BAB IV KONSEP. Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

RUMAH SUSUN SEWA DI KAWASAN INDUSTRI BANDUNG BARAT

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

4.1 IDE AWAL / CONSEPTUAL IDEAS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V HASIL RANCANGAN

Bab V Konsep Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB III ANALISIS 3.1 Analisis pemakai Analisis pengelompokan pemakai berdasarkan usia dan status

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE


BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mencari hiburan diluar apartemen karena semua kebutuhan sudah terpenuhi di dalam

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV LAPORAN PERANCANGAN

Lapas Kelas I A Kedungpane

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Bab IV. Konsep Perancangan

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP. Gambar 25 Konsep Hub

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AGROBISNIS, KABUPATEN SEMARANG

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu :

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

SISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT

Pengembangan RS Harum

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB V. Konsep. bangunan. memaksimalkan potensi angin yang dapat mengembangkan energi

Transkripsi:

BAB IV KONSEP 4.1 Ide awal perancangan Ide awal perancangan rumah susun ini adalah rumah susun sebagai miniatur kota dengan fungsi-fungsi yang sederhana dan mandiri. Kota sebagai produk peradaban modern yang berkaitan dengan industri, sebuah sektor yang menghidupi penghuninya yang merupakan pekerja pabrik. Salah satu isu utama rumah susun yaitu keterjangkauan ekonomi pemakai dengan harga bangunan vertikal yang cenderung mahal membutuhkan konsep rumah susun yang efisien, tetapi tetap dapat mengakomodasi kebutuhan sosial dan layak untuk ditinggali. Pembangunan rumah secara masal umumnya tidak memperhatikan kebutuhan personal penghuni akan kebutuhan ruang, sosial dan identitas. 4.2 Konsep tapak Fungsi pada rumah susun ini sangat beragam seperti fungsi hunian, komersil, ruang besama, ruang terbuka dan lain-lain. Hal ini menyebabkan dibuthkannya pemintakatan dan batasan yang jelas antara fungsi publik dan privat. Berikut ini adalah pemintakatan pada tapak berdasarkan atas pengelompokan fungsi bangunan yang dibagi atas fasilitas umum dan publik, efisiensi lahan dan utilitas, pembagian blok hunian antara keluarga, lajang pria dan wanita, kebutuhan ruang terbuka dan jarak minimum bangunan. Gambar 4.1 Pemintakatan berdasarkan fungsi publik di lantai dasar Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar 80

Gambar 4.3 Pemintakatan berdasarkan hunian keluarga, lajang pria dan wanita. 4.2.1 Pengelompokan fungsi Fungsi bangunan dibedakan atas fungsi hunian dan fasilitas umum. Untuk fungsi fasilitas hunian sendiri dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu fungsi hunian untuk keluarga, lajang pria dan wanita, sedangkan pada setiap lantai dasar blok rusun difungsikan sebagai fasilitas umum. Lantai dasar diperuntukkan untuk fungsi non hunian. Hal ini dilakukan karena berdasarkan studi banding pada beberapa rumah susun di Indonesia yaitu kecenderungan penyerobotan lahan di lantai dasar oleh penghuni, kendala utilitas yang kerap terjadi di lantai dasar, tingkat privasi yang kurang terjaga, dan kebutuhan beberapa fungsi publik. Banyaknya fungsi umum dimaksudkan untuk menampung kegiatan ekonomi dan sosial pengguna rusun dan warga sekitarnya dengan fungsi yang dapat disewakan untuk membantu biaya operasional rumah susun itu sendiri. 4.2.2 Pencapaian Pencapaian pedestrian melalui halaman utama rumah susun dengan jalan utama Gempol Sari sedangkan untuk kendaraan bermotor melalui jalan Batu rengeut yang cenderung lebih sepi. Hal ini untuk mengurangi volume kendaraan di jalan utama yang sering mengalami kemacetan pada jam-jam tertentu. 81

Gambar 4.4 Perbedaan sirkulasi kendaraan dan pedestrian 4.2.3 Sirkulasi luar bangunan Sirkulasi yang diutamakan dalam lingkungan rumah susun adalah sirkulasi pedestrian. Hal ini agar interaksi antar pengguna hunian rumah susun yang berbeda blok terjadi dan kebebasan anak-anak bermain di lantai dasar lebih aman. Hal ini juga untuk menghindari kekacauan sirkulasi oleh kendaraan bermotor yang terjadi di jalan utama yaitu jalan Gempol Sari. Sirkulasi lingkungan yang utama berada di tengah lingkungan rumah susun kemudian menyebar ke setiap blok hunian. Sirkulasi kendaraan bermotor berada di belakang lingkungan rusun sekaligus dengan tempat parkir. 4.2.4 Penataan massa Bentuk bangunan yang pipih dan memanjang diatur berbaris agar jumlah luas yang dihasilkan lebih maksimal dan setiap hunian mendapat pencahayaan dan penghawaan yang baik. Karena Bandung berada 6 derajat di bawah khatulistiwa dan matahari akan lebih sering berada di barat laut, maka orientasi bangunan kearah barat daya - timur laut. Orientasi ini bertujuan untuk memaksimalkan pencahayaan dan kenyamanan termal sehingga meminimalkan penggunaan listrik. 4.2.5 Pembentukan ruang luar Ruang luar yang terjadi adalah akibat interlocking antar blok massa dan pohon agar setiap ruang terbuka memiliki enclosure yang tepat yang tetap menimbulkan rasa meruang. Selain itu ruang terbuka juga terbentuk di antara jalan dan massa bangunan sehingga ruang yang dihasilkan lebih luas dan ruang ini menjadi ruang interkasi antara penghuni rusun dengan warga sekitar rusun. 82

Gambar 4.5 Ruang terbuka akibat layout bangunan 4.3 Konsep bangunan Bangunan menggunakan sistem modular pada struktur kolom, sehingga dibentuk ruang-ruang yang modular. Kolerasi antara ruang ruang yang modular ini menggunakan konsep interlocking atau puzzle agar ruang-ruang yang dihasilkan lebih dinamis. Gambar 4.6 Sistem tetris Sistem tetris merupakan system modular dengan elemen pengisi yaitu beberapa bujursangkar dengan ukuran yang sama. 4.3.1 Selubung bangunan 83

Selubung bangunan menggunakan konsep heterogenitas. Hal ini diwujudkan dengan penggunaan warna dan bukaan yang berbeda-beda tergantung dengan keinginan dan kebutuhan ruang setiap pengguna unit hunian rusun. Gambar 4.6 Bukaan yang berbeda pada setiap hunian Sumber: Densidad, Gambar 4.7 Balkon yang terekspos menunjukkan tampak yang dinamis Sumber: 4.3.2 Material Material yang digunakan pada rumah susun ini adalah material yang murah, mudah dan fleksibel. Material dinding yang mungkin digunakan untuk dinding dalam adalah gypsum atau papan triplek karena material ini lebih fleksibel dan dapat diubah sewaktu-waktu dengan deformasi yang sedikit. Sedangkan khusus dinding kamar mandi digunakan bata karena tidak memungkinkan untuk mengubah bentuk kamar mandi dalam waktu mendatang. Sedangkan untuk material lantai digunakan keramik 30x30 cm. Walaupun harga keramik relatif lebih mahal dari ubin, tetapi biaya perawatannya lebih murah dan tahan lama, hal ini juga agar menciptakan kesan bersih dari lingkungan rumah susun itu sendiri. 4.3.3 Penampilan bangunan Tampak rumah susun di Indonesia yang seringkali terlihat kumuh karena jemuran yang berantakan merupakan salah satu kekurangan rumah susun di Indonesia. Maka konsep yang 84

diterapkan adalah dengan menutupi jemuran dengan semacam shading sehingga tampak bangunan juga lebih variatif. 4.3.4 Ruang dalam Ruang dalam untuk unit hunian disesuaikan dengan modul luasan yang dibutuhkan per orang yaitu 9 m2. Ruang ini fleksibel dan dapat dibongkar pasang sesuai dengan kebutuhan pengguna rusun. Demikian juga untuk ruang-ruang fasilitas umum seperti retail dan ruang serba guna yang fleksibilitas batasan ruangannya tinggi tergantung kebutuhan. 4.4 Konsep struktur Konsep struktur pada rumah susun ini adalah struktur yang dapat memfasilitasi ruang yang dapat berkembang dan fleksibel. Rumah susun ini juga menggunakan system struktur yang efisien, fungsional, murah dan tahan lama. Dalam cara membangun rumah susun ini dipertimbangkan kemungkinan pembangunan yang bertahap dalam elemen arsitektur seperti rangka, utilitas, atap, dinding dan sebagainya. 4.4.1 Sistem struktur Struktur bangunan rusun merupakan struktur rangka dengan modul 6x6 m. Modul ini dipilih agar ketinggian floor to floor dengan tinggi balok yang digunakan lebih efisien dan berkaitan dengan bentuk ruang yang juga modular. Penggunaan sistem rangka pada rumah susun agar ruang-ruang yang dihasilkan lebih fleksibel terkait dengan fungsi rumah susun sebagai hunian dan pengaturan ruangnya sangat personal. Dengan sistem rangka ini juga, pengelola rumah susun dapat menyewakan unitnya dengan dasar harga setiap meter persegi. Dalam pembagian unit-unit ruangannya digunakan papan gipsum dengan kerangka kembar agar pembagian antar satuan unit hunian lebih jelas dan privasi suara lebih terjaga namun konstruksi dinding ini tetap fleksibel agar sewaktu-waktu unit hunian yang telah disediakan dapat lebih diperluas. 85

Gambar 4.8 Fleksibilitas denah perunit. Sedangkan untuk pembagian ruangan dalam setiap unit rusun digunakan partisi gypsum dengan 1 layer yang lebih tipis sehingga dinding lebih tipis dan ruang yang diperoleh juga lebih luas. 4.4.2 Detail konstruksi Konstruksi dinding kebanyakan menggunakan gypsum agar ruang yang dihasilkan lebih fleksibel. Untuk menggunakan dinding ini, rangka gypsum disambungkan langsung ke plat lantai dan papan gipsum menempel di sisi-sisinya. Gambar 4.9 Contoh sambungan gypsum Sumber: Manual sistem dan produk papan gypsum knauf 86

4.4.3 Cara membangun Pemilik dan pengelola rumah susun menyediakan rumah susun dengan setiap hunian yang tersedia berupa rumah inti yaitu plat lantai, balok, kolom dan kamar mandi. Sedangkan untuk dinding luar(selain dinding kamar mandi dan jemuran yang telah fix), partisi dan bukaan merupakan pilihan calon pengguna satuan unit rusun. Kemudian calon penghuni memilih besaran ruang yang diinginkan yaitu luas minimal 18 m2 sampai dengan 54 m2 dan memilih sendiri bentuk bukaan dinding luar yang akan dipasang dan mengatur sendiri kebutuhan ruang dalamnya dengan partisi. 4.5 Konsep utilitas Salah satu ide awal rumah susun ini adalah rumah susun yang dapat memfasilitasi kebutuhan utilitasnya sendiri berkaitan dengan penyediaan air bersih sendiri demikian juga dengan pengolahan air kotor hingga sampah. Hal ini bertujuan bukan hanya agar lingkungan rumah susun tidak menambah beban pada lingkungan disekitarnya tetapi juga memberi keuntungan berupa pemasukan material untuk membantu kelangsungan rumah susun. 4.5.1 Drainase tapak Daerah ini sering kali mengalami kebanjiran akibat sampah dan volume luapan air dari sungai yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu digunakan beberapa sumur resapan di kawasan ini yang akan meresapkan grey water dan sisa black water ke dalam tanah. 4.5.2 Penyaluran air hujan Air hujan sebagian disalurkan melalui talang di setiap atap blok hunian rusun yang kemudian dialirkan ke dalam sumur resapan untuk mengurangi volume air yang menyebabkan banjir di lingkungan rusun sedangkan sebagian air hujan yang bukan merupakan hasi luapan dari talang disalurkan ke selokan lingkungan kemudian dialirkan ke riol kota. 4.5.3 Pengkondisian udara Udara dalam setiap blok hunian menggunakan penghawaan alami dan cross ventilation pada atap untuk selasar-selasarnya untuk menciptakan hawa yang sejuk dan nyaman. 87

Setiap ruangan dalam blok hunian diusahakan memiliki bukaan langsung ke luar bengunan agar udara dalam setiap hunian lebih baik. Gambar 4.10 Ventilasi silang 4.5.4 Pencahayaan Jarak setiap blok hunian minimal adalah 8 m agar pamanfaatan lahan efesian tetapi setiap blok tetap mendapatkan cahaya yang baik. Bukaan yang diberikan pada setiap blok hunian dibuat semaksimal mungkin agar setiap ruangan dalam satuan unit hunian juga mendapatkan cahaya sehingga menghemat energi listrik dalaghfvbcm keperluan pencahayaan. 4.5.5. Elektrikal Listrik diperoleh dari PLN melalui satu kepengelolaan terpusat yang kemudian dibagi pada setiap penghuni unit rumah susun. Setiap pemilik rumah susun mengatur sendiri keperluan listriknya untuk huniannya sedangkan untuk kebutuhan listrik umum seperti penerangan lingkungan rusun dan koridor dibebankan kepada penghuni secara merata yang dikelola oleh pengelola rumah susun. 4.5.6 Plumbing Pemipaan dalam setiap rumah susun dikumpulkan pada shaft-shaft yang ada dalam setiap 2 unit hunian. Hal ini dilakukan karena jika setiap blok hunian menggunakan satu shaft untuk plumbing maka kemiringan pipa yang dibutuhkan akan semakin besar mengingat bentang rumah susun yang cukup panjang sehingga jika dalam 2 unit kamar mandi menggunakan satu shaft maka penggunaan pipa dapat lebih hemat dan perawatannya juga lebih mudah. 4.5.7 Air bersih 88

Roof tank Reservoir bawah Sumur air tanah Gambar 4.11 Skema penyaluran air bersih Air bersih didapat dari sumur yang digali pada titik-titik tertentu kemudian dikumpulkan dalam sebuah reservoir bawah. Sewaktu-waktu (pagi atau sore)air dari reservoir bawah dipompa ke atas ke tangki air yang berada di setiap blok rumah susun yang kemudian dialirkan ke setiap unit rumah susun dengan gaya gravitasi. 4.5.8 Air kotor Air kotor (grey water) dari setiap hunian ditampung dalam shaft hunian yang kemudian disaring untuk langsung diserapkan ke tanah. Sedangkan untuk tinja, setiap blok hunian memiliki satu septic tank komunal. Untuk tinjanya sendiri mengendap di dalam septic tank sedangkan airnya setelah disaring lalu diresapkan ke tanah oleh sumur resapan. Septic tank Sumur resapan Gambar 4.12 Skema penyaluran air kotor 89

4.5.9 Sampah Sampah dari tiap lantai blok hunian dikumpulkan dan disalurkan melalui shaft sampah (1) yang terletak diantara blok hunian. Sampah ini akan dipindahkan ke TPS lingkungan yang berada di belakang kawasan untuk kemudian diolah. Sampah organik akan diolah di tempat pengomposan sedangkan sampah non organik akan dipilah dan di daur ulang atau dijual. Pengolahan sampah yang terletak di kawasan rusun ini bertujuan untuk mengurangi volume sampah rumah tangga yang telah menumpuk di daerah ini dan juga diharapkan dapat menyerap tenaga kerja. Produk hasil pengolahan sampah berupa kompos maupun daur ulang merupakan salah satu pemasukan pengelola dalam pengelolaan rumah susun. Shaft sampah Shaft sampah Gambar 4.13 Skema penyaluran sampah 90