PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/21/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

No. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/13 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 10/ 35 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

No. 13/ 18 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/3/PBI/2003 TENTANG FASILITAS PEMBIAYAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/22/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

2017, No penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perkreditan atau pembiayaan bank bagi bank umum; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.13/ 11 /DPbS tanggal 13 April 2011

BAB IV. ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/29/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

No.8/26/DPbS Jakarta, 14 November 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/13/PBI/2005 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/24/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

Yth. 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah di tempat.

GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 13/ 16 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/11/PBI/2000 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI BANK INDONESIA TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DIREKSI BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

BAB II LANDASAN TEORI. oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No pemberian kredit atau pembiayaan oleh bank umum untuk pengadaan tanah dan/atau pengolahan tanah; e. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI

No. 13/ 17 /DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

No. 9/14/DPbS Jakarta, 21 Juni 2007 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16/POJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN KUALITAS ASET BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Liabilitas dan Modal. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Formulir 2 NERACA MINGGUAN PADA TANGGAL AKHIR PERIODE DATA LAPORAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:9/17/PBI/2007 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

Lampiran 1 Perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) (Dalam Jutaan Rupiah) Tahun Pos-pos Jumlah Modal Inti.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

Lampiran 1. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/52/ DPbS tanggal 22 November 2005

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

BAB I PENDAHULUAN. dana dan menyalurkan kredit secara efisien dan efektif kepada pengusaha. memperoleh soliditas dan kepercayaan.

Liabilitas dan Modal. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

FORMULIR 1 PENJELASAN DAN CAKUPAN INFORMASI LAPORAN DANA PIHAK KETIGA RUPIAH DAN VALUTA ASING

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/5/PBI/2007 TENTANG PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN KEGIATAN USAHA BERBASIS SYARIAH

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional yang terbagi menjadi dua macam yaitu perbankan

BAB V PENUTUP. 1. Dasar Pertimbangan Bank Muamalat sebelum dikeluarkan Produk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lembaga Keuangan Syariah secara informal dimulai sebelum

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BUKU IV AKUNTANSI SYARI AH BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARI AH. Pasal 735

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

Kredit yang Diberikan Keterangan Tahun Dana yang Diterima Keterangan Tahun Kredit yang Diberikan Keterangan Tahun 2012

Transkripsi:

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha Bank Perkreditan Rakyat Syariah dipengaruhi oleh kualitas dari penanaman atau penempatan dana; b. bahwa dalam rangka menjaga kinerja yang baik dan pengembangan usaha yang senantiasa sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan prinsip Syariah, maka pengurus Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah wajib menjaga kualitas aktiva produktif; c. bahwa produk penanaman atau penempatan dana dalam bentuk aktiva produktif Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah memiliki karakteristik yang khas; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan c perlu untuk menetapkan ketentuan tentang..

- 2 - tentang kualitas aktiva produktif bagi Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah dalam Peraturan Bank Indonesia. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790); 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843) sebagaimana telah diubah dengan Undangundang No.3 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 7 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4357); M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH BAB I.

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan : 1. Bank Perkreditan Rakyat Syariah yang selanjutnya disebut BPRS adalah Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah; 2. Bank Syariah adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah, termasuk yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip Syariah secara bersamaan; 3. Aktiva Produktif adalah penanaman atau penempatan dana BPRS dalam Rupiah berdasarkan prinsip Syariah dalam bentuk pembiayaan, piutang, Ijarah, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dan Penempatan Dana Pada Bank Lain; 4. Pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah adalah penyediaan dana dan atau tagihan oleh BPRS kepada nasabah berdasarkan akad Mudharabah dan atau Musyarakah dan atau pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip bagi hasil; 5. Mudharabah adalah perjanjian antara BPRS sebagai penyedia dana dengan nasabah sebagai pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang.

- 4 - yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung penyedia dana kecuali kerugian akibat kesalahan yang disengaja, kelalaian, dan atau pelanggaran kesepakatan yang dilakukan oleh pengelola dana; 6. Musyarakah adalah perjanjian antara BPRS sebagai penyedia dana dengan penyedia dana lainnya untuk membiayai usaha tertentu dengan pembagian keuntungan diantara penyedia dana berdasarkan nisbah yang disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua penyedia dana berdasarkan porsi dana masing-masing pihak; 7. Piutang adalah tagihan yang timbul dari transaksi jual beli berdasarkan akad Murabahah, Salam, Istishna dan atau pinjam meminjam berdasarkan akad Qardh; 8. Murabahah adalah perjanjian jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan marjin keuntungan yang disepakati antara BPRS sebagai penjual dengan nasabah sebagai pembeli yang pembayarannya dilakukan secara tangguh; 9. Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan pembayaran lunas dimuka oleh BPRS sebagai pembeli kepada nasabah sebagai penjual yang berkewajiban menyerahkan barang pesanan berdasarkan jangka waktu, kriteria dan persyaratan yang disepakati, dan barang tersebut akan dijual kembali oleh BPRS kepada pihak lain; 10. Istishna adalah perjanjian jual beli barang dengan pesanan berdasarkan jangka waktu, kriteria dan persyaratan yang disepakati, yang pembayarannya dilakukan secara tangguh oleh nasabah sebagai pembeli kepada BPRS sebagai penjual setelah barang pesanan diterima oleh nasabah; 11. Qardh adalah perjanjian pinjam meminjam dana antara BPRS sebagai pemberi pinjaman dengan nasabah sebagai pihak peminjam yang mewajibkan.

- 5 - mewajibkan pihak peminjam melakukan pengembalikan pokok pinjaman tanpa imbalan yang diperjanjikan di muka secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu; 12. Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang (Aktiva Ijarah/ Uang Muka Ijarah) antara BPRS sebagai pihak yang menyewakan dengan nasabah sebagai pihak penyewa dalam jangka waktu tertentu; 13. Aktiva Ijarah adalah aktiva yang diperoleh atau dibeli BPRS untuk tujuan disewakan; 14. Uang Muka Ijarah adalah uang muka sewa yang dibayar oleh BPRS kepada pihak pemilik barang, selanjutnya barang tersebut disewakan oleh BPRS kepada nasabah; 15. Penempatan Dana Pada Bank Lain adalah penanaman dana BPRS pada Bank Syariah atau BPRS lainnya berdasarkan prinsip Syariah antara lain dalam bentuk giro dan atau tabungan Wadiah, deposito berjangka dan atau tabungan Mudharabah, Pembiayaan yang diberikan dan atau bentuk-bentuk penempatan lainnya yang dipersamakan dengan itu; 16. Proyeksi Bagi Hasil (PBH) adalah perkiraan bagi hasil yang akan diberikan oleh nasabah kepada BPRS atas pembiayaan yang diberikan dengan jumlah dan tanggal jatuh tempo yang disepakati antara BPRS dan nasabah; 17. Realisasi Bagi Hasil (RBH) adalah bagi hasil yang diberikan nasabah kepada BPRS atas pembiayaan yang diberikan; 18. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah bukti penitipan dana Wadiah pada Bank Indonesia; 19. Wadiah adalah perjanjian penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak yang dipercaya untuk menjaga dana titipan tersebut; 20. Restrukturisasi.

- 6-20. Restrukturisasi pembiayaan, piutang dan atau Ijarah adalah upaya yang dilakukan BPRS dalam rangka membantu nasabah agar dapat menunaikan kewajibannya antara lain melalui : a. penjadualan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya; b. persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan, piutang dan atau Ijarah yang tidak terbatas pada perubahan jadual pembayaran, jangka waktu, dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo pembiayaan, piutang dan atau Ijarah ; c. penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan pembiayaan, piutang dan atau Ijarah yang menyangkut: 1) penambahan dana BPRS; 2) konversi pembiayaan menjadi piutang dan atau sebaliknya; 3) konversi pembiayaan atau piutang menjadi Ijarah. Pasal 2 (1) Penanaman dana BPRS pada Aktiva Produktif wajib dilaksanakan berdasarkan prinsip kehati-hatian. (2) Pengurus BPRS wajib memantau dan mengambil langkah-langkah antisipasi agar Kualitas Aktiva Produktif senantiasa dalam keadaan Lancar. BAB II.

- 7 - BAB II TATA CARA PENILAIAN Pasal 3 Kualitas Aktiva Produktif wajib dinilai secara bulanan. Pasal 4 (1) Kualitas Aktiva Produktif dalam bentuk Pembiayaan, Piutang, Ijarah dan atau Penempatan Dana Pada Bank Lain ditetapkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu Lancar, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. (2) Penilaian terhadap Kualitas Aktiva Produktif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan berdasarkan pada ketepatan dan atau kemampuan membayar kewajiban oleh nasabah penerima dana sesuai dengan lampiran dalam Peraturan Bank Indonesia ini. Pasal 5 (1) Penilaian terhadap kualitas Pembiayaan dan Penempatan Dana Pada Bank Lain dilakukan berdasarkan kemampuan membayar yang mengacu pada ketepatan pengembalian pokok dan atau pencapaian rasio antara Realisasi Bagi Hasil (RBH) dengan Proyeksi Bagi Hasil (PBH). (2) PBH dihitung berdasarkan pada analisis kelayakan usaha dan arus kas masuk nasabah selama jangka waktu pembiayaan. (3) BPRS dapat mengubah PBH berdasarkan kesepakatan dengan nasabah penerima dana sepanjang terdapat perubahan atas kondisi ekonomi makro, dan pasar yang mempengaruhi usaha nasabah. (4) BPRS.

- 8 - (4) BPRS wajib mencantumkan PBH dan perubahan PBH dalam perjanjian pembiayaan antara BPRS dengan nasabah penerima dana serta harus mendokumentasikannya secara lengkap. (5) BPRS dapat melakukan revisi PBH maksimum : a. 1 (satu) kali untuk pembiayaan dengan jangka waktu sampai dengan satu tahun; b. 2 (dua) kali untuk pembiayaan dengan jangka waktu di atas satu tahun. Pasal 6 (1) Pengembalian pokok Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dapat dilakukan secara bertahap selama jangka waktu Pembiayaan atau sekaligus pada waktu berakhirnya akad untuk Pembiayaan dengan jangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun. (2) Apabila jangka waktu Pembiayaan lebih dari 1 (satu) tahun, pengembalian pokok Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan proyeksi arus kas masuk (cash inflow) usaha nasabah penerima dana. (3) Pengembalian pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dicantumkan dalam perjanjian pembiayaan antara BPRS dengan nasabah penerima dana dan didukung dengan dokumen yang lengkap. Pasal 7 (1) Kualitas Aktiva Produktif dalam bentuk Piutang dinilai berdasarkan ketepatan pembayaran angsuran Piutang. (2) Penilaian.

- 9 - (2) Penilaian Kualitas Aktiva Produktif dalam bentuk Piutang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengacu pada ketepatan pelunasan Piutang yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) bulan. (3) Apabila jangka waktu Piutang lebih dari 1 (satu) bulan, pembayaran angsuran Piutang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukan secara berkala dan sesuai dengan proyeksi arus kas masuk (cash inflow) usaha nasabah. (4) Pembayaran angsuran Piutang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dicantumkan dalam perjanjian pembiayaan antara BPRS dengan nasabah penerima dana serta didukung dengan dokumentasi yang lengkap, sekurang-kurangnya memuat mengenai angsuran pokok, marjin dan jadwal pembayaran. Pasal 8 Kualitas Aktiva Produktif dalam bentuk Ijarah dinilai berdasarkan ketepatan pembayaran sewa. Pasal 9 Kualitas Sertifikat Wadiah Bank Indonesia ditetapkan Lancar. Pasal 10 Penanaman dana BPRS dalam bentuk Aktiva Produktif wajib didukung dengan dokumentasi yang lengkap. Pasal 11.

- 10 - Pasal 11 Kualitas Aktiva Produktif yang telah ditetapkan oleh BPRS dapat diturunkan oleh Bank Indonesia (professional judgement) apabila terjadi salah satu atau lebih hal sebagai berikut : a. nasabah penerima dana tidak diketahui lagi keberadaannya tanpa alasan yang dapat dibenarkan; b. usaha nasabah bangkrut. Pasal 12 (1) BPRS dapat melakukan Restrukturisasi Pembiayaan, Piutang dan atau Ijarah sepanjang Nasabah masih memiliki prospek usaha namun telah atau diperkirakan akan mengalami kesulitan pembayaran pokok, angsuran, bagi hasil, atau sewa. (2) Restrukturisasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan berdasarkan prinsip Syariah. (3) Penggolongan kualitas atas Pembiayaan, Piutang dan atau Ijarah yang direstrukturisasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sebagai berikut : a. setinggi-tingginya Kurang Lancar untuk Pembiayaan, Piutang dan atau Ijarah yang sebelum direstrukturisasi tergolong Diragukan atau Macet; b. kualitas tidak berubah untuk Pembiayaan, Piutang dan atau Ijarah yang sebelum direstrukturisasi tergolong Lancar atau Kurang Lancar. (4) Kualitas.

- 11 - (4) Kualitas Pembiayaan, Piutang, dan atau Ijarah sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat menjadi : a. lancar apabila tidak terjadi tunggakan angsuran pokok dan bagi hasil selama 6 (enam) kali periode pembayaran secara berturut-turut; b. kembali pada kualitas yang sama dengan sebelum dilakukan restrukturisasi, apabila nasabah peminjam gagal memenuhi kriteria sebagaimana disebutkan dalam huruf a. BAB III SANKSI Pasal 13 BPRS yang tidak melaksanakan ketentuan dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 3, Pasal 5 ayat (4), Pasal 6 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4), dan Pasal 10 dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 berupa : a. teguran tertulis; b. penurunan tingkat kesehatan; dan atau c. penggantian pengurus. BAB IV.

- 12 - BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia ini, maka Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/22/KEP/DIR tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif, dan surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/4/BPPP tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif masing-masing tanggal tanggal 29 Mei 1993, sebagaimana telah diubah dengan Surat keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/167/KEP/DIR tentang Penyempurnaan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/22/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1993 tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif, dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/9/BPPP tentang Penyempurnaan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif masing-masing tanggal 29 Maret 1994, dinyatakan tidak berlaku bagi BPRS. Pasal 15.

- 13 - Pasal 15 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 1 Juli 2004 GUBERNUR BANK INDONESIA Ttd. BURHANUDDIN ABDULLAH LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 59 DPbS

- 14 - PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH I. UMUM Kelangsungan usaha Bank Perkreditan Rakyat Syariah tergantung pada kinerja, yang salah satu indikator utamanya adalah kualitas dari penanaman atau penempatan dana bank. Kualitas penanaman atau penempatan dana yang baik akan menghasilkan keuntungan, sehingga kinerja bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah akan baik. Sebaliknya kualitas penanaman atau penempatan dana yang buruk akan membawa pengaruh menurunnya kinerja Bank Perkreditan Rakyat Syariah, yang pada akhirnya dapat mengancam kelangsungan usaha Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Dengan menyadari pentingnya kualitas penanaman atau penempatan dana, maka pengurus Bank Perkreditan Rakyat Syariah sebagai penerima amanat dari pemilik dana (investor) memiliki tanggung jawab atas pengelolaan dana tersebut, mulai dari persetujuan sampai dengan pemantauan atas kualitas penanaman atau penempatan dana. Pemantauan atas penanaman atau penempatan dana ini dilakukan dengan cara selalu menilai kualitas penanaman atau penempatan dana tersebut berdasarkan pada kemampuan membayar nasabah. Dengan

- 15 - Dengan melihat kekhasan produk dan operasional Bank Perkreditan Rakyat Syariah dan dalam rangka mewujudkan tata cara penilaian kualitas aktiva produktif yang berdasarkan pada prinsip kehati-hatian dan memenuhi prinsip Syariah maka perlu ditetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif bagi Bank Perkreditan Rakyat Syariah. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (1) Yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian dalam penanaman atau penempatan dana yaitu penanaman atau penempatan dana BPRS dilakukan antara lain berdasarkan : Analisis kelayakan usaha dengan memperhatikan sekurangkurangnya faktor 5C (Character, Capital, Capacity, Condition of Economy & Collateral); Penilaian terhadap aspek kemampuan membayar. Ayat (2) Yang dimaksud dengan memantau adalah mengawasi perkembangan kinerja usaha nasabah dari waktu ke waktu. Yang dimaksud.

- 16 - Yang dimaksud dengan mengambil langkah-langkah antisipasi adalah melakukan tindakan dan upaya pencegahan atas kemungkinan timbulnya kegagalan dalam penanaman dana. Pasal 3 Pasal 4 Ayat (1) Ayat (2) Pasal 5 Ayat (1) Perhitungan pencapaian rasio antara Realisasi Bagi Hasil (RBH) dengan Proyeksi Bagi Hasil (PBH) adalah sebagai berikut: RBH K = ---------------- x 100% PBH Dimana: K = Kualitas Pembiayaan RBH = Realisasi Bagi Hasil yang diberikan oleh nasabah kepada BPRS PBH.

- 17 - PBH = Perkiraan Bagi Hasil yang akan diberikan oleh nasabah kepada BPRS Ayat (2) Misalnya Pembiayaan berjangka waktu 2 tahun, jadwal pembayaran bagi hasil ditetapkan setiap 1 bulan maka PBH ditetapkan setiap 1 bulan, yaitu : 1. PBH 1 bulan I = Rp xxx atau x % 2. PBH 1 bulan II = Rp yyy atau y % dst. Ayat (3) Ayat (4) Yang dimaksud dengan terdokumentasi secara lengkap yaitu sekurang-kurangnya tersedianya dokumentasi pembiayaan yang meliputi aplikasi, analisa, keputusan dan pemantauan atas pembiayaan serta arsip lain yang terkait dengan PBH beserta perubahannya. Ayat (5) Pasal 6.

- 18 - Pasal 6 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Pasal 7 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Cukup jelas Pasal 8 Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10.

- 19 - Pasal 10 Yang dimaksud dengan dokumentasi yang lengkap yaitu sekurangkurangnya tersedianya dokumentasi penanaman atau penempatan dana yang meliputi: aplikasi, analisis, keputusan dan pemantauan atas penanaman atau penempatan dana serta perubahannya. Pasal 11 Yang dimaksud dengan bangkrut adalah usaha nasabah mengalami kesulitan keuangan yang berat sehingga yang bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajiban atau dinyatakan pailit. Pasal 12 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Yang dimaksud dengan restrukturisasi dilakukan berdasarkan prinsip Syariah adalah restrukturisasi yang sesuai dengan fatwa yang diterbitkan oleh otoritas fatwa Syariah. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14.

- 20 - Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4393 DPbS