PENGUJIAN DOSIS KOMPOS Trichoderma UNTUK PENGENDALIAN JAMUR PATOGEN TULAR TANAH PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogea L.)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KANDUNGAN PASIR PADA MEDIA SEMAI TERHADAP PENYAKIT REBAH KECAMBAH (Sclerotium rolfsii Sacc) PADA PERSEMAIAN TANAMAN CABAI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati.

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

EVALUASI PENYAKIT REBAH KECAMBAH PADA KACANG TANAH YANG DIAPLIKASIKAN INOKULUM SCLEROTIUM ROLFSII SACC. PADA BERBAGAI KONSENTRASI

UJI ANTAGONIS JAMUR TRICHODERMA, VERTICILLIUM DAN TORULOMYCES TERHADAP Ganoderma boninense Pat. SECARA IN VITRO

Sukandar, Nelvia, Ardian Agrotechnology Department, Agriculture Faculty, Universitas of Riau

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN (brassica alboglabra) PADA BERBAGAI DOSIS KOMPOS SOLID ABSTRAK

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman sayuran yang

PEMANFAATAN JERAMI PADI SEBAGAI MEDIUM PERBANYAKAN Trichoderma harzianum DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN CABAI

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

EFEKTIVITAS AGENS ANTAGONIS TRICHODERMA SP PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH TERHADAP PENYAKIT LAYU TANAMAN TOMAT

I. PENDAHULUAN. memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya

Kompos, Mikroorganisme Fungsional dan Kesuburan Tanah

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Uji Antagonis Trichoderma sp. Terhadap Fusarium sp. Secara In Vitro (Metode Dual Kultur)

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

PENGGUNAAN Trichoderma sp. SEBAGAI AGENSIA PENGENDALIAN TERHADAP Pyricularia oryzae Cav. PENYEBAB BLAS PADA PADI

I. METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai Januari 2012.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

PEMANFAATAN KOMPOS KOTORAN SAPI DAN ARA SUNGSANG UNTUK MENURUNKAN KEPADATAN ULTISOL. Heri Junedi, Itang Ahmad Mahbub, Zurhalena

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

TATA CARA PENELITIAN

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Indonesia ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kedelai menjadi tanaman terpenting ketiga setelah padi dan jagung

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

I. PENDAHULUAN. seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar.

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang menghasilkan salah satu komoditas unggulan di Indonesia yaitu

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium

Vol 2 No. 1 Januari - Maret 2013 ISSN :

BAB III. METODE PENELITIAN

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

Pengaruh Pupuk Kalium Pada Ketahanan Kacang tanah 446 (Nurhayati) PENGARUH PUPUK KALIUM PADA KETAHANAN KACANG TANAH TERHADAP BERCAK DAUN CERCOSPORA

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN KETEPENG DAN ABU SABUT KELAPA UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

*Corresponding author : ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah Brasilia (Amerika Selatan). Sejak awal abad ke-17 kacang tanah telah

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di

III. METODE PENELITIAN

Penggunaan Trichoderma sp. yang Ditambahkan pada Berbagai Kompos untuk Pengendalian Penyakit Layu Tanaman Stroberi (Fragaria sp.)

PENGARUH DOSIS KOMPOS FERMENTASI DAN PENGGUNAAN PUPUK HAYATI MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris.

UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var.

PENGARUH MACAM PUPUK FOSFAT DOSIS RENDAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) VARIETAS SINGA, PELANDUK, DAN GAJAH

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur patogen Fusarium sp.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulagris L.) E- JURNAL FATMA RIZA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada lahan alang-alang di Kelurahan Segalamider,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

BAHAN. bulan Juli diremajakan. pertumbuhan. Gambar 4

BAB 5 PENEKANAN PENYAKIT IN PLANTA

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Tabel 1 Persentase penghambatan koloni dan filtrat isolat Streptomyces terhadap pertumbuhan S. rolfsii Isolat Streptomyces spp.

III. BAHAN DAN METODE

PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR PELEPAH DAUN (Rhizoctonia solani) MENGGUNAKAN BEBERAPA AGENSIA HAYATI GOLONGAN CENDAWAN PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

Jurnal Cendekia Vol 12 No 2 Mei 2014 ISSN

PENDAHULUAN. Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang

III. BAHAN DAN METODE

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT BUSUK HATI (Phytophthora sp.) PADA TANAMAN NANAS (Ananas comosus) ABSTRACT

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 13, No. 2, Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki pasar global, persyaratan produk-produk pertanian ramah

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

Transkripsi:

ISSN 1410-1939 PENGUJIAN DOSIS KOMPOS Trichoderma UNTUK PENGENDALIAN JAMUR PATOGEN TULAR TANAH PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogea L.) [EXAMINATION OF COMPOST Trichoderma DOSE TO CONTROL OF SOILBORNE FUNGAL PATHOGENS ON PEANUT (Arachis Hypogea L.)] Husda Marwan 1 Abstract The aim of this research was to know influence Trichoderma compost dose to disease development caused by soilborne fungal pathogens, to know optimal Trichoderma compost dose to control of soilborne fungal pathogens and increase product peanut crop. The experiment was conducted on experimental station in Mendalo Darat (Muaro Jambi) from April 2004 until October 2004 using Completely Randomized Design (RAL) with some Trichoderma compost dose as treatment levels. Those were: D 0 = Without Trichoderma compost ( control), D 1 = 10 ton/ha, D2 = 20 ton/ha, D3 = 30 ton/ha, D4 = 40 ton/ha. The result indicated that 30-40 ton/ha Trichoderma compost could depress intensity and disease development caused by soilborne fungal pathogens and increase product peanut crop. Kata kunci: kompos Trichoderma, jamur patogen tular tanah PENDAHULUAN Kacang tanah (Arachis hypogea L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak digemari oleh masyarakat, baik dikonsumsi langsung maupun diolah menjadi bentuk makanan lainnya. Tanaman ini banyak mengandung senyawa-senyawa yang dibutuhkan tubuh manusia seperti protein (25-30%), minyak (40-50%), karbohidrat (12%), mineral (2,7%), kalsium, fosfor, dan zat besi (Kanisius, 1994). Menurut Sumarno (1994), produksi kacang tanah di Indonesia masih rendah yaitu 0,7 1,5 ton/ha polong kering. Produksi ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan produksi optimal kacang tanah yaitu 1,8 ton/ha polong kering. Salah satu hambatan dalam meningkatkan produksi kacang tanah di Indonesia adalah gangguan penyakit tanaman. Penyakit penting pada kacang tanah diantaranya adalah penyakit yang disebabkan oleh patogen tular tanah seperti Sclerotium rolfsii, Rhizoctonia solani, Fusarium sp, dan lain-lain (Agrios, 1988). Pengendalian terhadap jamur patogen tular tanah ini sulit dilakukan karena jamur ini hidup sebagai saprofit didalam tanah dan dapat hidup dengan baik pada berbagai bahan organik serta dapat bertahan hidup dalam periode yang panjang dalam tanah (Punja, 1989). Sampai saat ini, kebanyakan petani lebih cenderung menggunakan pestisida dalam menanggulangi berbagai penyakit tanaman. Penggunaan pestisida ini menimbulkan permasalahan baru yang merugikan, baik terhadap manusia, hewan ternak, lingkungan maupun terhadap tanaman itu sendiri. Penggunaan pestisida juga menyebabkan peningkat biaya produksi karena harganya yang sangat mahal (Sinaga, 1989). Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh penggunaan pestisida, maka pengendalian penyakit tanaman dilakukan dengan pendekatan Pengendalian Secara Terpadu (PHT) dengan memprioritaskan pengendalian hayati, penggunaan varietas tahan, kultur teknis, dan pemupukan berimbang yang didasarkan pada prinsip ekologis dan ekonomis (Djafaruddin, 1994). Pengendalian hayati menggunakan musuh alami yang bersifat antagonis merupakan alternatif 1 Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361 53

Jurnal Agronomi 8(1): 53-57 pengendalian yang cukup aman dan ekonomis. Metode pengendalian ini sangat efektif karena dapat membatasi perkembangan patogen dalam waktu yang relatif lama (Baker dan Cook, 1974). Kendala dalam mengintroduksi jamur antagonis kedalam tanah adalah ketidakmampuan jamur tersebut beradaptasi pada ekosistem yang baru. Hal ini menyebabkan berkurangnya kemampuan jamur antagonis tersebut berkompetisi dengan patogen yang ada didalam tanah. Menurut Nurbailis (1992), kompos dapat digunakan sebagai media aktivasi pertumbuhan jamur antagonis sebelum diintroduksi ke dalam tanah. Kompos dalam kaitannya dengan kesuburan tanah mampu menyediakan unsur hara makro seperti nitrogen, fosfor, kalium, dan unsur hara mikro serta mampu memperbaiki kondisi fisik tanah. Trichoderma sp. merupakan salah satu agen pengendali hayati yang efektif untuk mengendalikan berbagai patogen tular tanah (Wells, 1986). Jamur ini juga mampu berfungsi sebagai mikroorganisme pelapuk yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembuatan kompos. Hal inilah yang mendorong banyaknya pengembangan teknik-teknik penggunaan jamur Trichoderma sp. dalam upaya pengendalian penyakit tanaman. Bertitik tolak dari permasalahan diatas, penulis telah melakukan penelitian untuk menguji beberapa dosis kompos Trichoderma untuk mengendalikan patogen tular tanah pada tanaman kacang tanah (Arachis hypogea L.). Penelitian ini bertujuan untuk: (a). Mengamati pengaruh penggunaan kompos Trichoderma terhadap patogen tular tanah pada tanaman kacang tanah, (b). Mengetahui dosis kompos Trichoderma yang optimal untuk mengendalikan jamur patogen tular tanah dan meningkatkan produksi tanaman kacang tanah. BAHAN DAN METODA Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi pada bulan April - Oktober 2004. Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah: Media Potato Dektrose Agar, alkohol, alumunium foil, kapas, akuades steril, kompos, tanah terinfeksi, pupuk NPK, polybag, plastik hitam, plastik tahan panas, benih kacang tanah. Alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah: outoklaf, entkash, inkubator, cawan petri, jarum ose, lampu bunsen, hand sprayer, cangkul, alat tulis, dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri atas satuan-satuan percobaan dengan masing-masing 3 polibag. Penempatan masing-masing polibag dilakukan secara acak, perlakuan terdiri dari beberapa dosis kompos Trichoderma, yaitu: D 0 = anpa kompos Trichoderma (kontrol) D 1 = 10 ton kompos Trichoderma/Ha (21 g/5 kg D 2 = 20 ton kompos Trichoderma/Ha (42 g/5 kg D 3 = 30 ton kompos Trichoderma/Ha (63 g/5 kg D 4 = 40 ton kompos Trichoderma/Ha (84 g/5 kg Pelaksanaan percobaan Tanah yang digunakan sebagai media tanam berasal dari tanah bekas penanaman kacang tanah yang terserang jamur patogen tular tanah. Tanah dimasukkan kedalam polibag berdiameter 30 cm masing-masing 5 kg perpolibag. Tanah diinkubasi selama 7 hari sebelum dilakukan aplikasi kompos Trichoderma. Kompos Trichoderma dibuat dengan mencampurkan 0,5 kg biakan Trichoderma yang dilarutkan dalam 5 liter air kedalam 50 kg kompos yang telah matang. Campuran ini diinkubasi selama 2 minggu untuk kolonisasi jamur Trichoderma di dalam kompos dan diletakkan pada tempat yang sejuk dan tidak terkena cahaya matahari secara langsung. Pengamatan dilakukan setiap hari setelah penanaman. Gejala serangan pertama ditandai dengan munculnya bercak berwarna coklat pada pangkal batang dekat dengan permukaan tanah. Intensitas serangan penyakit diamati setiap minggu semenjak munculnya gejala pertama penyakit sampai tanaman mati. Intensitas serangan dihitung berdasarkan rumus Mc. Kinney (Nurbailis, 1992): I = Σ (n i x v i ) x 100% N x V dimana: I = Intensitas serangan n i = Jumlah tanaman yang terserang pada setiap kategori serangan v i = Nilai numerik dari masing-masing kategori serangan N = Jumlah seluruh tanaman yang diamati V = Kategori serangan dengan nilai numeric tertinggi 54

Husda Marwan : Pengujian Dosis Kompos Penetapan nilai numerik atau skala penyerangan berdasarkan penelitian Nurbailis (1992). Tabel 1. Skala numerik serangan patogen tular Skala numerik 0 1 2 3 Deskripsi gejala penyakit Tidak ada serangan penyakit Serangan ringan, bercak pangkal ba-tang, tidak layu Serangan berat, bercak dan layu, sebagian tanaman masih tumbuh Serangan sangat berat, layu keselu-ruhan, tanaman rebah. Variabel hasil dan komponen hasil yang diamati adalah jumlah polong berisi, persentase polong berisi. Data pengamatan dianalisis secara sidik ragam dengan uji lanjut Duncan s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari Tabel 2 tersebut terlihat bahwa pemberian kompos Trichoderma dapat menghambat proses infeksi penyakit oleh jamur patogen tular. Masa inkubasi penyakit atau masa timbulnya gejala penyakit pada perlakuan tanpa kompos Trichoderma (D 0 /kontrol) yaitu 6,4 hari setelah tanam (hst), kemudian berturut-turut diikuti oleh perlakuan dosis 10 ton kompos Trichoderma/Ha (D 1 ) selama 13,8 hst, dosis 20 ton kompos Trichoderma/Ha (D 2 ) selama 25,4 hst, sedangkan dosis 30 ton kompos Trichoderma/Ha (D 3 ) dan 40 ton kompos Trichoderma/Ha (D4) tidak menunjukkan adanya gejala penyakit sampai akhir pengamatan (panen). Hasil analisis ragam terhadap pengamatan intensitas serangan penyakit yang disebab oleh jamur patogen tular tanah pada kacang tanah menunjukkan, bahwa dosis kompos Trichoderma berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan penyakit. Hasil uji jarak berganda Duncan (DNMRT) pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Intensitas serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur patogen tular Hasil analisis ragam terhadap pengamatan masa inkubasi penyakit yang disebab oleh jamur patogen tular tanah pada kacang tanah menunjukkan, bahwa dosis kompos Trichoderma berpengaruh nyata terhadap masa inkubasi penyakit. Hasil uji jarak berganda Duncan (DNMRT) pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Masa inkubasi penyakit yang disebabkan oleh jamur patogen tular Perlakuan 30 ton kompos Trichoderma/Ha (D 3 ) 40 ton kompos Trichoderma/Ha (D 4 ) MIP (HST) 6,4 a 13,8 b 25,4 c 100 d* 100 d* Ket: Angka-angka pada lajur yang sama diikuti * = Gejala penyakit tidak muncul sampai akhir pengamatan. MIP = Masa Inkubasi Penyakit 30 ton kompos Trichoderma/Ha (D 3 ) 40 ton kompos Trichoderma/Ha (D 4 ) Intensitas Serangan Penyakit (%) 100,0 a 66,7 b 60,0 c 0,0 d 0,0 d Dari Tabel 3 tersebut terlihat bahwa pemberian kompos Trichoderma dapat menekan intensitas serangan penyakit oleh jamur patogen tular. Intensitas serangan penyakit tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan tanpa kompos Trichoderma (D 0 /kontrol) yaitu 100%, kemudian berturut-turut diikuti oleh perlakuan dosis 10 ton kompos Trichoderma/Ha (D 1 ) yaitu 66,7%, dosis 20 ton kompos Trichoderma/Ha (D 2 ) yaitu 60,0%, sedangkan dosis 30 ton kompos Trichoderma/Ha (D 3 ) dan 40 ton kompos Trichoderma/Ha (D4) tidak menunjukkan adanya intensitas serangan penyakit karena tidak ada tanaman yang terserang penyakit sampai akhir pengamatan (panen). 55

Jurnal Agronomi 8(1): 53-57 Hasil analisis ragam terhadap jumlah polong kacang tanah per rumpun menunjukkan, bahwa dosis kompos Trichoderma berpengaruh nyata terhadap jumlah polong kacang tanah per rumpun. Hasil uji jarak berganda Duncan (DNMRT) pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah polong tanaman kacang tanah per rumpun 40 ton kompos Trichoderma/Ha (D 3 ) 30 ton kompos Trichoderma/Ha (D 4 ) Jumlah polong per rumpun 0,0 a 18,2 b 23,1 c 32,7 d 33,3 d Dari Tabel 4 tersebut terlihat bahwa pemberian kompos Trichoderma dapat meningkatkan jumlah polong tanaman kacang tanah per rumpun. Jumlah polong per rumpun tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dosis 30 ton kompos Trichoderma/Ha (D 3 ) yaitu 33,3 polong per rumpun, 40 ton kompos Trichoderma/Ha (D4) yaitu 32,7 polong per rumpun, 20 ton kompos Trichoderma/Ha (D 2 ) yaitu 23,1 polong per rumpun, yaitu 18,2 polong per rumpun, sedangkan perlakuan tanpa kompos Trichoderma (D 0 /kontrol) menunjukkan bahwa tanaman tidak memproduksi polong karena semua tanaman yang ada terserang berat dan tanaman mati. Hasil analisis ragam terhadap persentase polong berisi menunjukkan, bahwa dosis kompos Trichoderma berpengaruh nyata terhadap jumlah polong berisi kacang tanah per rumpun. Hasil uji jarak berganda Duncan (DNMRT) pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 5. Dari Tabel 5 terlihat bahwa pemberian kompos Trichoderma dapat meningkatkan persentase polong berisi tanaman kacang tanah per rumpun. Persentase polong berisi per rumpun tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dosis 40 ton kompos Trichoderma/Ha (D4) yaitu 76,4% polong berisi per rumpun, 30 ton kompos Trichoderma/Ha (D3) yaitu 75,1 polong berisi per rumpun, 20 ton kompos Trichoderma/Ha (D 2 ) yaitu 55,6 polong berisi per rumpun, 10 ton kompos Trichoderma/Ha (D 1 ) yaitu 34,2 polong berisi per rumpun, sedangkan perlakuan tanpa kompos Trichoderma (D 0 /kontrol) menunjukkan tidak adanya polong berisi karena tanaman tidak menghasilkan polong (berproduksi). Tabel 5. Persentase polong berisi tanaman kacang tanah per rumpun 40 ton kompos Trichoderma/Ha (D 3 ) 30 ton kompos Trichoderma/Ha (D 4 ) Persentase polong berisi (%) 0,0 a 34,2 b 55,6 c 75,1 d 76,4 d Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa perlakuan dosis kompos Trichoderma pada tanaman kacang tanah dapat menekan masa inkubasi penyakit atau masa munculnya gejala pertama penyakit dan intensitas serangan, serta meningkat jumlah polong kacang tanah per rumpun, dan persentase polong berisi per rumpun. Pada pengamatan terhadap masa inkubasi penyakit menunjukkan bahwa pada tanah yang diperlakukan dengan dosis kompos Trichoderma sebanyak 10 dan 20 ton per Ha masih terlihat adanya serangan penyakit dengan masa inkubasi 13,8 dan 25,4 hari setelah tanam (hst), sedangkan perlakuan dengan dosis kompos Trichoderma sebanyak 30 dan 40 ton per Ha menunjukkan tidak adanya serangan penyakit. Hal ini diduga karena pada dosis kompos Trichoderma sebanyak 10 dan 20 ton per Ha, populasi jamur Trichoderma yang terdapat dalam kompos belum mampu secara sempurna mengantagonis jamur patogen tular tanah sehingga beberapa populasi patogen tular tanah masih mampu melakukan proses infeksi dan menyerang tanaman kacang tanah. Menurut Hoitink dan Fahy (1986), jumlah populasi awal dari suatu jamur antagonis merupakan faktor penting yang berperan dalam menentukan kemampuan antogonis terhadap jamur patogen. Perlakuan dosis kompos Trichoderma berpengaruh terhadap intensitas serangan penyakit. Pada tanaman yang diperlakukan dengan kompos Trichoderma yang telah menunjukkan gejala awal serangan penyakit (dosis 10 dan 20 ton per Ha), gejala penyakit tidak menunjukkan adanya perkembangan dimana intensitas serangan umumnya berada pada skala 1 dimana tanaman masih dapat 56

Husda Marwan : Pengujian Dosis Kompos tumbuh dengan baik kembali. Hal ini dapat disebabkan karena semakin meningkatnya populasi jamur Trichoderma yang ada dalam tanah seiring dengan pertumbuhan tanaman kacang tanah sehingga dapat membunuh jamur patogen melalui proses antibiosis dan parasitisme. Menurut Well (1986) Trichoderma menghasilkan antibiotik yaitu Trichodermin, demadin dan viridin. Aktifitas alamiah antibiotik ini terbagi atas 2 tipe yaitu fungistatik yang menghalangi atau menghambat perkembangan populasi jamur, serta fungisional yang dapat membunuh jamur. Jamur Trichoderma dapat membunuh patogen dengan melisis sel hifa cendawan patogen menggunakan enzin 1,3 β glacanase di mana enzim tersebut dapat melarutkan dinding sel patogen. Trichoderma juga dapat memarasit miselium jamur patogen dengan cara menembus dinding sel patogen untuk mengambil makanan sehingga jamur patogen mati (Barnett, 1999). Selain berpengaruh terhadap pengendalian penyakit tanaman kacang tanah yang disebabkan jamur patogen tular tanah, perlakuan kompos Trichoderma juga memperlihatkan pengaruh terhadap produksi tanaman kacang tanah. Hasil pengamatan terhadap jumlah polong per rumpun dan persentase polong berisi menunjukkan bahwa peningkatan dosis kompos Trichoderma 30 sampai 40 ton per Ha dapat meningkatkan jumlah polong menjadi 32,7 dan 33,3 polong per rumpun, sedangkan persentase polong berisi meningkat menjadi 75,1% dan 76,4% polong per rumpun. Hal ini disebabkan karena kompos mempunyai sumber bahan organik yang sangat berguna untuk memperbaiki kesuburan tanah. Pemberian kompos pada tanah dapat merangsang pertumbuhan mikrorganisme yang telah berada dalam tanah. Mikroorganisme ini dapat memproduksi senyawa-senyawa yang berpengaruh terhadap kesuburan tanah (Mala, 1994). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dosis kompos Trichoderma sebanyak 30-40 ton per Ha dapat mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh jamur patogen tular tanah dan meningkatkan produksi tanaman kacang tanah. Saran Disarankan untuk menguji dosis ini terhadap patogen lain yang menyerang tanaman kacang tanah seperti bakteri dan nematoda. Disamping itu, dosis ini juga bias diuji dengan tanaman yang lain. DAFTAR PUSTAKA Agrios, G. N. 1988. Plant pathology. Third edition. Academic Press. New York. 803 p. Baker, K. F. dan R. J. Cook. 1974. Biological control of plant pathogens. W. H. Freeman and company. San Fransisco. 433 p. Barnett. 1999. Imperfect fungi. Departement of Plant Pathology, Bacteriology and Entomology. West Virginia University. Djafaruddin. 1994. Prospek pengendalian patogen penyebab penyakit tanaman secara hayati suatu harapan atau kenyataan. Makalah pada seminar regional PFI Wilayah Sumatera tanggal 17 Desember 1994. Hoitink, H.A.J. dan P.C. Fahy. 1986. Basis for the control of soil borne plant pathogens with compost. Ann. Rev. Phytopathology 24: 93-144. Kanisius. 1994. Kacang tanah. Aksi Agraris Kanisius. Jogjakarta. 77 hal. Mala, Y. 1994. Seleksi dan penggunaan galur Trichoderma untuk meningkatkan pengomposan jerami padi. Thesis Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 84 hal. Nurbailis. 1992. Pengendalian hayati Sclerotium rolfsii penyebab penyakit busuh pangkal batang kacang tanah (Arachis hypogea L.) dengan kompos dan cendawan antagonis.. Thesis Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 58 hal. Punja, Z. K. 1989. Influence of nitrogenand calcium compound on development of disease with micro an macro element. The American Phytopathologycal Society. Minnesota. Pp. 75 89. Sinaga, M. S. 1989. Potensi Gliocladium sp. sebagai pengendali hayati beberapa cendawan patogenik tumbuhan yang bersifat tular tanah. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan IPB. Bogor. 75 hal. Sumarno. 1991. Teknik budidaya kacang tanah. Sinar Baru. Bandung. 79 hal. Wells, H. D. 1986. Trichoderma a biocontrol agent. In: K. F. Mukeraji dan K. L. Grag (Eds) Biocontrol of plant disease. Vol. CRC Press Inc Boca. Raton Florida. Pp. 72 83. 57