BAB I PENDAHULUAN. memerlukan interaksi tersebut dalam berbagai bentuk. Manusia. malam harinya. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan hubungan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

KEPUTUSAN HIDUP MELAJANG PADA KARYAWAN DITINJAU DARI KEPUASAN HIDUP DAN KOMPETENSI INTERPERSONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pada rentang kehidupan manusia akan selalu terjadi proses perkembangan.

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E, Stems, H. L, Feldman, R. D. & Camp, C. J. (2002). Adult Development and Aging (2 nd ed). New York:McGrawHill

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA OKTARIA Fakultas Psikologi Univesitas Gunadarma Abstrak Setiap orang membutuhkan seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BABI PENDAHULUAN. Pada dasamya manusia merupakan individu yang beikembang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa. mira asmirajanti

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

para1). BAB I PENDAHULUAN

BAB 5 RINGKASAN. Peranan wanita bagi masyarakat Jepang pada era Meiji adalah sebagai seorang istri

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai

PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang baik antara dirinya dan lingkungan (Kristiyani, 2001). Penyesuaian diri

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perempuan di beberapa negara maju lebih memilih melajang atau berpasangan

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dan usia tujuh puluh sampai akhir kehidupan (usia lanjut). Pada masa lansia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan kata lain masa dewasa adalah masa di mana seseorang semestinya sudah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. tahap-tahap perkembangan mulai dari periode pranatal sampai pada masa usia lanjut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Gunarsa & Gunarsa (1993) keluarga adalah ikatan yang diikat

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan hubungan interpersonal dan manusia memerlukan interaksi tersebut dalam berbagai bentuk. Manusia merupakan makhluk sosial, yang berarti tidak akan pernah lepas dari hubungannya dengan orang lain, mulai dari bangun pagi sampai tidur kembali di malam harinya. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan hubungan interpersonal secara mendalam dengan seseorang sehingga dapat memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya. Hubungan yang demikian akan meningkat terus sehingga sampai pada suatu perkawinan (Oktaria, 2009). Perkawinan merupakan salah satu tugas perkembangan ketika manusia beranjak dewasa. Menurut Husein (dalam Prestasi, 2006) perkawinan merupakan ikatan diantara dua insan yang mempunyai banyak perbedaan dari segi fisik, asuhan keluarga, pergaulan, cara berpikir (mental), pendidikan dan lain hal. Namun memasuki abad 21, terdapat perubahan dalam gaya hidup orang dewasa yang mengakibatkan munculnya gaya hidup antarpribadi selain pernikahan, yaitu tidak menikah ( singles), tinggal bersama pasangan tanpa status pernikahan (cohabitors), dan hubungan homoseksual ( gay atau lesbian) (Rusita, 2007). 1

Adapun jenis hubungan antarpribadi yang akan dibahas pada penelitian ini adalah kehidupan individu yang tidak menikah. Dwiputri (dalam Vida, 2011) menyatakan dasawarsa terakhir, di kota-kota besar makin banyak orang melajang sampai lanjut usia, karena uang dianggap membuat hidup lebih baik, bukan lagi pasangan hidup sehingga menikah bukan lagi prioritas utama bila penghasilan seseorang belum memadai Kebanyakan orang yang tidak menikah, mempunyai alasan yang kuat untuk tetap tidak menikah ( melajang). Para orang dewasa yang memilih menjalani hidup sendiri atau hidup tidak menikah bukanlah suatu hal tanpa masalah sehingga dapat dengan mudah dijalankan oleh seseorang. Mereka yang menjalani kehidupan tidak menikah harus berani mengambil segala resiko dari segala permasalahan yang akan timbul nantinya (Rusita, 2007). Menurut Hurlock (1991) antara pria dan wanita terdapat perbedaan dalam menjalani kehidupan tidak menikah.untuk wanita biasanya diwarnai stres jika belum menikah. Kemudian Mandasari (dalam Oktaria, 2009) menyatakan, bahwa wanita cenderung memiliki tingkat kesepian yang tinggi dibandingkan dengan pria, hal ini disebabkan karena karakteristik wanita yang lebih mungkin mengakui dirinya kesepian dan lebih membutuhkan teman untuk berbagi pikiran dan pengalaman dibandingkan pria. Berbeda dengan para pria yang tidak mempersalahkan kapan mereka menikah, karena pria dapat menikah kapan saja pria mau. Banyak pria yang tetap membujang karena ingin menikmati kebebasan 2

sebagai bujangan, atau karena mereka ingin mempersembahkan waktu dan tenaga mereka sampai mantap dalam karir (Hurlock, 1991). Perjuangan perempuan dalam meraih persamaan hak dengan laki-laki, secara tidak langsung mengubah cara pandang perempuan terhadap hubungan romantika. Seiring munculnya kesadaran terhadap perwujudan cita-cita, maka menikah dan mengasuh anak bukan lagi tujuan utama dalam kehidupan mereka (Vida, 2011).Kemudian Hardjana (2011) juga menyatakan, bahwa perempuan tidak lagi melihat tujuan hidupnya hanya sebatas menikah dan membentuk keluarga. Hal ini menunjukkan telah terjadinya pergeseran nilai, dimana pada awalnya perempuan menganut nilai pengabdian diri kepada keluarga, namun saat ini perempuan menganut nilai pengembangan diri dan martabat. Perempuan lajang memiliki predikat yang sering dikaitkan dengan sukses mengejar karir dan tujuan hidup yang semakin beragam. Melalui survey yang diadakan majalah Femina terhadap 100 perempuan Indonesia kelas menengah di perkotaan, diketahui bahwa sudah terjadi perubahan dalam sikap, pola pikir dan cita-cita sebagian perempuan Indonesia menjadi lebih modern. Tingkat pendidikan yang makin tinggi, globalisasi, isu kesetaraan dan arus informasi yang semakin terbuka, ikut mempengaruhi perubahan tersebut. Sebanyak 58% mengaku tidak khawatir hidup melajang (Vida, 2011). Selain itu pernikahan bukan lagi sumber utama bagi keamanan wanita karena saat ini wanita telah mampu untuk memiliki pekerjaan dan hidup mandiri, tanpa bergantung pada orang lain (Papalia et al., 2002). 3

Pada era modernisasi saat ini, perempuan yang belum menikah pada usia yang di anggap cukup (dewasa), atau di sebut juga perempuan lajang, banyak di temui di berbagai negara. Tidak hanya di negara maju seperti Amerika, terdapat juga di negara-negara berkembang dan di benua Asia (Vida, 2011). Jumlah wanita lanjut usia yang tidak menikah lebih banyak dibandingkan pria lanjut usia yang tidak menikah. Kurang dari 5% lansia pria dan kurang dari 10% lansia wanita tidak menikah ( Indriana et al, 2011). Para perempuan lajang tersebut lebih mementingkan pendidikan dan karir serta kebebasan dalam menentukan hidupnya (Vida, 2011). Pada awalnya para lajang menganggap hidup sendiri itu mengasyikkan, namun dengan seiringnya waktu timbul perasaan loneliness (Santrock, 2002). Menurut Mandasari (dalam Oktaria, 2009) wanita yang mengalami loneliness cenderung memiliki tingkat loneliness yang tinggi dibandingkan dengan pria, hal ini disebabkan karena karakteristik wanita yang lebih mungkin mengakui dirinya kesepian loneliness dan lebih membutuhkan teman untuk berbagi pikiran dan pengalaman dibandingkan pria. Kemudian pada penelitian yang dilakukan Hayward ( dalam Maharani, 2005) menemukan bahwa kelompok wanita lansia yang tidak pernah menikah paling memiliki resiko tinggi untuk mengalami loneliness. Menurut Nowan (dalam Rusita, 2007) loneliness adalah perasaan yang timbul akibat kebutuhan yang mendesak akan kehadiran orang lain, untuk berkomunikasi dan mempunyai relasi intim dengan orang lain, ataupun kebutuhan akan 4

dukungan, penerimaan, dan penghargaan dari orang lain terhadap keberadaan dirinya. Seseorang yang loneliness cenderung menyalahkan diri sendiri atas kekurangan mereka. Sebagai contoh, mereka menunjukkan keterbukaan diri yang tidak tepat, perhatian untuk diri sendiri sebagai ganti perhatian terhadap pasangan atau ketidakmampuan untuk membangun keintiman yang nyaman (Frank l dan Prentice dalam Santrock, 2002). Loneliness sangat dirasakan ketika mereka memasuki usia lanjut, karena masa usia lanjut adalah masa yang paling rentan untuk merasakan loneliness (Dewi, 2010), dimana dalam usia ini, mereka banyak kehilangan kontak sosial karena pola hidupnya semasa muda cenderung konsentrasi pada pekerjaan kantor, dan tidak mempunyai banyak waktu bergaul dan berorganisasi. Sehingga ketika memasuki masa pensiun, para usia lanjut merasakan kebingungan tentang apa yang harus dilakukan, dan dengan siapa akan mengadakan kontak dan komunikasi. Selain itu, terkadang jauh dari Tuhan sehingga para usia lanjut merasa tidak berguna dan berdampak pada upaya menarik diri dari pergaulan sosial (Hanum, 2008). Disamping itu, loneliness para usia lanjut dapat disebabkan pengalaman traumatis, yaitu trauma yang disebabkan oleh meninggalnya orang yang amat dicintai. Peristiwa tersebut dapat menenggelamkan seseorang dalam loneliness yang sangat mendalam dan masuk dalam suasana kegelapan (Hulme dalam Oktaria, 2009). Sehingga rasa loneliness yang di alami oleh wanita lanjut usia yang tidak pernah menikah ini, akan menimbulkan berbagai dampak yang akan 5

mempengaruhi kehidupan mereka. Beberapa dampak tersebut, seperti mengalami rendah diri yang membuat mereka kehilangan rasa percaya diri, sering menyalahkan diri sendiri apalagi ketika mereka melakukan kesalahan, tidak ingin berusaha untuk terlibat pada kegiatan sosial, dengan istilah lain selalu ingin menyendiri. Kemudian para lansia ini juga mempunyai kesulitan untuk memperlihatkan diri dalam berkelakuan dan takut untuk berkata ya atau tidak untuk hal yang tidak sesuai. Lalu mereka juga memiliki rasa takut untuk bertemu orang lain yang belum dikenal sebelumnya dan juga mencoba sebisa mungkin untuk menghindari situasi baru. Selain itu, lansia yang tidak pernah menikah juga mempunyai persepsi negatif tentang diri sendiri, serta merasakan keterasingan, kesendirian dan perasaan tidak bahagia terhadap lingkungan sekitar. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan tentang : Bagaimana gambaran loneliness pada wanita lanjut usia yang tidak pernah menikah?. 1. 3 Tujuan Penelitian Penelitia ini bertujuan untuk mengetahui gambaran loneliness yang dialami oleh wanita lanjut usia yang tidak pernah menikah. 6

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, meningkatkan pemahaman dan pengetahuan dalam bidang psikologi, terutama dalam psikologi sosial dan psikologi perkembangan, mengenai gambaran loneliness pada wanita lanjut usia yang tidak pernah menikah. 1.4.2 Manfaat Praktis Peneliti berharap agar penelitian dapat menjadi acuan pada: - Peneliti dapat memberikan saran dan masukan bagi yang mengalami masalah loneliness pada wanita usia lanjut yang tidak pernah menikah agar dapat bangkit dari rasa loneliness dan bertindak dengan langkah-langkah positif. - Serta peneliti juga berharap, agar tidak hanya berguna pada peneliti, akan tetapi dapat berguna juga untuk subjek, sehingga subjek dapat mengantisipasi rasa loneliness yang ada dengan atau tanpa arahan dari para psikolog. 1. 4.3 Sistematika Penelitian Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I: Pendahuluan 7

Bagian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan. BAB II: Tinjauan Teoritis Bagian ini menjelaskan tentang tinjauan kepustakaan dan berisikan tentang teori-teori loneliness, wanita lansia dan arti dari tidak menikah. BAB III: Metodologi Penelitian Dalam bab ini, peneliti akan menjabarkan mengenai jenis atau metode penelitian yang berisikan tentang pendekatan penelitian, karakteristik subjek, perumusan pengukuran penelitian, dan prosedur penelitian. BAB IV: Hasil Penelitian dan Analisa Data Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil penelitian, hasil perhitungan dan interpretasi data. BAB V: Kesimpulan dan Saran Dalam bab ini, peneliti akan merumuskan hasil kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, serta berusaha menjabarkan hasil penelitian berdasarkan tinjauan teoritis sebelumnya. Kemudian, penelitian akan dilengkapi dengan saran, baik saran metodologis maupun saran praktis, yang berguna untuk penelitian yang akan datang. 8