BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari para siswa baik sebagai individu, anggota masyarakat, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perubahan di segala bidang kehidupan. Kemajuan ini tentu

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. belajar pada suatu lingkungan belajar (UU SPN No.20 Tahun 2003 dalam Sagala,

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk membantu. manusia dalam mengembangkan dirinya hingga mampu menghadapi setiap

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidikan Kewarganegaraan Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Dengan pendidikan dapat membantu mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Melalui pendidikan manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara yang ditempuh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam standar isi BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan) 2006, disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN. fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jenjang pendidikan dasar, sekolah seyogyanya dikembangkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik. mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif dan efesien, peranan guru sangat

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

PERBEDAAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI DAN TANGGUNG JAWAB SISWA SMP PADA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 1 (dalam Samino, 2012: 35)

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. moral akan mempengaruhi masa depan bangsa. 1. lemahnya proses pembelajaran. Selama ini pendidikan hanya

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun orang lain. Pendidikan sebagai gejala yang universal

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam upaya peningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sesungguhnya.pendidikan dirancang untuk membentuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pendidikan sangat penting dilakukan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 pengertian pendidikan,

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. guru dalam melaksanakan tugasnya, namun guru bukanlah satu-satunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam proses belajar siswa, tidak dipungkiri lagi bahwa pembelajaran PKn di Sekolah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori belajar

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. setiap sekolahan adalah hasil belajar siswa. Berhasil atau tidaknya suatu. siswa bosan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan dirumuskan sesuai dengan Undang-Undang No. 20. Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang

I. PENDAHULUAN. seharusnya dicapai melalui proses pendidikan dan latihan. mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik guna

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. individu dapat meningkatkan kualitas keberadaannya, serta mampu

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan nilai-nilai Pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk prilaku dalam kehidupan sehari-hari para siswa baik sebagai individu, anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah memberikan pengertian pengetahuan dan pemahaman tentang Pancasila yang benar dan sah serta meletakkan dan membentuk pola pikir yang sesuai dengan Pancasila dan ciri khas serta watak ke-indonesia (Diknas, 2009: 6) Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Penddikan Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas) khususnya Pasal 7 ayat (2) menyatakan bahwa kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan kepribadian diberikan pada SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C atau bentuk lain yang sederajat. Dalam konteks itu, khususnya pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, sekolah seyogyanya dikembangkan sebagai pranata atau tatanan sosial-pedagogis yang kondusif atau memberi suasana bagi tumbuh kembangnya berbagai kualitas pribadi peserta didik. Sekolah sebagai bagian 1

2 intergral dari masyarakat perlu dikembangkan sebagai pusat pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat yang mampu memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran demokratis. PKn merupakan mata pelajaran yang berfungsi sebagai wahana pengembangan karakater warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab. Melalui PPKn sekolah perlu dikembangkan sebagai pust pengembangan wawasan, sikap, dan keterampilan hidup dan berkehidupan yang demokratis (Diknas, 2009: 2). Menurut Winarno (2010: 7) tiga kompetensi pokok yang diajarkan dalam pendidikan kewarganegaraan yaitu mengembangkan kecerdasan warganegara (civic intellegence), membina tanggung jawab warganegara (civic responsibility) dan mendorong partisipasi warganegara (civic participation). Tiga kompetensi warganegara ini sejalan pula dengan tiga komponen pendidikan kewarganegaraan yang baik yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), ketrampilan kewarganegaraan (civic skills), dan karakter kewarganegaraan (civic dispositions). Warganegara yang memiliki pengetahuan kewarganegaraan akan menjadi warganegara yang cerdas. Warganegara yang memiliki ketrampilan kewarganegaraan akan menjadi warganegara yang partisipatif, sedangkan warganegara yang memiliki karakter kewarganegaraan akan menjadi warganegara yang bertanggung jawab. Ketrampilan kewarganegaraan (civic skills) merupakan ketrampilan yang dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan, agar pengetahuan yang

3 diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Civic skills mencakup intelectual skills (ketrampilan intelektual) dan participation skills (ketrampilan partisipasi). Ketrampilan intelektual yang terpenting bagi terbentuknya warga negara yang berwawasan luas, efektif dan bertanggung jawab antara lain adalah ketrampilan berpikir kritis. Ketrampilan berpikir kritis meliputi mengidentifikasi, menggambarkan / mendeskripsikan, menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi, menngemukakan dan mempertahankan pendapat yang berkenaan dengan masalah-masalah publik (Cholisin, 2005: 3). Pendapat tersebut menunjukkan bahwa salah satu katerampilan kewarganegaraan adalah kemampuan mengemukakan pendapat. Kemampuan bertanya dan mengajukan pendapat ini sangat penting bagi siswa sebab dengan mengajukan pendapat dan bertanya guru akan tahu sejauh mana siswa menguasai bahan ajar dan apa yang menjadi kesulitan-kesulitan dalam mempelajari bahan ajar tersebut. Rendahnya kemampuan berpendapat ditunjukkan dengan kegiatan siswa yang hanya mendengarkan, mencatat penjelasan guru, megerjakan tugas yang diberikan, sehingga siswa terkihat pasif. Komunikasi satu arah, tentu saja, pembelajaran seperti ini kurang menyenangkan. Hasil observasi pendahuluan di kelas IV SDN Ngembat Padas Gemolong Sragen menunjukkan masih kurangnya keterampilan siswa dalam menyatakan pendapat, baik dalam diskusi maupun dalam pembelajaran sehari-hari.

4 Pembelajaran kewarganegaraan yang didesain guru terkesan monoton, tidak bervariasi, dan kurang melibatkan partisipasi siswa untuk lebih aktif berpendapat karena metode yang sering dipakai adalah metode ceramah. Dengan kurangnya inovasi dan variasi dalam pembelajaran maka berkurang pula peran aktif siswa. Kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran PKn membuat siswa merasa bosan dan tertekan. Siswa terlihat diam ketika diminta pendapatnya, siswa saling tunjuk ketika guru meminta perwakilan dari siswa untuk maju ke depan memberikan pendapatnya. Selain itu dalam berdiskusi, mayoritas dilakukan dengan suara pelan-pelan. Sebagian besar siswa masih malu dan kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya. Hal ini terjadi karena sampai saat ini masih banyak guru bahasa menggunakan metode pembelajaran yang disebut metode konvensional, yaitu guru membacakan atau memberikan bahan yang disiapkannya sedangkan siswa mendengarkan, mencatat dengan teliti dan mencoba menyelesaikan soal sebagai mana yang dicontohkan oleh guru. Hal tersebut menjadikan siswa pasif. Dalam pembelajaran PKN seharusnya siswa haruslah aktif belajar sehingga mempunyai kemampuan untuk mengembangkan kreatifitasnya serta lebih dapat memahami pelajaran dan terampil dalam menyelesaikan permasalahan dalam pelajaran. Oleh sebab itu guru hendaknya mampu memilih dan menerapkan model pembelajaran yang mampu merangsang siswa lebih aktif dalam belajar serta meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran.

5 Berkaitan dengan hal tersebut perlu dicari solusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi kewarganegaraan siswa dalam mata pelajaran PKN, khususnya keterampilan siswa dalam menyatakan pendapat. Upaya untuk mengaktifkan belajar siswa dalam proses pembelajaran, guru harus menggunakan metode yang bervariasi, salah satunya melalui penggunaan pembelajaran kooperatif. Pendekatan kooperatif ini lebih menekankan kerja sama antar siswa. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari siswa-siswa yang bekerja sama dalam satu perencanaan kegiatan mengajar. Setiap anggota kelompok diharapkan dapat saling bekerja sama secara sportif satu sama lain dan bertanggung jawab baik kepada dirinya sendiri maupun pada anggota dalam satu kelompok. (Lie, 2008: 24). Pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan belajar yang akhir-akhir ini semakin populer. Pendekatan kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu peserta didik dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep, tetapi juga sangat membantu peserta didik menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis, kemampuan membantu teman sekelompok dan sebagainya. Time Token adalah salah satu bentuk model pembelajaran yang digunakan untuk melatih keterampilan bersosialisasi dan berpartisipasi, yang berupa kupon berbicara yang dibatasi oleh waktu bicara selama 15-30 detik tiap peserta didik. Tujuannya untuk menghindari peserta didik yang mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali dalam KBM untuk belajar aktif dan diberi kesempatan untuk dapat mengemukakan ide atau pendapatnya (Arend, 2008: 28).

6 Model pembelajaran Time Token diharapkan dapat membantu siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal dan mengembangkan keaktifan siswa dalam berpartisipasi dan bersosialisasi. Model pembelajaran Time Token ini melibatkan semua siswa dalam pelaksanaannya, sehingga pikiran dan perhatian siswa akan tetap tertuju pada kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul: Peningkatan Keterampilan Mengemukakan Pendapat Siswa Melalui Metode Time Token Pada Pembelajaran PKN Kelas IV SDN Ngembat Padas 3 Gemolong Sragen Tahun Pelajaran 2012/2013 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut. 1. Masih kurangnya keterampilan siswa dalam menyatakan pendapat, baik dalam diskusi maupun dalam pembelajaran sehari-hari. Siswa terlihat diam ketika diminta pendapatnya, siswa saling tunjuk ketika guru meminta perwakilan dari siswa untuk maju ke depan memberikan pendapatnya. 2. Dalam berdiskusi mayoritas dilakukan siswa dengan suara pelan-pelan. Sebagian besar siswa masih malu dan kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya. 3. Masih banyak guru bahasa menggunakan metode pembelajaran yang disebut metode konvensional, yaitu guru membacakan atau memberikan

7 bahan yang disiapkannya sedangkan siswa mendengarkan, mencatat dengan teliti dan mencoba menyelesaikan soal sebagai mana yang dicontohkan oleh guru. Hal tersebut menjadikan siswa pasif. 4. Siswa kurang aktif dalam pembelajaan sehingga kurang mempunyai kemampuan untuk mengembangkan kreatifitasnya. 5. Solusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi kewarganegaraan siswa dalam mata pelajaran PKN, khususnya keterampilan siswa dalam menyatakan pendapat. C. Pembatasan Masalah Agar permasalahan yang diteliti tidak melebar dan penelitian dapat dilaksanakan secara fokus, maka permasalahan yang diteliti dibatasi sebagai berikut. 1. Aplikasi pembelajaran kooperatif Metode Time Token adalah salah satu bentuk model pembelajaran yang digunakan untuk melatih keterampilan bersosialisasi dan berpartisipasi 2. Model pembelajaran Time Token diharapkan dapat membantu siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal dan mengembangkan keaktifan siswa dalam berpartisipasi dan bersosialisasi 3. Pembelajaran PKn di kelas IV SD merupakan mata pelajaran yang berfungsi sebagai wahana pengembangan warganegara yang demokratis yakni mengembangkan tiga komponen pendidikan kewarganegaraan yang baik yaitu pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan kewarganegaraan,

8 dan karakter kewarganegaraan. Keterampilan mengemukakan pendapat merupakan bagian dari keterampilan kewarganegaraan. D. Rumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah penerapan metode Time Token dapat meningkatkan keterampilan mengemukakan pendapat siswa dalam pelajaran PKN kelas IV SD? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan keterampilan mengemukakan pendapat dengan penerapan metode Time Token pada pelajaran PKN kelas IV SDN Ngembat Padas Gemolong Sragen Tahun Pelajaran 2012/2013 F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teroritis Dapat memberikan sumbangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran PKN pada siswa kelas IV SD 2. Manfaaat Praktis a. Memberi masukan atau informasi kepada guru dalam upaya mengatasi kesulitan mengaktifkan siswa dan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat bagi siswa kelas IV SD

9 b. Memberikan masukan bagi orang tua untuk tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan mengemukakan pendapat siswa kelas IV SD