BAB I PENDAHULUAN. kegiatan jasmani tambahan lainnya tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diandalkan dalam pembangunan nasional. Sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahan aerobik yang baik diperlukan tingkat VO 2 max yang tinggi. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi

PENGARUH KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KEBUGARAN FISIK PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR KRAPYAK YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses transfer falsafah dan sistem nilai,

STATUS GIZI ANTROPOMETRI DAN STATUS HEMOGLOBIN SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA ANYELIR DAN SEKOLAH SEPAK BOLA BANGAU PUTRA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

GAMBARAN STATUS GIZI ANTROPOMETRI DAN STATUS HEMOGLOBIN SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA ANYELIR DAN SEKOLAH SEPAK BOLA BANGAU PUTRA MAKASSAR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. enzim dari jalur lintas glikolitik dan heksosa monofosfat dari metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia merupakan keadaan berkurangnya kemampuan darah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (HB) atau

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap

I. PENDAHULUAN. Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat adalah keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

menunjukkan 19,7% diderita oleh perempuan dewasa perkotaan, 13,1% lakilaki dewasa, dan 9,8% anak-anak. Anemia pada perempuan masih banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup ini sebenarnya adalah kancah dari kegiatan-kegiatan dan aktifitas

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai kebiasaan orang. di rumah, halte, stadion olahraga, tempat-tempat olahraga maupun di

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesegaran jasmani adalah kemampuan jasmani seseorang dalam melakukan tugas kejasmanian sehari hari secara optimal, bahkan masih dapat melakukan kegiatan jasmani tambahan lainnya tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, dengan mengeluarkan energi yang cukup besar, guna memenuhi kebutuhan geraknya dan menikmati waktu luang serta untuk memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu dipengaruhi (Sriundy, 2007). Kesegaran jasmani lebih dari sekedar sehat atau tidak sehat dan tiap orang atau kelompok orang untuk pekerjaan tertentu memerlukan dan memiliki tingkat kesegaran jasmani yang beda (Karhiwikarta 2000). Masalah kesegaran jasmani sangat besar perananya dalam memelihara kesehatan, meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan prestasi olahragawan. Status kesegaran jasmani yang tinggi berpeluang memiliki tingkat kesehatan yang baik. Status kesegaran yang baik bukan hanya bertujuan untuk membuat siswa lebih giat belajar, akan tetapi bertujuan untuk mengurangi tingkat kesalahan dan meningkatkan efisiensi belajar, belajar dengan semangat serta dapat berprestasi lebih baik (Sriundy, 2007) Kesegaran jasmani pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantara lain genetik, umur, jenis kelamin, aktifitas fisik, kebiasaan merokok, status gizi dan kadar hemoglobin (Dewi dkk, 2001). 1

2 Mahasiswa yang bersemangat dalam mengikuti proses pendidikan jasmani akan mempengaruhi oleh kondisi kesegaran jasmani yang baik. Pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan sarana untuk mencapai tingkat kesegarn jasmani yang baik tentunya mempunyai dalam menerima materi pelajaran lebih baik dibandingkan dengan siswa mempunyai kesegaran jasmani yang kurang baik (Cendani dkk,2011). Hemoglobin merupakan kompleks protein yang tersi diri dari heme yang mengandung besi dan globin dengan interaksi diantara heme dan globin menyebabkan hemoglobin (Hb) merupakan perangkat yang ireversibel untuk mengangkut oksigen (Lubis dalam Permono, 2006). Hemoglobin mempunyai peran yang sangat penting dalam sistem sirkulasi. Fungsi utama hemoglobin dalam tubuh adalah mengangkut oksigen yang akan berdifusi dari alveoli kedalam darah paru dan kemudian melepaskan oksigen didalam kapiler jaringan perifer dan diteruskan menuju sel yang tekanan gas oksigenya lebih rendah (Abdul 2002). Kadar Hemoglobin yang tinggi terjadi karena keadaan hemokonsentrasi akibat dari dehidrasi. Kadar hemoglobin yang rendah berkaitan dengan berbagai masalah klinis. Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin tidak selamanya meningkat atau menurun secara bersamaan. Sebagai contoh, penurunan sel darah merah disertai kadar hemoglobin yang sedikit meningkat atau normal terjadi pada kasus anemia pernisiosa, serta kadar hemoglobindan sel darah merah yang sedikit meningkat atau normal disertai kadar

3 hemoglobin yang menurun, terjadi pada anemia defisiensi zat besi (Abdul 2002) Hasil penelitian dahyuni (2003) dapat diketahui bahwa sebanyak 20 orang responden (62,5%) tidak mengalami anemia dan sebanyak 12 orang responden (37,5%) menderita anemia. Terdapat 8 responden (25%) yang kesegaran jasmaninya kurang dan sebanyak 24 orang (75%) kesegaran jasmaninya sedang. Hasil penelitian nurhaedah, dkk (2013) status gizi pengukuran biokimia (kadar HB) didapatkan atlet sekolah sepak bola anyelir terdapat 53,3% (16 orang) yang berstatus HB normal dan 46,7% (14 orang) berada dalam kategori anemia, sedangkan sekolah sepak bola bangau putra yang memiliki status HB normal yaitu 52,4 % (11 orang) dan kategori anemia yaitu 47,6% (10 orang). Penelitian indiah (2004) menunjukan tingkat kesegaran jasmani responden perempuan termasuk kategori kurang (37,3%) dan reponden lakilaki termasuk kategori sedang (42,9%). Terdapat 37,6% yang mengalami anemia sedangkan sebanyak 62,4% memiliki status HB normal. Hasil penelitian yang dilakukan pada atlet sepak bola dan sepak takraw dipusat pendidikan dan latihan olahraga pelajar (PPLP) Dinas pemudan dan olahraga propinsi Sulawesi Selatan menunjukan hasil bahwa 53,8% yang mengalami anemia pada atlet sepak bola dan terdapat 18,8% atlet sepak takraw mengalami anemia.

4 Mustaqim dkk (2013) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin dengan kesegaran jasmani pada siswa ekstrakurikuler sepak bola SMA Negeri 1 bangsal yaitu sebanyak 54,90% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil penelitian secara nasioal yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2006) menunjukan bahwa tingkat kesegaran jasmani para remaja hanya 5,29% yang termasuk kategori baik sekali, baik sebesar 16,19% sedang sebanyak 29,99% kurang sebanyak 30,01% dan yang termasuk kategori kurang sekali 18,15%. Riset Kesehatan Dasar Nasional (2013)menunjukan bahwa proporsi anemia diindonesia mencapai 21,7% dimana untuk usia 15-24 tahun sebanyak 18,4%, usia 25-34 tahun sebanyak 16,9%, 35-44 tahun sebanyak 18,3%. Hasil observasi awal yang dilakukan pada mahasiswa jurusan penjaskes semester II Tahun 2014, pada siswa semester II berjumlah 236 orang, terdiri dari laki-laki sebanyak 215 orang dan perempuan 21 orang. Berdasarkan wawancara awal terhadap 10 orang mahasiswa didapatkan bahwa siswa yang sering merasakan lelah. Selain itu, ditemukan bahwa wajah setiap mahasiswa yang sakit itu pucat dan konjungtiva tampak anemis, orang dengan kadar hemoglobin yang rendah akan menjadi sangat lelah karena sel-sel mereka tidak mendapatkan oksigen yang cukup untuk melaksanakan aktivitasnya. Sementara itu, para mahasiswa juga mengakui tidak semangat dalam melakukan aktivitas olahaga dikampus.

5 Berdasrkan uraian permasalah diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Kesegaran Jasmani Pada Mahasiswa Jurusan Penjaskes Semester Ii Universitas Negero Gorontalo 1.2 Identifikasi Maslah 1. Hasil penelitian secara nasional yang dilakukan oleh departemen pendidikan nasional (2006) menunjukan bahwa tingkat kesegaran jasmani para remaja hanya 5,29% yang termasuk kategori baik sekali, baik sebesar 16,19% sedang sebanyak 29,99% kurang sebanyak 30,01% dan yang termasuk kategori kurang sekali 18,15%. 2. Berdasarkan wawancara awal terhadap 10 orang mahasiswa didapatkan bahwa siswa yang sering merasa lelah. Selain itu, ditemukan bahwa setiap wajah mahasiswa yang sakit itu pucat dan konjungtiva tampak anemis. Sementara itu, para mahasiswa juga mengakui tidak semangat dalam melakukan aktifitas olahraga dikampus. 1.3 Rumusan masalah Berdasarkan permasalahan di atas, penulis merumuskan masalah Apakah Terdapat Hubungan Yang Signifikan Antar Kadar Hemoglobin DenganKesegaran Jasmani Pada Mahasiswa Jurusan Penjaskes Semester II Tahun 2014 Universitas Negeri Gorontalo.

6 1.4 Tujuan penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Dianalisa hubungan kadar hemoglobin dengan kesegaran jasmani pada Mahasiswa Semester II Tahun 2014 Jurusan Penjaskes Universitas Negeri Gorontalo. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Diidentifikasi gambaran kadar hemoglobin pada Mahasiswa Jurusan Penjaskes Semester II Tahun 2014 Universitas Negeri Gorontalo. 2. Diidentifikasi gambaran kesegaran jasmani pada Mahasiswa Jurusan Penjaskes Semester II Tahun 2014 Universitas Negeri Gorontalo. 3. Dianalisa hubungan kadar hemoglobin dengan kesegaran jasmani pada Mahasiswa Jurusan Penjaskes Semester II Tahun 2014 Universitas Negeri Gorontalo. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan bukti tentang hubungan kadar hemoglobin dengan kesegaran jasmani. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti Pengalaman baru bagi peneliti dalam melakukan penelitian dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang di peroleh dari kampus dengan keadaan masyarakat.

7 2. Bagi Institusi Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukkan untuk pembuatan karya tulis ilmiah lebih lanjut dan dapat di gunakan sebagai masukan bagi rekan rekan dan peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian. 3. Bagi Jurusan Penjaskes Sebagai masukan kepada pihak jurusan penjaskes untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam bidang olahraga guna meningkatkan kesegaran jasmani mahasiswa.