KONDISI PERAIRAN KOLAM PELABUAHAN SUNDA KELAPA DITINJAU DARI SEGI FISIK DAN KIMIA PERAIRANNYA

dokumen-dokumen yang mirip
ph TSS mg/l 100 Sulfida mg/l 1 Amonia mg/l 5 Klor bebas mg/l 1 BOD mg/l 100 COD mg/l 200 Minyak lemak mg/l 15

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Lampiran 1. Perhitungan Jumlah Zooplankton yang ditemukan. Jumlah Individu/l St 1 St 2 St 3 St 4 St 5

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

Lampiran 1. Kep.Men. LH Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut

Lampiran 1. Pengukuran Konsentrasi Logam Sebenarnya

Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

Lampiran A. Prosedur Analisa Logam Berat Pb dan Cd Dalam Kerang Bulu (Anadara inflata) Diambil daging. Ditambah 25 ml aquades. Ditambah 10 ml HNO 3

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

Lampiran 1. Gambar Lembar Pengamatan yang digunakan (Mckenzie & Yoshida 2009)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

GUBERNUR JAWA TIMUR, 4. Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 1999 tentang Perusahaan Umum Jasa Tirta I ;

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2003 NOMOR : 6 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

Bab V Hasil dan Pembahasan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

TARIF LINGKUP AKREDITASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

Lampiran 5. Baku Mutu Air laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No Seri D

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KUALITAS LIMBAH CAIR KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. ANEKA TAMBANG TBK, HALMAHERA TIMUR, MALUKU UTARA


BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

Lampiran A. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) 1 ml MnSO 4 1 ml KOH KI dikocok didiamkan

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

III. METODOLOGI PENELITIAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

Lampiran 1 ph. Hasil seperti pada tabel berikut : Tabel 1 Hasil pengukuran ph sebelum dan sesudah elektrokoagulasi ph. Pengambilan Sampel 1 4,7 6,9

SNI butir A Air Minum Dalam Kemasan Bau, rasa SNI butir dari 12

III. METODE PENELITIAN

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

PENENTUAN KUALITAS AIR

DINAMIKA KUALITAS DAN KELAYAKAN AIR WADUK SEI HARAPAN UNTUK BAHAN BAKU AIR MINUM

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

DO = ml sampel. ml titran x Normalitas thiosulfat x 8 x (ml botol BOD ml reagen terpakai ) ml botol BOD

EVALUASI KUALITAS AIR MINUM PADA HIPPAM DAN PDAM DI KOTA BATU

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang

Kawasaki Motor Indonesia Green Industry Sumber Limbah

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran F - Kumpulan Data

III. METODE PENELITIAN

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan

DAMPAK PEMBANGUNAN PINGGIR PANTAI

BAB 2 BAHAN DAN METODE

FORMULIR ISIAN IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE LAUT. 1. Nama Pemohon : Jabatan : Alamat : Nomor Telepon/Fax. :...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB III METODE PENELITIAN. Pb, Cd, dan Hg di Pantai perairan Lekok Kabupaten Pasuruan.

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 2. No. 4, Desember 2011: ISSN :

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Air

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Stasiun. Perbedaan suhu relatif sangat kecil. Hal ini disebabkan karena pengambilan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

KONDISI PERAIRAN KOLAM PELABUAHAN SUNDA KELAPA DITINJAU DARI SEGI FISIK DAN KIMIA PERAIRANNYA Oleh : Muchdar Effendi *) Abstrak Pelabuhan Sunda Kelapa sangat stragegis, dilihat dari fungsi nya sebagai pelabuhan rakyat dan bongkar muat serta mempunyai arti sejarah yang penting. Selain sebagai pelabuhan tertua di Indonesia, pelabuhan Sunda Kelapa juga merupakan salah satu objek wisata yang cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan manca negara dan domestik. Untuk padatan tersuspensi disetasiun 1, 4 dan 5 lebih tinggi pada saat surut. Di setasiun lainnya terjadi hal sebaliknya, dimana kandungan padatan tersuspensi lebih tinggi pada saat pasang naik. Temperatur perairan pelabuhan berkisar antara 28º C- 29º C pada waktu pengamatan saat pasang dan 24º C - 29,5º C pada saat surut (malam hari). Nilai ph perariran berkisar antara 7,01 8,8 baik pada saat pasang maupun pada saat surut dengan Kadar oksigen terlarut berkisar antara 0,4 7,1 mg/l pada saat pasang dan 0,4 72 mg/l pada saat surut. Nilai BOD berkisar antara 3,15 15,57 mg/l pada saat surut dan 5,41 15,88 mg/l pada saat pasang. Nilai COD berkisar antara 128 356 mg/l pada saat surut dan 76 368 mg/l pada saat pasang. Nilai Cu, Pb, Merkuri (Hg), dan Pertisida umumnya sudah melewati nilai ambang baku mutu yang telah ditetapkan. Katakunci : Padatan tersuspensi, temperatur, BOD dan COD, Kandungan logam berat, Pestisida. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelabuhan Sunda Kelapa sangat strategis dilihat dari fungsinya sebagai pelabuhan rakyat dan bongkar muat serta mempunyai arti sejarah yang sangat penting. Selain sebagai pelabuhan tertua di Indonesia, Pelabuhan Sunda Kelapa juga merupakan salah satu objek wisata yang cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan manca negara dan domestik. Pada masa lalu pelabuhan ini pernah diperebutkan oleh bangsa Eropa seperti Portugis, Belanda dan Ingris dalam rangka persaingan perdagangan rempah-rempah, sebelum dibebeskan oleh Fatahillah (seorang Panglima Kerajaan Islam Demak) pada tahun 1527. Dalam perjalanan sejarahnya hingga saat ini pelabuhan Sunda Kelapa sudah berkembang pesat. Namun bersamaan dengan perkembangan pelabuhan Sunda Kelapa ini terlihat berbagai kendala yang membuat fungsi pelabuhan ini tidak berjalan secara optimal, karena makin meningkatnya arus perdagangan antar pulau, kegiatan bongkar muat, arus penumpang, maupun pelayanan bagi wisatawan manca negara dan lokal yang berkunjung ke pelabuhan Sunda Kelapa ini. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II merencanakan pengembangan Pelabuhan Sunda Kelapa sampai tahun 2001. Dalam pengembangan ini perlu dikaji mengenai dampak lingkungan (AMDAL), agar dapat terdeteksi dampak-dampak negatif atau positif yang mungkin timbul akibat pembangunan tersebut. 1.2. Tujuan dan Guna Penelitian Penelitian ini merupakan pemantauan kondisi perairan kolam pelabuhan Sunda Kelapa ditinjau dari segi sifat fisik dan kimia perairannya. Diharapkan hasilnya dapat digunakan sebagai acuan oleh berbagai pihak dalam memanfatkan dan mengelola lingkungan perairan untuk berbagai kepentingan lainnya. *) Penyusun dan Peneliti Analisa Mengenai Dampak Lingkungan, Bidang Tanah dan Biologi Perairan. Penulis adalah Peneliti Pada Direktorat Teknologi Lingkungan Kondisi Perairan Kolam Pelabuhan Sunda Kelapa Ditinjau (Muchdar Effendi) 83

II. METODOLOGI. 2.1. Metode Pengumpulan Data. Pengumpulan data dalam penyusunan penelitian ini berupa data primer yang diperoleh dengan cara pengambilan sampel dan observasi langsung di lapangan. Kemudian sampel-sampel ini dibawa ke laboratorium untuk diperiksa dan dianalisa. a. Kualitas air dan Sedimentasi Lokasi pengambilan contoh kualitas air, ditentukan berdasarkan kondisi perairan yang ada disekitar lokasi termasuk kontrol. Penentuan lokasi ini ditentukan dengan kriteria problem representatif, yang diperkirakan dapat mewakili problem kualitas air dan akan memberikan informasi seberapa jauh kegiatan operasional Pelabuhan Sunda Kelapa terkait terhadap perubahan kualitas air disekitarnya. Dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 11 titik lokasi pengambilan sampel yang tersebar pada kolam pelabuhan, dermaga, dan alur pelayaran. Parameter fisika dan kimia perairan yang diamati serta metode pengumpulannya dapat dilihat seperti pada Tabel 1. dan Tabel 2. berikut ini. Tabel 1. Parameter Fisika Perairan yang Diamati Serta Metode Pengumpulannya No. Parameter Satuan Metoda Pengumpulan Pengukuran 1 Warna - Pengamatan lapangan - 2 Bau - Pengamatan lapangan - 3 Rasa - Pengamatan lapangan - 4 TSS mg/l Pengambilan sampel Lab.induk 5 TDS mg/l Pengambilan sampel Lab.induk 6 Kekeruhan mg/l Pengambilan sampel Lab.induk 7 Suhu C Pengamatan lapangan In situ Tabel 2. Parameter Kimia Perairan yang Diamati Serta Metode Pengumpulannya No. Parameter Satuan Metoda Pengumpulan Pengukuran 1 PH - Pengambilan sampel In situ 2 Oksigen terlarut Mg/l Pengamatan lapangan In situ 3 BOD Mg/l Pengambilan sampel Lab.induk 4 COD Mg/l Pengambilan sampel Lab.induk 5 Kesadahan Total mg/1caco Pengambilan sampel Lab.induk 6 Salinitas % Pengamatan lapangan Lab.induk 7 Hidrogen Sulfida mg/l Pengamatan lapangan In situ 8 Amonia mg/l Pengambilan sampel In situ 9 Nitrat mg/l Pengambilan sampel Lab.induk 10 Orthofosfat mg/l Pengambilan sampel Lab.induk 11 Sulfat mg/l Pengambilan sampel Lab.induk 12 Besi mg/l Pengambilan sampel Lab.induk 13 Oil & Grease mg/l Pengambilan sampel Lab.induk 14 Seng mg/l Pengambilan sampel Lab.induk 15 Phenol mg/l Pengambilan sampel Lab.induk 16 Mercury mg/l Pengambilan sampel Lab.induk 17 Chromium mg/l Pengambilan sampel Lab.induk 18 Copper mg/l Pengambilan sampel Lab.induk 19 Plumbum mg/l Pengambilan sampel Lab.induk 20 Pestisida mg/1x10³ Pengambilan sampel Lab.induk 21 Arsenic mg/1x10³ Pengambilan sampel Lab.induk 84 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.1, No. 1, Januari 2000 : 83-89

Data mengenai kualitas air diperoleh melalui analisa yang dilakukan di lapangan ( in situ ). Sedangkan untuk parameter lain yang tidak dapat dilakukan dilapangan, dilakukan di laboratorium. Pengambilan sampel dilakukan pada saat pasang dan surut. Lokasi pengambilan sampel sedimen perairan sama dengan lokasi pengambilan sampel air. Metoda pengumpulan data dan analisa sedimentasi dapat dilihat pada Tabel 3. berikut ini. Tabel 3. Parameter yang di Ukur /Diamati dari Sedimentasi No. Parameter Metoda Dianalisis 1 Antimony Sampling dananalisa baku Lab.Induk 2 Lead Total Sampling dananalisa baku Lab.Induk 3 Arsenic Sampling dananalisa baku Lab.Induk 4 Vanadium Sampling dananalisa baku Lab.Induk 5 Sulfat Sampling dananalisa baku Lab.Induk 6 H 2 S Sampling dananalisa baku Lab.Induk 7 Cadmium Sampling dananalisa baku Lab.Induk 8 Manganese Sampling dananalisa baku Lab.Induk 9 Potasium Sampling dananalisa baku Lab.Induk 10 Cyanide Sampling dananalisa baku Lab.Induk 11 Sulphite Sampling dananalisa baku Lab.Induk 12 Chromium Sampling dananalisa baku Lab.Induk 13 Mercury Sampling dananalisa baku Lab.Induk 14 Selenium Sampling dananalisa baku Lab.Induk 15 Cyanide total Sampling dananalisa baku Lab.Induk 16 Phenol Sampling dananalisa baku Lab.Induk 17 C Organic Sampling dananalisa baku Lab.Induk 18 PCB Sampling dananalisa baku Lab.Induk 19 PAM Sampling dananalisa baku Lab.Induk Keterangan: Satuan dalam mg/g (ppm) 2.2. Analisa Data. 2.2.1. Analisa Data Kualitas Air. Analisa data kualitas air dilakukan terhadap parameter-parameter kualitas air dengan menggunakan Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor Kep-02/MENKALH/I/1980, tentang Baku Mutu Air Laut. Analisis Kualitatif di lakukan di laboratorium dengan menggunakan metoda analisis standar. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Kualitas Air dan Sedimen Perairan Pelabuhan. 3.1.1. Kualitas Air Perairan Penelitian kualitas air di daerah penelitian dilakukan pada kolam pelabuhan dan alur pelabuhan. Analisa kualitas air dilakukan untuk melihat kondisi fisik dan kimia perairan daerah studi. Hasil Analisa Laboratorium dari sampelsampel yang diambil dapat dilihat pada lampiran seperti Tabel 4. dan Tabel 5. 3.1.2. Kondisi Fisik Perairan Secara umum kondisi fisik perairan di daerah studi dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Padatan tersuspensi di stasiun 1, 4 dan 5 lebih tinggi pada saat surut. Hal ini tentunya berkaitan dengan kedalaman perairan yang relatif rendah terutama di stasiun 1 dan 4, sedangkan stasiun 5 lebih dimungkinkan akibat dari kegiatan bongkar muat kapal yang cukup padat di lokasi tersebut. Di kelima stasiun lainnya terjadi hal sebaliknya, dimana kandungan padatan tersuspensi lebih tinggi pada saat pasang naik. Temperatur perairan pelabuhan berkisar antara 28 o C 29 o C pada waktu pengamatan saat pasang dan 24 o C 29,5 o C pada saat surut (malam hari). Tidak terlihat adanya perbedaan temperatur yang nyata antara waktu pasang dan surut. Rendahnya suhu perairan pada waktu surut di stasiun 9, 10 dan 11 disebabkan turunnya hujan. Kondisi Perairan Kolam Pelabuhan Sunda Kelapa Ditinjau (Muchdar Effendi) 85

Kisaran temperatur tersebut masih termasuk dalam kisaran normal temperatur perairan. Kondisi ini menggambarkan bahwa pada saat pasang naik partikel tersuspensi terbawa masuk ke kolam pelabuhan bersamaan dengan masuknya air ke arah kolam pelabuhan. Baik pada saat pasang maupun pada saat surut kandungan padatan tersuspensi berada di atas nilai baku mutu. Tingginya partikel tersuspensi di pelabuhan Sunda Kelapa diduga disebabkan dangkalnya perairan serta masuknya arus yang berasal dari sungai-sungai sekitar areal pelabuhan. Pada saat kapal masuk dan keluar pelabuhan, putaran baling-baling kapal menyebabkan sedimen terangkat ke atas dan membuat perairan menjadi keruh. Kondisi suhu perairan dan warna air di daerah studi umumnya tidak jauh berbeda pada saat pasang dan surut serta nilainya masih dibawah baku mutu perairan laut untuk biota perairan, walaupun cukup tinggi. Kekeruhan pada saat pasang naik lebih tinggi dibandingkan pada saat surut. Hal ini dimungkinkan karena masuknya air laut ke kolam pelabuhan menyebabkan limbah dari aktivitas pelabuhan tidak dapat keluar ke laut. 3.1.3. Kondisi Kimia Perairan. a. Derajat Keasaman (ph). Nilai ph perairan pelabuhan berkisar antara 7,01 8,8 baik pada saat pasang maupun pada saat surut. Nilai ini adalah nilai normal untuk perairan laut. Rendahnya nilai ph pada stasiun pengamatan 1 dan 2 yang merupakan daerah dekat dengan penduduk kemungkinan mendapat pengaruh limpasan dari buangan domestik dan saluran pembuangan. b. Oksigen Terlarut, BOD dan COD. Kadar oksigen terlarut di pelabuhan berkisar antara 0,4 7,1 mg/l pada saat pasang dan 0,4 7,2 mg/l pada saat surut. Nilai kandungan oksigen yang sangat rendah ini diperoleh pada stasiun pengamatan 1, 2, dan 3 yang merupakan perairan dekat pemukiman penduduk serta perkantoran dan warung. Rendahnya kadar oksigen terlarut menunjukkan bahwa air di kolam pelabuhan Sunda Kelapa ini tercemar terutama di stasiun 1, 2 dan 3. Nilai BOD berkisar antara 3,15 15,57 mg/l pada saat surut dan 5,41 15,88 mg/l pada saat pasang. Kisaran nilai BOD masih berada di bawah nilai ambang batas sedangkan nilai COD sudah melewati nilai ambang batas. Kondisi nilai BOD yang lebih kecil dari nilai COD ini menunjukkan bahwa bahan organik yang ada di perairan lebih banyak didominasi oleh bahan organik yang tidak dapat terurai secara alami (non degradable organic matter). Keadaan terlihat terutama pada stasiun pengamatan 5 dan 6 yang dekat dengan tempat penambatan kapal untuk perairan bongkar muat. Diduga bahan organik ini berasal dari tumpahan atau ceceran muatan yang sedang dibongkar. c. Logam Berat. Hasil pengamatan terhadap kandungan tembaga (Cu) di berbagai stasiun pengamatan di perairan pelabuhan Sunda Kelapa adalah berkisar antara 0,001 sampai dengan 0,285 mg/l pada waktu pasang dan 0,028 0,712 mg/l pada saat surut. Pada umumnya nilai Cu yang di amati lebih tinggi pada waktu surut dibandingkan pada waktu pasang. Nilai Cu ini hampir di semua stasiun pengamatan lebih tinggi dari nilai ambang batas Baku Mutu Lingkungan menurut KEPMEN 02/MENLH/1988. Kandungan logam berat Pb (timbal) yang diamati berkisar antara 0,106 0,646 ml/l pada waktu surut dan 0,085 0,670 mg/l pada waktu pasang. Nilai Pb. pada saat surut relatif lebih rendah dari pada saat pasang, namun demikian semia nilai ini telah melewati nilai ambang batas Baku Mutu sebesar 0,01 mg/l. Kadar merkuri (Hg) nilainya berkisar antara 0,01 0,15 mg/l pada saat surut dan pasang.. Nilai 0,05 mg/l diperoleh pada stasiun pengamatan 7 dan 8 pada saat pasang dan stasiun 11 pada saat surut. Nilai ini telah melewati ambang batas Baku Mutu Lingkungan menurut KEPMEN KLH No. 02 tahun 1988. 3.1.4. Pestisida. Kandungan beberapa jenis pestisida di daerah studi baik di dalam kolam pelabuan maupun diluar pelabuhan lebih tinggi pada saat surut, terutama untuk OP DDE, OP DDD dan PP TDE dan Dieldrin. Nilai parameter tersebut sudah melewati ambang batas yang diperbolehkan. 86 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.1, No. 1, Januari 2000 : 83-89

Hasil lengkap analisis pestisida dapat dilihat lampiran pada di Tabel 6. dan Tabel 7. KESIMPULAN 1. Kondisi Fisika a. Secara umum kondisi fisik perairan di daerah studi dipengaruhi oleh pasang surut air laut. b. Padatan tersuspensi di stasiun 1, 4 dan 5 lebih tinggi pada saat surut. Hal ini disebabkan karena kedalaman perairan yang relatif lebih rendah terutama di stasiun 1 dan 4. c. Temperatur perairan pelabuhan berkisar antara 28 29 C pada saat pasang dan 24 29,5 C pada waktu saat rusut. 2. Kondisi Kimia Pada umumnya semua parameter kimia pada waktu pasang surut dan pada waktu pasang naik, telah melewati nilai baku mutu sesuai dengan KEPMEN 02/MENLH/1988. DAFTAR PUSTAKA 1. Koesoebiono M.Sc., Metoda dan 2. Analisis Biologi dalam ekositem Perairan PPLH. IPB, 1988. 3. 2. Pielou, E, C. The Measurement of Deversity in Different Types of Biological collection, 1966. 4. Shannon, C. E. and W. Weaver. 1963. The Mathematical theory of communication. Univ. of Illinois. Press. Urbana : 125 pp, 1963 5. Soegijanto, Metode dan teknik Pengumpulan Data Analisis dan Interpretasi Kualitas Fisis dan Kimia, PPLH UNAIR, 1989. 6. 5. Universitas Diponegoro, Studi Evaluasi Lingkunan (SEL) Pengembangan Pelabuhan Laut Tangjung Emas Semasang, PPLH, 1989 Kondisi Perairan Kolam Pelabuhan Sunda Kelapa Ditinjau (Muchdar Effendi) 87

LAMPIRAN : Tabel 4. : Hasil Pengukuran dan Analisa Laboratorium untuk Kualiatas Air Pada Saat Surut di Sekitas Kolam dan Alur Pelabuhan Sunda Kelapa Parameter Satuan SSK-1 SSK -2 SSK -3 SSK-4 SSK-5 SSK-6 SSK-7 SSK-8 SSK-9 SSK-10 SSK-11 NAB A.FISIKA Suhu 0 C 29,5 29 28,5 29 29 29 29 29 25 24 24 Alami Kekeruhan NTU 75 65 84 50 12 25 17 42 76 53 75 < 50 Warna Pt.Co 5 6 5 5 6 5 5 5 5 5 5 < 50 TDS mg/l 37082 48716 42996 37260 33604 38786 32622 33396 35194 34896 35800 TSS mg/l 146 144 140 184 172 158 206 168 166 192 156 200 B.KIMIA ph 7,74 7,34 8,03 8,40 8,34 8,30 8,25 8,18 8,42 8,19 8,04 6 9 DO mg/l 0,40 0,50 2,80 4,10 5,00 6,40 6,90 5,20 6,20 6,30 6,90 > 4 BOD5 mg/l 15,57 14,52 3,72 4,02 5,37 3,15 6,55 3,92 7, 31 7,11 6,34 < 45 COD mg/l 276 284 280 144 348 356 216 228 128 132 308 < 80 Kesadahan mg/l 6506 7007 7607 7807 8608 7007 7907 7207 7507 8507 8208 total CaCO 3 Salinitas 0/00 33 33,5 33 31,5 32,5 33 33 33 32 32,5 34 Alami H 2 S mg/l nihil nihil Nihil nihil Nihil nihil nihil nihil nihil nihil nihil nihil Amonium mg/l 0,921 0,985 1,033 1,028 1,039 0,678 0,714 0,630 0,719 0,608 0,460 < 0,01 Nitrat mg/l 0,503 0,050 0,089 0,121 0,220 0,078 0,067 0,083 0,079 0,099 0,103 nihil Ortho Mg/l 0,040 0,112 0,024 0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 < 0,001 phosphat SO 4 mg/l 284,290 287,914 301,568 248,886 269,911 300,722 337,696 303,622 320,176 346,034 314,980 nihil Fe mg/l < 0,001 < 0,001 0,01 0,185 0,015 0,028 < 0,001 0,043 0,077 0,255 0,019 < 0,1 Oil & mg/l < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 - Grease Zn mg/l 6,441 1,695 1,356 3,729 1,695 1,525 1,695 1,864 4,237 1,695 3,559 < 0,1 Phenol mg/l < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,002 Crom mg/l < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 Copper mg/l 0,589 0,142 0,712 0,028 0,399 0,370 0,655 0,285 0,684 0,313 0,313 < 0,06 Plumbum mg/l 0,333 0,128 0,198 0,170 0,305 0,390 0,106 0,376 0,277 0,571 0,386 < 0,01 Mercury µg/lx10³ < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,05 < 0,003 Arsen µg/lx10³ 0,008 0,024 0,008 0,018 0,008 0,013 0,020 <0,001 0,032 0,008 0,008 <0,01 Sumber : Hasil Analisa Laboratorium Fisika, kimia, Biologi Perairan Fak. Perikanan IPB NAB : Kepmen KLH No. 2/1988 untuk Baku Mutu Air Laut Kegiatan Perikanan Tabel 5. : Hasil Pengukuran dan Analisa Laboratorium untuk Kualiatas Air Pada Saat Surut di Sekitas Kolam dan Alur Pelabuhan Sunda Kelapa Parameter Satuan SSK-1 SSK -2 SSK -3 SSK-4 SSK-5 SSK-6 SSK-7 SSK-8 SSK-9 SSK-10 SSK-11 NAB A.FISIKA Suhu 0 C 28,5 28 28 29 29 29 29 28,5 28,5 29 29 Alami Kekeruhan NTU 70 60 80 40 10 20 10 40 70 50 70 < 50 Warna Pt.Co 10 6 8 5 8 6 6 8 6 5 5 < 50 TDS mg/l 37588 33582 28178 36280 43120 42914 36504 33288 43154 41398 40356 TSS mg/l 144 146 162 159 168 222 152 204 170 158 168 200 B.KIMIA PH 7,90 8,80 8,10 8,12 8,19 8,34 7,61 8,27 7,51 7,60 7,56 6 9 DO mg/l 0,50 0,40 3,30 2,30 5,00 5,00 6,80 5,20 7,10 5,30 6,70 > 4 BOD5 mg/l 15,88 10,94 10,54 5,62 5,41 6,23 7,03 6,93 6,84 6,73 6,73 < 45 COD mg/l 166 164 72 138 368 156 124 194 100 88 136 < 80 Kesadahan total mg/l CaCO 3 6506 6506 6506 6806 6806 6306 6406 6806 7008 6706 6406 Salinitas 0/00 31,5 28 33 31,5 33,5 33 33 33,5 33 32,5 34 Alami H 2 S mg/l nihil nihil Nihil nihil Nihil nihil Nihil nihil nihil nihil nihil nihil Amonium mg/l 1,212 1,208 1,058 1,418 1,052 0,743 0,777 0,834 0,764 0,671 0,746 < 0,01 Nitrat mg/l 0,131 0,187 0,092 0,174 0,312 0,091 0,067 0,033 0,093 0,086 0,104 nihil Ortho mg/l 0,089 0,092 0,083 0,001 0,020 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0,006 <0,001 < 0,001 phosphat SO 4 mg/l 320,659 326,338 289,969 292,321 322,712 300,239 332,138 306,885 315.101 293.,352 312,685 nihil Fe mg/l < 0,001 0,044 0,033 0,180 0,087 0,053 < 0,001 0,141 0,016 0,075 0,013 < 0,1 Oil & mg/l 0,40 0,25 0,15 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 - Grease Zn mg/l 3,390 2,703 1,864 1,560 1,169 1,864 0,678 0,847 2,712 1,525 4,237 < 0,1 Phenol mg/l 0,015 0,012 0,010 < 0,001 0,001 < 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 < 0,002 Crom mg/l 0,006 0,004 0,002 < 0,001 0,001 0,003 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 Copper mg/l 0,256 0,114 0,028 0,032 0,142 0,085 0,057 <0,001 0,285 0,285 0,171 < 0,06 Plumbum mg/l 0,294 0,576 0,670 0,666 1,612 0,404 0,355 0,085 0,461 0,461 0,319 < 0,01 Mercury µg/l < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 0,05 0,05 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,003 Arsen µg/l 0,008 0,012 0,029 <0,001 <0,001 0,034 0,008 0,008 0,029 0,012 <0,001 <0,01 Sumber : Hasil Analisa Laboratorium Fisika, kimia, Biologi Perairan Fak. Perikanan IPB NAB : Kepmen KLH No. 2/1988 untuk Baku Mutu Air Laut Kegiatan Perikanan 88 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.1, No. 1, Januari 2000 : 83-89

Tabel 6. Hasil Analisa Pestisida Kolam Pelabuhan Sunda Kelapa Pada Saat surut. Standar Arachlor Satuan SSK-1 SSK-2 SSK-3 SSK-4 SSK-5 SSK-6 SSK-7 SSK-8 SKK-9 SKK-10 SKK-11 NAB **) Lindan mg/gr x 10-6 - - - - - - - - - - - < 0,02 OP DDE mg/gr x 10-6 45,976 42,336 14,664 131,198 48,226 47,666 119,836 121,126 46,050 90,688 98,414 < 0,02 OP DDD mg/gr x 10-6 117,574 32,198 6,796 116,778 62,224 86,260 131,828 159,024 122,442 124,442 159,110 < 0,02 PP TDE mg/gr x 10-6 0,108 0,036-0,058 0,012 0,104 0,014 0,010 0,300 0,022 0,006 < 0,02 Dieldrin mg/gr x 10-6 0,172 0,186 0,078 0,234 0,458 0,190 0,046 0,170-0,050 - < 0,02 Endrin mg/gr x 10-6 - - - - - - - - - - - < 0,02 Aldrin mg/gr x 10-6 - - - - - - - - - - - < 0,02 Sumber : Hasil Analisa Laboratorium Fisika, Kimia, Biologi Perairan Fak. Perikanan IPB Keterangan : - = Tidak terdeteksi (<0,001) **) = mg/l Tabel 7. : Hasil Analisa Pestisida Kolam Pelabuhan Sunda Kelapa Pada Saat Pasang. Standar Arachlor Satuan SSK-1 SSK-2 SSK-3 SSK-4 SSK-5 SSK-6 SSK-7 SSK-8 SKK-9 SKK-10 SKK-11 NAB **) Lindan mg/gr x 10-6 < 0,02 - - - - - - - - - - - OP DDE mg/gr x 10-6 30,802 1,900 114,646 17,971 19,232 42,084 66,336 406,775 60,512 338,900 51,962 < 0,02 OP DDD mg/gr x 10-6 19,168 379,050 - - - - 104,068 598,750 31,860-127,992 < 0,02 PP TDE mg/gr x 10-6 - 0,050 - - - - 0,008 - - - 0,052 < 0,02 Dieldrin mg/gr x 10-6 - - - - - - - 0,002 - - < 0,02 Endrin mg/gr x 10-6 - - - - - - - - - - Aldrin mg/gr x 10-6 - - - - - - - - - - - - < 0,02 < 0,02 Sumber : Hasil Analisa Laboratorium Fisika, Kimia Biologi Parairan Fak. Perikanan IPB Keterangan : - = Tidak terdeteksi (<0,001) **) = mg/l Kondisi Perairan Kolam Pelabuhan Sunda Kelapa Ditinjau (Muchdar Effendi) 89