BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional yang sedang berkembang di Indonesia merupakan bagian dari usaha nasional untuk memecahkan berbagai masalah sosial dalam pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan strategi pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Perekonomian Indonesia berlandaskan pada azas demokrasi ekonomi yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945. Ciri khas demokrasi ekonomi Indonesia sesuai dengan pasal 33 ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa: Perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan. Salah satu badan usaha yang mendasari pendirian dan operasionalnya pada azas kekeluargaan adalah koperasi. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau Badan Hukum Koperasi dengan melandaskan segala kegiatannya berdasarkan prinsip kekeluargaan. Koperasi diharapkan mampu meningkatkan kemampuan masyarakat yang berpendapatan rendah dan usaha golongan ekonomi lemah. Sampai kini diakui bahwa dunia usaha di Indonesia memang diwarnai oleh perusahaan skala UMKM, dan tentu memerlukan upaya pemberdayaan sekaligus pengukuran kinerja dengan alat analisis yang berlaku, sehingga kelak UMKM itu mampu berkiprah dalam tatanan nasionnal dan internasional (Sinaga, 2004). Begitu pula halnya dengan koperasi, seperti misalnya Koperasi Unit Desa (KUD). Kemandirian KUD dinilai dengan menggunakan 13 kriteria KUD 1
2 Mandiri, salah satunya dari sisi keuangan dengan penilaian sistem RLS yaitu Rentabilitas, Likuiditas dan Solvabilitas. Sama halnya dengan koperasi non KUD, umumnya kinerja koperasi diukur dari perspektif keuangan. Pengukuran kinerja dalam perspektif keuangan untuk koperasi berpedoman pada prinsip otonomi dan kemandirian yang tercantum dalam pedoman penilain klasifikasi koperasi Nomor 129/Kepmen/KUKM/XI /2002, yang terdiri dari rasio rentabilitas modal sendiri, return on asset, asset turn over, profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas. Pengukuran dengan metode ini mempunyai banyak kelemahan karena tidak cukup mewakili kinerja keseluruhan perusahaan di luar aspek keuangan. Rasio-rasio keuangan hanya menunjukkan posisi keuangan perusahaan dalam jangka pendek. Agar pengukuran kinerja dapat menghasilkan informasi yang berguna, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu sistem pengukuran harus sesuai dengan tujuan organisasi, menggambarkan aktivitasaktivitas kunci dari manajemen, dapat dimengerti para pegawai, mudah diukur dan dievaluasi serta dapat digunakan oleh organisasi secara konsisten. Dalam mengoperasikan visi dan misi suatu organisasi usaha, perlu upaya melalui indikator kinerja tertentu. Model akuntansi keuangan seharusnya dikembangkan dengan mengikutsertakan penilaian atas aktiva intelektual dan tak berwujud perusahaan, seperti produk dan jasa yang bermutu, pekerja yang memiliki motivasi dan kemampuan serta loyalitas, proses internal yang efektif dan pelanggan yang terpuaskan dan loyal terhadap perusahaan. Balanced scorecard dirumuskan tahun 1990 ketika Nolan Norton Institute mengadakan penelitian tentang mengukur kinerja
3 Organisasi Masa Depan yang dipimpin oleh David Norton dan Robert Kaplan dalam upaya mengembangkan suatu model pengukuran kinerja baru (Kaplan dan Norton, 2000). Balanced Scorecard digunakan untuk menyeimbangkan usaha dan perhatian ke kinerja keuangan dan non keuangan, serta kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang. Hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja masa depan, diperlukan ukuran yang komprehensif yang mencakup empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Menggunakan balanced scorecard dimungkinkan untuk menterjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tujuan-tujuan yang detail dengan pengukuran kinerja yang terbagi ke dalam empat perspektif penting, sehingga pimpinan organisasi dapat mempertimbangkan semua ukuran-ukuran operasional yang penting secara simultan. Ada pula ahli lain mengatakan balanced scorecard merupakan mekanisme untuk menterjemahkan strategi-strategi dan taktik secara simultan, sehingga kebijakan dan aktivitas dapat diukur mulai dari rencana implementasi sampai kepada hasil. Koperasi selaku badan usaha yang tergolong organisasi modern, dalam aktivitasnya diharapkan telah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, pengembangan organisasi, pengelolaan aktiva, pengembangan pemasaran dan pengelolaan keuangan serta pengembangan kemitraan. Dengan demikian pengukuran kinerja dengan balanced scorecard tersebut pada hakekatnya dapat dilakukan modifikasi sesuai dengan karakter organisasi koperasi sebagai badan usaha dan kumpulan orang yang disebut anggota. Selanjutnya di dalam
4 implementasinya terhadap koperasi perlu ditentukan variabel pengukuran kinerja yaitu aspek keorganisasian, aspek keanggotaan, aspek keuangan, dan aspek kemitraan serta aspek pemasaran/pelayanan. Adapun Koperasi Widhya Guna Artha adalah koperasi karyawan yang dilihat dari jumlah anggotanya yang bergerak di bidang pelayanan jasa. Unit usaha yang dikelola koperasi Widhya Guna Artha meliputi bidang usaha: Unit Usaha Pertokoan, Unit Usaha Simpan Pinjam dan Unit Kantin Sekolah. Koperasi ini sudah cukup lama beroperasi dan mengalami perkembangan yang cukup baik. Penilaian terhadap Koperasi Widhya Guna Artha memiliki kondisi keuangan yang cukup baik, namun di tengah persaingan yang semakin ketat di antara koperasi yang ada di Bali, koperasi perlu untuk mengelola usahanya di dalam merencanakan kondisi keuangan yang ada untuk meningkatkan kinerja keuangan di masa mendatang. Untuk memudahkan dalam melakukan analisis laporan keuangan Koperasi Widhya Guna Artha, maka disajikan perkembangan dan perubahan aktiva, pasiva, modal dan laba dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 menjelaskan bahwa kondisi aktiva, pasiva dan SHU Koperasi Widhya Guna Artha dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 menunjukkan peningkatan (untuk lebih jelas mengenai laporan neraca Koperasi Widhya Guna Artha dari tahun 2010-2014 disajikan pada lampiran 1). Pada tahun 2010-2014 total aktiva lancar mengalami peningkatan setiap tahunnya, total aktiva tetap pada tahun 2010-2014 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada sisi kewajiban
5 dan modal yaitu kondisi hutang Koperasi Widhya Guna Artha mengalami peningkatan pada tahun 2010-2014 setiap tahunnya. Sedangkan dari sisi modal pada tahun 2010, tahun 2011, tahun 2012, tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami Tabel 1.1 Neraca Koperasi Widhya Guna Artha Dari Tahun 2010-2014 TAHUN Keterangan 2010 2011 2012 2013 2014 Aktiva Aktiva Lancar 2.502.707.498 3.072.929.158 3.580.901.652 4.177.251.833 5.197.594.095 Aktiva Tetap 17.440.070 12.781.249 9.105.171 8.229.085 5.250.479 Aktiva Lain-lain 739.173 739.173 739.173 739.173 739.173 Total Aktiva 2.520.886.741 3.086.449.580 3.590.745.996 4.186.220.091 5.203.583.747 Passiva Hutang Usaha 265.277.433 328.200.774 332.061.638 280.147.407 544.009.350 Hutang Lain-lain 646.799.953 852.786.953 962.774.730 1.291.449.607 1.671.007.428 Total Hutang 912.077.386 1.180.987.727 1.294.836.368 1.571.597.014 2.215.016.778 Modal 876.685.395 1.080.158.648 1.309.198.700 1.491.865.932 1.717.520.772 SHU 732.123.960 825.303.205 986.710.928 1.122.757.145 1.271.046.197 Total Passiva 2.520.886.741 3.086.449.580 3.590.745.996 4.186.220.091 5.203.583.747 Sumber : Koperasi Widhya Guna Artha 2015 peningkatan. Disamping melihat kondisi aktiva, hutang dan modalnya, dapat juga dilihat sumber-sumber pendapatan dan biaya-biaya yang dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan mengalami surplus atau defisit. Berikut ini disajikan Tabel 1.2 mengenai jumlah pendapatan dan biaya-biaya yang dikeluarkan Koperasi Widhya Guna Artha tahun 2010 sampai dengan 2014.
6 Tabel 1.2 Total Pendapatan dan Biaya-biayaKoperasi Widhya Guna Artha Tahun 2010 2014 (Dalam Rupiah) Nomor Tahun Pendapatan Biaya-Biaya SHU 1 2010 897.258.299,00 165.134.339,00 732.123.960,00 2 2011 1.035.667.875,00 210.364.670,00 825.303.205,00 3 2012 1.195.813.400,00 210.377.778,00 986.710.928,00 4 2013 1.357.225.323,00 241.884.508,00 1.122.757.145,00 5 2014 1.530.809.235,86 271.075.906,00 1.271.046.197,06 Sumber: Koperasi Karyawan Widhya Guna Artha, Denpasar, Bali, 2015 Tabel 1.2. menjelaskan bahwa tahun 2010 2014 SHU mengalami peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2010 2014. Koperasi Widhya Guna Artha mengalami Surplus yang paling tinggi pada tahun 2014 sebesar Rp 1.271.046.197,06. Koperasi Widhya Guna Artha juga memiliki dana cadangan 20%, dana sosial 5%, dan dana operasional 30%. Penilaian laporan keuangan perusahaan yang umum digunakan adalah dengan menggunakan ukuran rasio keuangan. Dari hasil penelitian tersebut akan diketahui tingkat kesehatan perusahaan/koperasi tersebut. Setiap pengelolaan koperasi perlu memperhatikan tingkat kesehatan koperasinya. Koperasi yang sehat bisa menjaga tingkat likuiditasnya, artinya kalau suatu saat ada anggota menarik dananya maka koperasi dapat menggunakan dananya secara efisien sehingga tidak ada dana yang menganggur. Sebaliknya apabila tingkat kesehatan koperasi terganggu maka tingkat likuiditasnya bisa terancam. Artinya bila suatu saat ada anggota koperasi yang menarik dananya tidak bisa dipenuhi oleh koperasi, hal ini akan membawa dampak ketidak-percayaan masyarakat khususnya anggota
7 koperasi terhadap koperasi itu sendiri. Apabila hal ini berlanjut bukan tidak mungkin koperasi akan mengalami kebangkrutan. Namun perkembangan perspektif keuangan suatu badan usaha kadangkadang tidak cukup untuk menilai kinerja suatu badan usaha, yang dalam hal ini adalah Koperasi Karyawan Widhya Guna Artha. Dibutuhkan analisis yang lebih komprehensif dari perspektif lainnya yakni perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, agar pihakpihak yang berkepentingan dapat mengambil keputusan secara cermat dalam kaitannya dengan kepentingan koperasi. Untuk menyajikan penilaian kinerja yang komprehensif, maka Analisis kinerja dengan Balanced Scorecard diharapkan mampu untuk menjawab hal tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, bagaimanakah kinerja Koperasi Karyawan Widhya Guna Artha ditinjau dari empat perspektif yaitu: kinerja keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan tahun 2010-2014? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui kinerja koperasi karyawan Widhya Guna Artha ditinjau dari empat perspektif yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan tahun 2010-2014.
8 1.4 Manfaat Penelitian Bila tujuan penelitian dapat dicapai, diharapkan hasil penelitian memberikan manfaat seperti berikut: 1. Dapat dijadikan bahan informasi bagi pengambil kebijakan dalam upaya meningkatkan kinerja koperasi karyawan Widhya Guna Artha. 2. Hasil penelitian dengan penerapan analisis Balanced Scorecard untuk menilai kinerja koperasi karyawan Widhya Guna Artha diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan perkoperasian dalam kaitannya dengan penilaian kinerja menggunakan balanced scorecard. 3. Menambah wawasan pengetahuan peneliti untuk menilai kinerja suatu badan usaha yang dalam hal ini adalah koperasi secara komprehensif menggunakan analisis balanced scorecard, yang menyangkut keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di koperasi karyawan Widhya Guna Artha yang berlokasi di Kelurahan Sesetan Denpasar, Bali. Koperasi ini telah berumur 21 tahun, relatif maju dan berkembang pesat lima tahun terakhir mencapai aset Rp 5.203.583.747,00, dengan beberapa unit usaha yaitu, unit usaha toko dan kantin, dan unit simpan-pinjam. Kinerja internal dan eksternal koperasi ini diukur menggunakan analisis Balanced Scorecard, meliputi empat perspektif yaitu keuangan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan, serta pelanggan. Dengan demikian lingkup yang terlibat terbatas pada pihak yang diperlukan untuk
9 memperoleh data yang terkait dengan keempat perspektif tersebut yaitu pengurus, anggota, dan pelanggan koperasi.