I. PENDAHULUAN. ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK HALAMAN JUDUL PERSETUJUAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTTO SAN WACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyajian hasil penelitian ini merupakan penjelasan mengenai data hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baden Powell, seorang letnan jendral angkatan bersenjata Britania Raya, dan

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan sesuatu yang berada di luar batasan-batasan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. siswa diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran. dengan pandangan Sudjatmiko (2003: 4) yang menyatakan bahwa kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

Bab 1. Pendahuluan. Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam menumbuh kembangkan potensi dan bakat manusia, pendidikan dipandang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbudi pekerti luhur yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

PETUNJUK PELAKSANAAN LOMBA KETERAMPILAN PRAMUKA PENGGALANG DAN PENEGAK (LKP3) TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME. (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013)

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan manusia bisa menyikapi keadaan perkembangan zaman

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan

BAB II KAJIAN TEORETIS. Pengertian perilaku bertanggung jawab Menurut Adiwiyoto (2001: 2)

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PETUNJUK PELAKSANAAN GALANG PRAMUKA BERPRESTASI 2018 KREASI MEMBANGUN GENERASI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

I. PENDAHULUAN. bidang pendidikan merupakan hal yang paling mendukung terciptanya hubungan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman saat ini telah ditandai adanya proses Globalisasi. kemudian berkembang menjadi teknologi dan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003, telah di gariskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

I. PENDAHULUAN. Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Informan pertama bernama Prayoga yang usianya 17 tahun. Informan memeluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pelajar di negeri ini. Fenomena mencontek, tawuran antar pelajar, orang tuanya juga semakin memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi terhadap segala sesuatu yang menarik perhatiannya. 1 Tidak diragukan. pendidikan yang mempengaruhinya. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia sejalan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia baik

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. dilandasi nilai-nilai agama, moral, dan budaya luhur bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam suatu organisasi dan masyarakat. Masalah-masalah yang timbul di dalam kehidupan antar manusia sebenarnya berakar pada kesalahpahaman pengertian dan adanya miskomunikasi. Ketika berkomunikasi seringkali terjadi kesalahan baik dalam organisasi maupun dalam kehidupan sosial. Menurut Suhendi (2001:102), Dengan adanya komunikasi manusia yang tadinya tidak tahu apa-apa, kemudian belajar memahami nilai yang ada dalam kelompoknya. Untuk menjadi anggota dapat diterima di lingkungan kelompoknya, seseorang memerlukan suatu kemampuan untuk menilai objektif perilaku sendiri dalam pandangan orang lain. Apabila sudah sampai pada tingkat tersebut, seseorang sudah memiliki apa yang disebut konsep diri. Konsep diri terbentuk dan berkembang melalui proses sosialisasi dengan cara berinteraksi

2 dengan orang lain. Salah satu tanda orang yang sudah memiliki konsep diri ialah mereka yang sudah terbiasa bertindak sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek. Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik bagi suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya. Goldhaber (1986) memberikan definisi komunikasi organisasi, bahwa komunikasi organisasi merupakan proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Teori peran komunikasi dalam organisasi oleh Fayol's Gangplank Concept (1949), disebutkan bahwa komunikasi dalam organisasi membuat alur pintas agar komunikasi lebih efektif daripada menggunakan komunikasi berdasar struktur. Sehingga komunikasi organisasi dapat membuat hubungan antar individu-individu dalam suatu organisasi menjadi lebih bermakna dan efisien. Adapun jenis-jenis peranan komunikasi organisasi berikut: 1. Sebagai pembentuk iklim organisasi yakni yang menggambarkan suasana kerja organisasi atau sejumlah keseluruhan perasaan dan sikap orangorang yang bekerja di dalam organisasi. 2. Membangun budaya organisasi yakni nilai dan kepercayaan yang menjadi titik sentral organisasi. Tujuan komunikasi dalam organisasi adalah mutual understanding, dalam arti mencoba mencari saling sepemahaman antara anggota-anggota dalam organisasi tersebut.

3 Dalam komunikasi organisasi terdapat suatu iklim komunikasi organisasi yang merupakan hal yang perlu menjadi perhatian seorang pimpinan organisasi karena faktor tersebut banyak sedikitnya ikut mempengaruhi kepada tingkah laku anggota organisasi. Payne dan Pugh (1976) mendefinisikan iklim organisasi sebagai suatu konsep yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku, dan perasaan anggota terhadap suatu sistem sosial. Aktivitas komunikasi dapat membentuk dan merubah sikap seseorang, kelompok bahkan massa. Oleh karena sikap merupakan predisposisi terhadap perilaku, maka pembentukan dan perubahan sikap adalah hasil dari upaya orang untuk mempengaruhi sikap orang lain seperti melalui komunikasi, persuasi, indoktrinasi, bahkan cuci otak. Proses perubahan dan atau pembentukan sikap terjadi melalui cara-cara sebagai berikut: 1. Adopsi, Pesan yang berulang-ulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu. Misalnya seseorang mempunyai sikap fanatik terhadap produk tertentu dan mersa tidak nyaman atau bahkan tidak aman kalau tidak menggunakan produk dimaksud;. 2. Diferensiasi, yaitu sikap yang mampu membedakan obyek-obyek sebagai akibat dari perkembangan fisik dan mental termasuk pengalamann seseorang dalam kehidupannya;. 3. Integrasi, yaitu pembentukan sikap yang terjadi secara bertahap setelah orang menerima berbagai pesan atau informasi melalui berbgai kegaiatan komunikasi termasuk media yang digunakan tentang sesuatu obyek;

4 4. Trauma, yaitu pembentukan sikap yang diakibatkan oleh pengalam yang tibatiba-mengejutkan dan meninggalkankesan mendalam pada jiwa seseorang. Sikap juga dapat ditumbuhkan dan dikembangkan melalui proses belajar. Dalam proses belajar tidak terlepas dari proses komunikasi dimana terjadi proses tranfer pengetahuan dan nilai. Jika sikap merupakan hasil belajar, maka kunci utama belajar sikap terletak pada proses kognisi dalam belajar siswa. Menurut Bloom, serendah apapun tingkatan proses kognisi siswa dapat mempengaruhi sikap (Munandar, 1999). Namun demikian, tingkatan kognisi yang rendah mungkin saja dapat mempengaruhi sikap, tetapi sangat lemah pengaruhnya dan sikap cenderung labil. Melalui proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan, pengalaman, dan nilai ke dalam otak sasaran didik, pada gilirannya akan menjadi referensi bagi mereka dalam menanggapi obyek atau subyek di lingkungannya. Komunikasi organisasi dalam hal ini pun dapat berperan dalam pembentukan sikap kemandirian remaja. Kemandirian seorang remaja diperkuat melalui proses sosialisasi yang terjadi antara remaja dan teman sebaya. Proses sosialisasi tersebut dapat terjadi di dalam suatu wadah organisasi. Hurlock (1991) mengatakan bahwa melalui hubungan dengan teman sebaya, remaja belajar berpikir secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima (bahkan dapat juga menolak) pandangan dan nilai yang berasal dari keluarga dan mempelajari pola perilaku yang diterima di dalam kelompoknya. Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan angota keluarganya. Ini dilakukan remaja dengan tujuan untuk

5 mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok teman sebayanya sehingga tercipta rasa aman. Penerimaan dari kelompok teman sebaya ini merupakan hal yang sangat penting, karena remaja membutuhkan adanya penerimaan dan keyakinan untuk dapat diterima oleh kelompoknya. Remaja dalam mencapai keinginannya untuk mandiri sering kali mengalami hambatan-hambatan yang disebabkan oleh masih adanya kebutuhan untuk tetap tergantung pada orang lain. Mereka sering mengalami dilema yang sangat besar antara mengikuti kehendak orang tua atau mengikuti keinginannya sendiri. Jika ia mengikuti kehendak orang tua maka dari segi ekonomi (biaya sekolah) remaja akan terjamin karena orang tua pasti akan membantu sepenuhnya, sebaliknya jika ia tidak mengikuti kemauan orang tua bisa jadi orangtuanya tidak mau membiayai sekolahnya. Situasi seperti di atas tentunya akan menimbulkan konflik pada diri sendiri remaja. Konflik ini akan mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri, sehingga sering menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Bahkan dalam beberapa kasus tidak jarang remaja menjadi frustrasi dan memendam kemarahan yang mendalam kepada orangtuanya atau orang lain di sekitarnya.frustrasi dan kemarahan tersebut seringkali diungkapkan dengan perilaku-perilaku yang tidak simpatik terhadap orangtua maupun orang lain dan dapat membahayakan dirinya dan orang lain di sekitarnya. Hal ini tentu saja akan sangat merugikan remaja tersebut karena akan menghambat tercapainya kedewasaan dan kematangan kehidupan psikologisnya. Oleh karena itu,

6 pemahaman orang tua terhadap kebutuhan psikologis remaja untuk mandiri juga sangat diperlukan dalam upaya mendapatkan titik tengah penyelesaian konflikkonflik yang dihadapi remaja, selain itu diperlukan juga wadah sosialisasi bagi remaja yang dapat menjadi media untuk membentuk sikap kemandirian mereka. Keterlibatan remaja dalam suatu organisasi, melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah misalnya, dapat memancing pembentukan sikap kemandirian remaja. Melalui keikutsertaan remaja dalam suatu organisasi, mereka dilatih untuk bersosialisasi, sehingga mereka belajar menghadapi problem sosial yang lebih kompleks. Selain itu dapat mendorong anak untuk mengungkapkan perasaan dan idenya. Melalui organisasi, seorang remaja akan belajar untuk bertanggung jawab dan menerima konsekuensinya bila tidak memenuhi tanggung jawab tersebut. Conger (1997:8), dalam buku Perkembangan dan kepribadian anak, menyatakan dengan memiliki percaya diri dan kemandirian yang baik maka dalam berkomunikasi anak akan baik pula misalnya anak akan dapat : 1. Mendengarkan orang lain dengan tenang dan perhatian. 2. Bisa berbincang-bincang dengan orang lain dari segala usia dan segala jenis latar belakang. 3. Tahu kapan dan bagaimana pokok pembicaraan. 4. Memakai komunikasi non verbal secara efektif selain dengan bahasa verbalnya. 5. Membaca dan memanfaatkan bahasa tubuh orang lain. 6. Berbincang dengan memakai nalar dan secara fasih.

7 7. Berbicara di depan umum tanpa rasa takut. Sikap kemandirian remaja dapat dibentuk melalui keterlibatan mereka dalam suatu organisasi dalam hal ini organisasi pramuka. Kepramukaan di lingkungan SMP atau gugus depan yang bernaung di lingkungan SMP, memiliki peserta didik yang tingkatan umurnya antara 11-15 tahun yang dikelompokan dalam pasukan penggalang. Ciri dari kepramukaan di lingkungan SMP memiliki ciri komunikasi organisasi informal dalam hal penyampaian materi kepada peserta didik. Di dalam kegiatan pasukan penggalang, salah satunya adalah penjelajahan alam oleh pasukan penggalang yang dapat mengembangkan dan membina keterampilan manajerial yang diwujudkan dengan memecahkan masalah melalui kelompok. Adapun kegiatan lainnya yakni pionerring atau kegiatan yang berkaitan dengan tali menali, dalam hal ini setiap regu dalam pasukan penggalang dituntut bekerja sama dalam tim untuk menyelesaikan pembuatan gapura atau tandu dari bambu yang diikat dengan tali. Melalui kegiatan seperti itu, seorang anak terbiasa untuk bertanggung jawab dan berani mengambil risiko. Gerakan Pramuka merupakan wadah pendidikan non formal yang memiliki tanggungjawab dalam rangka mendidik dan membina kaum muda Indonesia guna mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual, kemandirian dan fisiknya sehingga menjadi sosok berkepribadian, berwatak, dan berbudi pekerti luhur serta warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, penulis memilih pramuka sebagai objek penelitian, karena dalam

8 kegiatan pramuka penggalang juga, anak didik diajarkan dan dilatih untuk mandiri. Untuk mengetahui bagaimana peranan komunikasi organisasi dalam menumbuhkan sikap, maka penulis mengangkat peranan komunikasi organisasi di lingkungan kegiatan pramuka pada SMP Kartika II-2 Bandar Lampung dalam membentuk sikap kemandirian remaja sebagai objek penelitian. Penulis menggunakan Organisasi pramuka yang terdapat pada SMP Kartika II-2 karena berdasarkan rekomendasi dari Kwartir Daerah Provinsi Lampung, pramuka di SMP tersebut merupakan organisasi pramuka yang berprestasi, dapat ditunjukkan dengan keaktifan murid-muridnya dalam organisasi pramuka tersebut dan sering memenangkan perlombaan yang mereka ikuti. Adapun kegiatan dan perlombaan yang pernah diraih sebagai berikut: Tabel 1. Laporan Kegiatan Dan Prestasi Gugus Depan Bandar Lampung 01.017 01.018 Paksi Jaya Sakti Periode 2006 2010: NO. WAKTU KEGIATAN JENIS KEGIATAN 1 05 Januari Lomba Tingkat 2006 I 2 Juli 2006 Jambore Nasional 3 17-18 Lomba Tingkat November II 2006 4 1-3 Desember Lomba Tingkat 2006 5 26-30 Desember 2006 6 Februari 2007 III Lomba Tingkat IV HUT IAIN B. Lampung TEMPAT SMP Kartika II-2 Batu Raden Jateng SMA N. 2 B. Lampung Bupercab Kota B. Lampung Lap. TNI AU Tulang Bawang IAIN Raden Intan B. Lampung KETERANGAN/ PRESTASI Juara 1 Putra Juara 1 Putri Putra: Anugerah R.R. Putri: Riska Gustiani Juara 1 Putra Juara 1 Putri Juara 2 Putra Juara 1 Putri Juara 1 Putri Juara 3 Lomba PBB Putra

9 7 24 Juni 1 Juli 2007 8 18 27 Oktober 2008 9 8 November 2008 10 7 November 2009 11 28 Februari 2010 Lomba Tingkat V Jambore ASEAN Lomba SSC (Sigma Scout Competition) Lomba SSC Cibubur Cibubur Al-Kautsar B. Lampung Al-Kautsar B.Lampung Gebyar Pramuka PTPN VII Juara VI Regu Daun Singkong (tergabung dalam kontingen RI) Juara 2 Tenda Apung putra Juara 2 Tenda apung putra Juara I Pionerring Putri Juara II Pionerring Putra Juara I PBB Putri Juara I PBB Putra Juara umum Juara I Pionerring Putri Juara II Pionerring Putra Juara I PBB Putri Juara I senam pramuka Juara umum 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Seberapa besar peranan komunikasi organisasi pramuka dalam menumbuhkan sikap kemandirian remaja? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui seberapa besar peranan komunikasi organisasi di lingkungan kegiatan pramuka pada SMP Kartika II-2 B.Lampung dalam menumbuhkan sikap kemandirian remaja.

10 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis: Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu komunikasi khususnya penelitian ilmu komunikasi organisasi berkaitan dengan peranan komunikasi organisasi, dalam penelitian ini yakni peranan komunikasi organisasi pramuka dalam menumbuhkan sikap kemandirian, yaitu melalui kajian komunikasi vertikal (antara pembina pramuka anggota) dan komunikasi horizontal (antara anggota - anggota ). 1.4.2 Kegunaan Praktis: Dapat memberikan pengetahuan kepada orang tua mengenai cara menumbuhkan sikap kemandirian anaknya melalui pendidikan non formal yaitu organisasi pramuka.