PARIWISATA PERDESAAN Kampung Sampireun Garut Sumber: bumikuningan.blogdetik.com Geopolitik dan Geostrategi Pembangunan Pariwisata Indonesia Ke Depan Kampung Naga Tasikmalaya Sumber: indonesia.travel Roby Ardiwidjaja 1
PARIWISATA PERDESAAN: GEOPOLITIK DAN GEOSTRATEGI PEMBANGUNAN PARIWISATA INDONESIA KE DEPAN Gambaran Umum Indonesia memiliki aset kekayaan keanekaragaman sumber daya alam maupun budaya untuk mensejahterakan rakyatnya. Dengan total penduduk berjumlah sekitar 250 juta jiwa lebih yang tersebar di 99 kota dan di lebih dari 78 ribu desa beserta kekayaan keanekaragaman alam dan budayanya yang belum dioptimalkan, Indonesia memiliki peluang besar mempercepat proses tercapainya keberhasilan pembangunan nasional di Indonesia. Salah satunya adalah dengan mewujudkan arah kebijakan percepatan pembangunan nasional pemerintah mendatang, melalui pendekatan pembangunan pariwisata berkelanjutan sebagai landasan dalam merumuskan konsep Geostrategi Pembangungan Pariwisata Indonesia berbasis kawasan perdesaan. Identifikasi Masalah Secara umum permasalahan pembangunan nasional adalah infrastruktur sosial belum dilaksanakan secara merata. Kesenjangan pembangunan yang sangat lebar antara wilayah urban dengan wilayah perdesaan (rural area) tersebut, menimbulkan masalah multi dimensi meliputi antara lain: 1. konflik antar daerah dan etnis, 2. menurunya pendapatan akibat bertambahnya penduduk, 3. meningkatnya pengangguran dan kemiskinan akibat rendahnya kualitas SDM, 4. meningkatnya degradasi lingkungan akibat pemanfaatan yang eksploitatif, 5. melemahnya karakter bangsa akibat minimnya apresiasi terhadap identitas budaya bangsa. 6. pariwisata berkelanjutan belum diposisikan sebagai alat pembangunan untuk mengelola daya tarik sekaligus melestarikan keanekaragaman sumber daya yang ada. Isu Strategis Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terkait permasalahan pembangunan yang ada: 2
1. Karakter Indonesia tercermin dari sebagian besar wilayahnya masih berkarakteristik perdesaan, yang penduduknya secara umum masih tetap mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan kehidupan mereka yang terikat pada lokalitas tertentu, serta menjaga kekuatan pondasi tradisi dan budayanya baik yang bersifat agraris maupun bahari (Rahadjo, 1999). 2. Sebagian besar desa di Indonesia hingga saat ini kondisi tingkat produktivitas dan tingkat pendidikan keterampilan masyarakatnya masih terbatas, taraf kehidupan ekonomi, kesehatan serta ketersediaan lapangan pekerjaan belum memadai, serta infrastruktur sosial yang juga masih sangat minim (Arndt, 1988). 3. Menurut International Fund for Agricultural Development (Rural Poverty Portal, 2013) sekitar 70% penduduk Indonesia tinggal di perdesaan (78.000 desa) dan sekitar 72.600 desa tergolong katagori desa miskin. 4. Desa yang penduduknya masih berupaya mempertahankan adat istiadat akar budaya dan tradisi kearifan lokal dengan seting lansekap lingkungan budaya, seharusnya menjadi potensi strategis untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata unik, otentik dan alami yang mencerminkan karakter ke Indonesiaan. 5. Sebagian besar keanekaragaman atraksi wisata baik alam dan budaya yang ada di Indonesia terletak dan tersebar di daerah perdesaan (rural area). 6. Pemahaman tentang pariwisata adalah pergerakan manusia dengan motivasi tertarik pada sifat keunikan atraksi yang hanya dapat diperoleh dari potensi daya tarik keunikan dan otensisitas sumber daya budaya serta sumber daya alam bersifat endemik langka. 7. Penyelenggaraan pariwisata berkelanjutan dimaksudkan untuk memberi manfaat antara lain menumbuhkan kegiatan ekonomi yang berdampak pada peningkatkan kesempatan kerja dan peluang usaha, meningkatkan upaya pelestarian lingkungan baik alam maupun budaya, serta memperkuat peran dan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan yang berbasis pada ketahanan akar budaya sebagai identitas setempat. Analisis Dari kenyataan yang ada, memberikan gambaran bahwa: 3
1. masalah besar pembangunan yang dihadapi bangsa Indonesia berupa masalah kemiskinan terutama di perdesaan, degradasi lingkungan dan krisis identitas bangsa khususnya di perkotaan, 2. sebagian besar potensi kekayaan keanekaragaman daya tarik sumber daya alam dan budaya yang unik dan alami terletak di daerah perdesaan (rural area), 3. terjadi perubahan trend dan paradigma pariwisata global dari yang bersifat masal ke minat khusus (Mass Niche Market), dari hiburan/kesenangan ke pengalaman dan pengetahuan (Pleasure and entertainment real experience and knowledge), dari atraksi yang dapat dibandikan ke atraksi yang tidak dapat dibandingkan (artificial unique and authentic), 4. meningkatnya perpindahan masyarakat dari perdesaan (rural area) ke perkotaan (urban area) yang sarat dengan budaya moderen (kontemporer) dan tidak berbasis pada akar budaya. Banyak produk pariwisata berkelanjutan yang dapat di ciptakan di kawasan perdesaan mencakup antara lain culture tourism, ecotourism, marine and coastal tourism, farm-tourism, Health tourism, creative tourism dan nature/wildlife tourism. Bahkan pariwisata berkelanjutan juga mampu memberikan edukasi pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan perdesaan, pengembangan industri kreatif melalui kesenian dan keterampilan berbasis akar budaya, penguatan tradisi dan kearifan lokal bersifat agraris maupun bahari melalui partisipasi dalam aktivitas keseharian, sekaligus menikmati panorama alam, lansekap budaya, keunikan flora-fauna endemik, dan daya tarik lainnya. Dalam upaya mengurai berbagai pemasalahan sebagai dasar merajut peluang pembangunan nasional ke depan, peran pariwisata di Indonesia sangat jelas dan layak diposisikan sebagai wahana atau alat (strategic weapon) dalam membangun perdesaan sebagai landasan geopolitik dan geostrategi pembangunan nasional ke depan. Pemerintah mendatang, seyogyanya menjadikan pariwisata perdesaan sebagai platform strategi percepatan pembangunan nasional secara berkelanjutan, yang mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat yang mandiri, kreatif dan sekaligus mampu mengelola (melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan) potensi 4
sumberdaya lingkungan alam yang tetap berbasis akar budaya ke Indonesiaan secara berkelanjutan. Rekomendasi Pembangunan pariwisata Indonesia mampu menjadi bagian dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sinergi, harmonis, dan dinamis oleh para stakeholder memecahkan permasalahan bangsa dalam menghadapi tantangan domestik maupun global. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), merupakan penyelenggara negara yang memfasilitasi pelaksanaan pembangunan kepariwisata yang dilaksanakan dari, oleh dan untuk masyarakat. Melalui pendekatan pembangunan pariwisata berkelanjutan, sangat dimungkinkan konsep Pariwisata Perdesaan sebagai landasan merumuskan Geopolitik dan Geostrategi Pembangungan Pariwisata Indonesia sebagai salah satu arah kebijakan percepatan pembangunan nasional ke depan, khususnya bagi pemerintah mendatang. Daftar bacaan Antara, 2012. Menparekraf promosikan pariwisata berkelanjutan di WEF, (http://www.antaranews.com/berita/313584/menparekraf) diakses Kamis, 31 Mei 2012 17:47 WIB 1806). Diunduh tanggal 1 Maret 2014 Arndt, 1989 (dalam Arif R, 2012) sosiologi pertanian - masyarakat pedesaan di Indonesia (http://radyckal.blogspot.com/2012/03/sosiologi-pertanianmasyarakat-pedesaan.html). Diunduh tanggal 1 Maret 2014 BPS, 2012. Jumlah penduduk miskin berdasarkan propinsi, (http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&id_subyek=23¬ab=1). Diunduh tanggal 1 Maret 2014 Rahardjo, 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan Dan Pertanian. Published by Gadjah Mada University Press ISBN 9794204595 Tempo, 2013. 72 Ribu Desa di Indonesia Miskin. (http://www.tempo.co/read/news/2012/10/29/173438370/, diakses 22 Juni 2013). Diunduh tanggal 1 Maret 2014 Tirta, 2012.. Rural Poverty in Indonesia. (http://www.ruralpovertyportal.org/country/home/tags/indonesia, diakses 22 Juni 2013). Diunduh tanggal 1 Maret 2014 Yoeti, Oka A. 2000. Pemikiran Kearah Pariwisata Sebagai Disiplin Ilmu. Jurnal ilmiah Pariwisata. Vol. 5 No 1 Agustus 2000, Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STP Trisakti, Jakarta. Jakarta, 2014 Roby Ardiwidjaja Peneliti Puslitbang Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 5