BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I ( RPP I)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB II KAJIAN TEORI. kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang memiliki. beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus dicapai oleh siswa.

III. PROSEDUR PENELITIAN. dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam meniti karir misalnya, dapat juga ditentukan oleh terampil

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini menyajikan simpulan hasil penelitian tentang penerapan

Model Silabus Bahasa Inggris 1

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

berkonotasi. Kemampuan menulis puisi merupakan salah satu materi pembelajaran sastra yang diajarkan dikelas. Ketrampilan menulis puisi wajib dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB III PROSEDUR TINDAKAN. Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu

PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

III PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Terampil berbahasa sangat penting dikuasai.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara merupakan hal yang lazim dilakukan oleh masyarakat dalam

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN. institusi pendidikan melalui tujuan institusional. Tujuan institusional ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertulis dalam pasal 1 butir 14 Undang-undang RI Nomor 20. tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini di kenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. lain. Pada masyarakat modern dikenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu. menulis dan membaca merupakan komunikasi tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikenal empat aspek keterampilan

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan juga disebut kompetensi.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. Dari ke empat aspek berbahasa tersebut yang

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom.

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan

III. METODE PENELITIAN

Oleh: Prihatini Mualifah Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE SHOW AND TELL PADA PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Hartati (2006: 34)

Kata kunci: hasil belajar, penggunaan huruf, Think Pair Share

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Untuk menjaga kelestarian dan kemurnian bahasa Indonesia maka diperlukan berbagai upaya. Contoh upaya untuk menjaga kemurnian bahasa Indonesia adalah dengan menuliskan kaidah-kaidah ejaan dan tulisan bahasa Indo-nesia dalam sebuah buku yang disebut dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD dapat digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan benar, baik komunikasi secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan upaya lain yang dapat digunakan untuk melestarikan bahasa Indonesia adalah dengan menanamkan bahasa Indonesia sejak dini. Penanaman bahasa Indonesia sejak dini adalah memberikan pelatihan dan pendidikan tentang bahasa Indonesia sejak anak masih kecil. Pelaksanaan pendidikan bahasa Indonesia pada anak dapat dilakukan melalui pendidikan informal, pendidikan formal, maupun pendidikan nonformal. Pendidikan informal dilaku-kan oleh keluarga di rumah. Pendidikan ini dilakukan saat anak berada di rumah bersama dengan keluarganya. Sedangkan pendidikan formal dilaksanakan di dalam lembaga pendidikan resmi mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi. Dalam pendidikan formal ini gurulah yang berperan penting dalam menanamkan pengetahuan akan bahasa Indonesia. Sedangkan pendidikan nonformal dilaksanakan di luar rumah dan sekolah, dapat melalui kursus, pelatihan-pelatihan, pondok pesantren dan lain sebagainya. 7

8 2.1.2. Pembelajaran Bahasa Indonesia Pendidikan bahasa Indonesia di lembaga formal dimulai dari SD. Jumlah jam pelajaran bahasa Indonesia di SD kelas I, II dan III sebanyak 6 jam pelajaran. Sedangkan kelas IV, V dan VI sebanyak 5 jam pelajaran. Banyaknya jumlah jam pelajaran Bahasa Indonesia dimaksudkan agar siswa mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia yang baik serta mempunyai kemampuan berpikir dan bernalar yang baik yang dapat disampaikan melalui bahasa yang baik pula. 2.1.. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di SD, karena bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia sebagaimana dinyatakan oleh Akhadiah dkk. (1991) adalah agar siswa memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa sekolah dasar. Dari penjelasan Akhadiah tersebut maka tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dapat dirumuskan menjadi empat bagian. (1) Lulusan SD diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. (2) Lulusan SD diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia. () Penggunaan bahasa harus sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa. (4) Pengajaran disesuaikan dengan tingkat pengalaman siswa SD. Butir (1) dan (2) menunjukkan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia SD yang mencakup tujuan pada ranah kognitif dan afektif. Butir () menyiratkan pendekatan komunikatif yang digunakan. Sedangkan butir (4) menyiratkan sampai di mana tingkat kesulitan materi pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan. Dari tujuan tersebut jelas tergambar bahwa fungsi pengajaran bahasa Indonesia di SD adalah sebagai wadah untuk mengembangakan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi bahasa itu, terutama sebagai alat komunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dapat memberikan kemampuan dasar berbahasa yag diperlukan untuk melanjutkan

9 pendidikan di sekolah menengah maupun untuk menyerap ilmu yang dipelajari lewat bahasa itu. Selain itu pembelajaran bahasa Indonesia juga dapat membentuk sikap berbahasa yang positif serta memberikan dasar untuk menikmati dan menghargai sastra Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia perlu diperhatikan pelestarian dan pengembangan nilai-nilai luhur bangsa, serta pembinaan rasa persatuan nasional. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dalam BSNP (2006) dijabarkan menjadi beberapa tujuan. Tujuan bagi siswa adalah untuk mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya. Adapun tujuan bagi guru adalah untuk mengembangkan potensi bahasa siswa, serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya. Tujuan bagi orang tua siswa adalah agar mereka dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program pembelajaran. Tujuan bagi sekolah adalah agar sekolah dapat menyusun program pendidikan kebahasaan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar yang tersedia. Sedangkan tujuan bagi daerah adalah agar daerah dapat menentukan sendiri bahan dan sumber belajar kebahasaan dengan kondisi kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan sosial. 2.1.4. Ketrampilan Berbicara Keterampilan berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa awal yang dikuasai siswa. Keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan untuk mengungkapkan bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengungkapkan pikiran, ide, gagasan, dan perasaan. Berbicara merupakan ekspresi bahasa lisan yang berlangsung tatap muka dan dibantu oleh gerak tangan serta mimik pembicara (Arsyad, 199). Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang penting dikuasai dalam belajar bahasa. Berbicara menjadi suatu alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Demikian diungkap Tarigan (1984) bahwa berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan lenguistik sedemikian ekstensif secara luas.

10 Lebih jauh Aristoteles (Dipodjojo, 1984) mengatakan bahwa kegiatan berbicara itu terjadi apabila terpenuhi tiga unsur, yakni pembicara, pembicaraan atau pesan, dan lawan bicara atau audience. Berhubung dengan keterampilan berbicara, pembelajaran bahasa hendaknya memperhatikan berbagai kemampuan siswa untuk dapat berbicara secara baik. Kemampuan yang diperlukan dalam berbicara yang baik menurut Dallman (Syafe I, 1997) adalah sebagai berikut. 1) pengucapan bunyi yang bahasa yang baik dan jelas, 2) pengucapan bunyi yang betul, ) menyatakan sesuatu dengan tegas, 4) sikap berbicara yang baik, 5) nada bicara yang menyenangkan, 6) menggunakan kata yang tepat makna, 7) menggunakan kalimat efektif, 8) mengorganisasi pokok pikiran dengan baik, 9) mengetahui kapan bicara dan kapan mendengar, dan 10) berbicara bijak mendengar sopan. Kesepuluh keterampilan tersebut dapat terangkum dalam empat kemampuan penting berbahasa, yaitu: kemampuan intonasi, kemampuan kosakata, kemampuan kalimat dan kemampuan berbicara lancar. Tujuan utama pembelajaran bahasa adalah berkomunikasi. Seseorang dapat menjalin komunikasi harmonis jika proses negosiasi dan transaksi terjalin baik. Pembicara harus dapat berbicara dengan baik, artinya terampil dalam berbicara untuk dapat mengesankan sebagai pembicara yang menguasai masalah dan memiliki kepercayaan diri. Oleh karena itu, pembicara perlu memperhatikan beberapa faktr\or penunjang keefektifan berbicara. 2.1.5. Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara Berbicara yang efektif melibatkan dua faktor penting, yaitu faktor kebahasaan dan faktor non-kebahasaan. Faktor kebahasaan merupakan faktor yang terkait dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi yang meliputi: a)ketepatan ucapan, b) pilihan kata, dan c) ketapatan sasaran pembicaraan. Sebagai guru hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor diatas dan faktor diluar itu dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara para siswa. Faktor non-kebahasaan di sisi lain berhubungan dengan faktor diluar bahasa yang ikut mempengaruhi keberhasilan komunikasi, antara lain :

11 a. Sikap wajar, tenang dan tidak kaku b. Pandangan yang diarahkan kepada lawan bicara c. Kesediaan menghargai pendapat orang lain d. Gerak-gerik dan mimik yang tepat e. Kenyaringan suara yang menentukan f. Kelancaran g. Penalaran h. Penguasaan topik 2.1.6. Penilaian Kemampuan Berbicara Aspek Penilaian BAHASA NON BAHASA Ada berbagai cara untuk menilai keterampilan berbahasa (berbicara) yang dinilai ketika seseorang berbicara mencakup faktor yang digunakannya dan nonkebahasaan yang ada ketika ia berbicara. Didalam penelitian ini akan digunakan penelitian berbicara yang masing-masing aspek diperinci dalam beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut dinilai dengan rentang nilai yang dibuat berdasarkan kriteria tertentu. Berikut kriteria dan skor nilai yang digunakan dalam penelitian berbicara di penelitian ini, yang diadopsi dari buku Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, yang ditulis oleh Burhan Nurgiantoro, tahun 2010. Unsur Penilaian Ketepatan Ucapan Pilihan Kata Ketepatan sasaran pembicaraan Sikap berbicara Indikator Skor Ucapan benar dan tepat 5 Ucapan ada yang tepat, ada yang tidak tepat, kadang-kadang Banyak ucapan yang tidak tepat 1 Baik, variatif, tidak klise, canggih 5 Cukup baik, tidak variatif, beberapa yang canggih Kurang variatif, tidak baik, tidak canggih 1 Tepat sasaran, baik 5 Baik tetapi kurang tepat sasaran Tidak baik, tidak tepat sasaran 1 Tenang, kuasai medan 5 Kuasai medan, kurang tenang, banyak gerak tak perlu

12 Tegang, banyak tingkah, mengganggu komunikasi 1 Tenang, tatap audiens secara merata 5 Tatapan merata, tetapi kandang ke arah lain Pandangan mata Tidak menatap audiens, menunduk, menatap 1 atas Bagus, tanggap, lapang dada 5 Kesediaan Kurang tanggap, kurang menghargai pendapat menghargai orang lain pendapat Tidak mau menghargai pendapat orang lain, keras, tidak mau mengalah 1 Tenang, sesuai pembicaraan, serius, tidak overacting 5 Gerak dan mimik Tenang, biasa, tapi kadang tidak serius, tidak overacting Overacting, aneh-aneh, tidak sesuai pembicaraannya 1 Keras, dan menjangkau semua penyimaknya 5 Volume suara Cukup, kadang keras, kadang lirih Lirih tak terdengar 1 Sangat lancar, tanpa hambatan 5 Kelancaran Lancar, tapi kadang ada hambatan Tidak lancar, banyak hambatan 1 Kuasai, dapat menjawab dengan tepat, lihai 5 Penguasaan topik Kurang kuasai, kadang terjawab Tidak kuasai sama sekali 1 Nilai Maksimum yang Dapat Diraih -> 50 2.1.7. Pengertian Permainan Bermain atau permainan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak (Sudono, 2000). Jika pengertian bermain dipahami dan sangat dikuasai, kemampuan itu akan berdampak positif pada cara kita dalam membantu proses belajar anak. Montessori (dalam Sudono, 2000), seorang tokoh pendidikan menekankan bahwa ketika anak bermain, ia akan mempelajari dan menyerap segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Untuk itu, perencanaan dan

1 persiapan lingkungan belajar anak harus dirancang dengan saksama sehingga segala sesuatu merupakan kesempatan belajar yang sangat menyenangkan bagi anak itu sendiri. Mayke (dalam Sudono, 1995) dalam bukunya Bermain dan Permainan menyatakan bahwa belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, mengeksplorasi, mempraktekkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya. Di sinilah proses pembelajaran terjadi. Mereka mengambil keputusan, memilih, menentukan, mencipta, memasang, membongkar, mengembalikan, mencoba, mengeluarkan pendapat dan memecahkan masalah, mengerjakan secara tuntas, bekerja sama dengan teman, dan mengalami berbagai macam perasaan. Bermain pada hakikatnya adalah meningkatkan daya kreativitas dan citra diri anak yang positif (Hughes dalam Sudono, 1995). Unsur-unsur yang merupakan daya kreativitas adalah kelancaran, fleksibel, pilihan, orisinal, elaborasi dengan latihan menjawab, luwes dalam menerima beragam jawaban, mampu memilih jawaban yang paling tepat, jawaban yang tidak menyontek. Untuk itu, perlu adanya kerja keras. Hal itu juga akan menimbulkan motivasi dan keinginan untuk bekerja dengan baik, sehingga akan terjadi proses belajar sampai menghasilkan produk. Proses ini bisa disebut dengan 4P, yaitu Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk (Utami Munandar dalam Sudono, 1991). Pengalaman-pengalaman itulah yang merupakan dasar dari berbagai tingkat perkembangan dan sangat membantu meningkatkan kemampuan anak. 2.1.8. Teknik Permainan Terka Gambar Dalam dunia pendidikan, guru hendaknya mengenal dan memahami hal-hal yang berkaitan tentang bagaimana cara meningkatkan belajar siswa, beberapa diantaranya guru harus tepat memilih, strategi, model, dan teknik pembelajaran. Dalam hal ini peneliti berfokus pada teknik permainan terka gambar. Teknik Permainan Terka Gambar, yakni suatu teknik dalam pembelajaran yang menggunakan media, alat peraga gambar, atau benda nyata dalam proses pembelajarannya. Dalam teknik ini ada unsur permainannya sehingga dapat

14 menarik minat belajar siswa dan siswa tidak merasa jenuh atau bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan Teknik Permainan Terka Gambar yang peneliti susun adalah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2. Membentuk kelompok dengan anggota 2 anak (sebangku).. Menyajikan materi sebagai pengantar. 4. Guru menunjukkan dan memperlihatkan benda atau gambar dalam kehidupan sehari-hari, kemudian guru memberi contoh mendeskripsikan benda atau gambar tersebut. 5. Setelah selesai menjelaskan, guru mengambil beberapa benda atau gambar yang berbeda dan tidak memperlihatkan dahulu kepada siswa. Kemudian guru mengundi urutan kelompok yang akan maju ke depan kelas. 6. Guru meminta kelompok yang mendapat nomor urut 1 maju ke depan kelas, kemudian memilih salah satu benda atau gambar yang telah disediakan guru. Setelah memilih, kelompok tersebut mendeskripsikan benda atau gambar yang telah dipilihnya di depan kelas. Begitu seterusnya sampai kelompok terakhir. 7. Guru melakukan Evaluasi 8. Refleksi dan Penutup 2.2. Kerangka Pikir Pembelajaran berbicara, yang terintegrasi dalam pelajaran bahasa Indonesia, merupakan bagian pembelajaran keterampilan berbahasa yang penting. Masalah penelitian ini adalah kurang memadainya keterampilan berbicacara siswa. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor. Faktor yang menjadi sasaran observasi penelitian ini adalah kegiatan berbicara siswa dalam proses belajar dan kemampuan berbicara siswa. Artinya, bahwa keterampilan berbicara mencakup aspek proses pembelajarannya dan hasil yang diperoleh dari pembelajaran itu.

15 Dalam penelitian ini teknik permainan terka gambar. Suatu teknik pembelajaran yang mengkombinasikan permainan dengan gambar-gambar yang akan merangsang keterampilan berbicara siswa dan pada akhirnya akan meningkatkan keterampilan berbicara mereka. harapannya secara proses belajar siswa yang dilakukan secara berkelompok, akan memotivasi siswa untuk berbicara sebanyak mungkin tanpa rasa takut dan minder. Sementara itu, kemampuan berbicara siswa pun dapat ditingkatkan selama pembelajaran berlangsung. Selain hal diatas, teknik permainan terka gambar ini menuntut siswa untuk lebih aktif interaktif dan guru hanya sebagai fasilitatos saja. Keterlibatan siswa dalam setiap kegiatan itu sangat berharga dan berguna untuk perkembangan keterampilan berbicaranya. Demikian juga, melalui teknik ini siswa akan bermain sambil belajar. Dengan demikian, suasana kelas dapat dibuat tidak menjemukan dan mengangkan. Siswa dapat menikmati pembelajaran dan melatihkan keterampilan berbicaranya. 2.. Hipotesis Tindakan Adapun hipotesis yang muncul dalam penelitian ini adalah bahwa dengan pembelajaran berbicara yang menerapkan teknik permainan terka gambar yang dilakukan secara berkelompok dapat meningkatkan ketrampilan berbicara pada siswa kelas IV semester 1, SD Negeri Tegowanu Wetan, Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan, tahun ajaran 2011/2012?