VERMIKOMPOS. Oleh Suharyanto (Staf pengajar Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu)

dokumen-dokumen yang mirip
Kompos Cacing Tanah (CASTING)

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman

Lampiran I. Bagan Penelitian Menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) Vol. Volll. Vol! Villi. V,ll. Villi. Vdll V.I. Keterangan : Vi V2V3V4V5

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

VERMIKOMPOS A. Pengertian Vermikompos B. Keunggulan Vermikompos

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

PENGARUH PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) SEBAGAI AKTIVATOR TERHADAP BENTUK FISIK DAN HARA VERMIKOMPOS DARI FESES SAPI BALI SKRIPSI

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 5 kelompok perlakuan yaitu, 1 kelompok perlakuan dengan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pengolahan yang dapat dilakukan adalah pengolahan sampah organik

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

VERMIKOMPOS (Kompos Cacing Tanah) PUPUK ORGANIK BERKUALITAS DAN RAMAH LINGKUNGAN

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

Analisis Usaha Ternak Cacing dan Pupuk Kascing (Bekas Cacing)

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PEMBUATA KOMPOS DARI SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

BAB I PENDAHULUAN. glossocolecidae, dan lumbricidae (Khairulman dan Amri, 2009: 1-3).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Vermikompos adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang

BAB III MATERI DAN METODE. feses sapi dan feses kerbau dilaksanakan dari bulan Desember 2013 sampai

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

PEMANFAATAN CACING Lumbricus rubellus DALAM PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK Dl TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA)

Cara Menanam Cabe di Polybag

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kompos. sampah dapur, sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai hasil

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian

HASIL WAWANCARA DENGAN PETERNAK CACING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

III. BAHAN DAN METODE

Pembuatan Kompos Limbah Organik Pertanian dengan Promi

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

Seiring dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesejahteraan. penduduk, kebutuhan akan pangan dan sayuran segar juga terus meningkat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

Oleh: Nita Kusumawati FMIPA Universitas Negeri Surabaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

LAPORAN AKHIR PRODUKSI KOMPOS

BUDIDAYA CACING RAMBUT (Tubifex sp.) DENGAN FERMENTASI LIMBAH ORGANIK SEBAGAI PAKAN ALAMI LARVA IKAN GURAMI

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

EVALUASI PROSES KOMPOSTING DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI KOMPOS

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

PENGOLAHAN SAMPAH SUNARYO HADI WARSITO

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang

PERTUMBUHAN TANAMAN Gelombang Cinta (Anthurium plowmanii keris) PADA MEDIA CAMPURAN ARANG SEKAM DAN PUPUK KANDANG DENGAN PENAMBAHAN STARBIO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

STUDY POTENSI DAN PEMANFAATAN CACING TANAH UNTUK PAKAN UNGGAS

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak

PEMBUATAN KOMPOS DENGAN MOL LIMBAH ORGANIK Dini Rohmawati Jurdik Kimia, FMIPA UNY

Transkripsi:

VERMIKOMPOS Oleh Suharyanto (Staf pengajar Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu) Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari kita sering dihadapkan dengan permasalahan limbah/sampah. Salah satu limbah/sampah yang banyak ditemui adalah limbah/sampah organik. Limbah/sampah organik adalah limbah/sampah yang berasal dari makhluk hidup, misalnya dedaunan, kotoran manusia/hewan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman, dan lain-lain. Limbah ini sering dianggap sebagai kendala kebersihan, keindahan dan kenyamanan sehingga sering menjadi sumber pencemaran lingkungan. Sebenarnya, limbah organik apabila dikelola dengan baik dapat memberi manfaat yang besar bagi umat manusia. Salah satu limbah organik yang sering dibiarkan begitu saja adalah limbah kotoran ternak terutama sapi. Limbah kotoran ternak yang terdiri dari feses dan urin disebut dengan manure. Padahal feses ternak (sapi) dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik dengan melalui komposisasi. Apalagi feses ternak mengandung bahanorganik, protein dan unsur hara yang cukup tinggi sehingga bagus untuk pakan jasad renik dan hewan tertentu dan untuk tanaman. Dengan memanfaatkan menjadi kompos maka keuntungan yang diperoleh adalah pupuk organik, kebersihan dan keindahan lingkungan dapat terjaga. Pengertian dan Keuntungan Komposisasi adalah proses pembentukan kompos dari suatu bahan organik. Pada kondisi alamiah bahan organik mengalami dekomposisi secara terus menerus menjadi bahan yang salah satunya adalah kompos dengan kandungan unsur hara tinggi. Vermikompos adalah kompos yang dihasilkan dari bahan organik dengan bantuan cacing (vermis). Keuntungan vermikompos adalah prosesnya cepat dan kompos yang dihasilkan (kascing = bekas cacing) mengandung unsur hara tinggi. Sementara komposisasi dengan cara konvensional membutuhkan waktu yang relatif lama dengan kandungan unsur hara yang lebih rendah. Tabel 1. Perbandingan Kandungan hara kompos cacing dengan kompos konvensional Jenis Limbah Organik P K Ca Mg NO 3 (ppm) NH 4 (ppm) Kotoran sapi (cacing) 0.18 0.41 0.59 0.08 259.4 141.5 Kotoran sapi (konvensional) 0.11 0.19 0.35 0.05 8.8 117.1 Kotoran babi (cacing) 1.64 1.76 2.27 0.72 110.3 2040.0 Kotoran babi (konvensional) 1.05 1.49 1.56 0.45 31.6 858.4 Limbah kentang (cacing) 0.22 3.09 1.37 0.34 1428.0 681.8 Limbah kentang (konvensional) 0.19 1.94 0.91 0.24 74.6 1982.5 Sumber: Edwards and Neuhauser, 1988 Selain itu, menurut Edwards and Neuhauser (1988) bahwa kelebihan vermikompos tidak hanya komposisi hara yang lebih baik, tapi juga perannya dalam meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama. Misalnya tanaman kangkung yang ditanam tanpa menggunakan vermikompos mendapat serangan serangga sehingga daunnya berlubang- 1

lubang, namun setelah dipupuk dengan vermikompos berangsur-angsur serangan serangga tidak terjadi lagi sehingga daunnya mulus. Selain itu, vermikompos diyakini mempunyai kelebihan dalam pengkayaan mikroorganime dalam tanah. Penelitian Subler, Edwards dan Metzger (1998) menunjukkan bahwa vermikompos mempunyai komunitas mikrobiologi yang berbeda dan aktivitas mikroba kumulatif yang lebih besar dibanding kompos. Jenis Cacing Tanah Cacing tanah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) cacing yang bersifat utama sebagai perombak (composter) yang dicirikan hidup di bagian permukaan tanah yang banyak tersedia bahan organik dan (2) soil-dwelleing atau earthworker yang dicirikan hidup membuat lubang/menembus tanah. Keduanya mempunyai manfaat untuk kegiatan pertanian, yang pertama mempercepat perombakan bahan organik menjadi vermikompos (penyubur tanah) dan yang kedua untuk meningkatkan aerasi tanah. Untuk beternak cacing, baik untuk keperluan perombak bahan organik, pembuatan vermikompos atau penghasil cacing, kelompok cacing yang pertama (perombak) menjadi pilihan utama. Alasannya adalah cacing tersebut mampu memproses bahan organik dalam jumlah besar dan berkembang biak dengan cepat. Beberapa jenis cacing pengkompos yang dapat dipilih, antara lain: 1) Eisena fetida. Jenis cacing ini juga dikenal sebagai tiger worm, merupakan jenis cacing pengkompos yang mempunyai rentang toleransi terhadap suhu, kemasaman, dan kelembaban yang cukup tinggi. 2) Lumbricus rubellus. Jenis cacing ini dikenal sebagai redworm dan merupakan pilihan favorit lain untuk budidaya cacing tanah. Karakteristik cacing ini adalah bereproduksi secara seksual dengan jumlah 2-3 cocon/cacing/minggu, umur dewasa 2,5-3 bulan. Selain kedua jenis cacing tersebut di atas, cacing Perionyx excavatus (blue worm), Eudrilus eugeniae (african night crawler) dan Phretima sp mempunyai potensi untuk dibudidayakan. Namun karena kecenderungannya untuk meninggalkan tempat pemeliharaannya maka budidaya sedikit sulit. Cacing sebagai alat dalam memproduksi kascing dapat dipilih salah satu atau lebih jenis cacing yang tersedia. Jenis yang banyak dibudidayakan adalah Lumbricus rubellus. Jumlah atau banyaknya bibit yang diperlukan dalam budidaya cacing biasanya menggunakan ukuran berat, misalnya dibutuhkan 1 kg bibit cacing. Hal ini berkaitan dengan kemampuan cacing didalam merubah bahan organik menjadi kascing. Banyaknya bibit yang diperlukan sangat bergantung dengan macam bahan organik sebagai pakan dan tujuan pemelihraannya. Untuk mengolah limbah rumah tangga (sampah/dedaunan/ seresah) dibutuhkan sekitar 0,5 kg bibit untuk setiap 1 kg limbah pada luasan 1 m 2, sementara kalau untuk perkembangbiakan yang cepat diperlukan pakan kotoran sapi sebanyak 1-2 kg untuk 1 kg bibit cacing pada luasan 1m 2. Budidaya Cacing Tanah Dalam budidaya cacing perlu diperhatikan bahwa di tempat pemeliharaan cacing dipastikan tidak ada makhluk hidup yang lain. Hal ini mengingat bahwa mahluk hidup lainnya mungkin dapat merugikan (mematikan cacing yang kita pelihara). Mahluk hidup lain yang mungkin ada disekitar tempat pemeliharaan cacing dan bersifat merugikan (hama) adalah ayam, bebek, lipan, semut, katak, dan kadal. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam budidaya cacing tanah adalah sebagai berikut. 2

1. Sarana pemeliharaan a. Tempat untuk hidup cacing Untuk pemeliharaan cacing diperlukan (1) tempat yang terlidung dari air hujan, sinar matahari, dan gangguan binatang lainnya, dan (2) wadah pemeliharaan. Tempat yang terlindung memudahkan pengendalian lingkungan tempat hidup cacing, sementara wadah pemeliharaan berguna untuk menampung media pemelihaaran/pakan dan cacing. Tempat pemeliharaan dapat dipilih dari bagian rumah yang ada (di belakang/ samping rumah) yang dirasa sesuai dan nyaman. Wadah pemeliharaan dapat dibuat dari bak semen, bak plastik, kotak kayu atau bahan lain yang mampu berfungsi sebagai penampung media/ pakan dan cacing, ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan pemeliharaannya. Gambar 1. Bak dan media pemeliharaan cacing yang sedang dipersiapkan b. Media pemeliharaan dan pakan Media pemeliharaan yang baik akan memberikan kondisi lingkungan yang cocok untuk hidup, sehingga dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Agar cacing dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik, cacing pelu (a) pakan, (b) kondisi lingkungan yang tidak berubah-ubah, (c) perlindungan dari sinar matahari siraman air hujan, (d) kemudahan untuk bertemu pasangannya (kawin), dan (e) perawatan. Untuk itu, bahan atau material yang digunakan sebagai media sebaiknya: (a) mempunyai daya/kemampuan untuk memegang air yang cukup untuk menjaga kelembaban dan pertumbuhan cacing, (b) tidak mudah memadat, (c) kalau kelebihan air menjadi mudah tiris, (d) dari bahan yang tidak terlalu kasar, (e) bahan yang mengandung protein cukup tinggi, dan (f) telah melewati fase termofilik (pelepasan panas). Beberapa contoh material yang dapat digunakan untuk media adalah kotoran ternak (yang sudah tidak panas), jerami, limbah organik pertanian, dan kompos 2. Lingkungan yang sesuai Setelah mengetahui media dan pakan cacing yang bisa digunakan, kita perlu tahu lingkungan yang sesuai untuk kehidupan cacing, agar cacing dapat tumbuh dan berkembang 3

dengan baik. Lingkungan tersebut meliputi (a) kecukupan udara (oksigen) dalam media, (b) temperatur media, (c) kelembaban media, dan (d) kemasaman media. a. Kecukupan udara Media yang mampu menyediakan kecukupan udara akan memberikan jaminan ketersediaan oksigen dan dan pencapaian temperatur yang nyaman. Untuk memberikan kecukupan udara, biasanya digunakan bahan yang digunakan untuk media berupa campuran potongan atau cacahan jerami dengan kotoran ternak. Potongan jerami dimaksudkan untuk meningkatkan porositas media sehingga tidak mudah memadat. b. Temperatur media Cacing akan tumbuh dan berkembang apabila temperatur medianya optimum. Temperatur optimum untuk keperluan tumbuh dan konversi pakan berkisar antara 15-25 o C. Apabila ventilasi baik, biasanya temperatur optimum akan mudah dicapai. c. Kelembaban Cacing tanah memerlukan lingkungan yang lembab. Hampir seluruh tubuh cacing terdiri dari air, kandungan airnya mencapai 75-90% dari bobotnya. Untuk itu kelembaban yang cukup sangat diperlukan untuk menjaga agar tidak kehilangan air dari tubuhnya yang mungkin dapat mengganggu pertumbuhan dan hidupnya. Kelembaban yang optimum sangat bergantung dengan jenis cacingnya. d. Kemasaman media Pada umumnya, cacing tanah sangat sensitif terhadap kemasaman media yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Keasaman optimum untuk kehidupan cacing antara ph 5- ph 9. 3. Pemeliharaan dan panen Untuk mendapatkan keberhasilan yang diharapkan dalam budidaya cacing, ada 3 (tiga) hal yang sudah diuraikan sebelumnya. Pengelolaan yang baik dalam bentuk perawatan akan memberikan hasil yang baik saat panen, baik berupa cacing dan kascing. Perawatan tersebut meliputi perawatan terhadap cacing, tempat pemeliharaan, media, dan lingkungannya dengan kriteria seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan adalah tempat pemeliharaan, media, dan lingkungannya dengan kriteria seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan/ perawatan adalah cara pemberian pakan pada cacing. Apabila pakan cacing diketahui sudah habis hendaknya ditambahkan pakan baru secara merata. Setelah pemberian pakan, dalam pemeliharaan perlu diperhatikan adanya binatang lain yang mungkin merugikan (menjadi hama), ketersediaan oksigen, temperatur, kelembaban, dan kemasaman. Pakan yang habis biasanya ditandai dengan telah berubahnya bahan pakan (misalnya kotoran ternak) menjadi kotoran cacing yang berbentuk butiran kecil (seperti sisa atau ampas seduhan teh). Panen kascing dapat dilakukan kapan saja, biasanya dilakukan apabila wadah atau tempat pemeliharaannya telah penuh. Namun, kalau kita hendak memanen kascing dan cacing, maka sebaiknya dilakukan dengan selang 3 bulan. Hal ini diharapkan agar telur-telur cacing yang dihasilkan sebagian besar telah menetas menjadi anak cacing dan cukup besar untuk dipisahkan, sehingga dapat diharapkan cacing yang dipanen cukup banyak. 4

Gambar 2. Cacing-vermikompos hasil panen yang siap dipisahkan Panen cacing dan kascing dapat dilakukan dengan memisahkan cacing dengan kascing yang dihasilkan dengan cara memindahkan cacing yang ada dibagian atas atau cacing dijebak/ diumpan agar mengumpul disuatu tempat untuk kemudian dipindahkan. Kascing kemudian diayak untuk mendapatkan kascing yang remah sekaligus mengumpulkan cacing yang tersisa. Langkah-langkah Teknis Budidaya Cacing Tanah 1. Persiapkan tempat pemeliharaan cacing, berupa bak semen atau ember plastik atau bak kayu (sesuaikan dengan bahan yang tersedia). Tempat pemeliharaan tersebut hendaknya terlindung dari sinar matahari atau hujan. Usahakan tempat tersebut tidak mudah dijangkau oleh binatang/hewan pengganggu. Untuk itu perlu perlindungan (pagar, kapur anti semut). Gambar 3. Besek sebagai tempat pemeliharaan cacing 2. Persiapkan media, terdiri dari potongan jerami/rumput kering (dipotong kecil, 1-2 cm) sebanyak 1 bagian dan kotoran sapi yang sudah tidak panas sebanyak 3 bagian. Campurkan bahan tersebut sampai rata. 5

3. Tebarkan campuran media tersebut ke dalam wadah secara merata dengan ketebalan lebih kurang 5 cm. 4. Percikkan air kedalam media apabila dirasa perlu (kurang lembab) 5. Lepaskan bibit cacing yang jumlahnya disesuaikan dengan luas wadah/tempat pemeliharaan secara merata. 6. Tutup permukaan media dengan karung goni atau bahan lain (daun pisang kering). Tujuannya untuk membuat suasana gelap sehingga aktifitas cacing meningkat. 7. Rawat bedengan cacing sedemikian rupa seperti yang telah diuraikan di atas. 8. Periksa pada hari-hari berikutnya, apabila media yang berupa pakan telah habis dimakan, tambahkan pakan baru secara merata. Siram/percikan air apabila dirasa perlu. 9. Pemeliharaan/perawatan dilakukan terus menerus sampai wadah penuh atau sebagian besar telur telah menetas. 10. Panen, pisahkan cacing dengan kascing yang dihasilkan dengan cara memisahkan bagian atas (biasanya cacing berada) dengan bagian bawah. 11. Ayak kascing bagian bawah, kumpulkan cacing yang tersisa 12. Kascing yang dihasilkan siap digunakan sebagai pupuk organik untuk budidaya pertanian. Daftar Pustaka Adiprasetyo, T., Handajaningsih, M., dan Hidayat. 2001. Budidaya cacing tanah untuk memproduksi vermikompos. Makalah. Seminar Pengembangan Pertanian Organik di Propinsi Bengkulu. 3 Desember 2001 Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Edwards, C.A. and E. F. Neuhauser. 1988. Earthworms in waste and environmental management. SPB Academic Publishing. The Hague, The Netherlands. Nusantara, AD. dan Bertham, YH. 2001. Biologi cacing tanah dan perannya dalam daur ulang sampah rumah tangga. Makalah. Seminar Pengembangan Pertanian Organik di Propinsi Bengkulu. 3 Desember 2001. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu Subler, S., C. Edwards, and J. Metzger. 1998. Comparing Vermicomposts and Composts. Biocycle. Juli. -- SELAMAT MENCOBA -- 6