PERBANDINGAN NILAI STABILITAS PENGGUNAAN FILLER SERBUK KULIT KERANG DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN BETON ASPAL

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

NASKAH SEMINAR INTISARI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

PENGARUH PENAMBAHAN KARET SOL PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT (204M)

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

BAB III LANDASAN TEORI

BATU BARA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK PADA CAMPURAN ASPAL PANAS

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARETMESH #80 PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

DAFTAR PUSTAKA. Departemen Pekerjaan Umum Spesifikasi Umum Divisi VI. Jakarta.

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

BAB III LANDASAN TEORI

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

STUDI PENGARUH WAKTU CURING TERHADAP PARAMETER MARSHALL CAMPURAN AC - WC FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

Studi Alternatif Campuran Aspal Beton AC WC dengan Menggunaan Pasir Seruyan Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

PENGGUNAAN ABU BATU KAPUR DESA BUHUT JAYA KABUPATEN KAPUAS SEBAGAI TAMBAHAN FILLER

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS -WC

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA (LANJUTAN STUDI SEBELUMNYA)

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

KAJIAN EKSPERIMENTAL CAMPURAN HRS-WC DENGAN ASPAL MINYAK DAN PENAMBAHAN ADITIF LATEKS SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

OPTIMASI KADAR ASPAL BETON AC 60/70 TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PADA LALU LINTAS BERAT MENGGUNAKAN MATERIAL LOKAL BANTAK PROYEK AKHIR

PENGGUNAAN LIMBAH HANCURAN GENTENG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT

JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 1

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU ABSTRACT

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PERENDAMAN BERKALA PRODUK MINYAK BUMI TERHADAP DURABILITAS CAMPURAN BETON ASPAL

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

BAB I PENDAHULUAN. disektor ekonomi, sosial budaya, politik, industri, pertahanan dan keamanan.

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

Transkripsi:

PERBANDINGAN NILAI STABILITAS PENGGUNAAN FILLER SERBUK KULIT KERANG DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN BETON ASPAL Rizki Cahyadi 1), Rika Sylviana 2), Elma Yulius 3), 1,2,3), Teknik Sipil, Universitas Islam 45 Bekasi Jalan Cut Meutia No. 83 Bekasi 17113Telp. (021)88344436 Abstrak Kajian ini merupakan eksperimen untuk mencari alternatif pengganti filler material abu batu sebagai campuran beton aspal yang sesuai dengan teknis yang sudah mulai sulit didapat karena kurang tersediannya material abu batu (material konvensional) yang ada dipasaran khususnya di daerah pesisir pantai. Dalam hal ini memanfaatkan serbuk kulit kerang dara (Anadara granosa) sebagai material filler pengganti/alternatif untuk campuran beton aspal. Oleh karena itu diharapkan material dimaksud dapat mengganti maupun meningkatkan nilai stabilitas pada suatu campuran beton aspal. Metode penelitian ini melakukan uji material di laboratorium dengan variasi filler serbuk kulit kerang (4%, 6% dan 8%). Setelah dilakukan pengujian terhadap material rancangan campuran kadar aspal optimum didapat sebesar 5,5%. Kemudian dilakukan uji Marshall untuk mendapatkan nilai stabilitas campuran. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan filler 4% memiliki nilai stabilitas 1313,79 kg (serbuk kulit kerang), dan 1522,30 kg (batu abu). Untuk penggunaan filler serbuk kulit kerang 6% dan 8% mempunyai nilai stabilitas sebesar 1616,21 kg dan 1688,56 kg. Dengan demikian nilai stabilitas penggunaan filler serbuk kulit kerang secara teknis dapat dipertimbangkan untuk diterapkan pada lapisan permukaan jalan sebagai bahan material filler pengganti/alternatif. Kata kunci : serbuk kulit kerang, abu batu, campuran beton aspal 1. Pendahuluan Perkembangan suatu daerah sangat tergantung dari tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai dan dapat mendukung perkembangan dari daerah tersebut yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah tersebut dengan meningkatkan mutu jalan sebagai sarana penghubung suatu daerah ke daerah lainnya. Dalam perencanaan pembuatan jalan harus benar-benar diperhitungkan agar didapat hasil yang optimal sesuai yang diharapkan. Ada tiga hal dalam perencanaan jalan yaitu biaya, kualitas dan kuantitas yang harus dipertimbangkan dan diperhitungkan guna mendapatkan 1

alternatif pemilihan perkerasan jalan beraspal yang cocok dan sesuai dengan ketiga faktor tersebut. Dewasa ini sedang berkembang penggunaan berbagai macam additive (bahan tambah) dan modifier (bahan pengganti) untuk meningkatkan mutu beton yang akan dipergunakan pada konstruksi jalan, mulai dari berbagai jenis kapur, fiber serta bermacam-macam polimer. Hal ini seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan jalan yang bermutu tinggi dan sekaligus ekonomis. Pada perencanaan jalan yang saat ini dilakukan, penggunaan material perkerasan sesuai dengan yang ditentukan mulai agak sulit didapatkan. Hal ini terjadi karena banyaknya ruas jalan yang perlu ditingkatkan serta kurang tersedianya material yang ada di pasaran seperti abu batu (sebagai filler) yang hanya tersedia pada stone crusher dalam jumlah sangat terbatas serta pasir kali dengan permukaan kasar dan tidak porus. Bahanfiller yang biasa digunakan untuk campuran aspal panas berupa semen, kapur dan abu batu. Dalam usaha menambah bahan filler yang dapat digunakan sebagai bahan pencampur pembuatan campuran aspal panas dicoba menggunakan kulit kerang yang telah dihaluskan dengan harapan bisa memanfaatkan limbah kerang yang banyak didapat di daerah-daerah pantai. Percobaan ini dilakukan dengan suatu harapan daya rekat penggunaan filler kulit kerang akan melebihi daya rekat menggunakan filler abu batu. Bahandasar untuk campuran aspal panas ini terdiri dari bahan agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal. Pada pelaksanaan di lapangan pencampuran bahan-bahan dijadikan campuran aspal panas menggunakan alat Asphalt Mixing Plant (AMP), tetapi pada penelitian di laboratorium, pencampuran bahan-bahan pembuat aspal panas menggunakan alat pencampur (mixer), dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan untuk mendapatkan campuran aspal panas yang akan digunakan sebagai bahan uji. Dalam hal ini campuran aspal panas sebagai benda uji akan diteliti mengenai kerekatan antara campuran aspal panas menggunakan bahan pengisi (filler) kulit kerang dan campuran aspal panas menggunakan bahan pengisi (filler) abu batu. Perbandingan kedua jenis aspal campuran ini penggunaan material telah direncanakan pada kondisi yang sama. Permasalahan di atas menjadikan ketertarikan untuk melakukan penelitian tentang perencanaan campuran aspal yang menggunakan material alternatif berupa serbuk kulit kerang yang nantinya akan diuji sebagai bahan pengganti atau campuran material filler yang banyak terdapat di daerah pantai yang belum dimanfaatkan secara optimal. Tujuan dari penelitian ini antara lain ialah: 2

1. Untuk mengetahui nilai stabilitas suatu campuran beton aspal dengan menggunakan material filler abu batu juga filler serbuk kulit kerang. 2. Membandingkan pengaruh pemakaian material filler abu batu dengan filler serbuk kulit kerang berdasarkan nilai stabilitasnya. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah: 1. Dapat memberikan solusi alternatif pemilihan penggunaan filler dalam suatu konstruksi perkerasan lentur. 2. Dapat menambah khasanah pengetahuan khususnya tentang kulit kerang pada perkerasan lentur. Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah: 1. Bagaimana tahapan cara untuk mengetahui nilai stabilitas suatu campuran beton aspal masing-masing dengan menggunakan material filler abu batu dan serbuk kulit kerang? 2. Apakah ada perbedaan nilai stabilitas antara material bahan pengisi (filler) dengan menggunakan abu batu dan filler dengan menggunakan serbuk kulit kerang dara pada beton aspal, dan manakah yang lebih tinggi nilai stabilitas beton aspal tersebut yaitu antara kedua material bahan pengisi (filler) itu? Mengingat keterbatasan waktu yang dimiliki dan luasnya permasalahan, maka penulis membatasi masalah pada: 1. Mencari besaran kekuatan nilai stabilitas pada campuran beton aspal dengan menggunakan filler serbuk kulit kerang dan abu batu dengan melakukan pengujian standar seperti: a. Pengujian fisik agregat b. Pengujian aspal c. Mix Design d. Pengujian stabilitas campuran dengan alat Marshall 2. Kajian ini tidak sampai melakukan analisa anggaran biaya dalam aplikasi di lapangan. 3. Kulit kerang yang digunakan dalam kajian penelitian ini adalah jenis kerang dara (Anadara granosa). 4. Variasi kadar material filler pada campuran yang digunakan dalam kajian ini yaitu: a. Filler Abu Batu 4%. b. Filler Serbuk Kulit Kerang 4%, 6% dan 8%. 2. Metode penelitian Metode penelitian yang dilakukan antara lain: 1. Pengujian fisik terhadap aspal diantaranya berat jenis aspal, daktilitas/kemuluran bitumen, softening point (titik lembek) bitumen metode cincin bola, penetrasi/kekerasan bitumen dan cleveland flash point/titik nyala. 3

2. Pengujian fisik agregat yang dilaksanakan adalah berat jenis dan penyerapan agregat kasar, keausan agregat kasar dengan mesin Los Angeles, analisa agregat kasar, berat jenis dan penyerapan agregat halus, analisa saringan agregat halus, berat jenis dan penyerapan filler serta analisa saringan filler. 3. Perencanaan campuran aspal panas/mix design. 4. Pengujian benda uji dengan prosedur pengujian menggunakan metode alat Marshall. 5. Analisa dilakukan terhadap sifat-sifat Marshall yaitu: stabilitas, Void in Mineral Agregate (VMA), Void Filled wth Bitumen (VFB), Void in Mix (VIM) dan Flow/kelelehan campuran. 6. Evaluasi. 3. Hasil dan pembahasan Hasil pengujian terhadap material yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi yang telah disyaratkan terlampir dalam beberapa tabel antara lain sebagai berikut: Jenis Pengujian Hasil Tabel 1. Hasil Pengujian Fisik Aspal Persyaratan/ Spesifikasi Satuan Spesifikasi 1. Berat jenis 1,0305 Min 1 gr/cm 2. Penetrasi 84,75 Min.80; Maks 99 mm 3. Titik lembek 46,5 Min 46; Maks 54 ºC 4. Daktilitas 128,4 Min 100 cm 5. Titik nyala 344 Min. 225 ºC Tabel 2. Hasil Pengujian Fisik Agregat dan Filler Jenis Pengujian Hasil Persyaratan /Spesifikasi Satua n 1. Pengujian berat jenis agregat kasar 2,715 >2,55 gr/cc 2. Pengujian penyerapan agregat kasar 2,98 <5 % 3. Pengujian keausan agregat kasar 16,91 <40 % 4. Pengujian berat jenis agregat halus 2,688 >2,55 gr/cc 5. Pengujian penyerapan agregat halus 6. Pengujian berat jenis Filler (abu batu) 7. Pengujian berat jenis Filler (serbuk kulit kerang) 4,698 <5 % 2,717 >2,55 gr/cc 2,815 >2,55 gr/cc Spesifikasi 4

Adapun komposisi campuran beton aspal untuk agregat kasar (split) 54%, agregat halus (pasir) 42%, filler 4% dan kadar aspal (optimum) sebanyak 5,53%. Berikut merupakan hasil pengujian dari sifat-sifat campuran beton aspal: 1. Prosentase rongga diantara butir agregat dalam campuran/vma (Voids in Mineral Agregates). Gambar 1. Grafik Hasil Rata-Rata Pengujian Prosentase Rongga Diantara Butir Agregat Dalam Campuran (VMA) 16.55 16.50 16.45 16.40 16.35 16.30 16.53 16.40 16.36 4% 6% 8% Prosentase rongga diantara butir agregat dalam campuran yang didapat dari hasil rata-rata pengujian menunjukkan penggunaan filler 4% sebesar 16,53%, menggunakan filler 6% sebesar 16,40%, dan menggunakan filler 8% sebesar 16,36%. Ketiga campuran yang dilakukan pengujian, hasil prosentase rongga diantara butir agregat dalam campurannya memenuhi yang telah ditentukan (Direktorat Jendral Bina Marga) yaitu minimal 14%. 2. Prosentase rongga terisi aspal/vfb (Voids Filled with Bitumen). 74.50 74.00 73.50 73.00 72.50 72.00 73.799 74.104 72.951 4% 6% 8% Gambar 2.Grafik Hasil Rata-Rata Prosentase Rongga Terisi Aspal (VFB) Hasil pengujian stabilitas Marshall rata-rata untuk prosentase rongga terisi aspal menggunakan filler kulit kerang 4% sebesar 5

72,951%, menggunakan filler 6% sebesar 73,799% dan menggunakan filler 8% sebesar 74,104%. Ketiga campuran yang dilakukan pengujian hasil prosentase rongga terisi aspalnya memenuhi yang telah ditentukan (Direktorat Jendral Bina Marga) yaitu minimal 63%. Suatu campuran aspal jika mempunyai prosentase rongga terisi aspal yang besar dari maka campuran aspal tersebut akan semakin elastis dan nyaman saat dilalui oleh kendaraan dan sebaliknya jika campuran aspal mempunyai prosentase rongga tersisi aspal yang kecil dari maka campuran aspal tersebut akan semakin padat dan kurang nyaman untuk dilalui oleh kendaraan. 3. Prosentase rongga di antara agregat yang diselimuti aspal/vim (Voids In Mix). 4.100 4.000 3.900 3.800 3.700 4.058 3.893 3.838 4% 6% 8% Gambar 3. Grafik Hasil Rata-Rata Prosentase Rongga Diantara Agregat yang Diselimuti Aspal (VIM) Dari hasil rata-rata pengujian Marshall didapat prosentase rongga diantara agregat yang diselimuti aspal menunjukkan, penggunaan filler 4% lebih besar daripada penggunaan filler 6% dan 8%. Dari hasil rata-rata pengujian didapat prosentase rongga dalam campuran menggunakan filler 4% sebesar 4,058, filler 6% sebesar 3,893 dan filler 8% sebesar 3,838. Ketiga campuran menggunakan fillerkulit kerang yang dilakukan, hasil prosentase rongga dalam campurannya memenuhi persyaratan yang telah ditentukan (Direktorat Jendral Bina Marga) yaitu minimal 3,5% dan maksimal 5,5%. Besar kecilnya prosentase rongga dalam suatu campuran aspal akan mempengaruhi kepadatan campuran tersebut. Jika prosentase rongga dalam campuran lebih kecil daripada, akan menyebabkan keretakan, tetapi jika rongga dalam campuran lebih besar dari, nilai dari stabilitas aspal akan berkurang. 6

4. Hasil nilai stabilitas Marshall menggunakan fillerkulit kerang 4%. 1400 1360 1320 1280 1240 1358.61 1283.59 1299.18 I II III Gambar 4.Grafik Hasil Stabilitas Marshall Menggunakan Filler Kulit Kerang 4% Pada fillerkulit kerang 4% didapat nilai stabilitas Marshall benda uji 1 sebesar 1358,61 kg, benda uji 2 sebesar 1283,59 kg dan benda uji 3 sebesar 1299,18 kg. 5. Hasil nilai stabilitas Marshall menggunakan fillerkulit kerang 6%. 1640 1620 1600 1580 1560 1540 1583.65 1635.33 1629.66 I II III Gambar5.Grafik Hasil Stabilitas MarshallMenggunakan Filler Kulit Kerang 6% Dari hasil stabilitas Marshall menggunakan fillerkulit kerang 6% didapatkan pada benda uji 1 yaitu 1583,65 kg, benda uji 2 sebesar 1635,33 kg dan benda uji 3 sebesar 1629,66 kg. 6. Hasil nilai stabilitas Marshall menggunakan fillerkulit kerang 8%. 1800 1750 1700 1650 1600 1550 1750.35 1681.67 1633.66 I II III Gambar 6.Grafik Hasil Stabilitas Marshall Menggunakan Filler Kulit Kerang 8% Dari hasil stabilitas Marshall menggunakan fillerkulit kerang 8% didapatkan hasil pada benda uji 1 yaitu 1633,66 kg, benda uji 2 sebesar 1681,67 kg dan bendauji 3 sebesar 1750,35 kg. 7

7. Hasil pengujiannilai stabilitas Marshall rata-rata menggunakan filler kulit kerang (menggunakan filler 4%, 6% dan 8%). 1900 1700 1500 1300 1100 1616.21 1688.56 1313.79 4% 6% 8% Gambar 7.GrafikHasil Stabilitas Marshall Rata-RataMenggunakan FillerKulit Kerang 4%, 6% dan 8% Hasil pengujian stabilitas Marshall rata-rata menggunakan fillerkulit kerang 4% sebesar 1313,79 kg, filler 6% sebesar 1616,21 kg dan filler 8% sebesar 1688,56 kg. Ketiga campuran ini hasil stabilitas Marshallnya memenuhi yang telah ditetapkan (SNI 06-2484-1991) untuk digunakan pada jalan lalu lintas tinggi yaitu minimal 800 kg. Dari hasil pengujian stabilitas Marshall didapatkan hasil bahwa penggunaan fillerkulit kerang sebesar 8%, nilai stabilitas Marshallnya lebih besar daripada penggunaan filler 4% dan 6%. 8. Nilai kelelahan campuran (flow) 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 3.93 3.67 3.23 4% 6% 8% Gambar 8. Grafik Nilai Kelelahan Campuran Dari Gambar 4.10 di atas didapatkan hasil bahwa penggunaan filler 4% pada campuran mempunyai kelelahan sebesar 3,93 mm, filler 6% sebesar 3,67 mm, filler 8% sebesar 3,23 mm. Ketiga proporsi campuran yang dilakukan, hasil stabilitas Marshall nya untuk kelelahan memenuhi yang ditetapkan (Direktorat Jendral Bina Marga) yaitu minimal 3 mm. Perbandingan hasil penelitian pemanfaatan kerang laut untuk campuran aspal panas dengan dapat dilihat dalam Tabel berikut. 8

Tabel 3. Perbandingan Hasil Pengujian Stabilitas Sifat Campuran Menggunakan Filler Kulit Kerang danabu Batu dengan Spesifikasi Sifat-Sifat Campuran Jumlah tumbukan per bidang Prosentase rongga di antara butir agregat (VMA) (%) Prosentase rongga terisi aspal (VFB) (%) Prosentase rongga di antara agregat yang di selimuti aspal (VIM) (%) Stabilitas Marshall (kg) Kelelehan campuran (mm) Mak s Spesifika si Laston BC Abu Batu 4% Hasil Pengujian Campuran Aspal Kulit Kulit Kulit Keran Keran Keran Keteranga g g g n 4 % 6 % 8% 75 75 75 75 75 Min 14 16,27 16,53 16,40 16,36 Min 63 Min 3,5 Mak s 5,5 Min 800 74,24 0 72,95 1 3,778 4,058 1522, 30 1313, 79 73,79 9 3,893 1616, 21 74,10 4 3,838 Min 3 3,40 3,93 3,67 3,23 1688,56 Hasil stabilitas sifat campuran terhadap rongga di antara butir agregat (VMA) menggunakan filler abu batu lebih kecil (16,27%) daripada menggunakan filler kulit kerang (16,53%), begitu pula jika dibandingkan dengan penggunaan filler kulit kerang 6% (16,40%) dan 8% (16,36%). Dari hasil ini menunjukkan penggunaan filler abu batu lebih baik daripada menggunakan filler kulit kerang. Hasil prosentase rongga terisi aspal (VFB) menggunakan filler abu batu 4% sebesar 74,240%, menggunakan filler kulit kerang 4% sebesar 72,951%, menggunakan filler kulit kerang 6% sebesar 73,799% dan menggunakan filler kulit kerang 8% sebesar 74,104%. Dari hasil ini didapatkan bahwa prosentase penggunaan filler abu batu rongga terisi aspalnya lebih besar daripada filler kulit kerang, maka perkerasan yang menggunakan abu batu lebih padat dibanding kulit kerang (maksimal kadar filler kulit kerang 6%). Dari Tabel 3 didapatkan prosentase rongga di antara agregat yang diselimuti aspal (VIM) menggunakan filler abu batu lebih kecil daripada menggunakan filler kulit kerang. Prosentase rongga di antara agregat yang diselimuti aspal pada filler abu batu 4% sebesar 3,778%, menggunakan filler kulit kerang 4% sebesar 4,058%, filler kulit kerang 6% sebesar 3,893% dan filler kulit kerang 8% sebesar 3,838%. 9

Hasil stabilitas Marshall yang menggunakan filler abu batu lebih besar daripada filler kulit kerang. Hasil stabilitas Marshall yang menggunakan filler abu batu 4% sebesar 1522,30 kg, filler kulit kerang 4% sebesar 1313,79 kg, filler kulit kerang 6% sebesar 1616,21 kg dan menggunakan filler kulit kerang 8% sebesar 1688,56 kg. Hasil ini menunjukkan menggunakan filler abu batu lebih kuat menahan beban lalu lintas daripada filler kulit kerang dengan catatan jumlah kadar filler yang sama yaitu 4%. Pada jumlah kadar filler 6% dan 8% nilai stabilitas nya lebih besar dibanding dengan nilai stabilitas filler abu batu yang jumlah kadar filler nya 4%. Hasil pengujian nilai kelelahan campuran yang tercantum di Tabel 3 menggunakan filler abu batu 4% sebesar 3,40 mm, menggunakan filler kulit kerang 4% sebesar 3,93 mm, menggunakan filler kulit kerang 6% sebesar 3,67 mm dan menggunakan filler kulit kerang 8% sebesar 3,23 mm. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan filler abu batu 4% mempunyai nilai kelelahan lebih kecil daripada menggunakan filler kulit kerang 4% dan 6%, tetapi lebih besar daripada menggunakan filler kulit kerang 8%. Kesimpulan Berdasarkan uraian mengenai hasil pengujian yang dilakukan, maka hasil penelitian perbandingan kulit kerang dengan abu batu pada campuran perkerasan lentur dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Semua bahan material yang digunakan dalam penelitian ini (agregat kasar, agregat halus dan aspal) memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. 2. Dari uji Marshall memperlihatkan pemakaian filler kulit kerang 8%, nilai stabilitasnya lebih besar daripada pemakaian filler 6% dan pemakaian filler 4%, karena pada pemakaian filler 8% rongga di dalam aspal semakin kecil dibanding filler 6% dan 4%, sehingga mengakibatkan aspal semakin padat. 3. Dari hasil pengujian yang dilakukan pemakaian filler abu batu nilai stabilitas Marshallnya lebih besar daripada pemakain filler kulit kerang, karena filler abu batu gradasinya lebih halus (lolos saringan 0,074 sebesar 94,244%) daripada filler kulit kerang (lolos saringan 0,074 sebesar 85,164). 4. Dalam proporsi campuran aspal panas, semakin sedikit filler yang digunakan maka semakin cepat campuran mengalami kelelahan. 5. Dari uji Marshall yang dilakukan, semakin tinggi persentase penggunaan filler, maka semakin banyak pula rongga pada campuran yang terisi oleh aspal. 10

6. Penggunaan filler kulit kerang pada campuran aspal panas untuk perkerasan lentur nilai stabilitasnya memenuhi yang telah ditentukan. 7. Berdasarkan hasil pengkajian di laboratorium hasil campuran aspal beton dengan bahan pengisi/filler kulit kerang secara teknis dapat dipertimbangkan untuk diterapkan pada lapisan permukaan jalan sebagai bahan pengganti/alternatif. Daftar pustaka, 1976, Manual Pemeriksaan Bahan Jalan, Dep. PU Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta., 2006, Campuran Beton Aspal dan Job Mix Formula, Dep. PU Puslitbang Jalan dan Jembatan, Bandung., 2008, Panduan Praktikum Teknologi Aspal, Dep. PU Puslitbang SDA Balai Irigasi, Bekasi., 1990, SNI 03-1968-1990 (Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta., 1990, SNI 03-1969-1990 (Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta., 1990, SNI 03-1970-1990 (Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta., 1991, SNI 03-2417-1991 (Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta., 1991, SNI 06-2456-1991 (Metode Pengujian Penetrasi Bahanbahan Bitumen), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta., 1991, SNI 06-2434-1991 (Metode Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta., 1991, SNI 06-2432-1991 (Metode Pengujian Daktilitas Bahanbahan Aspal), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta., 1991, SNI 06-2433-1991 (Metode Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan alat Cleveland Open Cup), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta., 1991, SNI 06-2441-1991 (Metode Pengujian Berat Jenis Aspal Padat), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta., 1991, SNI 06-2484-1991 (Metode Pengujian Campuran Aspal Panas dengan Alat Marshall), Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. 11

, 1990, Perencanaan Campuran Aspal Panas/Mix Design, American Association of State Highway and Transportation Official, AASHTO. T.245-74. Wahington, D.C. Henny Fanisa M. Wahyudi, 2010, Tugas Akhir Perencanaan Campuran Aspal Beton dengan Menggunakan Filler Kapur Padam, Universitas Diponegoro, Semarang. Mathofani, Arien, 2013, Tugas Akhir Pengaruh Penambahan Limbah Marmer Sebagai Bahan Pengisi (Filler) Pada Campuran Aspal Beton Ditinjau Dari Parameter Aspal, Universitas Negeri Malang, http://library.um.ac.id/ Medwell Journals, 2007, Mineral Composition of the Cockle (Anadara granosa) Shells of West Coast of Peninsular Malaysia and It s Potential as Biomaterial for Use in Bone Repair, http://medwelljournals.com Raden Hendra Andri Imani Darma, 2012, Jurnal Rancang Sipil Pengaruh Penambahan Filler Abu Ampas Tebu Pada Campuran Aspal Terhadap Sifat Marshall, Institut Teknologi Medan, Medan. Shirley H., 2000, Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya. Politeknik Negeri Bandung Jurusan Teknik Sipil. Bandung. Sukirman, S., 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta. Suparma, L.B., 2002, Teknik Jalan Raya, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Sylviana, R., 2007, Diktat Kuliah Perkerasan Jalan Raya. Univesitas Islam 45, Bekasi. (Tidak Dipublikasikan) Wignal, A, 1999, Proyek Jalan, Erlangga, Jakarta. 12