1 Universitas Kristen Maranatha

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PELATIHAN YOGA ASANA (SURYANAMASKAR) TERHADAP KELENTUKAN DAN KAPASITAS VITAL PARU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

BAB I PENDAHULUAN. Semua mahluk hidup pasti bernapas dan butuh bernapas. Bernapas. sederhana, mulai menghirup udara sampai menghembuskannya lagi hanya

Sistem Pernapasan - 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. PENGARUH TEH HIJAU (Camellia sinensis L.)TERHADAP VOLUME EKSPIRASI PAKSA detik pertama (VEP 1 ) LAKI-LAKI DEWASA NORMAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS SENYAWA STIMULAN SISTEM SARAF PUSAT. JULAEHA, M.P.H., Apt

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RESPIRASI MELIBATKAN EMPAT PROSES: VENTILASI (PERGERAKAN UDARA. ANATOMI SISTEM RESPIRASI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Fakultas Kedokteran U K M Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL

Kurnia Eka Wijayanti

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Paru Anatomi Paru. Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak langsung, memiliki andil besar dalam mempengaruhi berbagai aspek dalam

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea

Mekanisme Kerja Otot

Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara. Anatomi Sistem Respirasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN VOLUME PARU PADA ANAK USIA 9-11 TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup. Sebagian besar dari aktivitas telah digantikan oleh

BAB VII SISTEM PERNAPASAN

ALAT DAN BAHAN 1. Satu set spirometer 2. Manometer tabung U 3. Respivol 4. Corong 5. Zat Cair 6. Mistar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Paru memiliki area permukaan alveolar kurang lebih seluas 40 m 2 untuk

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1

EFEK PENUAAN TERHADAP FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

KUNTARTI, SKp. PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::

BAB 1 PENDAHULUAN. ke-4 di dunia dengan tingkat produksi sebesar ton dengan nilai USD 367 juta

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

BAB 8 SISTEMA RESPIRATORIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA POSISI TUBUH TERHADAP VOLUME STATIS PARU

BAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada :

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatian soal 12.3

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Paru-paru terdiri dari bagian kanan dan kiri. Paru-paru kanan memiliki

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

Sistem Pernafasan Manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. kelamin pria dipilih karena mayoritas populasi sampel di BBKPM adalah pria dan

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007).

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

REGULASI PERNAPASAN Pusat Pernapasan. Pusat pernapasan adalah beberapa kelompok neuron yang terletak di sebelah bilateral medula oblongata dan pons.

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit paru-paru obstriktif kronis ( Chronic Obstrictive Pulmonary

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II KAJIAN TEORITIS

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN UMUR TERHADAP KAPASITAS VITAL PADA PRIA DEWASA NORMAL

PENGARUH LATIHAN PERNAPASAN DIAFRAGMA TERHADAP ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA ANAK YANG MEMPUNYAI HOBI RENANG USIA 9-15 TAHUN

KISI KISI SOAL PRETEST DAN POST TEST. Ranah Kognitif Deskripsi Soal Jawaban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh. Setiap tiga sampai lima detik sinyal - sinyal saraf merangsang proses

REFERAT WSD. Oleh : Ayu Witia Ningrum Pembimbing : Dr. Fachry, Sp.P

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

I. PENDAHULUAN. Paru-paru, jantung, pusat syaraf dan otot skelet bekerja berat dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Cara Mengukur Kapasitas dan Volume Paru-Paru

TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2. Sistem Respirasi Manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK PENGARUH KAFEIN TERHADAP FREKUENSI DENYUT JANTUNG PADA WANITA DEWASA NORMAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernapasan merupakan sistem yang sangat penting dalam tubuh manusia. 17 Sistem

PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PARU SEBELUM DAN SESUDAH BERENANG PADA WISATAWAN DI KOLAM RENANG TAMAN REKREASI KARTINI REMBANG

ABSTRAK. Pengaruh dan Hubungan Merokok Terhadap Kapasitas Vital Paru pada Pria Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan dari adanya kecepatan produksi aqueous humor, tahanan terhadap. aliran keluarnya dari mata dan tekanan vena episklera.

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

PENGARUH SENAM ASMA TERHADAP FUNGSI PARU (KVP & FEV1) PADA WANITA ASMA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kafein merupakan senyawa alkaloid derivat xantin yang mengandung gugus metil. Sejak dulu kafein ini diperoleh dari ekstrak tumbuh-tumbuhan berupa biji kopi, teh, dan coklat (kakao) (Sunaryo, 2005). Saat ini masyarakat mengkonsumsi kafein dalam bentuk minuman kopi, teh, coklat, dan minuman ringan seperti cola. Kebanyakan orang mengkonsumsi kafein karena efeknya sebagai stimulan terhadap daya pikir dan konsentrasi disamping memberikan kenikmatan jika dikonsumsi dalam bentuk makanan coklat atau minuman teh, kopi, dan cola. Namun, efek stimulasi terhadap daya pikir dan konsentrasi tersebut bukan merupakan satu-satunya efek yang dapat diberikan oleh kafein kepada tubuh kita. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa kafein memiliki pengaruh terhadap sistem respirasi manusia. Kafein akan mempengaruhi fungsi ventilasi paru khususnya pada kapasitas vital paru dengan efek relaksasi terhadap otot polos bronkus dan stimulasi terhadap otot pernafasan untuk meningkatkan kapasitas kerjanya. Peneliti melakukan eksperimen pemberian kafein terhadap penderita asma bronkial dan terjadi peningkatan dari fungsi paru penderita asma bronkial tersebut (Bara E, Barley E, 2003). Kelelahan dan perbaikan kontraktilitas diafragma pada orang normal maupun penderita COPD dapat terjadi jika kafein diberikan dalam kadar terapi (100 150 mg) sehingga fungsi ventilasi dapat diperbaiki (Sunaryo, 2005). Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian tersebut, kafein dapat digunakan sebagai pengobatan tambahan bagi penderita yang mengalami penurunan kapasitas vital paru seperti pada penyakit asma bronkiale dan COPD. Berdasarkan hal tersebut pula penulis ingin mengetahui pengaruh kafein terhadap kapasitas vital paru jika diberikan kepada orang dewasa normal khususnya pria. 1

2 1.2 Identifikasi Masalah Apakah kafein meningkatkan kapasitas vital paru pria dewasa normal 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah memberikan informasi bahwa kafein berpengaruh terhadap kapasitas vital paru sehingga dapat digunakan sebagai terapi tambahan bagi penderita yang mengalami penurunan kapasitas vital paru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kafein terhadap kapasitas vital paru pria dewasa normal. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis Penelitian ini menambah pengetahuan mengenai pengaruh kafein terhadap kapasitas vital paru. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat umum mengenai pengaruh kafein terhadap kapasitas vital paru agar tidak dikonsumsi sebelum menjalani pemeriksaan fungsi paru disamping penggunaanya yang tepat sebagai terapi tambahan terhadap penyakit paru dengan penurunan kapasitas vital paru. Penelitian ini juga dapat memberikan informasi kepada masyarakat umum mengenai kesehatan sistem pernafasannya yang dapat diketahui melalui pemeriksaan menggunakan spirometer.

3 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1.5.1 Kerangka Pemikiran Tujuan dari proses respirasi adalah menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida sebagai hasil metabolisme. Untuk mencapai tujuan tersebut, mekanisme ventilasi paru menjadi salah satu faktor penting (Guyton, 2006). Mekanisme ventilasi paru akan mempengaruhi ekspansi paru sehingga paru dapat mengembang sempurna. Ekspansi paru tersebut mengakibatkan sejumlah udara yang mengandung oksigen masuk ke dalam paru (sesuai dengan kapasitasnya) dan memenuhi kebutuhan jaringan tubuh manusia. Kondisi ventilasi paru dapat dinilai dengan spirometer yang mengukur kapasitas vital paru. Kapasitas vital paru merupakan jumlah maksimal udara yang dapat diinspirasi dan diekspirasi secara maksimal. Kapasitas vital paru ini didapat dengan menjumlahkan volume tidal, volume cadangan inspirasi dan volume cadangan ekspirasi (Guyton, 2006). Terdapat beberapa hal atau kondisi yang mempengaruhi kapasitas vital paru seseorang yaitu : (1) Compliance of the lungs. Hal ini berkenaan dengan usaha yang diperlukan untuk mengembangkan / ekspansi paru dan dinding dada. Semakin tinggi compliance paru maka paru semakin mudah untuk mengembang. Elastisitas paru dan tegangan permukaan (surface tension) merupakan 2 hal utama yang mempengaruhi compliance paru. Dengan adanya serat elastis pada jaringan paru dan surfaktan pada cairan alveolus yang menurunkan tegangan permukaan, maka paru akan mudah untuk mengembang. (2) Struktur toraks. Terdiri dari komponen tulang yang membatasi rongga dada (12 vertebra thoracica, sternum, dan 12 pasang costae) dan otot (diafragma, m.intercostalis, m.rectus abdominis, m.sternoclediomastoideus, dan m.scaleni). Dengan adanya kontraksi otot diafragma dan m.intercostalis eksternus yang mengangkat costa pada saat inspirasi, maka rongga dada akan membesar dan memungkinkan paru mengembang maksimal sehingga mengoptimalkan

4 pengisian udara ke paru. Hal yang sebaliknya terjadi ketika terjadi kontraksi dari m.rectus abdominis dan m.intercostalis internus pada saat ekspirasi. (3) kondisi neuromuscular. Fungsi persarafan motorik (n.phrenicus dan n.intercostalis) serta kondisi otot pernafasan yang utuh memungkinkan otot pernafasan tersebut berkontraksi dan berelaksasi secara normal sehingga mekanisme ventilasi paru dapat berfungsi dengan baik. Hal lain yang mempengaruhi kapasitas vital paru antara lain jenis kelamin, kebiasaan berolahraga, proporsi tubuh, dan posisi tubuh (Tortora, 2006; Brashers, 2006). Beberapa penelitian dilakukan untuk menguji pengaruh senyawa golongan metilxantin khususnya kafein terhadap sistem respirasi khususnya kapasitas vital paru. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa senyawa golongan metilxantin berpengaruh terhadap otot saluran pernafasan sehingga sistem respirasi secara keseluruhan menjadi lebih optimal. Mekanisme kerja metilxantin belum diketahui secara jelas. Namun beberapa penelitian mengemukakan bahwa metilxantin (kafein) memiliki 3 macam dasar kerja pada taraf seluler yaitu : (1) berhubungan dengan translokasi ion kalsium (Ca 2+ ) intrasel, (2) meningkatkan akumulasi senyawa nukleotida siklik terutama camp dan cgmp, dan (3) blokade terhadap reseptor adenosin.(sunaryo, 2005). Mekanisme translokasi ion Ca 2+ intrasel berhubungan dengan kuat kontraksi otot skelet. Pada sistem respirasi, diafragma dan musculus intercostalis merupakan salah satu otot skelet penting yang berperan dalam mekanisme ventilasi paru. Kuat kontraksi diafragma dan musculus intercostalis akan mempengaruhi kapasitas vital paru tiap orang. Mekanisme translokasi ion Ca 2+ intrasel tersebut memicu pelepasan ion Ca 2+ dari retikulum sarkoplasma otot skelet yang diperlukan dalam proses kontraksi otot skelet. Jumlah ion Ca 2+ dalam proses potensial aksi akan bertambah dari biasanya dan dapat mengaktivasi miofilamen secara langsung lebih dini sehingga seolah meningkatkan kuat kontraksi otot dan mengurangi persepsi kelelahan otot skelet (masking effect) (Goodman, 1996). Peningkatan kuat kontraksi diafragma dan musculus intercostalis akan mengoptimalkan mekanisme ventilasi paru sehingga terjadi peningkatan kapasitas vital paru.

5 1.5.2 Hipotesis Penelitian Kafein meningkatkan kapasitas vital paru pria dewasa normal. 1.6 Metode Penelitian Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan, bersifat komparatif dan memakai Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan desain pretest dan post-test. Data yang diukur adalah kapasitas vital paru yang tercatat pada spirometer Minato Model AS 700 sebelum dan sesudah pemberian kafein 150 mg. Analisis data menggunakan uji t berpasangan dengan α = 0.05. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Faal Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung, pada bulan Desember tahun 2008 sampai dengan bulan Desember tahun 2009.