INTERAKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL Studi Situs Di SD Negeri Karangtowo 1 Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak TESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah sebuah sistem yang kompleks dimana

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya. Dalam arti

DAMPAK KOMPETENSI PEDAGOGIK, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA GURU SMK KABUPATEN BLORA TESIS

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TESIS

DAMPAK TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, KESEMPATAN BELAJAR DAN AKTIVITAS BERORGANISASI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP KECAMATAN BLORA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 202 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I. I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI SMK NEGERI 9 SURAKARTA TESIS. Oleh : Ties Setyaningsih

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

Studi tentang pelaksanaan pengajaran geografi di sekolah standar nasional. Oleh : Siti Zahratul Hajar NIM K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No. 20 pasal ke-3 (2003)

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah dunia menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM)

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembelajaran, antara lain adalah powerpoint dan internet. Kemajuan teknologi

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (STUDI KASUS DI SD NEGERI SRONDOL 02 SEMARANG) RINGKASAN TESIS. Oleh: UTIK SETYARTI Q

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan khususnya, pelajaran akuntansi sangat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

PERANAN MGMP PENJAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PENJAS. Oleh. Drs. Andi Suntoda S., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil

Smart, Innovative, Professional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No. 20/2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

Transkripsi:

INTERAKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL STUDI SITUS DI SMA 1 CEPU KABUPATEN BLORA TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universita Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Oleh : AHMAD IRFAN NIM: Q 100080001 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dilaksanakan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab (Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, pasal 3). Dalam sistem pendidikan, kurikulum merupakan komponen yang sangat penting, sebab kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan (Sanjaya, 2009: 10). Sejalan dengan itu, di Indonesia, secara bertahap diadakan penyempurnaan kurikulum. Penyempurnaan kurikulum dimaksud, bahkan termasuk juga mencoba hal-hal baru, yaitu hal-hal yang secara konseptual, prosedural, kualitatif berbeda dengan yang biasa digunakan (Sukmadinata, 2006: 20). Sejak tahun 2006, dengan dijiwai semangat otonomi daerah di bidang pendidikan atau desentralisaasi pendidikan, pemerintah menggulirkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Orientasinya adalah meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan pendidikan nasional seperti

tertuang dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum tingkat satuan pendidikan memberi kesempatan yang luas kepada masing-masing sekolah untuk mengembangkan diri sesuai dengan kebutuhan daerah, sesuai dengan karakteristik sekolah, serta sesuai dengan kondisi dan kemampuan peserta didik. Pengembangan KTSP pada hakekatnya merupakan realisasi dari pelaksanaan manajemen berbasis sekolah (school based management). Penerapan manajemen berbasis sekolah bertolak dari asumsi bahwa sekolah memiliki kemampuan untuk merancang, menggali, memanfaatkan, meningkatkan sumber-sumber daya internal dan eksternal untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah (Sukmadinata, 2006: 23). Dengan menggali dan memanfaatkan sumber dayanya sendiri maka kurikulum yang diterapkan oleh sekolah benar-benar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah. Konsekwensinya, kurikulum yang dikembangkan antar sekolah bisa berbeda-beda. Namun demikian, perbedaan tersebut tetap berpedoman dan berada pada ruang lingkup Standar Nasional Pendidikan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005. Kemasan kurikulum yang berbeda-beda ini pada akhirnya akan bermuara pada visi, misi, dan tujuan yang sama yang diikat oleh Standar Nasional Pendidikan (Mulyasa, 2009: 2). Ada delapan standar yang harus dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan. Dengan adanya standar nasional tersebut, meskipun sekolah memiliki keleluasaan, namun tidak boleh bertindak semaunya sendiri. Delapan standar itu meliputi standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana prasarana, standar pengelolaan, standar penilaian, dan standar keuangan. Sekolah yang telah mampu memenuhi delapan standar tersebut disebut sekolah standar nasional (SSN) atau disebut juga sebagai sekolah kategori mandiri (SKM). Implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan bagi sekolah yang sudah berkategori SSN diharapkan setidak-tidaknya mendekati atau bahkan telah sesuai dengan Standar Proses. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mengatur bahwa standar proses meliputi empat macam, yaitu perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Sehubungan hal tersebut sekolah harus berusaha agar seluruh kegiatan sekolah, khususnya proses pembelajaran guru mengacu pada ketentuan standar tersebut. Apabila guru-guru di sekolah telah menerapkan standar proses dengan baik dalam proses pembelajarannya, maka pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien. Gurulah ujung tombak pelaksana kurikulum yang ditetapkan secara nasional dan yang diberlakukan sekolah sebagai kurikulum tingkat satuan pendidikan. Secara jujur harus diakui bahwa sukses tidaknya implementasi kurikulum sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang akan

menerapkan dan mengaktualisasikan kurikulum tersebut dalam pembelajaran (Mulyasa, 2009: 5). Dengan kata lain, betapapun kurikulum diperbaharui apabila guru sebagai ujung tombak pelaksana kurikulum dalam pembelajarannya di kelas statis, tidak ada pembaharuan diri maka sulit mencapai keberhasilan kurikulum. Beberapa hal mempengaruhi lemahnya implementasi kurikulum dalam pembelajaran, diantaranya kemampuan paedagogi dan komitmen profesi yang rendah. Disamping itu masih adanya kesenjangan guru dilihat dari keahliannya sehingga bidang tugasnya tidak sesuai latar belakang pendidikannya. Berdasarkan data Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (Balitbang Depdiknas) tahun 2004 sebanyak 32,9 % atau 75.684 orang guru SMA masuk kategori tidak layak mengajar karena tugas mengajarnya tidak sesuai dengan bidang keahliannya atau ijazahnya mismacht (Anonim, 2008: 30). Data selengkapnya sebagai berikut. Tabel 1. Data Kelayakan Mengajar Guru dan Kepala SLTA Kelayakan Negeri % Swasta % Jumlah % SMA 122.803 53.4 107.311 46.6 230.114 100.0 a.layak 87.379 38.0 67.051 29.1 154.430 67.1 b.tidaklayak 35.424 15.4 40.260 17.5 75.684 32.9 SMK 48.645 33.0 98.914 67.0 147.559 100.0 a.layak 27.967 19.0 55.631 37.7 83.598 56.7 b.tdk Layak 20.678 14.0 43.283 29.3 63.961 43.3 Sumber: Balitbang Depdiknas Dalam setiap proses pembelajaran di kelas harus berlangsung interaksi belajar mengajar yang bersifat edukatif antara siswa sebagai pihak yang melakukan

kegiatan belajar dengan guru yang melaksanakan tugas mengajar. Guru sebagai pengajar harus mampu memberikan motivasi serta reinforcement kepada pihak warga belajar/siwa/subyek didik, agar dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal (Sardiman, 2009: 2). Proses pembelajaran yang tidak mendorong siswa untuk mengubah perilakunya sehingga sesuai dengan tujuan pelajaran, proses interaksinya dipertanyakan oleh Winarno Surakhmad. Apakah gerangan yang benar-benar terjadi di dalam kelas, adakah berlangsung interaksi yang edukatif? (Surakhmad, 2003: 10). Guru Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai tanggungjawab yang sama dengan guru mata pelajaran yang lain dalam mengimplementasikan kurikulum di sekolahnya masing-masing demi tercapainya tujuan pendidikan. Bahkan guru Pendidikan Kewarganegaraan memiliki kedudukan khusus, mengingat Pendidikan Kewarganegaraan memiliki karakteristik sebagai mata pelajaran moral dan kepribadian. Oleh karena itu, guru Pendidikan Kewaganegaraan dituntut mampu mendesaian dan mengembangkan interaksi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (joyfull teaching and learning), sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. SMA 1 Cepu sebagai salah satu SMA di kabupaten Blora, sejak tahun pelajaran 2007/2008 telah ditetapkan memenuhi kategori sekolah standar nasional (SSN), meskipun belum semua standar pendidikan bisa dipenuhi 100%. Oleh karena itu wajar bila SMA 1 Cepu menjadi sekolah pilihan bagi masyarakat

Blora bagian timur. Hal ini terlihat dari jumlah pendaftar siswa baru yang selalu melebihi pagu yang telah ditetapkan. Disamping itu lulusannya banyak diterima di berbagai perguruan tinggi negeri, dan sebagian ada yang langsung bekerja di perusahaan nasional maupun internasional. Tabel 2. Data Perkembangan Pendaftar SMA 1 Cepu Tahun 2007-2009 Tahun Pelajaran Pendaftar Diterima Kapasitas Ruang 2007/2008 315 280 40 2008/2009 460 260 38 2009/2010 318 252 36 Sumber: BK SMA 1 Cepu Berdasarkan data di atas tampak bahwa pendaftar ke SMA 1 Cepu meskipun mengalami naik turun, selalu melebihi kapasitas daya tampung sekolah. Hal ini menunjukkan kepercayaan masyarakat yang cukup tinggi kepada SMA 1 Cepu. Kepercayaan tersebut membawa konsekwensi yang tidak ringan kepada segenap komponen SMA 1 Cepu. Untuk itu sekolah harus mampu menjaga kepercayaan tersebut dengan baik dalam bentuk kinerja dan pembelajaran yang professional. Sebagai wujud tanggungjawabnya kepada masyarakat, sekaligus dalam rangka memenuhi delapan standar nasional pendidikan, maka SMA 1 Cepu selalu berbenah diri melengkapi indikator standar yang belum maksimal. Termasuk di dalamnya pemenuhan standar proses. SMA 1 Cepu juga berusaha agar pembelajaran yang dilakukan guru-gurunya mengacu standar proses yang

telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007. Demikian pula guru-guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pengampu mata pelajaran yang termasuk kelompok mata pelajaran kepribadian dan memiliki misi sebagai pembentuk karakter bangsa, dalam setiap pembelajarannya dituntut mengembangkan interaksi yang edukatif. Namun demikian, disinyalir masih ada guru, karena alasan tertentu, pelaksanaan pembelajarannya cenderung konvensional. Sehubungan hal tersebut, penulis berusaha mengkaji lebih dalam tentang pengelolaan interaksi pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan di SMA 1 Cepu melalui penelitian yang berjudul INTERAKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL, STUDI SITUS DI SMA 1 CEPU KABUPATEN BLORA. B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian di atas fokus penelitian ini, Bagaimana karakteristik pengelolaan interaksi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Standar Nasional di SMA 1 Cepu Kabupaten Blora?. Fokus tersebut dijabarkan menjadi dua sub fokus. 1. Bagaimana karakteristik interaksi guru dengan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Standar Nasional di SMA 1 Cepu Kabupaten Blora?

2. Bagaimana karakteristik interaksi siswa dengan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Standar Nasional di SMA 1 Cepu Kabupaten Blora? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan fokus yang diuraikan di atas maka tujuan penelitian ini ada dua macam. 1. Mendeskripsikan karakteristik interaksi guru dengan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Standar Nasional di SMA 1 Cepu Kabupaten Blora. 2. Mendeskripsikan karakteristik interaksi siswa dengan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Standar Nasional di SMA 1 Cepu Kabupaten Blora. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Blora Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Blora dalam memantau keterlaksanaan standar proses pembelajaran pada sekolah standar nasional. Lebih lanjut Dinas Pendidikan mempunyai dasar obyektif untuk melakukan evaluasi kinerja sekolah sekaligus memberikan pembinaannya.

2. Bagi sekolah Memberi masukan pada SMA 1 Cepu sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan pengembangan kualitas guru. Guru yang berkualitas diperlukan agar pelaksanaan pembelajarannya sesuai standar nasional. Peningkatan kualitas pendidikan menuntut guru yang berkualitas atau guru yang profesional. Sehubungan hal tersebut setiap saat sekolah harus selalu mengembangkan kualitas guru. 3. Bagi masyarakat Sebagai sumber informasi tentang kualitas pembelajaran SMA 1 Cepu yang telah berstatus sebagai sekolah standar nasional (SSN). Informasi tersebut diperlukan masyarakat untuk menjadi bahan pertimbangan dalam memilih sekolah bagi putra-putrinya. E. Difinisi Istilah 1. Interaksi artinya saling berhubungan, saling beraksi (Tim prima Pena: 349). Pembelajaran diartikan proses interaksi peserta didik dengan guru pada suatu lingkungan belajar (Anonim, 2007: 424). 2. Dengan demikian maksud interaksi pembelajaran adalah saling berhubungan atau saling beraksinya antara peserta didik dengan guru pada suatu lingkungan belajar. 3. Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap

dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila (Kaelan, 2007: 3). 4. Sekolah Standar Nasional (SSN) adalah sekolah yang kemampuannya memenuhi standar nasional pendidikan mencapai lebih dari 75% atau bahkan yang ideal mencapai 100% (Anonim, 2008: 1114).