan Sejahtera bersama Wong Cilik 5 Misi Utama 1. Meningkatkan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan 2. Meningkatkan pembangunan ekonomi yang inklusif, mandiri, dan berdaya saing, berbasis agrobisnis/agroindustri, dan industrialisasi 3. Meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan, dan penataan ruang 4. Meningkatkan reformasi birokrasi, dan pelayanan publik 5. Meningkatkan kualitas kesalehan sosial dan harmoni sosial Sedangkan berdasarkan relevansi dan korelasi tugas pokok dan fungsi BLH Provinsi Jawa Timur dengan visi dan misi KDH dan Wakil KDH Terpilih adalah terletak pada Misi Utama Ke-3, yaitu Meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan, dan penataan ruang, yang bertujuan untuk Meningkatkan kualitas dan pemeliharaan kelestariannya. Adapun sasaran dari Misi Utama Ke-3 tersebut yang secara langsung diperankan BLH Provinsi Jawa Timur adalah: 1. Meningkatnya luas hutan dan/atau lahan kritis yang direhabilitasi. 2. Meningkatnya sumber daya air terkonservasi. 3. Meningkatnya kepedulian dan peran serta dalam menjaga terutama sumber daya air, DAS dan wilayah pesisir serta laut. 4. Menurunnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK). 34 Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Tahun 2014-2019

Sedangkan pilihan strategi untuk mencapai Misi utama Ke-3 dapat di kelompokkan sebagai berikut: 1. Meningkatkan pengendalian, perluasan dan rehabilitasi hutan. 2. Meningkatkan upaya konservasi sumber daya air, dan peningkatan fungsi jaringan irigasi. 3. Meningkatkan partisipasi aktif seluruh stakeholder dalam upaya menjaga sumber daya air, sungai, pesisir dan laut. 4. Melaksanakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Untuk mengarahkan rumusan strategis yang dipilih agar lebih terarah dalam mencapai tujuan, sasaran dan strategi maka arah kebijakan BLH Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan rehabilitasi dan rekonstruksi, khususnya kawasan hutan, dengan memilih tanaman pohon bermasa tumbuh relatif pendek melalui Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam. 2. Peningkatan upaya konservasi sumber daya air untuk mewujudkan keberlanjutan kapasitas pasok sumber daya air, disamping untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari, juga air irigrasi pertanian rakyat melalui Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam. 3. Pemberdayaan komunitas yang bertempat tinggal di sepanjang daerah aliran sungai untuk mengawasi pencemaran air sungai dan memelihara melalui Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup. 4. Peningkatan koordinasi lintas sektor yang berpotensi menghasilkan emisi GRK, terutama sektor energi, transportasi, industri, pertanian, kehutanan dan limbah melalui Program Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim. Tabel 3. 4 Faktor Penghambat dan Pendorong BLH Provinsi Jawa Timur Terhadap Pencapaian Visi, Misi dan Program KDH dan Wakil KDH Visi: Jawa Timur Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berdaya Saing, dan Berakhlak Misi: Makin Mandiri dan Sejahtera bersama Wong Cilik Misi Utama Ke-3: Meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan, dan penataan ruang Program Permasalahan Faktor Penghambat Pendorong Rehabilitasi dan Tingginya luasan lahan Pemulihan kritis akibat perubahan Cadangan fungsi lahan - Peningkatan Sumber Alam Daya Sistem lahan masih sederhana dan kurangnya memperhitungkan dampak - Dukungan dari instansi/ terkait pengetahuan kesadaran petani dan Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam Banyaknya sumber-sumber mata air yang hilang atau mengecil Pemanfaatan lahan kurang mempertimbangkan daerah tangkapan sumber air - Peningkatan pengetahuan dan kesadaran lokasi usaha terhadap pentingnya perlindungan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Tahun 2014-2019 35

sumber mata air - Pengawasan rekomendasi dan pelaksanaan pengawasan AMDAL Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup - Semakin banyaknya jumlah industri dan pemukiman yang membuang limbah menyebabkan daya tampung beban pencemar sungai semakin menurun. - Perlu peningkatan pengawasan pada jenis usaha senyampang dengan cepatnya pertumbuhan industri di Jawa Timur - Semakin kritisnya terhadap permasalahan menuntut penyelesaian yang lebih profesional - Kebijakan terkadang terkalahkan dengan kepentingan ekonomi - Kurangnya jumlah SDM yang berkompeten dalam pengawasan dan belum adanya jabatan fungsional PPLH - Permasalahan sosial terkadang menjadi faktor utama pengaduan dibandingkan dengan permasalahan pencemaran - Semakin tingginya pemahaman dan partisipasi dan pengusaha terhadap pengawasan dan - Meningkatnya koordinasi antar sektor baik antara, LSM dan pengusaha dalam Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Tingginya intensitas penggunaan Bahan Perusak Ozon (BPO) pada kendaraan bermotor, industri dan kegiatan lainnya berpotensi terhadap peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Rendahnya pemahaman penggunaan BPO Semakin pengaruh GRK pahamnya terhadap 3.3. Telaahan Renstra K/L Permasalahan pada tahun 2010-2014 masih dihadapkan pada pencemaran air, udara, sampah dan limbah B3 terutama yang bersumber dari kegiatan industri, rumah tangga (limbah domestik) dan sektor transportasi, kerusakan di daerah aliran sungai (DAS) dan ekosistem-ekosistem lainnya, bencana serta memburuknya dampak yang dirasakan akibat fenomena perubahan iklim. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Negara Lingkungan Hidup Tahun 2010-2014, maka visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) adalah sebagai berikut: Tabel 3. 5 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran KNLH Tahun 2010-2014 36 Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Tahun 2014-2019

Visi Misi Tujuan Sasaran Outcome Terwujudnya Kementerian Negara Mewujudkan penurunan beban Terwujudnya pembangunan Penurunan beban pencemaran Perbaikan kualitas Lingkungan Hidup pencemar, Indonesia yang handal dan pengendalian berdasarkan melalui proaktif serta kerusakan sumber pembangunan Pengendalian penurunan berperan dalam daya alam dan berkelanjutan kerusakan beban pelaksanaan dan dengan pencemaran pembangunan peningkatan kapasitas penekanan pada, berkelanjutan dalam rangka ekonomi hijau Peningkatan pengendalian dengan menekankan pelestarian fungsi (green economy) kapasitas kerusakan pada ekonomi hijau, untuk menahan melalui: laju kemerosotan sumber daya alam, dan 1. Perumusan dan daya tampung, dan peningkatan penetapan kebijakan daya dukung, dan kelangkaan kapasitas sumber daya sumber daya sumber daya alam alam, serta alam dan dan mengatasi terintegrasi, guna mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan, dengan menekankan pada ekonomi hijau 2. Melaksanakan bencana koordinasi dan kemitraan dalam rantai nilai proses pembangunan untuk mewujudkan integrasi, sinkronisasi antara ekonomi dan ekologi dalam pembangunan berkelanjutan 3. Melaksanakan praktek tatakelola pemerintahan yang baik serta mengembangkan kapasitas kelembagaan dalam sumber daya alam dan secara terintegrasi Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Tahun 2014-2019 37

Sementara itu, hasil telaahan dan identifikasi permasalahan terkait Renstra K/L tersebut adalah pada Tabel 3.6 berikut: Tabel 3. 6 Permasalahan BLH Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Sasaran Renstra K/L beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya Sasaran Jangka Menengah Renstra K/L Penurunan beban pencemaran Pengendalian kerusakan Peningkatan kapasitas sumber daya alam dan Permasalahan - Semakin banyaknya jumlah industri dan pemukiman yang membuang limbah menyebabkan daya tampung beban pencemar sungai semakin menurun. - Perlu peningkatan pengawasan pada jenis usaha senyampang dengan cepatnya pertumbuhan industri di Jawa Timur - Semakin kritisnya terhadap permasalahan menuntut penyelesaian yang lebih profesional Faktor Penghambat Pendorong - Kebijakan - Semakin tingginya terkadang terkalahkan pemahaman dan dengan kepentingan partisipasi ekonomi dan pengusaha - Kurangnya jumlah terhadap pengawasan SDM yang dan berkompeten dalam pengawasan dan - Meningkatnya belum adanya jabatan koordinasi antar sektor fungsional PPLH baik antara, - Permasalahan sosial LSM dan pengusaha terkadang menjadi dalam faktor utama pengaduan dibandingkan dengan permasalahan pencemaran 3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031 yang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah provinsi yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan melalui pengembangan sistem agropolitan dan sistem metropolitan, dan hasil telaahan terhadap pelaksanaannya, maka diperoleh bahwa pengembangan wilayah provinsi Jawa Timur telah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang telah ditetapkan. Tabel 3. 7 RTRW Terkait Tugas dan Fungsi 1. Meningkatkan penataan sesuai dengan Permasalahan BLH Provinsi Jawa Timur berdasarkan Telaahan RTRW beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya Permasalahan 1. Menurunnya daya dukung, fungsi dan kualitas Faktor Penghambat Pendorong 1. Belum adanya 1. Adanya regulasi keterpaduan tentang perlindungan dan 38 Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Tahun 2014-2019

tata ruang wilayah 2. Penyusunan rencana perlindungan dan 3. Penetapan daya dukung dan daya tampung 4. Meningkatkan peran serta 5. Meningkatkan penerapan sanksi hukum bagi pelaku pencemaran 2. Belum adanya rencana perlindungan dan 3. Masih rendahnya sumber daya alam yang kurang menerapkan prinsip ramah 4. Belum optimalnya penggunaan sumber daya alternatif 5. Belum optimalnya pengawasan usaha 6. Masih meningkatnya pencemaran air tanah, air permukaan oleh aktivitas manusia 7. Kurangnya penegakan hukum lintas sektoral sehingga perbaikan masih bersifat parsial 2. Masih terbatasnya infrastruktur untuk menerapkan teknologi ramah 3. Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran terhadap 2. Adanya kelembagaan (pemerintah dan ) dalam mengelola Pembangunan di provinsi Jawa Timur tidak hanya memperhatikan sisi pola ruang peruntukan, pengembangan, pelestarian, pemanfaatan dan pengendalian saja tetapi juga harus menggunakan KLHS yang merupakan salah satu instrumen. Kebijakan Rencana dan Program (KRP) BLH Provinsi Jawa Timur harus sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan sehingga diharapkan dapat mengurangi atau bahkan lebih antisipatif terhadap terjadinya kerusakan. KLHS menjadi kerangka integratif bagi BLH Provinsi Jawa Timur untuk: 1. Meningkatkan manfaat pembangunan; 2. Menjamin keberlanjutan rencana dan implementasi pembangunan; 3. Membantu menangani permasalahan lintas batas dan lintas sektor, baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun antarnegara (jika diperlukan) dan kemudian menjadi acuan dasar bagi proses penentuan kebijakan, perumusan strategi, dan rancangan program; 4. Mengurangi kemungkinan kekeliruan dalam mebuat prakiraan/prediksi pada awal proses perencanaan kebijakan, rencana atau program pembangunan; 5. Memungkinkan antisipasi dini secara lebih efektif terhadap dampak negatif di tingkat proyek pembangunan, karena pertimbangan telah dikaji sejak awal tahap formulasi kebijakan, rencana atau program pembangunan. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Tahun 2014-2019 39

3.5. Penentuan Isu-Isu Strategis Berdasarkan kajian kondisi dan situasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun 2010-2014 (Renstra PLH 2010-2014) dan potensi maupun isu strategis yang ada di provinsi Jawa Timur, dapat dirumuskan 5 (lima) isu pokok yang wajib mendapat perhatian bersama, yaitu: 1. Pengelolaan hutan, lahan dan sumber air Kerusakan ekosistem hutan telah memberikan dampak pada konservasi lahan maupun kelangkaan sumber air/mata air. Kecenderungan ini telah tampak pada indikator menurunnya kualitas karena tekanan penduduk maupun bencana alam, dan pemanfaatan berlebihan sumber daya alam yang melampaui daya dukung nya. Kasus pembalakan hutan secara liar, erosi dan longsor, rusaknya habitat biota, menurunnya biodiversitas, banjir dan kekeringan, berubahnya iklim, kebakaran hutan, masalah dampak sosial ekonomi akibat eksploitasi dan sebagainya, telah menjadikan masalah laten yang memerlukan pendekatan holistik dan bertahap guna menyelesaikan atau menangani masalah ini. 2. Permasalahan pencemaran air, tanah dan udara Pencemaran, baik dalam media air, udara maupun tanah telah menjadikan kualitas menurun. Sumber-sumber pencemar dari industri, domestik, maupun yang lain harus dapat diatasi, dalam bentuk pencegahan maupun pengendalian. Dampak pencemaran yang bersifat akut atau kronis perlu diantisipasi, agar sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Masalah pencemaran ini perlu ditangani secara sistemik, terencana, taat asas dan terus menerus. Upaya pemulihan dan pencegahan juga harus dimulai dari perencanaan hingga evaluasi pelaksanaannya, agar prinsip pembangunan berkelanjutan dapat diterapkan dalam mencegah dan mengendalikan pencemaran. 3. Permasalahan perkotaan Permasalahan yang paling utama di perkotaan adalah masalah sampah, banjir, emisi kendaraan bermotor, limbah cair domestik, minimnya ruang terbuka hijau (RTH), penataan ruang kota dan sebagainya. Sebagai contoh permasalahan pada limbah padat, produksi sampah di Surabaya yang dikumpulkan pada lokasi-lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir). 40 Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Tahun 2014-2019

4. Permasalahan sosial kean Pendekatan pada komponen utama PLH yaitu ekonomi, ekologi dan sosial perlu diterapkan mulai tahap perencanaan, hingga operasional dan evaluasinya. Permasalahan tidak akan lepas dari aspek sosial, ekonomi, budaya dan tingkat pendidikan karena menyangkut pemenuhan kebutuhan dasar dan kesejahteraan. Aspek kean dilihat dari indikator memburuknya kualitas fisik/infrastruktur perkotaan, serta menurunnya kualitas perkotaan. Hal ini disebabkan keterbatasan pelayanan kebutuhan dasar perkotaan yang lebih banyak dipicu oleh faktor daya tarik ekonomi dalam urbanisasi. Masalah kean ini dapat didekati dengan perubahan paradigma yang berpihak pada, yang kemudian diikuti dengan sosialisasi tentang hak dan kewajiban mendapatkan yang baik dan sehat, dan perubahan budaya tingkah laku menuju yang baik, sehat dan bertanggung jawab. 5. Permasalahan efek GRK Meningkatnya laju perekonomian di Jawa Timur memicu peningkatan emisi GRK. Inventarisasi emisi GRK di Jawa Timur yang meliputi beberapa sektor sebagaimana yang ditentukan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), yaitu: a. pengadaan dan penggunaan energi; b. proses industri dan penggunaan produk (Industrial Process and Product Use/ IPPU); c. pertanian, kehutanan dan penggunaan lahan lainnya (Agriculture, Forestry, and Other Land Uses (AFOLU)); dan d. limbah Jumlah emisi GRK total di Jawa Timur pada tahun 2012 mencapai 140.036.542,27 Gg CO 2 e. Dengan kondisi tersebut perlu adanya pemberdayaan dalam mengurangi emisi GRK. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Tahun 2014-2019 41