Mutu karkas dan daging sapi

dokumen-dokumen yang mirip
Mutu karkas dan daging ayam

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008

Susu segar-bagian 1: Sapi

MEAT (DAGING) Atat Siti Nurani

POKOK BAHASAN VII VII. MANAJEMEN PEMASARAN. Mengetahui kelas dan grade ternak potong yang akan dipasarkan

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

SNI 3165:2009. Standar Nasional Indonesia. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Pertanian.

SNI 4230:2009. Standar Nasional Indonesia. Pepaya

Bibit induk (parent stock) itik Alabio meri

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

BAB III METODE PENELITIAN. diuji di Laboratorium Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo. Waktu penelitian yaitu pada tanggal 4-23 Desember tahun 2013.

Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang

Semen beku Bagian 1: Sapi

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

Bibit sapi Bali SNI 7355:2008

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

Bibit sapi peranakan Ongole (PO)

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

Pemanfaat tenaga listrik untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Label tanda hemat energi

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 24/M-DAG/PER/9/2011 TANGGAL : 7 September 2011 DAFTAR LAMPIRAN

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

JENIS HEWAN DAN PRODUK HEWAN YANG DAPAT DIIMPOR MENGGUNAKAN PENETAPAN SEBAGAI IMPORTIR TERDAFTAR HEWAN DAN PRODUK HEWAN DAN PERSETUJUAN IMPOR

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Pakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/Permentan/PK.450/5/2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Brahman Cross

Kepiting (Scylla Serrata) kulit lunak beku Bagian 1: Spesifikasi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan setiap pukul WIB,

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock)

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

Benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P)

Pupuk kalium klorida

Benih tebu SNI 7312:2008. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

Kulit masohi SNI 7941:2013

HUBUNGAN BUTT SHAPE KARKAS SAPI BRAHMAN CROSS TERHADAP PRODUKTIVITAS KARKAS PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Pakan konsentrat Bagian 5 : Ayam ras pedaging (broiler concentrate)

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Bibit domba Garut SNI 7532:2009

SNI. Baja tulangan beton SNI Standar Nasional Indonesia ICS ~ Stanzfardisasi. w $$: '" Nasioi:al. -..

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Tuna loin segar Bagian 1: Spesifikasi

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan Metode

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 84/Permentan/PD.410/8/2013 TENTANG

Sosis ikan SNI 7755:2013

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

Hubungan antara Umur dengan Berat Karkas Depan (Fore Quarter) Ditinjau dari Potongan Primal Sapi Bali Jantan

SNI Standar Nasional Indonesia. Susu pasteurisasi. Badan Standardisasi Nasional ICS

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

Bibit sapi perah holstein indonesia

Bibit sapi potong - Bagian 4 : Bali

Bambu lamina penggunaan umum

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

POTONGAN KOMERSIAL KARKAS KERBAU: STUDI KASUS DI PT KARIYANA GITA UTAMA-SUKABUMI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84/Permentan/PD.410/8/2013 TENTANG

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi

Bibit babi Bagian 4 : Hampshire

TINJAUAN PUSTAKA. Daging domba berdasarkan kualitas dapat dibedakan atas umur domba,

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

SNI Standar Nasional Indonesia

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

Prosedur Operasional Standard Pemotongan Hewan di RPH

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

Udang beku Bagian 1: Spesifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24/M-DAG/PER/9/2011 TENTANG KETENTUAN IMPOR DAN EKSPOR HEWAN DAN PRODUK HEWAN

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar

Bibit niaga (final stock) itik Mojosari meri umur sehari

HUBUNGAN BUTT SHAPE KARKAS SAPI BRAHMAN CROSS TERHADAP PRODUKTIVITAS KARKAS PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA

Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1-1: Persyaratan umum Bentuk dan Ukuran

SNI. Baja Tulang beton SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional BSN

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

2016, No Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M- DAG/PER/2/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan (Berita Negara R

Batang uji tarik untuk bahan logam

SNI Standar Nasional Indonesia. Baja tulangan beton. Badan Standardisasi Nasional

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Mutu karkas dan daging sapi ICS 67.120.10 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi... 2 5 Persyaratan mutu... 4 6 Peta karkas sapi... 5 7 Cara pemotongan... 6 8 Cara pengambilan contoh... 7 9 Pengujian... 7 10 Pengemasan... 7 11 Pelabelan... 7 12 Penyimpanan... 8 Lampiran A (normatif) Prosedur penilaian mutu fisik karkas sapi... 9 Lampiran B (normatif) Prosedur penilaian mutu fisik daging sapi... 10 Bibliografi... 14 Gambar 1 Potongan daging... 3 Gambar 2 - Peta karkas sapi... 5 Gambar A.1 - Standar warna karkas sapi... 9 Gambar A.2 - Standar warna daging sapi... 11 Gambar A.3 - Standar warna lemak... 11 Gambar A.4 - Standar marbling... 12 Tabel 1 - Klasifikasi karkas berdasarkan umur dan jenis kelamin... 2 Tabel 2 Klasifikasi potongan daging... 3 Tabel 3 - Tingkatan mutu karkas... 4 Tabel 4 - Tingkatan mutu daging... 5 Tabel 5 - Syarat mutu mikrobiologis daging sapi... 5 i

Prakata Penyusunan standar Mutu karkas dan daging sapi merupakan revisi SNI 01-3932-1995 Karkas sapi dan SNI 01-3933-1995 Karkas kerbau Revisi standar dilakukan dalam rangka memperbaiki persyaratan mutu karkas dan daging. Standar ini disusun oleh Panitia Teknis 67-03 Peternakan dan Produk Peternakan dan telah dibahas pada rapat-rapat teknis dan terakhir disepakati dalam rapat konsensus pada tanggal 8 Nopember 2007 di Bogor yang dihadiri oleh anggota Panitia Teknis dan pihak terkait lainnya. Standar ini juga telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal 7 April 2008 sampai dengan 7 Juni 2008, namun untuk mencapai kuorum diperpanjang sampai dengan tanggal 7 Juli 2008 dan langsung disetujui menjadi RASNI. ii

1 Ruang lingkup Mutu karkas dan daging sapi Standar ini menetapkan klasifikasi, peta dan tingkatan mutu karkas, tingkatan mutu daging, pengemasan, pelabelan dan penyimpanan karkas dan daging sapi. Standar ini tidak berlaku untuk sapi lokal. 2 Acuan normatif SNI 2897:2008, Metoda pengujian cemaran mikroba dalam daging, telur dan susu, serta hasil olahannya. 3 Istilah dan definisi 3.1 karkas bagian dari tubuh sapi sehat yang telah disembelih secara halal sesuai dengan CAC/GL 24-1997, telah dikuliti, dikeluarkan jeroan, dipisahkan kepala dan kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah, organ reproduksi dan ambing, ekor serta lemak yang berlebih 3.2 daging bagian otot skeletal dari karkas sapi yang aman, layak dan lazim dikonsumsi oleh manusia, dapat berupa daging segar, daging segar dingin, atau daging beku 3.3 daging segar daging yang belum diolah dan atau tidak ditambahkan dengan bahan apapun 3.4 daging segar dingin daging yang mengalami proses pendinginan setelah penyembelihan sehingga temperatur bagian dalam daging antara 0 C dan 4 C 3.5 daging beku daging segar yang sudah mengalami proses pembekuan di dalam blast freezer dengan temperatur internal minimum -18 C 3.6 marbling butiran lemak putih yang tersebar dalam jaringan otot daging (lemak intra muskuler) 3.7 perubahan warna penyimpangan warna karena terdapat memar, pendarahan, "freeze burn" dan atau perubahan warna lainnya yang disebabkan oleh mikroorganisme atau zat-zat kontaminan 1 dari 14

3.8 memar perubahan warna dan konsistensi pada daging akibat benturan fisik 3.9 freeze burn perubahan warna pada daging akibat kontak dengan permukaan yang sangat dingin, di bawah temperatur -18 C 3.10 ketebalan lemak karkas jaringan lemak subkutan (sub cutaneous) 3.11 konformasi karkas jaringan otot skeletal dan jaringan lemak sebagai unit komersial yang berhubungan dengan ukuran tulang rangka (skeleton) 3.12 warna karkas warna pada sayatan segar otot punggung (back muscle) atau otot daging kelapa pada paha belakang (round) 3.13 Nomor Kontrol Veteriner (NKV) sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan higiene-sanitasi sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan pangan asal hewan pada unit usaha pangan asal hewan 4 Klasifikasi 4.1 Klasifikasi karkas Karkas diklasifikasikan berdasarkan umur dan jenis kelamin seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1 - Klasifikasi karkas berdasarkan umur dan jenis kelamin Kelompok Deskripsi Veal Karkas yang berasal dari sapi dengan umur di bawah 1 tahun Yearling Karkas yang berasal dari sapi dengan umur 1 sampai dengan 2 tahun dan belum menunjukkan adanya gigi seri permanen yang terkikis Young Karkas yang berasal dari sapi dara dengan 3 sampai dengan 7 gigi seri permanen terkikis Young prime Karkas yang berasal dari sapi kastrasi atau sapi jantan yang tidak menunjukkan tanda kelamin sekunder, mempunyai 3 atau lebih gigi seri permanen yang terkikis Prime Karkas yang berasal dari sapi betina atau jantan dengan 8 gigi seri permanen terkikis Cow/Steer/Ox Karkas yang berasal dari sapi betina atau jantan yang telah mencapai dewasa kelamin 2 dari 14

4.2 Klasifikasi potongan daging Klasifikasi potongan daging dapat dilihat pada Tabel 2. Golongan (kelas) Tabel 2 Klasifikasi potongan daging Potongan daging I 1. Has dalam (tenderloin) 2. Has luar (striploin/sirloin) 3. Lamusir (cube roll) II 1. Tanjung (rump) 2. Kelapa (round) 3. Penutup (topside) 4. Pendasar (silverside) 5. Gandik (eye round) 6. Kijen (chuck tender) 7. Sampil besar (chuck) 8. Sampil kecil (blade) III 1. Sengkel (shin/shank) 2. Daging iga (rib meat) 3. Samcan (Thin flank) 4. Sandung lamur (brisket) Potongan daging sesuai klasifikasi di atas dapat dilihat pada Gambar 1. Has dalam Has luar Iga utuh Lemusir Tanjung Kelapa Penutup Pendasar Gambar 1 Potongan daging 3 dari 14

Gandik Kijen Sampil besar Sampil kecil Sandung Lamur Sengkel Daging iga Samcan 5 Persyaratan mutu 5.1 Karkas Gambar 1 (lanjutan) Tingkatan mutu karkas sapi dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3 - Tingkatan mutu karkas No Jenis uji Persyaratan mutu I II III 1 Ketebalan lemak < 12 mm 13 mm - 22 mm > 22 mm 2 Konformasi cekung - agak cekung rata - cembung sangat cembung 3 Warna skor 1-3 skor 4-6 Skor 7-9 4 Perubahan warna Bebas dari memar dan freeze burn Ada satu memar atau freeze burn dengan diameter kurang dari 2 cm di bagian selain daerah prime cut Ada satu memar atau freeze burn lebih dari 2 cm di bagian selain daerah prime cut dan atau ada lebih dari satu memar dengan diameter kurang dari 2 cm selain pada prime cut 4 dari 14

5.2 Daging 5.2.1 Mutu fisik Tingkatan mutu daging sapi secara fisik dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4 - Tingkatan mutu daging No Jenis uji Persyaratan mutu I II III 1 Warna daging Merah terang Skor 1-5 Merah kegelapan Skor 6-7 Merah gelap Skor 8-9 2 Warna lemak Putih Skor 1-3 Putih kekuningan Skor 4-6 Kuning Skor 7-9 3 Marbling Skor 9-12 Skor 5-8 Skor 1-4 4 Tekstur Halus Sedang Kasar 5.2.2 Mutu mikrobiologis Persyaratan mutu mikrobiologis daging sapi dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini: Tabel 5 - Syarat mutu mikrobiologis daging sapi No Jenis uji Satuan Persyaratan 1 2 3 4 5 Total Plate Count Coliform Staphylococcus aureus Salmonella sp Escherichia coli 6 Peta karkas sapi cfu/g cfu/g cfu/g per 25 g cfu/g Peta karkas kambing/domba dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini: Sengkel Sampil Sampil kecil Sandung Lemusir Iga Tanjung Has luar Samcan Gambar 2 - Peta karkas sapi Kelapa maksimum 1 x 10 6 maksimum 1 x 10 2 maksimum 1 x 10 2 negatif maksimum 1 x 10 1 Pendasar Sengkel 5 dari 14

7 Cara pemotongan 7.1 Karkas sapi diperoleh dengan memotong kepala di antara tulang osipital (os. occipitale) dengan tulang tengkuk pertama (os. atlas). Kaki depan dipotong di antara carpus dan metacarpus; kaki belakang dipotong di antara tarsus dan metatarsus. Jika diperlukan untuk memisahkan ekor, maka paling banyak dua ruas tulang belakang coccygeal (os. caudalis) terikut pada karkas. 7.2 Karkas paruh (half carcas) diperoleh dengan membelah karkas sepanjang tulang belakang dan sternum menjadi dua bagian, yaitu karkas paruh kiri dan karkas paruh kanan. 7.3 Karkas perempat diperoleh dengan membelah karkas paruh antara tulang rusuk ke- 12 dan ke-13 menjadi dua bagian yaitu karkas perempat depan dan karkas perempat belakang. 7.4 Has dalam (Tenderloin) diperoleh dengan melakukan pemotongan yang mengikuti lengkung pada tulang pelvis, selanjutnya dipisahkan dari tulang ilium dengan cara menarik otot tersebut. Lapisan lemak pada bagain atas dan bawah dibersihkan. Bagian lemak di antara musculus illiacus dan musculus psoas major dipertahankan. 7.5 Has luar diperoleh dengan cara menghilangkan samcan terlebih dahulu pada jarak tertentu dari musculus longissimus dorsi yaitu pada bagian belakang 0 cm. Potongan bagian belakang dimulai dari lumbo sacral junction dan diteruskan ke bagian depan dari ilium dilanjutkan ke bagian bawah samcan serta dipisahkan. 7.6 Lamusir (Cuberoll) merupakan bagian yang diperoleh dari dorsal iga utuh, potongan bagian depan dimulai dari rusuk ke-4 sampai rusuk terakhir sealur belahan karkas. 7.7 Tanjung (Rump). Potongan yang diperoleh dari tanjung penuh dengan menghilangkan tensor faciae latae pada lapisan yang berbatasan dengan Muskulus gluteus medius, dan juga menghilangkan tulang coxae. 7.8 Kelapa (Round/knucle). Potongan bagian belakang berbatasan dengan pendasar dan penutup. Bagian depan berbatasan dengan samcan. 7.9 Penutup (Topside) diperoleh dari paha bagian medial pada bagian lateral berbatasan dengan pendasar. 7.10 Pendasar (Silverside) merupakan potongan paha bagian caudo-lateral, pada bagian medial berbatasan dengan penutup. 7.11 Gandik (Eye Round). Potongan diperoleh dengan memisahkan m. semitendinosus dari pendasar. 7.12 Kijen (Chuck tendher) terletak pada tulang scapula dan dipotong dari lapisan tulang scapula bagian depan. 7.13 Sampil besar (Chuck) diperoleh dengan melakukan potongan perempat karkas depan pada tulang rusuk ke-5 dan ke-6 ke depan termasuk bagian leher, setelah dipisahkan dari potongan punuk dan sandung lamur. 7.14 Sampil kecil (Blade) diperoleh dengan melakukan potongan mengikuti lapisan otot antara bagian atas m. latissimus dorsi dan trapecius serta bagian bawah m. serratus ventralis. 6 dari 14

7.15 Sandung lamur (Brisket) diperoleh dengan melakukan potongan lurus dari pertemuan antara tulang rusuk pertama dan tulang sternum pertama menuju bagian belakang sampai rusuk ke-12. 7.16 Sengkel (Shin dan Shank) diperoleh dari paha depan atau belakang yang merupakan kelompok otot flexor extensor. 7.17 Iga (rib meat) diambil dari paha depan yaitu dari sela-sela tulang rusuk. Lapisan membran yang melapisi dan lemak sekitarnya dibersihkan. 7.18 Samcan (Thin flank) potongan berbentuk seperti kipas, merupakan potongan bagian ventral dari abdomen. 8 Cara pengambilan contoh Tata cara pengambilan contoh mengacu pada SNI 2897:2008. 9 Pengujian 9.1 Fisik 9.1.1 Fisik karkas sesuai dengan Lampiran A. 9.1.2 Fisik daging sesuai dengan Lampiran B. 9.2 Cemaran mikroba Cemaran mikroba mengacu kepada SNI 2897:2008. 10 Pengemasan Produk dikemas dalam kemasan yang aman, serta tidak mengakibatkan penyimpangan/kerusakan produk selama penyimpanan dan pengangkutan. 11 Pelabelan Informasi pada label kemasan primer minimal mencantumkan : a. nama produk; b. merk dagang; c. NKV; d. label halal. Informasi pada label kemasan sekunder minimal mencantumkan : a. nama produk; b. merk dagang; c. tanggal produksi; d. nama dan alamat produsen; e. berat bersih; f. NKV; g. label halal; h. cara penyimpanan. 7 dari 14

12 Penyimpanan Penyimpanan karkas atau daging dapat dilakukan dalam bentuk segar, segar dingin atau beku di ruangan atau tempat sesuai dengan karakteristik produk. 8 dari 14

Lampiran A (normatif) Prosedur penilaian mutu fisik karkas sapi Penilaian mutu fisik karkas dimaksudkan untuk memprediksi palatabilitas karkas dengan menilai ketebalan lemak, konformasi, dan warna karkas. A.1 Peralatan Peralatan yang digunakan terdiri atas carcass fat probe, senter dengan lampu putih dengan intensitas cahaya minimum 540 lux, dan standar warna daging. A.2 Metode penilaian Penilaian mutu fisik karkas dilakukan secara visual terhadap penampilan fisik otot dan lemak yang selanjutnya ditentukan dengan menggunakan alat bantu standar mutu. A.3 Ketebalan lemak karkas penilaian dilakukan dengan menusukkan carcass fat probe secara tegak lurus dengan permukaan jaringan pada os.vertebrae sacralis ke- 3. A.4 Konformasi karkas Penilaian konformasi karkas dilakukan secara visual pada bagian daging kelapa (knuckle). A.5 Warna karkas Penilaian dilakukan pada karkas dingin dengan temperatur bagian dalam karkas antara 0 C dan 7 C dengan melakukan sayatan pada otot punggung (back muscle) atau otot daging kelapa, dan warna pada sayatan tersebut dibandingkan dengan warna standar. Nilai skor warna ditentukan berdasarkan skor warna standar yang paling sesuai dengan warna karkas. Standar warna daging terdiri atas sembilan skor mulai dari warna merah muda hingga merah tua sebagaimana terlihat pada Gambar A.1. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Gambar A.1 - Standar warna karkas sapi 9 dari 14

Lampiran B (normatif) Prosedur penilaian mutu fisik daging sapi Penilaian mutu fisik daging dimaksudkan untuk memprediksi palatabilitas daging dengan melihat penampilan warna daging dan lemak, derajat marbling dan tekstur daging. B.1 Peralatan Peralatan yang digunakan terdiri atas stempel mutu, senter dengan lampu putih dan intensitas minimum 700 lux, standar warna daging, standar warna lemak, standar marbling dan standar tekstur. B.2 Pengambilan contoh Penilaian mutu fisik daging dilakukan pada karkas setelah setelah mengalami proses chilling selama 24 jam - 48 jam. Penilaian dilakukan dengan pengamatan secara seksama pada permukaan irisan melintang otot mata rusuk ke-12 (m. longissimus dorsi ) dari setiap karkas bagian kanan. Karkas yang dievaluasi tidak boleh menunjukan adanya penyimpangan kualitas daging. B.3 Metoda penilaian Pengujian mutu fisik daging dilakukan secara organoleptik dengan menggunakan indra penglihatan terhadap penampilan fisik otot dan lemak. Nilai penampilan fisik daging dan lemak selanjutnya ditentukan dengan menggunakan alat bantu standar mutu. Penampilan fisik daging yang dievaluasi meliputi warna daging dan lemak, intensitas marbling dan tekstur otot. B.4 Warna daging Penilaian warna daging dilakukan dengan melihat warna permukan otot mata rusuk dengan bantuan cahaya senter dan mencocokannya dengan standar warna. Nilai skor warna ditentukan berdasarkan skor standar warna yang paling sesuai dengan warna daging. Standar warna daging terdiri atas sembilan skor mulai dari warna merah muda hingga merah tua sebagaimana terlihat pada Gambar A.2. 10 dari 14

B.5 Warna lemak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Gambar A.2 - Standar warna daging sapi Penilaian warna lemak dilakukan dengan melihat warna lemak subkutis dengan bantuan cahaya senter dan mencocokkannya dengan standar warna. Nilai skor warna ditentukan berdasarkan skor standar warna yang paling sesuai dengan warna lemak. Standar warna lemak terdiri atas sembilan skor mulai dari warna putih hingga kuning sebagaimana terlihat pada Gambar A.3. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Gambar A.3 - Standar warna lemak 11 dari 14

B.6 Marbling Penilaian marbling dilakukan dengan melihat intensitas marbling pada permukaan otot mata rusuk dengan bantuan cahaya senter dan mencocokannya dengan standar. marbling. Nilai skor marbling ditentukan berdasarkan skor standar marbling yang paling sesuai dengan intensitas marbling otot mata rusuk. Standar marbling terdiri atas dua belas skor mulai dari praktis tidak ada marbling hingga banyak sebagaimana terlihat pada Gambar A.4. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Gambar A.4 - Standar marbling 12 dari 14

B.7 Tekstur Penilaian tekstur otot dilakukan dengan melihat kehalusan/kekasaran permukaan otot mata rusuk dengan bantuan cahaya senter dan mencocokannya dengan standar tekstur daging. Nilai skor tekstur ditentukan berdasarkan skor standar tekstur yang paling sesuai dengan tekstur daging. Standar tekstur daging terdiri atas tiga skor yaitu halus, sedang dan kasar (lihat contoh standar tekstur daging). B.8 Peringkat mutu daging Peringkat mutu daging ditentukan berdasarkan kesesuaian nilai skor untuk masing-masing sifat fisik dengan syarat mutu yang telah ditetapkan. Karkas yang telah dievaluasi dibubuhi dengan stempel sesuai dengan peringkat mutunya. 13 dari 14

Bibliografi CAC/GL 24-1997, General guideline for use of the term Halal. SNI 01-6159-1999, Rumah Pemotongan Hewan. Australian meat standard USDA - 1991. 14 dari 14

BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 3-4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270 Telp: 021-574 7043; Faks: 021-5747045; e-mail : bsn@bsn.go.id