III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

Naskah ini diterima pada 12 Agustus 2014; revisi pada 25 Agustus 2014; disetujui untuk dipublikasikan pada 3 September 2014 ABSTRACT

Rancang Bangun Kolekor Surya Tipe Parabolic Trough untuk Menguapkan Air Laut berbahan Stainless dan Tembaga dengan Luas Tangkapan Cahaya 1 M 2

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR

III. METODE PENELITIAN

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan bahasa pemograman Delphi 3 yang dijalankan dibawah System

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan manusia akan energi semakin meningkat setiap tahun seiring dengan

RANCANG BANGUN ALAT PENGUMPUL PANAS ENERGI MATAHARI DENGAN SISTEM TERMOSIFON [DESIGN OF SOLAR THERMAL COLLECTOR TOOL WITH THERMOSIFON SYSTEM]

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan,

BAB IV. HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan di dalamnya dari hubungan energi dengan musim, pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. disegala aspek kehidupan manusia. Untuk itu pengaplikasian ilmu pengetahuan

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Radiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam

Analisa Efisiensi Prototype Solar Collector Jenis Parabolic Trough dengan Menggunakan Cover Glass Tube pada Pipa Absorber

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN KOMPOR ENERGI MATAHARI PORTABEL TIPE PARABOLA KIPAS

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

Analisis performansi kolektor surya terkonsentrasi menggunakan receiver berbentuk silinder

II. TINJAUAN PUSTAKA. Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII

PEMBUATAN PENGKONVERSI SINAR SURYA MENJADI PANAS GUNA PENYEDIAAN AIR PANAS DALAM RUMAH TANGGA. Suharto. Jurusan Fisika, Universitas Gadjah Mada

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis Energi Unit Total Exist

PEMBUATAN KOLEKTOR PELAT DATAR SEBAGAI PEMANAS AIR ENERGI SURYA DENGAN JUMLAH PENUTUP SATU LAPIS DAN DUA LAPIS

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14)

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 4. Kalor dan PerpindahannyaLatihan Soal 4.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA PERFORMA KOLEKTOR SURYA TIPE PARABOLIC TROUGH SEBAGAI PENGGANTI SUMBER PEMANAS PADA GENERATOR SISTEM PENDINGIN DIFUSI ABSORBSI

Koordinat X-Y untuk kun/a parabola tersebut terlihat di tabel (3.1) pada

collectors water heater menggunakan

Xpedia Fisika. Kapita Selekta Set Energi kinetik rata-rata dari molekul dalam sauatu bahan paling dekat berhubungan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Laju Pendidihan. Grafik kecepatan Pendidihan. M.Sumbu 18. M.Sumbu 24. Temperatur ( C) E.Sebaris 3 inch. E.Susun 3 inch. E.Sususn 2 inch.

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

DESTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN PEMANAS MATAHARI DENGAN REFLEKTOR CERMIN CEKUNG

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

ANALISA PENGARUH VARIASI DIAMETER RECEIVER DAN INTENSITAS CAHAYA TERHADAP EFISIENSI TERMAL MODEL KOLEKTOR SURYA TIPE LINEAR PARABOLIC CONCENTRATING

Analisa Performa Kolektor Surya Tipe Parabolic Trough Sebagai Pengganti Sumber Pemanas Pada Generator Sistem Pendingin Difusi Absorpsi

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

Termometri dan Kalorimetri

RANCANG BANGUN PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA

Desain, Perakitan dan Uji Coba Mini Parabolic Trough Collector (PTC) Sederhana

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT PENGERING KERUPUK TENAGA SURYA TIPE BOX MENGGUNAKAN KOSENTRATOR CERMIN DATAR

3. METODOLOGI PENELITIAN. Persiapan dan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret

PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH)

KALOR DAN KALOR REAKSI

Bab III Proses Produksi

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB V PEMBAHASAN Analisis Faktor. Faktor-faktor dominan adalah faktor-faktor yang diduga berpengaruh

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Energi Matahari

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK SIMULASI SATU UNIT MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI YANG DIGERAKKAN ENERGI SURYA DENGAN LUAS KOLEKTOR 1,5 m 2

KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER

ANALISA KARAKTERISTIK ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNG PARABOLA

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

Lampiran 1 Hasil pengukuran nilai densitas terhadap peningkatan suhu (penelitian pendahuluan)

RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap individu untuk ikut serta di dalamnya, sehingga sumber daya

PENGARUH KECEPATAN ANGIN DAN WARNA PELAT KOLEKTOR SURYA BERLUBANG TERHADAP EFISIENSI DI DALAM SEBUAH WIND TUNNEL

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP

BAB III METOLOGI PENELITIAN

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING

PERFORMANSI DESTILASI AIR BENTUK DASAR, REFLEKTOR DAN PARABOLA

BAB II LANDASAN TEORI

UJI KINERJA REAKTOR GASIFIKASI SEKAM PADI TIPE DOWNDRAFT PADA BERBAGAI VARIASI DEBIT UDARA

BAB IV PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber energi pengganti yang sangat berpontensi. Kebutuhan energi di

PENGARUH BENTUK DAN OPTIMASI LUASAN PERMUKAAN PELAT PENYERAP TERHADAP EFISIENSI SOLAR WATER HEATER ABSTRAK

Transkripsi:

21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Desember 2012 sampai dengan Januari 2013. 3.2. Alat dan bahan Alat yang akan di rancang adalah kompor tenaga surya adalah actinograf (Franz Ketterer 7007), lux meter (Krisbow KW0600288), thermometer, sedangkan bahan yang digunakan adalah air, perekat, alumunium foil, parabola bekas, besi sebagai penyangga parabola. 3.3. Prosedur Penelitian Pelaksanaan penelitian ini meliputi tahap-tahap perancangan, perakitan atau pembuatan alat, pengujian hasil rancangan, pengamatan dan pengolahan data.

22 3.4. Perancangan Teknik 3.4.1. Kriteria Desain Pembuatan kompor tenaga surya tipe parabolik ini diharapkan dapat memenuhi sesuai dengan keinginan dengan kriteria kolektor konsentrator tipe parabola ini mampu mendidihkan 2 liter air dalam waktu kurang lebih 15 menit dengan laju perubahan suhu yang tinggi. 3.4.2. Desain Fungsional Beberapa rancangan fungsional yang akan dibuat adalah sebagai berikut : 1. Dish Dish ini berfungsi sebagai tempat meletakan alumunium foil yang sudah dipotong sehingga membentuk cekungan menyerupai bentuk aslinya yaitu parabola. Bahan terbuat dari alumunium. 2. Reflektor terkonsentrasi Reflektor ini berfungsi sebagai pemantul cahaya Matahari yang akan langsung diteruskan ke receiver. Keuntungan dari reflektor terkonsentrasi ini adalah dapat menghasilkan output temperature tinggi, kehilangan panas lebih kecil karena permukaan receiver lebih kecil. Sedangkan kerugianya hanya dapat memanfaatkan komponen radiasi langsung saja. Bahan yang digunakan adalah alumunium foil. 3. Absorber atau receiver

23 Absorber berfungsi untuk menyerap radiasi surya dan mengkonversikan menjadi panas. Sifat sifat absorber yang baik adalah : Absorbsivitas tinggi Emisifitas panas rendah Kapasitas panas kecil Konduktifitas besar Refleksi rendah Tahan panas dan korosi Kaku dan mudah dibentuk Sedangkan bahan yang baik untuk absorber adalah alumunium, tembaga, kuningan, dan baja. Kemudian dicat hitam sepanjang permukaan nya agar tidak terjadi refleksi dan absorsivitas tinggi. Absorber yang digunakan adalah panci yang umumnya digunakan untuk memasak yang terbuat dari alumunium. 3.4.3. Desain Struktural Disc yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari parabola bekas yang terbuat dari alumunium selanjutnya setiap bagian bagianya dilapisi oleh alumunium foil yang berfungsi sebagai pemantul cahaya ke titik api. Tepat di atas disc terdapat dudukan absorber. Reflektor yang digunakan dalam penelitian ini adalah alumunium foil. Reflektor ini dipilih karena mempunyai nilai reflektansi yang tinggi. Alumunium foil disusun selanjutnya tempelkan ke disc sehingga akan menutupi seluruh permukaan disc.

24 Absorber yang digunakan terbuat dari bahan alumunium dimana setiap bagianya di cat menggunakan cat warna hitam guna meningkatkan absorbsi radiasi Matahari. Absorber yang digunakan adalah dari panci. Sedangkan pada bagian kaki kaki penyangga reflektor menggunakan bahan yang terbuat dari besi siku yang dirancang supaya dapat menopang dari reflektor itu sendiri dan diberikan roda supaya mudah dalam memindahkan alat. Sedangkan penyangga absorber terbuat dari besi yang disambungkan di kedua sisi reflektor sehingga dapat dengan mudah memfokuskan pada titik api. Sketsa kompor tenaga surya tipe parabolik dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 1. Sketsa rancangan kompor tenaga surya tipe parabolik 3.4.4. Rancangan Penelitian Dalam melakukan penelitian perlu melakukan prosedur penelitian yang baik dan benar, seperti tahap tahap penelitian sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 10.

25 Dalam penelitian ini menggunakan 3 perlakuan yaitu kolektor dengan luas 6 m 2, 4 m 2, 2 m 2 dengan 4 kali ulangan pada setiap perlakuanya. Pengamatan yang dilakukan adalah mengamati laju peningkatan suhu saat merebus air pada jam 12.00, 13.00, 14.00 serta fluks energi radiasi Matahari. Unit kolektor yang akan diuji yaitu dengan luasan pertama 6 m 2 berdiameter 2,85 m, luasan kedua 4 m 2 dengan diameter 2,24 m, luasan ketiga 2 m 2 dengan diameter 1,59 m. Sketsa gambar unit kolektor dapat dilihat pada Gambar 7, 8, 9. Gambar 2. Unit kolektor tampak atas

26 Gambar 3. Unit kolektor tampak depan Gambar 4. Unit kolektor tampak samping

27 Mulai PERENCANAAN PENGUMPULAN ALAT DAN BAHAN PEMBUATAN UNIT KOLEKTOR PELAKSANAAN PENGUJIAN PENGAMATAN DAN ANALISIS SELESAI Gambar 5. Diagram alir penelitian 3.4.5. Pembuatan Alat Adapun tahap-tahap pembuatan kompor tenaga surya tipe parabolik adalah sebagai berikut : 1. Membuat sketsa berupa gambar kompor tenaga surya tipe parabolik lengkap dengan ukurannya. 2. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 3. Mempersiapkan kolektor dari parabola bekas

28 4. Membuat rangka dudukan kolektor serta penyangga absorber 5. Melapisi alumunium foil di seluruh permukaan parabola sebagai reflektor 6. Membuat absorber dari bahan alumunium yang dicat warna hitam. 3.5. Pengujian 3.5.1. Pelaksanaan Tahap pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dengan cara : 1. Siapkan alat dan peralatan di tempat yang sama sekali tidak terhalang sinar Matahari. Siapkan bahan berupa air sebanyak 2 liter selanjutnya ukur massa air awal sebelum perebusan dan ukur suhu awal menggunakan thermometer selanjutnya masukan air kedalam panci yang telat dicat hitam letakan diatas dudukan absorber. Selanjutnya atur posisi kolektor sehingga titik fokus tepat mengarah ke absorber. Proses ini dilakukan pada pukul 12.00, 13.00, 14.00 WIB. 2. Selanjutnya ukur energi radiasi Matahari pada saat melakukan pengujian sampai air benar-benar mendidih menggunakan lux meter. catat lama waktu perebusan selanjutnya ukur massa akhir air dan suhu akhir air setelah pengujian. Ulangi tiap pengukuran tersebut sebanyak 4 kali dengan diameter kolektor yang berbeda dengan unit yang sama.

29 3.5.2. Pengamatan dan pengukuran Parameter yang diukur selama pengujian alat meliputi : 1. Massa awal air sebelum dan massa akhir air sesusah perebusan 2. Suhu awal air sebelum dan suhu akhir sesudah perebusan 3. Energi yang tersedia untuk proses perebusan menggunakan alat pengukur radiasi 4. Lama waktu selama perebusan. Parameter yang dihitung selama proses dan setelah pengujian meliputi : 1. Energi yang tersedia untuk proses perebusan menggunakan alat pengukur radiasi surya lux meter selanjutnya dikonversikan ke dalam satuan energi radiasi Matahari ( W/m 2 ). 2. Energi yang digunakan untuk merebus air. 3. Energi yang masuk ke alat. Pengamatan yang dilakukan selama proses pengujian unit kolektor yaitu: 1. Suhu pada saat perebusan Pengukuran suhu pada saat perebusan air dilakukan menggunakan thermometer untuk mengetahui perubahan suhu pada saat perebusan serta meletakan thermometer di luar alat untuk mengetahui suhu normal lingkungan.

30 2. Lama perebusan Lama waktu perebusan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mendidihkan air sampai suhu maximal alat yang dicapai sesuai dengan ukuran kolektor selanjutanya data dicatat dan disajikan dalam tabel. 3. Energi yang tersedia Energi yang tersedia menggunakan radiasi sinar Matahari yang diukur menggunakan lux meter. Energi inilah yang nanti akan digunakan untuk memasak. Pengamatan ini dilakukan pada saat melakukan perebusan air pada pukul 12.00, 13.00, 14.00 WIB. 4. Massa air Massa awal pada saat mulai perebusan diukur terlebih dahulu selanjutnya setelah melakukan perebusan akan diketahui massa akhir yang selanjutnya diukur dan dicatat untuk diolah ke dalam data. 3.5.3 Perhitungan Energi input untuk memasak Energi radiasi sinar Matahari yang sampai ke kolektor dihitung menggunakan persamaan :... (1) Dimana : A = luas kolektor (m 2 ) Ir = intensitas radiasi surya (Watt/m 2 ) t = selisih waktu akhir dengan waktu awal perebusan (detik) Ers = energi radiasi matahari (kj)

31 Energi yang digunakan untuk memanaskan air dihitung menggunakan persamaan: Q 1 = M 1 Cp (T 2 -T 1 )... (2) dimana: Q 1 = panas sensibel (kj) M 1 = berat air (kg) Cp = panas spesifik air = 4,186 kj/kg o C T 2 = temperatur akhir air saat mendidih ( o C) T 1 = temperatur awal air ( o C) Panas laten atau latent heat (Q 2 ) adalah jumlah energi (kj) yang digunakan untuk menguapkan air, panas laten dihitung menggunakan persamaan: Q 2 = M 2 U.. (3) Dimana: M 2 = berat air yang menguap (kg) U = kalor uap air (2260 kj/kg) Efisiensi penggunaan energi total atau efisiensi energi kompor tenaga surya dapat dihitung menggunakan persamaan : µ th... (4) dimana : µ th = efisiensi termal kompor tenaga surya (%) Q 1 = energi yang digunakan untuk memanaskan air (kj) Q 2 = energi yang digunakan untuk menguapkan air (kj) Ers = energi radiasi matahari (kj)