Arif Priyanto I. PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

PENGEMBANGAN TANAMAN NYAMPLUNG (CALOPHYLLUM INOPHYLLUM L) Oleh H. Marthias Dawi

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

N60 Potensi Nyamplung (Calophyllum spp) untuk Pengembangan Energi Alternatif Pedesaan di Papua

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Koleksi Benih Kayu Putih Di Sebaran Alam Kepulauan Maluku

PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut,

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

SELEKSI PENETAPAN KANDIDAT POHON PLUS PENAGE CALLOPHYLUM INOPHYLUM L.) DI KECAMATAN MATAN HILIR SELATAN KABUPATEN KETAPANG

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

KEKAYAAN NYAMPLUNG DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Oleh : Aris Budi Pamungkas & Amila Nugraheni

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. sulit untuk dihindari dan mulai dapat dirasakan dampaknya terhadap kehidupan.

EDISI REVISI KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

EKSPLORASI ANAKAN ALAM EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DI TIGA KABUPATEN DI SULAWESI SELATAN. C. Andriyani Prasetyawati dan Edi Kurniawan

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

AREN (Arenga pinnata MERR)

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).

PERTUMBUHAN ANAKAN ALAM EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI TIGA POPULASI DI PERSEMAIAN. C. Andriyani Prasetyawati *

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

I. PENDAHULUAN. Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

III. KEADAAN UMUM LOKASI

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 18 Januari 2016 s/d 23 Januari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS USAHA TANI AGROFORESTRY NYAMPLUNG DI LAHAN SEMPIT UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN ENERGI DI KABUPATEN CIAMIS

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

GEOGRAFI REGIONAL ASIA VEGETASI ASIA PENGAJAR DEWI SUSILONINGTYAS DEP GEOGRAFI FMIPA UI

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

sebagai sumber pendapatan masyarakat. Indonesia mempunyai potensi sumber memberikan kontribusi yang besar bagi rakyatnya.

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

PENDAHULUAN. wilayah Sumatera dan Kalimantan. Puncak jumlah hotspot dan kebakaran hutan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

Ekonomi Pertanian di Indonesia

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

IV. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA

Transkripsi:

EKSPLORASI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L.) DI SEBARAN ALAM KALIMANTAN BARAT (KETAPANG) UNTUK PROGRAM PEMULIAAN POHON The Eksploration of Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) on The Widelife West Kalimantan (Ketapang) for Tree Improvement Program Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 15 Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta- 55582 I. PENDAHULUAN Pencarian materi genetik dari tegakan alam adalah salah satu kegiatan awal yang bisa diupayakan untuk membangun sumber benih nyamplung di Indonesia. Eksplorasi buah Nyamplung di Kalimantan Barat ini merupakan wujud kegiatan pencarian materi genetik yang dipergunakan sebagai sumber materi untuk kegiatan pemuliaan. Melalui kegiatan pemuliaan diharapkan mutu genetik tanaman bisa ditingkatkan sehingga produktivitas tanaman tercapai. Saat ini sumber benih nyamplung belum tersedia sehingga perlu dilakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut. Kegiatan eksplorasi ini juga bertujuan untuk melengkapi beberapa informasi mengenai potensi tegakan, sebaran alam, sistem dan informasi data lahan pada masing-masing lokasi asal tegakan alam nyamplung di Indonesia. Di Indonesia nyamplung tersebar mulai dari bagian barat sampai bagian timur. Sebaran alam pohon nyamplung di Indonesia ditemui di Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur dan Papua. Jenis tersebut juga dijumpai hampir di seluruh daerah terutama pada daerah pesisir pantai antara lain: Taman Nasional (TN) Alas Purwo, TN Kepulauan Seribu, TN Baluran, TN Ujung Kulon, Cagar Alam (CA) Pananjung Pangandaran, Kawasan Wisata (KW) Batu Karas, Pantai Carita (Banten), P. Yapen (Jayapura), Biak, Nabire, Manokwari, Sorong, Fakfak (Wilayah Papua), Halmahera dan Ternate (Maluku Utara), TN Berbak (Pantai Barat Sumatera) (Bustomi dkk, 2008). Kalimantan Barat adalah salah satu daerah dimana sebaran tanaman nyamplung di jumpai. Beberapa informasi yang didapatkan (konsultasi pribadi dengan UNTAN) menerangkan bahwa sebaran Nyamplung di Kalimantan Barat terdapat di Tambak Rawang dan Pulau Datok. Jenis ini sudah dikenal oleh masyarakat setempat dengan 69

Informasi Teknis Vol.11 No. 2, September 2013, 69-78 sebutan nama penage. Jenis tanaman ini biasanya tumbuh secara alam dan banyak dijumpai di daerah pantai di Kalimantan Barat, sehingga karena habitat alamnya yang banyak dijumpai di pantai, tanaman ini memiliki daya tahan yang tinggi terhadap lingkungan. Eksplorasi di Kalimantan Barat dilakukan karena sampai saat ini jumlah materi genetik dari tegakan alam masih terbatas untuk sumber populasi pemuliaan. Pembangunan populasi pemuliaan ini sesuai dengan strategi pemuliaan nyamplung yang telah dibuat (Leksono dan Widyatmoko, 2010). Pada tahapan selanjutnya, pembangunan populasi pemuliaan ini dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan tujuan pengusahaannya. Misalnya, untuk kelimpahan produksi buah/biji dan kualitas minyak yang dihasilkan (Leksono dan Widyatmoko, 2010). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sebaran dan Tempat Tumbuh Tanaman Nyamplung. Nyamplung termasuk dalam marga Calophyllum yang mempunyai sebaran cukup luas di dunia yaitu Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan dan Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia Barat, dan Amerika Selatan. Nyamplung dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama: bintangur, nyamplung (Indonesia), alexandrian laurel, beach mahogany, beauty leaf, oil nut tree (Inggris); ponyal (Bangladesh); polanga, pinnai (India); ponyet, p hông (Myanmar); bintangor laut, penaga laut (Malaysia); tamanu, dilo, kamani, kamanu (Hawaii); portia tree, rekich (Kepulauan Pasifik); palo maria, bitaog (Filipina); krathing, saraphee naea, naowakan (Thailand); beach calophyllum, poon (Papua Nugini) (Bustomi dkk., 2008). Tanaman nyamplung tumbuh pada wilayah pantai berpasir yang marginal dan toleran terhadap kadar garam serta pada tanah liat berdrainase baik, ph 4 sampai dengan 7,4. Tumbuh baik pada ketinggian tempat 0-200 m dpl, bertipe curah hujan A dan B dengan curah hujan 1000-3000 mm/tahun, 4-5 bulan kering dan suhu rata-rata 18-33 o C (Bustomi dkk., 2008). B. Produksi Buah dan Manfaat Tanaman Nyamplung. Tanaman nyamplung berbuah sepanjang tahun, mulai berbuah pada umur 7 tahun, dengan musim buah raya umumnya terjadi pada bulan Agustus-September. Dari tanaman tertua di Jawa, pohon nyamplung masih berproduksi sampai umur 58 tahun. Jumlah biji kering/kg sebanyak 100-150 butir. Buah nyamplung dapat dikumpulkan dari bawah 70

Eksplorasi Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) di Sebaran Alam Kalimantan Barat (Ketapang) untuk Program Pemuliaan Pohon pohon atau dengan cara memanjat. Buah yang dikumpulkan adalah buah masak fisiologis berwarna kuning kecoklatan. Mengingat budidaya (penanaman) nyamplung masih dalam taraf awal, maka diperkirakan seluruh produksi buah/biji selama 5 tahun ke depan hanya bisa diperoleh dalam jumlah besar dari hutan alam. Apabila dari luasan indikatif total hutan alam sebesar 10% bertegakan nyamplung produktif yaitu seluas 50.000 ha dan produksi minimal per pohon sebesar 50 kg, maka besarnya dugaan produksi biji per ha sebesar 10 ton atau total produksi sebesar 500.000 ton (Bustomi dkk.,2008). Nyamplung mempunyai beberapa keunggulan untuk dikembangkan, seperti: 1) tumbuh dan tersebar merata secara alami di Indonesia, 2) relatif mudah dibudidayakan dan cocok di daerah iklim kering, 3) permudaan alami banyak dan berbuah sepanjang tahun, 4) hampir seluruh bagian tanaman Nyamplung berdayaguna dan menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomi, 5) pemanfaatan biji Nyamplung untuk biofuel dapat menekan laju penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar. III. METODE PELAKSANAAN A. Persiapan Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan : peta land system (sistem lahan), GPS (Global Position System), teropong, phyband, parang, kamera, alat tulis, tallysheet, gunting. 2. Bahan yang diperlukan : kantong plastik, karung, lakban, tali rafia. B. Lokasi Kegiatan Lokasi eksplorasi adalah di Tambak Rawang dan Pulau Datok Kabupaten Ketapang (Setelah pemekaran lokasi tersebut sekarang menjadi Kab. Kayong Utara) Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis berada pada koordinat 0 0 43 5,15 Lintang Selatan sampai dengan 1 0 46 35,21 Lintang Selatan dan 108 0 40 58,8 Bujur Timur sampai 110 0 24 30,05 Bujur Timur. Topografi Kabupaten Ketapang, dilihat dari kondisi dan letak wilayahnya merupakan daerah pesisir pantai. Oleh karena itu, pada umumnya daerah ini merupakan dataran dan rawa-rawa. Jenis Tanah di Kabupaten Ketapang sebagian besar terdiri dari tanah podsolik merah kuning, litosol/regosol, latosol, andosol dan organosal. 71

Informasi Teknis Vol.11 No. 2, September 2013, 69-78 C. Kondisi Iklim dan Curah Hujan Temperatur dan kelembaban secara umum dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tempat dan iklim daerah tersebut. Kabupaten Ketapang sebagai salah satu wilayah Indonesia yang beriklim tropis salah satu cirinya adalah mempunyai temperatur udara yang tinggi atau panas. Apalagi letak Kabupaten Ketapang yang relatif dekat dengan garis Katulistiwa sehingga temperatur udaranya lebih panas. suhu rata-rata 23,70 C - 26,70 C dan suhu pada siang hari mencapai 30,80 C serta memiliki curah hujan rata-rata 3696,1 mm/tahun. D. Metode Metode dan pengambilan data dilakukan dengan mengambil sampel dari banyak pohon secara acak dan berjauhan antara pohon satu dengan lainnya. Data yang akan diambil meliputi potensi tegakan, sistem lahan dan produksi buah. Untuk potensi tegakan data yang diambil meliputi data tinggi pohon dan keliling pohon. Data tinggi pohon diukur dengan cara mengelompokkan menjadi 3 ukuran yaitu kecil, sedang dan besar, sedangkan data keliling pohon dikelompokan dengan ukuran rendah, sedang dan tinggi. Pohon yang diukur adalah pohon yang sudah mulai berbuah sebagai bahan untuk menghitung produksi buah. IV. HASIL EKSPLORASI Pengambilan materi genetik buah nyamplung di Kalimantan Barat dilakukan pada 2 lokasi yaitu di Tambak Rawang, Sukadana pada koordinat S 01 0 12 52,20 dan E 109 0 55 50,52 dan Pulau Datok, Sukadana pada koordinat S 01 0 16 00 dan E 109 0 57 00. Wilayah tersebut mempunyai ph 6.5-7 dengan slope 0-15%, Curah hujan berkisar 2000-2400 mm/tahun, suhu rata-rata 33-34 0 C dengan jenis tanah aluvial pasiran, tekstur tanah pasiran, dan ketinggian tempat berkisar 0-15 m dpl. A. Potensi Tegakan Potensi tegakan nyamplung di Tambak Rawang teridentifikasi sepanjang garis pantai sejauh 1,4 km dan lebar 30-50 m. Sementara di Pulau Datok teridentifikasi di sepanjang garis pantai dengan panjang 1,25 dengan lebar 30-50 cm. Arsitektur pohon nyamplung di Tambak Rawang dan Pulau Datok hampir sama dengan karakter pohon penghasil buah pada umumnya yaitu ditandai dengan fisik pohon yang rindang, tajuk melebar dan jumlah cabang yang cukup banyak. Di beberapa tempat banyak terdapat 72

Eksplorasi Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) di Sebaran Alam Kalimantan Barat (Ketapang) untuk Program Pemuliaan Pohon semai nyamplung yang tumbuh secara alami dari buah nyamplung yang jatuh. Potensi tegakan di Tambak Rawang dan Pulau Datok terlihat seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Potensi Tegakan Nyamplung di Tambak Rawang dan Pulau Datok, Kalimantan Barat. No Lokasi Jumlah Pohon Luas per lokus (M) 1 Tambak Rawang 219 1.400 X 50 2 Pulau Datok 71 1.250 X 50 (Photo oleh : Priyanto A) Gambar.1. Kondisi tegakan di Tambak Rawang (Photo oleh : Priyanto A) Gambar.2. Semai nyamplung di bawah tegakan A.1. Tinggi Pohon Tinggi pohon bebas cabang berkisar 2,5 6 m. Tinggi pohon terbanyak ditemukan pada tinggi pohon kategori rendah yaitu dengan tinggi berkisar pada 2,5 3,9 m dengan jumlah 120 pohon. Pohon dengan tinggi lebih dari 6 m ditemukan sebanyak 9 pohon. Data lengkap untuk tinggi pohon seperti tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Variasi Tinggi Pohon Nyamplung di Tambak Rawang dan Pulau Datok No Lokasi Jumlah pohon/ukuran tinggi pohon (m) 2,5-3,9 (rendah) 4,0-5,9 (sedang) > 6 (tinggi) Total 1 Tambak Rawang 120 90 9 219 2 Pulau Datok 36 34 1 71 Jumlah Total 156 124 10 290 73

Informasi Teknis Vol.11 No. 2, September 2013, 69-78 A.2. Keliling Batang Keliling batang berkisar 15-75 cm dengan jumlah keliling batang terbanyak berkisar antara 15-49 cm sebanyak 143 pohon, diikuti keliling pohon > 75 cm sebanyak 86 pohon dan jumlah terkecil yaitu keliling batang 50-74 cm sebanyak 60 pohon seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Keliling Batang Nyamplung di Tambak Rawang dan Pulau Datok. No Lokasi Jumlah Pohon/ukuran keliling (cm) 15-49 (kecil) 50-74 (sedang) > 75 (besar) Total 1 Tambak Rawang 122 36 61 219 2 Pulau Datok 21 24 26 71 Jumlah Total 143 60 87 290 B. Materi dan Produksi Buah B.1. Materi Buah Pengambilan materi genetik berupa buah dilakukan dengan cara memanjat dan diambil dari lantai tegakan hutan. Buah diambil dari sebaran pohon secara merata dan diambil dari beberapa pohon mewakili populai alam setempat. Buah tidak boleh diambil dari satu pohon atau satu tempat saja untuk menghindari kawin kerabat yang membuat variasi genetiknya sempit. Semakin banyak pohon yang diambil akan semakin baik. Buah yang diambil adalah buah masak dengan ciri-ciri kulit buah berwarna kuning dan kalau sudah masak betul bisa berwarna kuning kecoklatan. Dari total buah yang diperoleh, kemudian dipilih buah yang bagus sebanyak 40 kg yang diambil dari Tambak Rawang dan Pulau Datok, Materi buah tersebut nanti akan diperuntukan sebagai benih di persemaian dan sebagian dianalisa kandungan minyak. B.1. Ukuran dan Produksi Buah Ukuran buah nyamplung di Pulau Datok dan Tambak Rawang cukup besar dengan kisaran panjang 30,99-36,67 mm, diameter 28,68-32,32 mm dan berat 20,91-28,26 gram. Ukuran ini lebih besar dibanding dengan buah nyamplung yang ada di Pulau Jawa yang panjangnya berkisar 27-31 mm, diameternya 25-28 mm dan beratnya 7,1-11,1 gram (Leksono dan Putri, 2012 ). Variasi ukuran buah dan rerata ukuran buah nyamplung dapat dilihat pada Tabel 4 : 74

Eksplorasi Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) di Sebaran Alam Kalimantan Barat (Ketapang) untuk Program Pemuliaan Pohon Tabel 4. Variasi Ukuran Buah Nyamplung di Tambak Rawang dan Pulau Datok. No Panjang (mm) Diameter (mm) Berat (gr) 1 34.96 32.32 20.91 2 32.35 30.89 26.93 3 33.02 30.61 26.27 4 34.82 30.97 24.87 5 31.53 28.68 22.09 6 30.99 29.19 24.94 7 36.67 30.20 23.60 8 34.22 29.21 28.26 9 34.32 29.29 22.21 10 33.28 30.05 26.46 Rerata 34.03 30.38 24.30 Musim berbuah nyamplung di Pulau Datok atau Tambak Rawang (Kalimantan Barat) biasanya terjadi pada bulan Oktober s/d Nopember. Dari informasi yang diperoleh (Komunikasi pribadi: Burhanudin/UNTAN) produksi buah berkisar antara 20-40 kg/pohon. Pada saat musim berbuah diperkirakan produksinya berkisar 5,8 11,6 ton. Hasil ini seperti juga yang pernah dinyatakan oleh Sutrisno (2011) bahwa produksi nyamplung per tahun sekitar 5-7 ton dengan jarak tanam 3 X 3.5 m. (Photo oleh : Priyanto A) Gambar 3. Pengambilan buah di lantai hutan (Photo oleh : Priyanto A) Gambar 4. Buah nyamplung segar Di Tambak Rawang 75

Informasi Teknis Vol.11 No. 2, September 2013, 69-78 V. KESIMPULAN Dari kegiatan eksplorasi buah nyamplung di Kalimantan Barat, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebaran tanaman nyamplung di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat teridentifikasi di Tambak Rawang dan Pulau Datok. 2. Potensi tanaman nyamplung di Kabupaten Ketapang sebanyak 219 pohon dengan lokus 1400 m X 50 m terdapat di Tambak Rawang dan sebanyak 71 pohon dengan lokus 1250 m X 50 m di Pulau Datok. 3. Tinggi pohon dengan ukuran 2.5-3.9 m (rendah) merupakan pohon terbanyak yang ditemukan di Tambak Rawang dan Pulau Datok. 4. Ukuran keliling pohon 15-49 cm (kecil) terbanyak ditemukan di Tambak Rawang dan keliling pohon > 75 cm (besar) terbanyak ditemukan di Pulau Datok. 5. Rata-rata ukuran buah nyamplung adalah panjang: 34,03 mm, diameter: 30,38 mm dan berat = 24, 30 gr. 6. Produksi buah nyamplung di Ketapang dapat mencapai 20-40 kg/pohon. VI. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Budi Leksono, MP selaku penanggung jawab kegitan, Dr. Burhanudin (UNTAN) atas sharing informasinya dan teman-teman tim kegiatan populasi pemuliaan nyamplung atas dukungan dan kerjasamanya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA Bustomi S., Rostiwati R, Sudrajat, Leksono B., dan Kosasih S, Anggraini I., Syamsuwida D., Lisnawati Y., Mile Y, Djaenudin, D., Mahfudz, Rachman, E. 2008. Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) sumber energi biofuel yang potensial. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta. Leksono, B. 2009. Peningkatan produktifitas hutan tanaman Nyamplung (Calophyllum inophyllum) sebagai bahan baku biofuel. Laporan Hasil Penelitian Program Insentif DIKTI 2009. Pusat Litbang Hutan Tanaman. Bogor (tidak dipublikasikan). Leksono, B. Widyatmoko, AYPBC. 2010. Strategi Pemuliaan Nyamplung (Calophyllum inophyllum) untuk Bahan Baku Biofuel. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi III: Peran Strategis Sains dan Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa. Bandar Lampung 18-19 Oktober 2010. Universitas Lampung. 76

Eksplorasi Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) di Sebaran Alam Kalimantan Barat (Ketapang) untuk Program Pemuliaan Pohon Leksono, B. dan Putri, K. P. 2012. Variasi ukuran buah-biji dan sifat fisiko-kimia minyak nyamplung (Calopyllum inophyllum l.) dari enam populasi di Jawa. Prosiding Seminar Nasional Peranan Hasil Litbang HHBK Dalam Mendukung Pembangunan Kehutanan. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta. No.36: 321-334. Sutrisno, E. 2011. Nyamplung (Calophyllum inophyllum) Soetrisnoeko.blogspot.com /2011/.../nyamplung-Calophyllum. 77