PENGELOLAAN ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI DI BADAN KEPENDUDUKAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL (BKKBN) PROVINSI SULAWESI UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
BkkbN SURATEDARAN NOMOR: 995/1/KU.201/B3/2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua

Manna, 25 Januari Kepada Yth di.- SURAT EDARAN Nomor : 16/KPA /I/2017 TENTANG

ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN FEBRUARI 2013

ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN JULI 2012

ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN AGUSTUS 2012

BAB I PENDAHULUAN. Umpan Balik Hasil Pelaksanaan Program KKB Kota Tegal Tahun 2015

ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012

ANALISIS FUNGSI MANAJEMEN LOGISTIK DI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KELUARGA BERENCANA KOTA SURABAYA

Masyarakat Universitas Diponegoro 2. Staf Pengajar Peminatan Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan. Masyarakat Universitas Diponegoro

LAPORAN BULANAN KLINIK KB KABUPATEN BOALEMO B U L A N : AGUSTUS 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN APRIL 2009

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA PASIRANGIN KECAMATAN CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR

LAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN MEI 2008

LAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN JUNI 2008

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

15. URUSAN KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 4.A TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Desember 2012 Kabid Advokasi, Penggerakan dan Informasi, Minarti, SE NIP

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENTINGNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI KABUPATEN BANDUNG

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Maret 2013 Kabid Advokasi, Penggerakan dan Informasi, Minarti, SE NIP

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM & ANGGARAN. (Data Bulan Maret 2014)

TABEL 3. KKP JUMLAH DAN PERSENTASE PENCAPAIAN PB SAMPAI DENGAN BULAN MARET 2011 DAN APRIL 2011 TOTAL MARET 2011 APRIL 2011 NO KAB/KOTA % THD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KELUARGA BERENCANA

Tabel 13. Pencapaian Peserta KB Aktif Terhadap PPM Bulan Mei 2011

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Januari 2013 Kabid Advokasi, Penggerakan dan Informasi, Minarti, SE NIP

ANALISIS & EVALUASI HASIL PELKON & DALLAP. (Data Bulan Mei 2014)

DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK BKKBN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. keterbatasan. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan terbatasnya lahan sebagai sumber

IMPLEMENTASI SISTEM PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS RAWAT INAP SIDOMULYO KOTAMADYA PEKANBARU

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM & ANGGARAN. (Data Bulan Februari 2014)

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang

EVALUASI PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI OBAT ANTI TUBERKULOSIS DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI UTARA

RESUME UMPAN BALIK PELKON dan DALLAP 2014 PERWAKILAN BKKBN PROVINSI RIAU

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Februari 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP

ABSTRAK GAMBARAN AKSEPTOR KB DI KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2015

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Maret 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP Narasi Radalgram Data s.d Maret P a g e

Penerapan Kepemerintahan yang Baik (3) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

KONTRASEPSI SERTA EFEKTIFITAS PENYULUHAN KB DI ERA OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Mei 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP Page 1

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM DATA S.D BULAN JANUARI Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Banten

PENDAHULUAN. I. Pelayanan Kontrasepsi. Bersumber dari Rek.Kab.F/II/KB/08 berisi tentang ulasan yang membahas 2 (dua) bagian pembahasan yaitu :

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Januari 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP Narasi Radalgram Januari 2012 Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Agustus 2012 Kabid Advokasi, Penggerakan dan Informasi, Minarti, SE NIP

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM & ANGGARAN. (Data Bulan September 2014)

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM S/D BULAN JANUARI 2012 PERWAKILAN BKKBN PROV. KALTIM SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

TABEL 3. KKP JUMLAH DAN PERSENTASE PENCAPAIAN PB SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2011 DAN MEI 2011 TOTAL APRIL 2011 MEI 2011 NO KAB/KOTA % THD

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

A. Cakupan Laporan. B. Hasil Pelayanan Kontrasepsi. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM DATA S.D BULAN FEBRUARI Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Banten

INTISARI PENGARUH PEMAKAIAN KONTRASEPSI ORAL DAN SUNTIK TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS TAPIN UTARA KABUPATEN TAPIN

PENCAPAIAN PESERTA KB BARU PER MIX KONTRASEPSI TERHADAP PPM PB KINERJA/KEMITRAAN BULAN JANUARI S/D OKTOBER 2008

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE

ABSTRAK PROFIL AKSEPTOR KB WANITA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM & ANGGARAN. (Data Bulan April 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dan keterbelakangan melalui pendekatan kependudukan.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari

INTISARI. Kata Kunci : penyimpanan, gudang obat, indikator penyimpanan, puskesmas

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB 3 KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM & ANGGARAN. (Data Bulan Desember 2014)

ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SAMPAI DENGAN BULAN DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM S/D BULAN FEBRUARI 2012 PERWAKILAN BKKBN PROV. KALTIM SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM & ANGGARAN. (Data Bulan November 2014)

GAMBARAN EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT MEMINIMALKAN YANG KADALUARSA DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT DR.H

ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SAMPAI DENGAN BULAN DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

A. Daftar Pertanyaan untuk Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan. dan Keluarga Berencana di Kabupaten Asahan. 2. Bagaimana alur pengelolaan di BPPKB?

Transkripsi:

PENGELOLAAN ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI DI BADAN KEPENDUDUKAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL (BKKBN) PROVINSI SULAWESI UTARA Ruth Margaretha Panjaitan 1), Lily Ranti Goenawi 1), dan Widya Astuty Lolo 1) 1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 ABSTRACT The speed rate of growth in Indonesia makes the Government established the National Population and Family Planning (BKKBN). One of the main tasks of the BKKBN is managing tool/oral contraceptives. Drug management is an activity covering the planning, procurement, storage, distribution, recording and reporting of drug use. The purpose of this study was to determine the BKKBN management in the city of Manado, ranging from planning, procurement, storage, distribution to the recording and reporting to evaluate drug management in BKKBN family planning. The methods used were observation and interviews conducted directly on the employees and staff involved. The results obtained show planning tool / oral contraceptives do not use a formula in accordance with the rules so that the BKKBN delivery tool / contraceptives can be done more than once a year. Based on these results it can be concluded that the management tools/oral contraceptives in North Sulawesi is not efficient and in accordance with the regulations BKKBN. Key words : drug management, BKKBN, contraceptives ABSTRAK Lajunya tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia membuat Pemerintah mendirikan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional(BKKBN). Salah satu tugas pokok dari BKKBN adalah mengelola alat/obat kontrasepsi. Pengelolaan obat merupakan suatu aktivitas yang meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan obat yang digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen BKKBN di kota Manado, mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian sampai pada pencatatan pelaporan dan untuk mengevaluasi pengelolaan obat KB di BKKBN. Metode yang digunakan yaitu observasi dan wawancara yang dilakukan langsung pada pegawai dan staf yang terlibat. Hasil yang diperoleh menunjukkan perencanaan alat/obat kontrasepsi tidak menggunakan rumus yang sesuai dengan peraturan BKKBN sehingga pengiriman alat/obat kontrasepsi bisa dilakukan lebih dari sekali dalam setahun. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengelolaan alat/obat kontrasepsi di BKKBN Provinsi Sulawesi Utara belum efisien dan sesuai dengan peraturan BKKBN. Kata kunci : Pengelolaan obat, BKKBN, alat kontrasepsi 230

PENDAHULUAN Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua Negara termasuk Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia kurang lebih berjumlah 238 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 16,4 % per tahun. Lajunya tingkat pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas penduduk sehingga mempengaruhi tingkat kehidupan dan kesejahteraan penduduk. Dalam rangka menanggulangi hal tersebut, pemerintah mencanangkan program kependudukan dan keluarga berencana sebagai program nasional (Handayani, 2010). Pemerintah Indonesia melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan penekanan jumlah angka kelahiran dengan pengelolaan dan pelaksaan program Keluarga Berencana (KB). Salah satu tugas pokok dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah merencanakan, mengkoordinasikan, membina, mengawasi dan mengendalikan serta mengevaluasi di bidang Pelayanan Keluarga Berencana. Pelaksanaan kegiatannya, seperti monitoring pencapaian peserta KB baru, pendistribusian serta pengawasan terhadap ketersediaan alat kontrasepsi ke seluruh klinik KB baik tingkat Kota dan Kabupaten. Untuk memberikan pelayanan yang efektif kepada masyarakat yang mengikuti program KB perlu didukung dengan penyajian data dan informasi mengenai pelaporan kegiatan secara berkala untuk membantu perencanaan distribusi alat kontrasepsi, monitoring dan evaluasi program KB di tingkat kabupaten/kota. Untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan dalam pelaporan tersebut maka harus ada datadata yang menunjang informasi. Seperti laporan target capaian KB, dibutuhkan data cakupan peserta KB baru Domisili per bulan. Sedangkan informasi untuk laporan pendistribusian dan ketersediaan alat kontrasepsi di masing-masing klinik keluarga berencana (KKB) tidak mungkin didapatkan tanpa adanya penyusunan rencana distribusi alat kontrasepsi ke klinik Keluarga Berencana berdasarkan evaluasi kebutuhan alat kontrasepsi (BKKBN, 2011). METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2013 sampai Juni 2014 di kantor Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) Provinsi Sulawesi Utara. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dan deskriptif, yaitu menggunakan data-data yang sudah ada untuk membandingkan dengan peraturan BKKBN. Penelitian ini juga bersifat evaluasi, dimana dilakukan pemantauan kegiatan yang sedang berjalan. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi wawancara dan pengambilan data. HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengelolaan alat/obat kontrasepsi di BKKBN Provinsi Sulawesi Utara. Proses pengelolaan alat kontrasepsi ialah dengan melakukan pengolahan data berdasarkan laporan yang masuk ke provinsi. Hal ini dilakukan untuk dapat memperkirakan jumlah alat/obat kontrasepsi yang akan direncanakan. Seperti yang ada pada tebel 1 adalah contoh laporan bulanan atau biasa disebut dengan laporan F/V/KB dan tabel 2 laporan bulanan rekapitulasi F/V/KB gudang Kabupaten dan Kota se-provinsi Sulawesi utara. Pada laporan inilah dapat diperkirakan jumlah pemesanan alat/obat kontrasepsi untuk provinsi Sulawesi Utara. Namun, dalam perencanaan kebutuhan alat/obat kontrasepsi yang seharusnya tidak hanya dilihat dari laporan gudang Kabupaten dan Kota atau laporan gudang Provinsi saja, namun dilihat juga pada sasaran kesertaan ber-kb yaitu mengenai Permintaan Partisipasi Masyarakat (PPM), baik peserta KB baru (PB) maupun peserta 231

KB aktif (PA) dengan menggunakan rumus (BKKBN,2008). Rumusan yang mengacu kepada perlindungan tahunan Couple Years of Protection (CYP), yaitu jumlah kontrasepsi yang dibutuhkan oleh seorang peserta KB selama satu tahun agar terlindung dari terjadinya kehamilan disebutkan Pil yang dibutuhkan selama satu tahun adalah 13 cycle, suntikan 4 vials, kondom 6 lusin, IUD 1 set untuk 5-8 tahun dan implant 1 set untuk 3 tahun. Sehingga rumus menghitung kebutuhan kontrasepsi untuk pemakaian satu tahun adalah untuk pil PPM PA dikalikan dengan 13 cycle (pil yang dibutuhkan selama setahun). Begitu pula dengan suntikan, kondom, IUD, dan implant. Namun yang diperoleh di BKKBN Provinsi Sulawesi Utara tidak menggunakan rumus atau perhitungan yang berdasarkan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional nomor : 267/HK-010/B4/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan Kebutuhan Alat/Obat Kontrasepsi dan Non Kontrasepsi Program KB Nasional. Hal ini dikarenakan kurangnya tenaga teknisi yang sesuai dengan bidangnya dan kurang pahamnya mengenai pengelolaan alat/obat kontrasepsi. Perencanaan kebutuhan alat/obat kontrasepsi yang dilakukan oleh BKKBN Provinsi Sulawesi Utara menggunakan perkiraan berdasarkan laporan F/V/KB, seperti yang ada pada tabel 3 jumlah pemesanan alat/obat kontrasepsi. BKKBN Provinsi Sulawesi Utara tidak menggunakan rumus kebutuhan kontrasepsi sehingga permintaan alat/obat kontrasepsi dalam satu tahun dapat dilakukan lebih dari satu kali. Hal ini lah yang membuat menumpuknya ketersediaan alat/obat kontrasepsi di gudang Provinsi. Surat permintaan alat/obat kontrasepsi dikirim langsung oleh BKKBN Provinsi ke BKKBN Pusat di Jakarta. Pengiriman alat/obat kontrasepsi dari pusat ke provinsi biasa dikirim melalui pesawat atau kapal tergantung dari jumlah pemesanan. Pengiriman alat/obat kontrasepsi juga melalui jasa pengiriman. Penerimaan alat/obat kontrasepsi yang sudah dipesan dari pusat langsung diterima oleh bendahara meteril di gudang atau bias diterima di kantor BKKBN Provinsi. Bukti bahwa alat/obat kontrasepsi sudah diterima hanya dengan surat bukti pengiriman yang tercantum tanggal kedatangan, jumlah barang yang diterima ( kotak,berat,volume ), dan tanda tangan penerima. Setalah barang diterima, alat/obat kontrasepsi langsung disimpan didalam gudang BKKBN. Gudang BKKBN terdiri dari tiga ruangan yaitu, ruangan untuk staf dan pegawai, ruangan khusus suntik dan implant dan ruangan untuk alat/obat kontrasepsi dan non kontrasepsi. Luas bangunan gudang adalah 90 m 2 dengan ventilasi udara masing-masing ditiap sisi, penerangan lampu pijar 40 watt di 10 titik, alat kebersihan (tempat sampah, sapu, lembaran plastic transparan penutup debu), alat pemadam kebakaran, troli pengangkut alkon dan non alkon, dan tangga aluminium. Namun, yang kurang dari perlengkapan gudang BKKBN Provinsi adalah alat pengukur suhu. Ini berguna untuk mencegah kelembaban dan pemanasan yang dapat merusak alat/obat kontrasepsi tersebut. Suhu standar ruangan yang diperlukan dalam menyimpan alat/obat kontrasepsi adalah 25 0 C. BKKBN Provinsi menyalurkan alat/obat kontrasepsi dan non kontrasepsi kepada 15 Kabupaten/Kota yang tersebar di Sulawesi Utara seperti yang sudah dijelaskan dalam hasil. Alat/obat kontrasepsi dikeluarkan dari gudang provinsi menggunakan Surat Bukti Barang Keluar (SBBK). SBBK bisa keluar jika ada Surat Perintah Mengeluarkan Barang (SPMB) namun BKKBN Provinsi hanya menggunakan SBBK dengan alasan SBBK sama dengan SPMB. Pendistribusian alat/obat kontrasepsi dan non kontrasepsi berdasarkan Push Distribution System (distribusi langsung tanpa permintaan) dan Pull Distribution System (distribusi dengan permintaan). 232

Karena tidak semua Kabupaten dan Kota membuat surat permintaan. BKKBN Provinsi dalam melakukan distribusi secara langsung maupun berdasarkan permintaan tidak menggunakan perhitungan minimum dan maksimum stock. Sehingga seringkali BKKBN Provinsi melakukan distribusi langsung sedangkan persediaan di gudang Kabupaten/Kota masih mencukupi. Inilah yang membuat kelebihan stock didalam gudang kabupaten dan kota. Untuk menghindar dari masa kadaluarsa pemerintah Kabupaten/Kota membuat suatu program atau kegiatan yang berhubungan dengan KB agar persedian di gudang dapat dipakai untuk pelaksanaan kegiatan. Selain untuk menghindar dari masa kadaluarsa juga menghindar dari oknum yang ingin memanfaatkan situasi ini untuk menjual kembali alat/obat kontrasepsi yang seharusnya diterima oleh masyarakat secara gratis karena alat/obat kontrasepsi masuk dalam Anggaran Perencanaan Belanja Negara (APBN). Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) yang dibawa oleh BKKBN Provinsi pada Kabupaten dan Kota dibawa kembali dengan tanda stempel dari BKKBN Kabupaten dan Kota bahwa alat/obat kontrasepsi sudah diterima. Alat/obat kontrasepsi didistribusikan lagi ke Puskesmas, Klinik KB, Rumah Sakit Swasta dan Rumah Sakit Pemerintah yang juga berdasarkan permintaan atau distribsi langsung. Pencatatan dan Pelaporan dilakukan mulai dari alat/obat kontrasepsi diterima sampai dengan alat/obat dikeluarkan dari gudang dengan menggunakan Buku Barang Masuk (BBM), Buku Barang Keluar ( BBK), Kartu Persediaan Barang, kartu barang, dan Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) yang sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Keluarga Berencana Nasional. Pelaporan alat/obat kontrasepsi adalah penghitungan fisik semua alat/obat kontasepsi baik di gudang Provinsi Sulawesi Utara maupun di gudang Kabupaten/Kota. Laporan bulanan persediaan alat/obat kontrasepsi Puskesmas, Klinik KB disampaikan ke Kabupaten dan Kota dalam bentuk laporan F/II/KB. Selanjutnya dari Kabupaten dan kota merekap dan dikirim ke Provinsi, selanjutnya dari Provinsi dikirim ke Pusat. Namun dalam hal ini laporan F/II/KB tidak dikirim ke BKKBN Provinsi melainkan hanya pada Kabupaten dan Kota. Karena masih kurangnya pelatihan dan pengetahuan tentang tata cara pengelolaan alat/obat kontrasepsi di BKKBN. Laporan Bulanan persediaan alat/obat kontrasepsi gudang Kabupaten dan Kota dibuat dalam laporan F/V/KB yang disampaikan ke BKKBN Provinsi selanjutnya disampaikan pada BKKBN Pusat. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Perencanaan alat/obat kontrasepsi di Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional berdasarkan pada laporan F/II/KB dan F/V/KB. Alat/obat kontrasepsi yang diterima oleh bendahara materil disimpan didalam gudang dan didistribusikan ke lima belas Kabupaten/Kota dengan dua metode yaitu Push Distribution System (distribusi langsung) dan Pull Distribution System (distribusi berdasarkan permintaan). Pencatatan dan pelaporan di BKKBN meliputi SBBK (Surat Bukti Barang Keluar), SBBM (Surat Bukti Barang Masuk), kartu persediaan barang, laporan bulanan ( F/II/KB dan F/V/KB) laporan dari puskesmas,klinik dan laporan dari Kabupaten dan kota dan laporan stock opname. 2. Pengelolaan alat/obat kontrasepsi di BKKBN Provinsi Sulawesi Utara belum sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Kependudukan Nasional dalam hal rumus penghitungan perencanaan alat 233

kontrasepsi, dalam melakukan pendistribusian, dalam penyimpanan, dan dalam penerimaan alat kontrasepsi. Saran 1. BKKBN Provinsi Sulawesi Utara agar memperhatikan segala ketentuan yang diatur dalam Peraturan Kepala Badan Kependudukan Nasional dalam petunjuk pelaksanaan perencanaan, penerimaan, penyimpaman dan pelaporan alat/obat kontrasepsi dan non kontrasepsi juga meningkatkan kualitas ketenagaan melalui latihan pengetahuan dan keterampilan. 2. BKKBN Kabupaten/Kota agar lebih memperhatikan persediaan alat/obat kontrasepsi digudang untuk menghindari menumpuknya alat/obat kontrasepsi dan juga menghindari masa kadaluarsa alat/obat kontrasepsi. DAFTAR PUSTAKA BPOM RI. 2009. Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam Makanan No. HK.00.06.1.52.4011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta. Lay. B, Hastowo, S. 1992. Mikrobiologi. Penerbit CV Rajawali. Jakarta. Lesmana, M. 2003.Enterobacteriaceae: Salmonella & Shigella. FK Universitas Trisakti, Jakarta. Notoatmodjo, S. 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Siagian, A. 2002. Mikroba Patogen Pada Makanan dan Sumber Pencemarannya. USU digital library. SNI 01-3546-2004. Saus Tomat, Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta. Susanna, D, Hartono, B. 2003. Pemantauan Kualitas Makanan Ketoprak Dan Gado-Gado Di Lingkungan Kampus UI Depok, Melalui Pemeriksaan Bakteriologis. FKM UI, Depok 234