BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bab I membahas permasalahan yang melatarbelakangi penelitian, pertanyaan

SPIP adalah sistem pengendalian intern diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu wujud keberhasilan pemerintah adalah dengan mewujudkan

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BERITA NEGARA. No.787, 2011 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan.

BAB I PENDAHULUAN. awalnya hanya didasarkan pada Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 23.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA


Bab 1 PENDAHULUAN. kepentingan rakyat dengan sebaik-baiknya guna mewujudkan aspirasi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan akuntabilitas pada organisasi sektor publik baik pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN. yang diwujudkan dalam bentuk penerapan prinsip good governance. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 pasal

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Kemendagri REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya reformasi birokrasi pemerintahan maka seluruh hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Instansi pemerintah secara umum berperan dalam pemberian. pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidangnya masing-masing

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah.

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

I. PENDAHULUAN. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. SAKIP. Evaluasi. Juklak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2012, No.51 2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Peme

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bergulirnya era reformasi sejak tahun 1998 membawa pula angin

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bersih dan Bebas dari KKN. (Meidyah Indreswari, 2011). Salah satu cara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi sistem penganggaran telah berjalan sejak disahkan paket. undang-undang keuangan negara yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 17

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

WALIKOTA PROBOLINGGO

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengeluarkan UU No. 33 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. anggaran Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17. berbunyi sebagai berikut : Ketentuan mengenai pengakuan dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

IMPLEMENTASI SPIP BALITBANG KEMENTERIAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan publik melalui peningkatan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perorangan, masyarakat dan atau pemerintah oleh karenanya Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini memuat tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. lahirnya paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu undang-undang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum terjadinya reformasi keuangan di Indonesia, Laporan Keuangan

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas tentang latar belakang dari dilakukan penelitian ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

SATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. minyak Belanda ini mendorong diberlakukannya Undang-Undang Pemerintah

2 Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tanggal 3 Novembe

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka wujud

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manajemen keuangan daerah tidak terlepas dari perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance based

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BAB I PENDAHULUAN. agar fungsi APBN dapat berjalan secara maksimal, maka sistem anggaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah atau disingkat menjadi SPIP

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, namun sebaliknya pada sektor

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun dengan Undang-Undang. Pada tahun 2014, pemerintah menetapkan tiga fungsi utama APBN dalam perekonomian, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi (Kementerian Keuangan, 2013). Fungsi alokasi mempunyai arti bahwa APBN terkait dengan alokasi anggaran Pemerintah dalam melayani kebutuhan masyarakat dan menciptakan pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi dan berkualitas. Selanjutnya, fungsi distribusi dalam APBN mencerminkan bahwa APBN berperan untuk mendistribusikan pendapatan dan subsidi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sementara itu, fungsi stabilisasi memiliki arti bahwa APBN berperan untuk menjaga stabilitas dan percepatan kinerja ekonomi agar tetap berada pada kondisi yang produktif, efisien, dan stabil (Kementerian Keuangan, 2013). Mengingat pentingnya fungsi-fungsi tersebut, maka APBN harus dikelola dengan sebaik-baiknya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan sampai dengan pelaporan atau pertanggungjawaban anggaran. Perkembangan reformasi sektor publik yang begitu dinamis tidak terlepas dari tuntutan masyarakat yang melihat secara kritis kinerja

2 pemerintah. Oleh sebab itu, reformasi di bidang manajemen keuangan negara yang diinisiasi dengan lahirnya paket undang-undang keuangan negara, yaitu UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, telah membentuk pilar-pilar utama dalam reformasi manajemen keuangan negara khususnya dalam pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN. Selain itu terbitnya undang-undang dibidang keuangan negara membawa implikasi perlunya sistem pengelolaan keuangan negara yang lebih akuntabel dan transparan, Hal ini baru dapat dicapai jika seluruh tingkat pemimpin menyelenggarakan kegiatan pengendalian atas keseluruhan kegiatan di instansi masing-masing. Dengan demikian penyelenggaraan kegiatan pada suatu pemerintahan dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban harus dilaksanakan secara tertib, terkendali serta efesien dan efektif (panduan penerapan SPIP, PPM, 2013) untuk mewujudkannya diperlukan suatu sistem yang dapat memberi keyakinan yang memadai bahwa penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi dapat mencapai tujuannya. Dalam menjalankan fungsi pemerintahan untuk memenuhi tuntutan pembangunan dan pelayanan pada masyarakat di era reformasi, pemerintah dihadapkan pada tantangan yang sangat berat dan kompleks dalam tugas dan pekerjaan, kehadiran organisasi dan birokrasi pemerintah yang efektif dan aparatur yang professional dengan dedikasi dan integritas tinggi merupakan keharusan untuk menjawab tantangan tersebut.

3 Berdasarkan Laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK pada Semester II tahun 2012 diperoleh kesimpulan bahwa masih terdapat kelemahan dalam pengendalian internal pada pemerintah. Kelemahan tersebut terletak pada sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan serta sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Hal tersebut bukan hanya sekedar fenomena nasional yang umum terjadi. Hal ini sangat lebih tepat jika dikatakan sebagai representasi dari permasalahan dalam tubuh instansi pemerintah Pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja merupakan tahap yang sangat penting dalam menjalankan program dan kegiatan pemerintah yang telah disusun dalam APBN. Dalam pelaksanaan anggaran pendapatan dan Negara instansi pemerintah juga dihadapkan pada ketidakpastiaan dalam menjalankan kegiatan yang akan berpengaruh terhadap efisiensi dan efektifitas sehingga diperlukan sistem pengendalian internal pemerintah (Pusdiklatwas-2009). Apabila pelaksanaan APBN tidak berjalan sesuai dengan regulasi yang telah ditetapkan, maka dapat timbul permasalahan yang melibatkan para pengelola keuangan negara, seperti PPK dan bendahara. Untuk itu agar dapat terwujudnya akuntabilitas dan transparansi dalam pelaksanaan APBN instansi pemerintah dituntut untuk menerapkan suatu sistem pengendalian internal pemerintah yang efektif dan efisien (pusdiklatwas BPKP-2009, hal 28). Hal tersebut dapat diwujudkan dalam : a. Efisiensi dan efektifitas pelaksanaan program-program pemerintah,

4 b. Penyiapan laporan pertangungjawaban pelaksanaan kegiatan yang lebih tepat waktu, c. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang diwujudkan dengan berkurangnya penyimpanganpenyimpangan yang terjadi dalam penggunaan anggaran belanja negara. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah Pasal 33 ayat (1) disebutkan bahwa untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan dan kinerja sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah ini, setiap entitas pelaporan dan akuntansi wajib menyelenggarakan sistem pengendalian internal pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan terkait. Berdasarkan amanat aturan perundang-undangan tersebut telah dikembangkan sistem pengendalian internal yang berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan dan tolak ukur pengujian efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian internal yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Unsur Sistem Pengendalian Internal dalam Peraturan Pemerintah ini mengacu pada 5 (lima) unsur, yaitu: (Pusdiklatwas BPKP 2008 hal 29) lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, bahwa setiap instansi pemerintah wajib menyelenggarakan SPIP, maka Kementerian Energi dan Sumber Daya

5 Mineral (ESDM) mulai melaksanakan SPIP melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 17 Tahun 2011 Tanggal 22 Desember 2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah di Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Dalam Peraturan Menteri ini, ditetapkan bahwa masing-masing unit utama di lingkungan Kementerian ESDM wajib menerapkan SPIP. Atas dasar regulasi tersebut, maka diterbitkan Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor Nomor 979.K/73/DJM.S/2013 tanggal 10 Desember 2013 tentang Satuan Tugas Pelaksana Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi yang dijadikan sebagai dasar pelaksanaan SPIP di lingkungan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Melalui latar belakang tersebut, penelitian ini akan mengevaluasi pelaksanaan SPIP pada pengelolaan keuangan negara di lingkungan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Selain itu, untuk mendukung analisis atas evaluasi pelaksanaan SPIP dimaksud, maka penelitian ini akan melibatkan pengelola keuangan negara pada lingkungan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, seperti Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) dan Bendahara. 1.2 Perumusan Masalah Pengendalian internal perlu dijalankan dalam setiap proses pengelolaan keuangan negara agar terwujud transparansi dan akuntabilitas atas pelaksanaan APBN. Selain itu, pengendalian internal yang baik dapat menghindarkan instansi pemerintah dari beberapa permasalahan terkait pelaksanaan anggaran belanja negara, seperti tidak terbayarnya tagihan

6 kepada pihak ketiga atas pekerjaan yang telah selesai, terjadinya tuntutan hukum dari pihak ketiga, lamanya proses pencairan dana, tidak tersedianya anggaran, dan rendahnya realisasi anggaran belanja negara. Selanjutnya, Keandalan atau efektifitas atas penerimaan atau pembayaran menyebabkan masalah penyerapan anggaran. Hal ini tentu terkait efektifitas pengendalian internal. Hingga saat ini belum pernah dilakukan evaluasi atas efektivitas pengendalian internal atas pelaksanaan pembayaran APBN di lingkungan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. 1.3 Pertanyaan Penelitian Melalui perumusan masalah tersebut di atas, maka dalam penelitian ini disusun pertanyaan berupa: Bagaimana efektifitas pengendalian internal yang dilakukan atas pelaksanaan APBN pada Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan pertanyaan penelitian tersebut di atas, maka dapat dipaparkan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk: Mengevaluasi efektivitas pengendalian internal yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan APBN pada Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. 1.5 Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini, diharapkan para pejabat maupun pengelola keuangan pada Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi dapat mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan pengendalian internal atas pelaksanaan APBN pada instansinya. Selain itu Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi dapat menyempurnakan pelaksanaan pengendalian internal

7 atas pelaksanaan APBN sesuai dengan konsep Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Lebih jauh diharapkan penelitian ini dapat memberikan rekomendasi bagi para pejabat maupun pengelola keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas atas pelaksanaan APBN. 1.6 Batasan Masalah Meskipun siklus APBN terdiri dari berbagai tahap, yaitu bermula dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan sampai dengan pelaporan atau pertanggungjawaban anggaran, namun untuk mendapatkan analisa yang fokus dan mendalam maka dalam penelitian ini akan dibahas mengenai satu tahap dalam siklus APBN, yaitu proses pelaksanaan pembayaran atas beban APBN. Selain itu analisa data yang dilakukan hanya meliputi pelaksanaan lingkungan pengendalian, penilaian risiko dan tindakan pengendalian berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2008 mengenai sistem pengendalian intern pemerintah. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan sistematika sebagai berikut: Bab I PENDAHULUAN Pendahuluan merupakan garis besar dari keseluruhan tesis yang menguraikan latar belakang, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

8 Bab II LANDASAN TEORI Landasan Teori akan menguraikan tentang Sistem Pengendalian Internal (SPI), SPI Versi COSO, dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian terdiri dari penjelasan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis dilakukan terhadap penerapan unsur-unsur pengendalian internal atas pembayaran dalam rangka pelaksanaan APBN beserta rekomendasi sebagai upaya perbaikan apabila ditemukan kelemahan dalam penerapannya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab terakhir dalam penelitian ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta saran-saran perbaikan bagi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi terkait penerapan pengendalian internal atas pembayaran dalam rangka pelaksanaan APBN.